Anda di halaman 1dari 22

TUGAS MANAJEMEN KEUANGAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN

DISUSUN OLEH :

NEYSA ADINA ATLAS BUDI

A21116313

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejalan dengan laju perkembangan yang terus berkembang di Indonesia, maka


banyak bermunculan perusahaan, baik perusahaan kecil maupun perusahaan besar.
Tujuan utama suatu perusahaan yaitu memperoleh laba seoptimal mungkin dan
mengawasi berjalannya perusahaan serta berkembangnya perusahaan, maka hal yang
perlu dilakukan oleh suatu perusahaan adalah mengadakan penilaian terhadap
persediaan dan pengaruhnya terhadap laba perusahaan. Hal ini dilakukan karena
persediaan bagi kebanyakan perusahaan merupakan salah satu modal kerja yang
sangat penting didalam suatu perusahaan, dimana prosedurnya terus menerus
mengalami perubahan dan perputaran.

Seorang manajer hendaklah mempelajari dan memahami secara keseluruhan


tentang manajemen persediaan. Sehingga seorang manajer dapat mengetahui
keadaan bahan persedian di sebuah perusahaan secara langsung di lapangan, bukan
sekedar yang termuat di laporan atau dikertas semata. Dan yang paling penting,
seorang manajer tahu persis metode perhitungan persediaan seperti apa yang akan
digunakan dalam perusahaannya. Dengan demikian apabila seorang manajer
menghadapi situasi yang berkenaan dengan persediaan, manajer tersebut dalam
dengan cepat dan mudah dalam mengambil keputusan yang tepat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah :

1. Apa yang dimaksud dengan persediaan?


2. Apa saja jenis jenis persediaan?
3. Apa saja alasan memiliki persediaan?
4. Apa saja fungsi dan manfaat dari persediaan?
5. Bagaimana cara mengukur nilai persediaan?
6. Apa saja prinsip pengendalian manajemen persediaan?
7. Apa saja pertimbangan dalam manajemen persediaan?
8. Apa saja metode dalam perhitungan manajemen persediaan?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan adalah :

1. Untuk mengetahui pengertian dari persediaan.


2. Untuk mengetahui jenis jenis dari persediaan.
3. Untuk mengetahui alasan memiliki persediaan.
4. Untuk mengetahui fungsi dan manfaat dari persediaan.
5. Untuk mengetahui cara mengukur nilai persediaan.
6. Untuk mengetahui prinsip pengendalian dari manajemen persediaan.
7. Untuk mengetahui pertimbangan dalam manajemen persediaan.
8. Untuk mengetahui metode dalam perhitungan manajemen persediaan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Persediaan

Istilah persediaan (inventory) adalah suatu istilah umum yang menunjukkan segala
sesuatu atau sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap
pemenuhan permintaan. Sistem persediaan adalah serangkaian kebijaksanaan yang
memonitor tingkat persediaan dan menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga,
kapan persediaan harus diisi, dan berapa besar pesanan yang harus dilakukan.
Persediaan mempunyai arti dan peranan yang penting dalam suatu perusahaan.
Persediaan barang dagangan yang secara terus menerus dibeli dan dijual merupakan
salah satu unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan, baik itu perusahaan
dagang maupun perusahaan industry.

Manajemen Persediaan yaitu bagian utama dari modal kerja, merupakan aktiva
yang pada setiap saat mengalami perubahan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan persediaan adalah suatu aktiva yang harus tersedia dalam
perusahaan pada saat diperlukan untuk menjamin kelancaran dalam menjalankan
perusahaan. Manajemen persediaan diperlukan untuk perusahaan dibidang industri
manufaktur dan perdagangan saja. Hal ini dikarenakan dalam aktivitas industri
manufaktur dan perdagangan didalamnya terdapat persediaan-persedeiaan. Berbeda
dengan perusahaan jasa yang tidak terdapat persediaan bahan baku atau persediaan
bahan dagang untuk dijual kembali.

2.2 Jenis Jenis Persediaan

Jenis Persediaan Menurut Cara Pengolahannya Dan Posisi Barang

1. Persediaan Bahan Mentah (Raw materials), yaitu persediaan dari barang-barang


berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Contohnya seperti baja, kayu dan
komponen komponen lainnya yang digunakan dalam proses produksi.
2. Persediaan Komponen Komponen Rakitan (Purchased Parts / Components), yaitu
persediaan barang yang terdiri dari parts yang diterima dari perusahaan lain yang dapat
secara langsung tanpa melalui proses produksi selanjutnya.

