PENDAHULUAN
Lemak (disebut juga lipid) adalah zat yang kaya kalori, yang berfungsi
sebagai sumber utama untuk proses metabolisme tubuh. Lemak diperoleh dari
makanan atau dibentuk di dalam tubuh, terutama di hati dan disimpan di dalam sel-sel
lemak untuk digunakan di kemudian hari. Sel-sel lemak juga melindungi tubuh dari
dingin dan membantu melindungi tubuh terhadap cedera. Lemak merupakan
komponen penting dari selaput sel, selubung saraf yang membungkus sel-sel saraf
serta empedu (Suyatna, 2007).
Dua lemak utama dalam darah adalah kolesterol dan trigliserida.
Lemak tidak larut dalam cairan plasma, sehingga dia harus mengikat dirinya pada
protein tertentu agar dapat mengikuti aliran darah. Gabungan antara lemak dan
protein ini disebut lipoprotein.
Kurang gerak, pola makan tinggi kalori, kaya lemak dan karbohidrat,
menyebabkan penumpukan kelebihan energi dari glukosa, lemak dan protein yang
tidak terpakai. Penimbunan lemak ini dapat menyebabkan pembesaran jaringan
adipose yang membuat seseorang menjadi gemuk terutama pada bagian perut yang
lambat laun nampak membuncit (Alam et al., 2003).
BAB II
ISI
I. DEFINISI
Hiperlipidemia atau yang sering disebut sebagai dislipidemia didefinisikan
sebagai suatu keadaan dimana kadar lemak di dalam darah meningkat di atas
batas normal. Total kolesterol menjadi tinggi, LDL (low density lipoprotein) atau
trigliserida tinggi, HDL (high density lipoprotein) rendah, atau kombinasi
kelainan lain. (Wells et al., 2009). Kondisi hiperlipidemia bila berkelanjutan
memicu terbentuknya aterosklerosis (hilangnya elastisitas disertai penyempitan
dan pengerasan pembuluh darah arteri). Aterosklerosis menjadi penyebab utama
terjadinya penyakit jantung koroner (PJK) (Katzung, 2002).
Hiperlipidemia sering dikenal juga sebagai hiperlipoproteinemia, karena
sebelum mengalami sirkulasi dalam darah, lemak harus berikatan dengan protein
membentuk lipoprotein. Sehingga semakin banyak lemak yang dikonsumsi akan
menyebabkan semakin banyaknya lipoprotein yang terbentuk. Kolesterol dalam
darah akan mengalami sirkulasi dalam bentuk kolesterol LDL dan HDL.
Kolesterol LDL sering disebut kolesterol jahat karena dapat menyebabkan
penyumbatan pembuluh darah dan mengakibatkan serangan jantung. Sedangkan
HDL dikenal sebagai kolesterol baik karena berfungsi menyapu kolesterol bebas
di pembuluh darah dan mampu mempertahankan kadar trigliserida darah dalam
kisaran normal (Suyatna, 2007).
II. KLASIFIKASI
Secara umum, hiperlipidemia dapat dibagi menjadi dua sub-kategori, yaitu
hiperkolesterolemia (kadar kolesterol tinggi) dan hipertrigliserida (kadar
trigliserida tinggi).
1. Hiperkolesterolemia
Kelebihan kolesterol dalam darah akan menimbulkan suatu proses
kompleks pada pembuluh darah. Mulai dari terjadinya plaque (penimbunan
lemak) dalam pembuluh darah, perlekatan monosit, agregasi platelet, dan
pembentukan trombus. Berbagai proses tersebut akhirnya dapat menyebabkan
terjadinya penyumbatan pembuluh darah. Akibatnya, organ-organ yang
disuplai pembuluh darah akan mengalami kekurangan atau penghentian suplai
darah. Kondisi inilah yang pada akhirnya akan bermanifestasi sebagai
penyakit jantung koroner (PJK), stroke, atau penyakit vaskuler lainnya.
