MANAJEMEN PERSEDIAAN
DISUSUN OLEH :
A21116313
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Istilah persediaan (inventory) adalah suatu istilah umum yang menunjukkan segala
sesuatu atau sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap
pemenuhan permintaan. Sistem persediaan adalah serangkaian kebijaksanaan yang
memonitor tingkat persediaan dan menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga,
kapan persediaan harus diisi, dan berapa besar pesanan yang harus dilakukan.
Persediaan mempunyai arti dan peranan yang penting dalam suatu perusahaan.
Persediaan barang dagangan yang secara terus menerus dibeli dan dijual merupakan
salah satu unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan, baik itu perusahaan
dagang maupun perusahaan industry.
Manajemen Persediaan yaitu bagian utama dari modal kerja, merupakan aktiva
yang pada setiap saat mengalami perubahan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan persediaan adalah suatu aktiva yang harus tersedia dalam
perusahaan pada saat diperlukan untuk menjamin kelancaran dalam menjalankan
perusahaan. Manajemen persediaan diperlukan untuk perusahaan dibidang industri
manufaktur dan perdagangan saja. Hal ini dikarenakan dalam aktivitas industri
manufaktur dan perdagangan didalamnya terdapat persediaan-persedeiaan. Berbeda
dengan perusahaan jasa yang tidak terdapat persediaan bahan baku atau persediaan
bahan dagang untuk dijual kembali.
1. Batch Stock / Lot Size Inventory, yaitu persediaan yang diadakan karena kita
membeli atau membuat bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih
besar yang dibutuhkan pada saat itu. Jadi, dalam hal ini pembelian atas pembuatan
yang dilakukan dalam jumlah besar sedangkan penggunaan atau pengeluarannya
dalam jumlah kecil. Terjadinya persediaan karena pengadaan barang atau bahan yang
dilakukan lebih banyak lagi yang dibutuhkan.
Keuntungan yang akan diperoleh dari adanya Bacth Stock/Lot Size Inventory ini adalah:
4. Pipeline inventory, yaitu persediaan yang sedang dalam pengiriman barang dari
pabrik ke tempat yang akan digunakan dan ini disebabkan lamanya waktu pengiriman.
Laba yang maksimal dapat dicapai dengan meminimalkan biaya yang berkaitan
dengan persediaan. Namun meminimalkan biaya persiapan dapat dicapai dengan
memesan atau memproduksi dalam jumlah yang kecil, sedangkan untuk meminimalkan
biaya pemesanan dapat dicapai dengan melakukan pesanan yang besar dan jarang.
Jadi meminimalkan biaya penyimpanan mendorong jumlah persediaan yang sedikit
atau tidak ada, sedangkan meminimalkan biaya pemesanan harus dilakukan dengan
melakukan pemesanan, persediaan dalam jumlah yang relatif besar, sehingga
mendorong jumlah persediaan yang besar.
a. Persediaan diciptakan dari pembelian bahan dan suku cadang, tambahan biaya
pekerja dan overhead untuk mengelola bahan menjadi barang jadi
b. Persediaan berkurang melalui penjualan dan perusakan
c. Perkiraan yang tepat atas jadwal penjualan dan produksi merupakan hal yang
esensial bagi pembelian, penanganan, dan investasi bahan yang efisien
d. Kebijakan manajemen, yang berupaya menciptakan keseimbangan antara
keragaman dan kuantitas persediaan bagi operasi yang efisien dengan biaya
pemilikan persediaan tersebut merupakan faktor yang paling utama dalam
menentukan investasi persediaan
e. Pemesanan bahan merupakan tanggapan terhadap perkiraan dan penyusunan
rencana pengendalian produksi
f. Pencatatan persediaan saja tidak akan mencapai pengendalian atas persediaan
g. Pengendalian bersifat komparatif dan relatif, tidak mutlak.