3. Persediaan Bahan Pembantu atau Penolong (Supplies), yaitu persediaan barang-


barang atau bahan-bahan yang diperlukan dalam proses produksi untuk membantu
berhasilnya produksi atau yang dipergunakan dalam bekerjanya suatu perusahaan
tetapi tidak merupakan bagian atau komponen dari barang jadi.

4. Persediaan Barang dalam Proses (Work In Process), yaitu barang-barang yang


dikeluarkan dari tiap-tiap bagian dalam suatu pabrik atau bahan-bahan yang diolah
menjadi suatu bentuk tetapi masih perlu diproses kembali untuk kemudian menjadi
barang jadi.

5. Persediaan Barang Jadi (Finished Goods), yaitu persediaan barang-barang yang


telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau dikirim
kepada langganan.

Jenis Persediaan Menurut Fungsinya

1. Batch Stock / Lot Size Inventory, yaitu persediaan yang diadakan karena kita
membeli atau membuat bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih
besar yang dibutuhkan pada saat itu. Jadi, dalam hal ini pembelian atas pembuatan
yang dilakukan dalam jumlah besar sedangkan penggunaan atau pengeluarannya
dalam jumlah kecil. Terjadinya persediaan karena pengadaan barang atau bahan yang
dilakukan lebih banyak lagi yang dibutuhkan.

Keuntungan yang akan diperoleh dari adanya Bacth Stock/Lot Size Inventory ini adalah:

a. Memperoleh potongan harga pada harga pembelian


b. Memperoleh efisiensi produksi (manufacturing economic) karena adanya operasi
(production run) yang lebih lama.
c. Adanya penghematan dalam biaya pengangkutan
2. Fluctuation Stock, yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi
permintaan konsumen yang dapat diramalkan. Dalam hal ini perusahaan mengadakan
persediaan untuk dapat memenuhi permintaan konsumen. Apabila tingkat permintaan
menunjukkan keadaan yang tidak beraturan atau tidak tetap dan fluktuasi permintaan
yang sangat besar, maka persediaan yang dibutuhkan sangat besar pula untuk
menjaga kemungkinan naik turunnya permintaan tersebut.

3. Anticipation Stock, yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi


permintaan yang dapat diramalkan berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam
satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan/penjualan atau permintaan yang
meningkat. Disamping itu, menurut Rangkuti Freddy dalam buku Manajemen
Persediaan, anticipation stock juga dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan
sukarnya diperoleh bahan-bahan sehingga tidak mengganggu jalannya produksi atau
untuk menghindari kemacetan produksi.

4. Pipeline inventory, yaitu persediaan yang sedang dalam pengiriman barang dari
pabrik ke tempat yang akan digunakan dan ini disebabkan lamanya waktu pengiriman.

2.3 Alasan Memiliki Persediaan

Laba yang maksimal dapat dicapai dengan meminimalkan biaya yang berkaitan
dengan persediaan. Namun meminimalkan biaya persiapan dapat dicapai dengan
memesan atau memproduksi dalam jumlah yang kecil, sedangkan untuk meminimalkan
biaya pemesanan dapat dicapai dengan melakukan pesanan yang besar dan jarang.
Jadi meminimalkan biaya penyimpanan mendorong jumlah persediaan yang sedikit
atau tidak ada, sedangkan meminimalkan biaya pemesanan harus dilakukan dengan
melakukan pemesanan, persediaan dalam jumlah yang relatif besar, sehingga
mendorong jumlah persediaan yang besar.