Idealnya, kadar kolesterol LDL tidak boleh lebih dari 130 mg/dL dan kadar
kolesterol HDL tidak boleh kurang dari 40 mg/dL. Kadar HDL harus meliputi
lebih dari 25% dari kadar kolesterol total (Neal, 2006).
2. Hipertrigliserida
Kadar trigliserida yang tinggi belum tentu meningkatkan resiko
terjadinya penyakit jantung atau stroke, masih belum jelas. Kadar trigliserida
darah diatas 250 mg/dL dianggap abnormal, tetapi kadar yang tinggi ini tidak
selalu meningkatkan resiko terjadinya aterosklerosis maupun penyakit arteri
koroner. Kadar trigliserida yang sangat tinggi (sampai lebih dari 800 mg/dL)
bisa menyebabkan pancreatitis (Neal, 2006).
Dapat pula dibedakan menjadi hiperlipidemia primer dan sekunder
berdasarkan faktor resikonya.
1. Hiperlipidemia Primer
Hiperlipidemia primer dibagi dalam dua kelompok besar :
a. Hiperlipoproteinemia monogenik karena kelainan gen tunggal yang
diturunkan. Sifat penurunan ini mengikuti hukum Mendel;
b. Hiperlipoproteinemia poligenik/multifaktorial. Kadar kolesterol pada
kelompok ini ditentukan oleh gabungan faktor-faktor genetik dengan
faktor lingkungan (Suyatna, 2007).
2. Hiperlipidemia Sekunder
Kejadian hiperlipidemia sekunder kira-kira 40% dari seluruh kasus
hiperlipidemia. Hiperlipidemia adalah terjadinya peningkatan kadar lemak
yang disebabkan antara lain oleh kondisi penyakit dan penggunaan obat-obat
tertentu (Suyatna, 2007).
Gambar 2.1. Penyebab Hiperlipoproteinemia Primer (genetik)
III. PATOFISIOLOGI
Terdapat 4 jenis utama lipoprotein, yaitu :
Kilomikron
VLDL (Very Low Density Lipoproteins)
LDL (Low Density Lipoproteins)
HDL (High Density Lipoproteins) (Katzung, 2002).
Tidak semua kolesterol meningkatkan resiko terjadinya penyakit jantung.
Kolesterol yang dibawa oleh LDL (disebut juga kolesterol jahat) menyebabkan
meningkatnya resiko penyakit jantung, sedangkan kolesterol yang dibawa oleh
HDL (disebut juga kolesterol baik) menyebabkan menurunnya resiko penyakit
jantung dan menguntungkan. Idealnya, kadar kolesterol LDL tidak boleh lebih
dari 130 mg/dL dan kadar kolesterol HDL tidak boleh kurang dari 40 mg/dL.
Kadar HDL harus meliputi lebih dari 25 % dari kadar kolesterol total (Neal,
2006).
Disfungsi endotelium
Hipotesis respon terhadap luka menyatakan bahwa factor resiko seperti LDL
teroksidasi, luka mekanis terhadap endothelium, peningkatan homosistein,
serangan fungsi imunologi, atau induksi infeksi yang menginduksi perubahan
dalam endothelial dan fungsi intima membawa kepada disfungsi endothelium
dan serangkaian interaksi seluler yang lama kelamaan memuncak menjadi
aterosklerosis. Gejala klinis yang dapat muncul adalah angina, infark miokard,
aritmia, stroke, penyakit arteri perifer, aneurisme pada aorta serta abdomen
dan kematian mendadak.
Respon inflamasi
LDL teroksidasi mempengaruhi respon inflamasi yang dimediasi oleh
beberapa zat kimia penarik dan sitokin, misalnya Monosite Colony
Stimulating Factor (MCSF), melekul adhesi intraselular, Platelet
Degeneration Growth Factor (PDGF), Transformation Growth Factor (TGF),
IL-1, dan IL-6. Luka yang berulang dan perbaikan plak aterosklerosis
akhirnya akan mengarah kepada perlindungan fibrous cap yang didasari oleh
inti lipid, kolagen, kalsium, dan sel inflamatori seperti limfosit T.