Banyak hal yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam manajemen
persediaan. Baik itu dari segi biaya, waktu, proses pemesanan, dan juga dari jenis
bahan persediaan yang dibutuhkan. Seorang manajer akan menganalisis itu semua
dengan pertimbangan yang sudah mereka tetapkan. Berikut beberapa hal yang
dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam manajemen persediaan:
1. Struktur Biaya Persediaan
Faktor ini mencakup beberapa aspek yang berkaitan dengan proses produksi dan
daya tahan suatu persediaan. Beriut cakupapn dari faktor yangmempengaruhi investasi
dalam persediaan:
a. Tingkat Penjualan, semakin tinggi omzet penjualan maka makin besar investasi
persediaannya. Begitu juga sebaliknya. Jika omzet penjualannya rendah maka
persediaan akan sedikit.
b. Sifat Teknis dan Sifat Produksi
- Produksi pesanan => persediaan beragam dan banyak
- Produksi massal => persediaan bisa diatur
c. Lamanya Proses Produksi, jika proses produksi persediaan lama maka akan
mengakibatkan BDP biayanya semakin mahal dan tidak efisien.
d. Daya Tahan Bahan Baku dan Produk Akhir
- Barang tahan lama => Persediaan relatif tinggi
- Barang tahan tidak lama => Persediaan relatif rendah
- Barang Musiman => Persediaan tinggii pada musimnya
e. Lama Pembelian dan pengiriman
Dalam metode ini, manajemen harus menghitung biaya yang paling ekonomis pada
setiap jumlah barang yang dibeli (dipesan). Biaya tersebut adalah saling hubungan
antara harga bahan baku, biaya penyimpanan yang umumnya dihitung berdasar
persentase tertentu dari nilai persediaan rata-rata, jumlah bahan baku yang dibutuhkan
dalam satu periode misalnya dalam satu tahun, dan biaya pesanan.
Dimana :
- Total Biaya Penyimpanan
Q = Kuantitas Pesanan
TCC = C. P. A S = Penjualan Tahunan
N = Frekuensi
- Persediaan Rata-Rata Pemesanan
C = Biaya Penyimpanan
A = Q/2 P = Harga Beli Per Unit
=(S/N)/2
-
Biaya TCC ini mencakup sewa gudang, pemeliharaan barang didalam gudang,
modal yang tertanam dalam inventori, pajak dan ansuransi. Besarnya biaya TCC dapat
diperhitungkan dengan dua cara yaitu berdasarkan presentasi tertentu dari nilai
Inventori rata-rata dan berdasarkan biaya perunit barang yang disimpan (dari jumlah
rata-rata).
Dimana :
- Total Biaya Pesanan
Q = Kuantitas Pesanan
S = Penjualan Tahunan
TOC = F. ( S / Q ) F = Biaya Tetap
Total Biaya Perseddiaan atau TIC ini didapat dari penjumlahan total biaya
persediaan dan total biaya pemesanan. Sehingga hasilnya diketahui total biaya
persediaan tersebut. Jadi rumusnya sebagai berikut:
Dimana :
- Total Biaya Persediaan
Q = Kuantitas Pesanan
TIC = TCC + TOC S = Penjualan Tahunan
N = Frekuensi
Atau Pemesanan
C = Biaya Penyimpanan
P = Harga Beli Per Unit
TIC = C.P.( Q/2 ) + F. ( S/Q )
Terdapat dua dasar keputusan dalam model EOQ ini dalam manajemen persediaan,
diantaranya yaitu:
1. Berapa jumlah bahan mentah yang harus dipesan pada saat bahan tersebut
perlu dibeli kembali Replenishment Cycle.
2. Kapan perlu dilakukan pembelian kembali Reorder point.
F = Biaya Tetap
..
EOQ = S = Penjualan Tahunan
. C = Biaya Penyimpanan
P = Harga Beli Per Unit
Model EOQ tidak lepas dari beberapa asumsi agar perhitungannya akurat. Berikut
ini beberapa asumsi mengenai model EOQ:
Dari grafik tersebut bisa kita tarik kesimpulan bahwa Rumus Pemesanan Ulang
atau Reorder Point yaitu:
Dari gambaran itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa persediaan awal mengandung
safety stock. Jadi bisa disimpulkan menjadi:
Persediaan Awal
EOQ + Safety Stock
Persediaan Rata-rata
( EOQ / 2 ) + Safety Stock
Penentuan besar kecilnya Safety Stock dipengaruhi oleh faktor pengalaman, Faktor
dugaan, Faktor Biaya dan Faktor keterlambatan. Jadi, setiap perusahaan dalam
menentukan besar kecilnya safety stock persediaan tidaklah sama.