Alasan yang kedua yang mendorong perusahaan menyimpan persediaan dalam


jumlah yang relative besar adalah masalah ketidakpastian permintaan. Jika permintaan
akan bahan atau produk lebih besar dari yang diperkirakan, maka persediaan dapat
berfungsi sebagai penyangga yang memberikan perusahaan kemampuan untuk
memenuhi tanggal penyerahan sehingga pelanggan merasa puas.
Tujuan pengelolaan persediaan adalah sebagai berikut :

1. Untuk dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan konsumen dengan cepat


(memuaskan konsumen)
2. Untuk menjaga kontinuitas produksi atau menjaga agar perusahaan tidak
mengalami kehabisan persediaan yang mengakibatkan terhentinya proses
produksi, hal ini dikarenakan alasan :
a. Kemungkinan barang (bahan baku dan penolong) menjadi langka sehingga
sulit untuk diperoleh
b. Kemungkinan supplier terlambat mengirimkan barang yang dipesan
3. Untuk mempertahankan dan bila mungkin meningkatkan penjualan dan laba
perusahaan
4. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari, karena dapat
mengakibatkan biaya menjadi besar.
5. Menjaga supaya penyimpanan dalam emplacement tidak besar-besaran, karena
mengakibatkan biaya menjadi besar.

Dari beberapa tujuan pengendalian di atas maka dapat disimpulkan bahwa


tujuan pengendalian persediaan adalah untuk menjamin terdapatnya persediaan
sesuai kebutuhan.

2.4 Fungsi dan Manfaat Manajemen Persediaan

Menurut Handoko, Manajemen Persediaan memiliki banyak sekali fungsi dan


manfaat dalam sebuah perusahaan. Beberapa fungsi dari manajemen persediaan
dapat mempengaruhi kelancaran suatu perusahaan. Fungsi-fungsi tersebut antara lain :

1. Fungsi Decoupling, Persediaan decoupling ini memungkinkan perusahaan dapat


memenuhi permintan langganan tanpa tergantung pada supplier. Untuk dapat
memenuhi fungsi ini dilakukan cara-cara sebagai berikut:
- Persediaan bahan mentah disiapkan dengan tujuan agar perusahaan
tidak sepenuhnya tergantung penyediaannya pada supplier dalam hal
kuantitas dan pengiriman.
- Persediaan barang dalam proses ditujukan agar tiap bagian yang terlibat
dapat lebih leluasa dalam berbuat.
- Persediaan barang jadi disiapkan pula dengan tujuan untuk
memenuhi permintaan yang bersifat tidak pasti dari langganan.
2. Fungsi Economic Lot Sizing, Tujuan dari fungsi ini adalah pengumpulan
persediaan agar perusahaan dapat berproduksi serta menggunakan seluruh
sumber daya yang ada dalam jumlah yang cukup dengan tujuan agar dapat
mengurangi biaya per unit produk.
3. Fungsi Antisipasi, Perusahaan sering menghadapi ketidakpastian jangka waktu
pengiriman dan permintaan akan barang barang selama periode pemesanan
kembali, sehingga memerlukan kuantitas persediaan ekstra. Persediaan
antisipasi ini penting agar proses produksi tidak terganggu. Sehubungan dengan
hal tersebut perusahaan sebaiknya mengadakan seasonal inventory (persediaan
musiman).

Adapun manfaat dari persediaan adalah menjamin kebebasan atau kelancaran


kegiatan operasional internal dan eksternal sehingga permintaan pelanggan dapat
terpenuhi tanpa tergantung pemasok.

2.5 Pengukuran Nilai Persediaan

Untuk mengukur nilai persediaan pada perusahaan dapat disajikan dalam


pengukuran sebagai berikut:

1. Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian. Biaya perolehan persediaan


meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya penangangan dan biaya lainnya
yang secara langsung dapat dibebankan pada perolehan persediaan. Potongan harga,
rabat dan lainnya yang serupa mengurangi biaya perolehan. Nilai pembelian yang
digunakan adalah biaya perolehan persediaan yang terakhir diperoleh.

2. Biaya standar apabila diperoleh dengen memproduksi sendiri. Biaya standar


persediaan meliputi biaya langsung yang terkait dengan persediaan yang diproduksi
dan biaya tidak langsung yang dialokasikan secara sistematis berdasarkan ukuran-
ukuran yang digunakan pada saat penyusunan rencana kerja dan anggaran.
3. Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi. Harga / nilai wajar
persediaan meliputi nilai tukar asset atau penyelesaian kewajiban antar pihak yang
memahami dan berkeinginan melakukan transaksi wajar. Persediaan hewan dan
tanaman yang dikembangbiakkan dinilai dengan menggunakan nilai wajar.