Pemeliharaan fibrous plaque sangat penting untuk mencegah hancurnya plak
dan diikuti oleh trombosit koronari.
Faktor genetik
Kerusakan primer pada hiperkolesterol familial adalah ketidak mampuan
pengikatan LDL terhadap reseptor LDL (LDL-R) atau kerusakan pencernaan
kompleks LDL-R ke dalam sel setelah pengikatan normal. Hal ini mengarah
pada kurangnya degradasi LDL oleh sel dan tidak teraturnya biosintesis
kolesterol, dengan jumlah kolesterol total dan LDL tidak seimbang dengan
berkurangnya reseptor LDL.
(Dipiro et al., 2005)
IV. MANIFESTASI KLINIK
Hiperlipidemia tidak memberikan tanda-tanda klinis, namun terdapat gejala yang
nyata yang disebut xantoma yaitu penumpukan jaringan lemak di dalam tendo (urat
daging) dan di dalam kulit yang sering dijumpai antara lain di lipatan kelopak mata.
Jika kadar kolesterol tidak terkontrol lama kelamaan akan menumpuk, menjadi
aterosklerosis dan penyakit jantung koroner. Gejala hiperlipidemia diantaranya yaitu
merasa sakit, berdebar, berkeringat, gelisah, bernafas pendek, kehilangan kesadaran
atau sulit dalam berbicara atau bergerak, sakit abnominal, dan kematian secara
mendadak. Pasien yang terkena sindrom metabolisme kemungkinan memiliki tiga
atau lebih komplikasi, yaitu obesitas abdominal, atherogenic dyslipidemia, tekanan
darah tinggi, resistensi insulin (dengan atau tanpa intoleransi glukosa), keadaan
prothrombotic, atau keadaan proinflammatory (Dipiro et al,. 2008).
Hiperkolesterolemia familial dijelaskan dengan peningkatan selektif LDL plasma
dan perubahan penyimpanan turunan kolesterol LDL pada tendon (xantoma) dan
arteri (ateroma) (Sukandar et al., 2008).
Defisiensi lipoprotein lipase famial dijelaskan dengan akumulasi masif
kilomikron dan berhubungan dengan meningkatnya trigliserida plasma atau pola
lipoprotein tipe I (peningkatan kilomikron). Gejala yang muncul termasuk serangan
berulang pankreatitis dan nyeri abdominal, munculnya xantomatosis kutaneus, dan
hepatosplenomegali yang diawali sejak kecil. Gejala buruk proporsional dengan
asupan lemak dalam makanan dan mengakibatkan peningkatan kilomikron.
Pembentukan aterosklerosis tidak dipercepat dengan penyakit ini (Sukandar et al.,
2008).
Gejala klinis pasien dengan hiperlipoprotein familial tipe III (peningkatan IDL
atau Intermediate Density Lipoprotein) berkembang setelah umur 20 tahun yaitu
xantoma striata palmaris (perubahan warna menjadi kuning pada palma dan
berkerutnya digital); tuberosa xantoma (bulbus kutaneus xantoma); dan ateroslerosis
parah yang melibatkan arteri koroner, karotid internal, dan aorta abdominal
(Sukandar et al., 2008).
Hiperlipoproteinemia tipe IV (peningkatan VLDL) umum dan terutama terjadi
pada pasien obesitas, diabetes, dan hiperurisemia dan tidak memiliki xantoma.
Kondisi senkunder bisa terjadi pada peminum alkohol dan diperburuk dengan stres,
propestin, kontrasepsi oral, thiazid, atau bloker (Sukandar et al., 2008).