1. Dapat dijadikan dasar penukaran (trade off) antara biaya penyimpanan dengan
biaya persiapan atau biaya pemesanan (setup cost).
2. Dapat mengatasi ketidakpastian penggunaan persediaan pengaman atau
persediaan besi (safety stock).
3. Mudah diaplikasikan pada proses produksi yang outputnya telah memiliki standar
tertentu dan diproduksi secara massal.
4. Lazim digunakan pada rumah sakit, yaitu pada persediaan obat. Jika ada pasien
yang sakit mendadak dan perlu obat segera, apotek rumah sakit dapat melayani
dengan cepat.
Hakikatnya model EOQ adalah model yang menempatkan pemasok sebagai mitra
bisnis sementara karena paradigma untung-rugi diterapkan pada mereka, sehingga
penggunaan model ini terjadi berganti-ganti pemasok, dan hal ini dapat mengganggu
proses produksi.
Penggunaan POQ:
Dalam hal ini digunakan tiga kelas, yaitu: A, B, dan C, di mana besaran masing-
masing kelas ditentukan sebagai berikut (Sutarman, 2003, pp. 144145):
1. Kelas A, merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 15-20% dari total
seluruh barang, tetapi merepresentasikan 75-80% dari total nilai uang.
2. Kelas B, merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 20-25% dari total
seluruh barang, tetapi merepresentasikan 10-15% dari total nilai uang.
3. Kelas C, merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 60-65% dari total
seluruh barang, tetapi merepresentasikan 5-10% dari total nilai uang.
Dengan analisis ABC, kita dapat melihat tingkat kepentingan masalah dari suatu
barang. Dengan begitu, kita dapat melihat barang mana saja yang perlu diberikan
perhatian terlebih dahulu.
Salah satu metode untuk mengendalikan persediaan yang modern adalah metode
Just In Time atau bisa disebut juga JIT. Metode ini bertujuan untuk meminimalkan biaya
persediaan karena menggunakan metode JIT setiap pemesanan dari konsumen akan
langsung di produksi. Dalam JIT diusahakan persediaan nol (atau paling tidak pada
tingkat yang tidak signifikan), sehingga penilaian persediaan menjadi tidak relevan
untuk tujuan pelaporan keuangan.
Dimana :
+ + . = Unit produk yang harus
=
dijual untuk mencapai
laba tertentu
I = Laba Sebelum Pajak
= Total Biaya Tetap
= Jumlah kuantitas Non
Unit
= Biaya Variable Non Unit
= Biaya Variable per unit
P = Harga Jual per unit
2.9 Pengawasan Persediaan
Hakikat dari pengawasan persediaan barang adalah mulai bahan baku dipesan
sampai produk jadi digunakan oleh konsumen, yang terdiri dari pengawasan fisik, nilai,
dan biaya. Pengawasan barang meliputi pengawasan bahan baku, bahan pembantu,
barang dalam proses, dan pengawasan barang jadi. Pengawasan bahan baku dan
bahan pembantu dimulai dari bahan dipesan sampai dengan permintaan pemakaian
bahan dalam proses produksi; pengawasan itu meliputi fisik (jumlah unit, kerusakan,
keuangan, kehilangan, dan tingkat perputaran), biayanya, dan nilainya dalam bentuk
satuan uang.
Pengawasan barang dalam proses meliputi produk cacat, produk rusak, produk
hilang dalam proses produksi. Sedangkan pengawasan barang jadi meliputi rencana
penjualan, jadwal pengiriman, dan pelayanan purna jual. Keempat jenis barang itu
(bahan baku, bahan pembantu, barang dalam proses, dan barang jadi) jumlah
persediaannya secara fisik harus dikendalikan, agar tidak terjadi kekurangan dan
kelebihan. Kekurangan persediaan bahan baku dan bahan pemabantu dapat
mengakibatkan proses produksi terganggu, dan kekurangan persediaan barang jadi
akan mengakibatkan kesulitan memenuhi permintaan konsumen. Sebaliknya jika terjadi
kelebihan persediaan, dapat mengakibatkan modal yang ditanamkan dalam persediaan
tersebut besar, dan biaya modalnya besar
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
https://id.scribd.com/doc/140886739/Makalah-Manajemen-Persediaan
http://saidahida3010.blogspot.co.id/2016/10/manajemen-persediaan.html