2.6 Prinsip Pengendalian Manajemen Persediaan

Prinsip dalam mengendalikan persediaan sangat diperlukan dalam Manajemen


persediaan. Hal ini dikarenakan prinsip persediaan dijadikan sebagai salah satu
landasan dan pertimbangan dalam mengambil keputusan. Menurut Matz, sistem dan
teknik pengendaliaan persediaan harus didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:

a. Persediaan diciptakan dari pembelian bahan dan suku cadang, tambahan biaya
pekerja dan overhead untuk mengelola bahan menjadi barang jadi
b. Persediaan berkurang melalui penjualan dan perusakan
c. Perkiraan yang tepat atas jadwal penjualan dan produksi merupakan hal yang
esensial bagi pembelian, penanganan, dan investasi bahan yang efisien
d. Kebijakan manajemen, yang berupaya menciptakan keseimbangan antara
keragaman dan kuantitas persediaan bagi operasi yang efisien dengan biaya
pemilikan persediaan tersebut merupakan faktor yang paling utama dalam
menentukan investasi persediaan
e. Pemesanan bahan merupakan tanggapan terhadap perkiraan dan penyusunan
rencana pengendalian produksi
f. Pencatatan persediaan saja tidak akan mencapai pengendalian atas persediaan
g. Pengendalian bersifat komparatif dan relatif, tidak mutlak.

2.7 Pertimbangan Manajemen Persediaan

Banyak hal yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam manajemen
persediaan. Baik itu dari segi biaya, waktu, proses pemesanan, dan juga dari jenis
bahan persediaan yang dibutuhkan. Seorang manajer akan menganalisis itu semua
dengan pertimbangan yang sudah mereka tetapkan. Berikut beberapa hal yang
dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam manajemen persediaan:
1. Struktur Biaya Persediaan

Struktur biaya persediaan dapat kita kelompokkan sesuai dengan model


pemesannanya, seperti:

a. Biaya per unit (item cost)


b. Biaya penyiapan pemesanan (ordering cost)
- Biaya pembuatan perintah pembelian (purchasing order)
- Biaya pengiriman pemesanan
- Biaya transportasi
- Biaya penerimaan (Receiving cost)
- Jika diproduksi sendiri maka akan ada biaya penyiapan (set up cost) : surat
menyurat dan biaya untuk menyiapkan perlengkapan dan peralatan
c. Biaya pengelolaan persediaan (Carrying cost)
- Biaya yang dinyatakan dan dihitung sebesar peluang yang hilang apabila nilai
persediaan digunakan untuk investasi (Cost of capital)
- Biaya yang meliputi biaya gudang, asuransi, dan pajak (Cost of storage).
Biaya ini berubah sesuai dengan nilai persediaan.
d. Biaya resiko kerusakan dan kehilangan (Cost of obsolescence, deterioration and
loss).
e. Biaya akibat kehabisan persediaan (Stockout cost)

2. Faktor yang mempengaruhi investasi dalam persediaan

Faktor ini mencakup beberapa aspek yang berkaitan dengan proses produksi dan
daya tahan suatu persediaan. Beriut cakupapn dari faktor yangmempengaruhi investasi
dalam persediaan:

a. Tingkat Penjualan, semakin tinggi omzet penjualan maka makin besar investasi
persediaannya. Begitu juga sebaliknya. Jika omzet penjualannya rendah maka
persediaan akan sedikit.
b. Sifat Teknis dan Sifat Produksi
- Produksi pesanan => persediaan beragam dan banyak
- Produksi massal => persediaan bisa diatur
c. Lamanya Proses Produksi, jika proses produksi persediaan lama maka akan
mengakibatkan BDP biayanya semakin mahal dan tidak efisien.
d. Daya Tahan Bahan Baku dan Produk Akhir
- Barang tahan lama => Persediaan relatif tinggi
- Barang tahan tidak lama => Persediaan relatif rendah
- Barang Musiman => Persediaan tinggii pada musimnya
e. Lama Pembelian dan pengiriman