Tipe V (peningkatan VLDL dan kilomikron) dijelaskan dengan nyeri abdominal,
pankreatitis, munculnya xantoma, dan polineuropathy perifer. Pasien-pasien ini
biasanya obesitas, hiperurisemnia, dan diabetes; peminum alkohol, eksogenus
estrogen, dan gagal ginjal dapat memperburuk faktor yang telah ada. Resiko
aterosklerosis meningkat dengan penyakit tipe ini (Sukandar et al., 2008).
V. DIAGNOSIS
Hiperlipidemia umumnya tidak memiliki gejala. Skrining dilakukan dengan
tes darah sederhana untuk mengukur kadar kolesterol dan trigliserida. Berdasarkan
National Cholestrol Education Program Guidelines, orang dewasa yang sehat harus
disaring setiap lima tahun sekali dimulai pada usia 20. Jika Anda memiliki riwayat
keluarga dengan kolesterol tinggi atau faktor risiko lain Anda mungkin perlu lebih
awal atau skrining lebih sering (Robert, 2005).
Anamnese
Evaluasi riwayat hidup pasien meliputi umur, jenis kelamin, dan status
menstrual dan jika wanita diperhatikan status menstrual dan estrogennya (Sukandar et
al., 2008).
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan laboratorium
1. Jenis pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis hiperlipidemia adalah
(Judajana, 2011) :
Kolesterol total
Kolesterol HDL
Kolesterol LDL-Direk,
Trigliserida
ApoB
Lp(a)
2. Pemeriksaan penyaring dianjurkan pada semua orang dewasa berumur lebih
dari 45 tahun. Pemeriksaan penyaring meliputi kadar kolesterol total dan
trigliserida. Bila hasilnya normal, maka dianjurkan pemeriksaan ulang setiap
lima tahun. Bila hasilnya abnormal diperlukan pemeriksaan profil lipid
lengkap yang meliputi kolesterol Total, LDL-C, HDL-C dan trigliserida serta
kadar glukosa darah. Pemeriksaan profil lengkap harus dijalankan sedini
mungkin pada mereka yang beresiko tinggi terkena atherosclerosis (Judajana,
2011).
3. Dilakukan pemeriksaan darah untuk mengukur kadar kolesterol total. Profil
lipoprotein puasa termasuk kolesterol total, LDL, HDL, dan trigliserida
seharusnya diukur pada semua orang dewasa berumur 20 tahun atau lebih,
setidaknya setiap 5 tahun sekali.
4. Beberapa persyaratan untuk pengambilan bahan (darah) agar hasilnya
mencerminkan keadaan yang sebenarnya dan dapat dibandingkan dari waktu
ke waktu (pada pengobatan) (Judajana, 2011):
a. Untuk mengukur kadar kolesterol LDL, HDL dan trigliserida, sebaiknya
penderita berpuasa dulu minimal selama 12 jam. Hal ini dikarenakan
trigliserida dapat meningkat pada seseorang yang tidak puasa.
b. Dianjurkan selama 2 minggu sebelumnya tidak makan obat yang
mempengaruhi kadar lipid.
c. Tidak ada perubahan berat badan.
d. Sekurang kurangnya 3 bulan sebelumnya tidak sakit berat, infark miokard
atau operasi .
e. Serum segera dipisahkan atau bila dipakai plasma maka digunakan
antikoagulan EDTA.
f. Pemeriksaan dilakukan sebanyak dua kali, 1 sampai 8 minggu secara
terpisah, dengan pasien dalam kondisi asupan makanan yang stabil dan
tidak memiliki penyakit akut, dianjurkan untuk meminimalisir keragaman
sehingga didapatkan data dasar yang akurat. Jika kolesterol total lebih
besar dari 200 mg/dl, pemeriksaan kedua dianjurkan untuk dilakukan
(Katzung, 2002).
g. Jika pemeriksaan fisik dan evaluasi riwayat hidup tidak cukup untuk
mendiagnosis penyakit familial, maka dilakukan uji elektroforesis
lipoprotein gel-agarosa yang berguna untuk menentukan tipe mana yang
mempengaruhi lipoprotein (Katzung, 2002).