2.8 Metode Perhitungan Manajemen Persediaan

Terdapat beberapa jenis perhitungan yang sangat penting dalam manajemen


persediaan dan juga sering digunakan dalam sebuah perusahaan terutama dalam
perusahaan industri manufaktur. Dalam perusahaan industri manufaktur, bahan baku
diproses menjadi barang jadi, kemudian dijual. Proses ini memerlukan waktu panjang
sehingga modal yang diinvestasikan dalam persediaan cukup besar dan perputarannya
relatif lambat. Kondisi yang demikian membuat persediaan harus mendapatkan
perhatian manajemen yang sangat serius. Kelebihan persediaan akan mengakibatkan
pemborosan penggunaan modal, sedangkan kekurangan persediaan proses produksi
bisa terganggu. Mengelola persediaan dalam perusahaan industri manufaktur relatif
lebih sulit dibanding dengan mengelola persediaan dalam perusahaan dagang. Dalam
perusahaan dagang, persediaan barang dagangan dibeli untuk dijual; waktu yang
dibutuhkan relatif pendek, sehingga modal yang digunakan berputar relatif cepat.

Manajemen persediaan dalam perusahaan industri manufaktur dapat dikategorikan


menjadi dua, yaitu model Economic Order Quantity (EOQ) dan Tepat Waktu atau Just
in Time (JIT). Penggunaan model tersebut tergantung pada kebijakan manajemen
terhadap pemasok. Jika pemasok diperlukan sebagai pesaing, yaitu mencari pemasok
yang paling murah dapat menyediakan bahan baku, maka model EOQ lazim
digunakan. Tetapi jika pemasok diperlakukan sebagai partner bisnis yang setia dan
dinyatakan satu kesatuan dalam proses produksi, maka model JIT lazim digunakan.

1. Model Economic Order Quantitiy (EOQ)


Pada umumnya perusahaan menggunakan cara tradisional dalam mengelola
persediaan, yaitu dengan cara memiliki persediaan minimal untuk mendukung
kelancaran proses produksi. Di samping itu, perusahaan juga memperhitungkan biaya
persediaan yang paling ekonomis yang dikenal dengan istilah Economic Order Quantity
atau EOQ. EOQ akan menjawab pertanyaan berapa banyak kualitas bahan baku yang
harus dipesan dan berapa biayanya yang paling murah atau paling ekonomis.

Dalam metode ini, manajemen harus menghitung biaya yang paling ekonomis pada
setiap jumlah barang yang dibeli (dipesan). Biaya tersebut adalah saling hubungan
antara harga bahan baku, biaya penyimpanan yang umumnya dihitung berdasar
persentase tertentu dari nilai persediaan rata-rata, jumlah bahan baku yang dibutuhkan
dalam satu periode misalnya dalam satu tahun, dan biaya pesanan.

a. Total Biaya Penyimpanan Persediaan (Total Carrying Cost / TCC)

Biaya penyimpanan persediaan dalam EOQ bersifat Variabel terhadap jumlah


inventori yang dibeli. Sehingga rumusnya sebagai berikut:

Dimana :
- Total Biaya Penyimpanan
Q = Kuantitas Pesanan
TCC = C. P. A S = Penjualan Tahunan
N = Frekuensi
- Persediaan Rata-Rata Pemesanan
C = Biaya Penyimpanan
A = Q/2 P = Harga Beli Per Unit
=(S/N)/2
-

Biaya TCC ini mencakup sewa gudang, pemeliharaan barang didalam gudang,
modal yang tertanam dalam inventori, pajak dan ansuransi. Besarnya biaya TCC dapat
diperhitungkan dengan dua cara yaitu berdasarkan presentasi tertentu dari nilai
Inventori rata-rata dan berdasarkan biaya perunit barang yang disimpan (dari jumlah
rata-rata).

b. Total Biaya Pemesanan (Total Ordering Cost / TOC)


Biaya pemesanan persediaan dalam bersifat Variabel terhadap frekuensi pesanan
yang dibeli. Sehingga rumusnya sebagai berikut:

Dimana :
- Total Biaya Pesanan
Q = Kuantitas Pesanan
S = Penjualan Tahunan
TOC = F. ( S / Q ) F = Biaya Tetap

c. Total Biaya Persediaan ( Total Inventory Cost / TIC)

Total Biaya Perseddiaan atau TIC ini didapat dari penjumlahan total biaya
persediaan dan total biaya pemesanan. Sehingga hasilnya diketahui total biaya
persediaan tersebut. Jadi rumusnya sebagai berikut:

Dimana :
- Total Biaya Persediaan
Q = Kuantitas Pesanan
TIC = TCC + TOC S = Penjualan Tahunan
N = Frekuensi
Atau Pemesanan
C = Biaya Penyimpanan
P = Harga Beli Per Unit
TIC = C.P.( Q/2 ) + F. ( S/Q )

Ketiga perhitungan diatas bertujuan untuk mengetahui besaran biaya dimasing-


masing kategori. Setelah itu kita bisa mengaitkannya dengan Kuantitas Pemesanan
yang Ekonomis atau dikenal dengan EOQ ( Economic Ordering Quantity Model).

Terdapat dua dasar keputusan dalam model EOQ ini dalam manajemen persediaan,
diantaranya yaitu:
1. Berapa jumlah bahan mentah yang harus dipesan pada saat bahan tersebut
perlu dibeli kembali Replenishment Cycle.
2. Kapan perlu dilakukan pembelian kembali Reorder point.

Rumus Model EOQ sebagai berikut :


Dimana :

F = Biaya Tetap
..
EOQ = S = Penjualan Tahunan
. C = Biaya Penyimpanan
P = Harga Beli Per Unit

Model EOQ tidak lepas dari beberapa asumsi agar perhitungannya akurat. Berikut
ini beberapa asumsi mengenai model EOQ:

- Jumlah kebutuhan bahan mentah sudah dapat ditentukan lebih dulu


secara pasti untuk penggunaan selama satu tahun atau satu periode
- Penggunaan bahan selalu pada tingkat yang konstan secara kontinyu
- Pesanan persis diterima pada saat tingkat persediaan sama dengan nol
atau diatas safety stock
- Harga konstan selama periode tersebut.

Metode EOQ memiliki kaitan dengan beberapa aktifitas disebuah industri


manufaktur, seperti aktifitas dalam manajemen persediaan di bawah ini:

a. Pemesanan Ulang (Reorder Point)

Pada dasarnya, sebuaah perusahaan dalam mempersiapkan bahan persediaan


tidak menunggu bahan perssediaan di gudang habis secara keseluruhan. Hal ini dapat
menghambat dan memperlambat proses produksi didalam perusahaan tersebut.
Sehingga seorang manajer akan menentukan titik minimum atau standar dimana
perusahaan harus melakukan pemesanan kembali untuk mengisi persediaan yang telah
kosong.
Jika digambarkan dalam sebuah grafik akan berbentuk seperti dibawah ini sebagai
ilustrasi:

Gambar i: Grafik Ilustrasi Pemesanan Ulang

Dari grafik tersebut bisa kita tarik kesimpulan bahwa Rumus Pemesanan Ulang
atau Reorder Point yaitu:

Titik Pemesanan Ulang

Waktu Tunggu X Tingkat Penggunaan

b. Persediaan Pengaman ( Safety Stocks )

Persediaan Pengaman ini memang disengaja disediakan oleh perusahaan untuk


dijadikan alternatif pengganti terhadap perubahan tingkat penjualan atau keterlambatan
produksi-pengiriman. Tujuannya tidak lain sebagai jaga-jaga agar aktifitas disebuah
perusahaan tidak berhenti.

Dari gambaran itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa persediaan awal mengandung
safety stock. Jadi bisa disimpulkan menjadi:

Persediaan Awal
EOQ + Safety Stock
Persediaan Rata-rata
( EOQ / 2 ) + Safety Stock
Penentuan besar kecilnya Safety Stock dipengaruhi oleh faktor pengalaman, Faktor
dugaan, Faktor Biaya dan Faktor keterlambatan. Jadi, setiap perusahaan dalam
menentukan besar kecilnya safety stock persediaan tidaklah sama.

Metode EOQ dalam manajemen persedian mempunyai kelebihan dan juga


kekurangan. Sehingga kita harus mengetahuinya. Berikut beberapa kelebihan dan
kelemahan dalam metode ini:

- Keunggulan Model EOQ:

1. Dapat dijadikan dasar penukaran (trade off) antara biaya penyimpanan dengan
biaya persiapan atau biaya pemesanan (setup cost).
2. Dapat mengatasi ketidakpastian penggunaan persediaan pengaman atau
persediaan besi (safety stock).
3. Mudah diaplikasikan pada proses produksi yang outputnya telah memiliki standar
tertentu dan diproduksi secara massal.
4. Lazim digunakan pada rumah sakit, yaitu pada persediaan obat. Jika ada pasien
yang sakit mendadak dan perlu obat segera, apotek rumah sakit dapat melayani
dengan cepat.

- Kelemahan Model EOQ:

Hakikatnya model EOQ adalah model yang menempatkan pemasok sebagai mitra
bisnis sementara karena paradigma untung-rugi diterapkan pada mereka, sehingga
penggunaan model ini terjadi berganti-ganti pemasok, dan hal ini dapat mengganggu
proses produksi.

2. Model Periodic Order Quality (POQ)


POQ merupakan pendekatan menggunakan konsep jumlah pemesanan ekonomis
agar dapat dipakai pada periode bersifat permintaan diskrit, teknik ini dilandasi oleh
metode EOQ. Dengan mengambil dasar perhitungan pada metode pesanan ekonomis
maka akan diperoleh besarnya jumlah pesanan yang harus dilakukan dan interval
periode pemesanannya adalah setahun.

Penggunaan POQ:

POQ digunakan sebagai pengganti EOQ, bila permintaan tidak uniform.


Formula EOQ digunakan untuk menghitung waktu antarpemesanan (economic
time between orders)
POQ = EOQ / Rata2 pemakaian per minggu
Dengan POQ ini kuantitas pemesanan ditentukan oleh permintaan aktual,
sehingga akan menurunkan biaya penyimpanan (carrying cost)

3. Model Quantity Discount Model (QDM)

Dalam rangka meningkatkan volume penjualan seringkali perusahaan (supplier)


memberikan harga yang lebih rendah kepada pelanggan yang membeli dalam jumlah
yang lebih besar. Jadi harga per unit ditentukan semakin murah dengan semakin
banyaknya jumlah yang dibeli. Dalam model potongan harga ini kita harus
mempertimbangkan trade off antara biaya pembelian dengan biaya penyimpanan,
dimana semakin banyak jumlah yang dibeli maka biaya pembelian per unit akan
semakin menurun, tapi di lain pihak biaya penyimpanan akan semakin meningkat.

4. Model Analisis ABC

Analisis ABC adalah metode dalam manajemen persediaan untuk mengendalikan


sejumlah kecil barang, tetapi mempunyai nilai investasi yang tinggi. Analisis ABC
didasarkan pada sebuah konsep yang dikenal dengan nama Hukum Pareto (Ley de
Pareto), dari nama ekonom dan sosiolog Italia, Vilfredo Pareto (1848-1923). Hukum
Pareto menyatakan bahwa sebuah grup selalu memiliki persentase terkecil (20%) yang
bernilai atau memiliki dampak terbesar (80%). Berdasarkan hukum Pareto, analisis
ABC dapat menggolongkan barang berdasarkan peringkat nilai dari nilai tertinggi
hingga terendah, dan kemudian dibagi menjadi kelas-kelas besar terprioritas; biasanya
kelas dinamai A, B, C, dan seterusnya secara berurutan dari peringkat nilai tertinggi
hingga terendah, oleh karena itu analisis ini dinamakan Analisis ABC. Umumnya kelas
A memiliki jumlah jenis barang yang sedikit, namun memiliki nilai yang sangat tinggi.

Dalam hal ini digunakan tiga kelas, yaitu: A, B, dan C, di mana besaran masing-
masing kelas ditentukan sebagai berikut (Sutarman, 2003, pp. 144145):

1. Kelas A, merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 15-20% dari total
seluruh barang, tetapi merepresentasikan 75-80% dari total nilai uang.
2. Kelas B, merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 20-25% dari total
seluruh barang, tetapi merepresentasikan 10-15% dari total nilai uang.
3. Kelas C, merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 60-65% dari total
seluruh barang, tetapi merepresentasikan 5-10% dari total nilai uang.

Besaran masing-masing kelas di atas akan membentuk suatu kurva sebagaimana


terlihat pada Gambar 1 di bawah ini.

Gambar ii: Kurva Analisis ABC

Adapun langkah-langkah atau prosedur klasifikasi barang dalam analisis ABC


adalah sebagai berikut:
1. Menentukan jumlah unit untuk setiap tipe barang
2. Menentukan harga per unit untuk setiap tipe barang
3. Mengalikan harga per unit dengan jumlah unit untuk menentukan total nilai uang
dari masing-masing tipe barang
4. Menyusun urutan tipe barang menurut besarnya total nilai uang, dengan urutan
pertama tipe barang dengan total nilai uang paling besar
5. Menghitung persentase kumulatif barang dari banyaknya tipe barang
6. Menghitung persentase kumulatif nilai uang barang dari total nilai uang
7. Membentuk kelas-kelas berdasarkan persentase barang dan persentase nilai
uang barang
8. Menggambarkan kurva analisis ABC (bagan Pareto) atau menunjuk tingkat
kepentingan masalah

Dengan analisis ABC, kita dapat melihat tingkat kepentingan masalah dari suatu
barang. Dengan begitu, kita dapat melihat barang mana saja yang perlu diberikan
perhatian terlebih dahulu.

5. Model Just In Time (JIT).

Salah satu metode untuk mengendalikan persediaan yang modern adalah metode
Just In Time atau bisa disebut juga JIT. Metode ini bertujuan untuk meminimalkan biaya
persediaan karena menggunakan metode JIT setiap pemesanan dari konsumen akan
langsung di produksi. Dalam JIT diusahakan persediaan nol (atau paling tidak pada
tingkat yang tidak signifikan), sehingga penilaian persediaan menjadi tidak relevan
untuk tujuan pelaporan keuangan.

Rumusan JIT yang digunakan adalah :

Dimana :
+ + . = Unit produk yang harus
=
dijual untuk mencapai
laba tertentu
I = Laba Sebelum Pajak
= Total Biaya Tetap
= Jumlah kuantitas Non
Unit
= Biaya Variable Non Unit
= Biaya Variable per unit
P = Harga Jual per unit
2.9 Pengawasan Persediaan

Hakikat dari pengawasan persediaan barang adalah mulai bahan baku dipesan
sampai produk jadi digunakan oleh konsumen, yang terdiri dari pengawasan fisik, nilai,
dan biaya. Pengawasan barang meliputi pengawasan bahan baku, bahan pembantu,
barang dalam proses, dan pengawasan barang jadi. Pengawasan bahan baku dan
bahan pembantu dimulai dari bahan dipesan sampai dengan permintaan pemakaian
bahan dalam proses produksi; pengawasan itu meliputi fisik (jumlah unit, kerusakan,
keuangan, kehilangan, dan tingkat perputaran), biayanya, dan nilainya dalam bentuk
satuan uang.

Pengawasan barang dalam proses meliputi produk cacat, produk rusak, produk
hilang dalam proses produksi. Sedangkan pengawasan barang jadi meliputi rencana
penjualan, jadwal pengiriman, dan pelayanan purna jual. Keempat jenis barang itu
(bahan baku, bahan pembantu, barang dalam proses, dan barang jadi) jumlah
persediaannya secara fisik harus dikendalikan, agar tidak terjadi kekurangan dan
kelebihan. Kekurangan persediaan bahan baku dan bahan pemabantu dapat
mengakibatkan proses produksi terganggu, dan kekurangan persediaan barang jadi
akan mengakibatkan kesulitan memenuhi permintaan konsumen. Sebaliknya jika terjadi
kelebihan persediaan, dapat mengakibatkan modal yang ditanamkan dalam persediaan
tersebut besar, dan biaya modalnya besar
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem persediaan adalah serangkaian kebijaksanaan dan pengendalian yang


memonitor tingkat persediaan dan menentukan tingkat persediaan yang harus di jaga,
kapan persediaan harus diisi, dan berapa besar pesanan yang harus dilakukan. Sistem
ini bertujuan menetapkan dan menjamin tersedianya sumber daya yang tepat, dalam
kuantitas yang tepat dan pada waktu yang tepat.atau dengan kata lain, sistem dan
model persediaan bertujuan untuk meminimumkan biaya total melalui penentuan apa,
berapa dan kapan pesanan di lakukan secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/doc/140886739/Makalah-Manajemen-Persediaan

http://saidahida3010.blogspot.co.id/2016/10/manajemen-persediaan.html

Anda mungkin juga menyukai