h. Diagnosis defisiensi lipoprotein lipase berdasarkan kurang atau hilangnya
aktivitas enzim pada plasma normal manusia atau apolipoprotein C-II
yang merupakan kofaktor enzim (Katzung, 2002).
i. Kelainan metabolisme lemak sebenarnya merupakan hasil interaksi
berbagai/ banyak faktor, dan memerlukan beberapa jenis pemeriksaan
laboratorium lainnya untuk melengkapi yaitu Small Dense LDL,
Lipoproteinn A (Lpa), Apolipoprotein A1, Apolipoprotein A2,
Apolipoprotein B
j. Tes diagnostik lain, meliputi : Lipoprotein (a), homosistein, serum amiloid
a, dan LDL tebal/padat (pola B). Berbagai skrining tes untuk manifestasi
dari penyakit pembuluh (index mata kaki berkenaan dengan lengan,
latihan pengujian, Magnetis Resonansi Imaging) dan diabetes (glukosa
puasa, uji toleransi glukosa oral).
1. Terapi farmakologis
a. Asam Fibrat
Klofibrat ditemukan peningkatan angka mortalitas. Derivat asam fibrat
yang masih digunakan saat ini adalah gemfibrozil, fenofibrat, dan
bezafibrat. Obat ini diduga bekerja dengan cara berikatan dengan resptor
peroxisome proliferator-activated receptors alpha (PPARa) dengan
peningkatan oksidasi asam lemak, sintesis LPL dan penurunan ekspresi
Apo C-III. Peninggian kadar LPL meningkatkan klirens lipoprotein yang
kaya trigliserida. Penurunan produksi Apo C-III hati akan menurunkan
VLDL. HDL meningkat secara moderat karena peningkatan ekspresi Apo
A-I dan Apo A-II (Departemen Farmakologi dan Terapeutik. 2007).
Resorpsinya dari usus lambat tetapi lengkap, di dalam hati segera
dihidrolisa menjadi metabolit aktif. Ekskresinya berlangsung melalui
kemih sebagai glukuronida.
Efek samping berupa gangguan (sementara) saluran cerna, kadang kala
nyeri kepala, kantuk, eksantema, timulasi nafsu makan, rambut rontok,
dan impotensi.
Interaksi. Efek derivat kumarin diperkuat, begitu pula efek furosemida dan
antidiabetika oral berdasarkan pendesakan dari ikatan proteinnya.
Dosis. Permulaan 500 mg sehari, berangsur-angsur dinaikkan sampai
3-4 dd 500 mg d.c./p.c. (Tjay, 2010).
VII. TERAPI
Tujuan terapi yang ingin dicapai pada pengobatan adalah penurunan
kolesterol total dan LDL untuk mengurangi resiko pertama atau berulang dari infark
miokardiak, angina, gagal jantung, stroke, iskemia, atau kejadian lain pada penyakit
arterial perifer seperti carotid stenosis atau aneurisme aortic abdominal (Sukandar et
al., 2008)
Tujuan terapi dinyatakan dengan kadar LDL-C dan tingkat inisiasi terapetik
perubahan gaya hidup (TLC) dan terapi obat yang diberikan untuk masing-masing
orang dewasa dan anak-anak. Alasan utama untuk mengembangkan terapi terapetik
perubahan gaya hidup dan obat untuk mengurangi risiko kejadian pertama atau
peristiwa berulang seperti MI, angina, gagal jantung, stroke iskemik, dan bentuk-
bentuk lain dari penyakit arteri perifer, seperti carotid stenosis dan aneurisma aorta
abdominal (Dipiro et al., 2008).
Menetapkan perubahan dan hasil yang ditargetkan dengan penguatan tujuan
yang konsisten untuk mencapai tujuan mengurangi hambatan untuk mengoptimalkan
terapetik perubahan gaya hidup dan terapi farmakologis. Terapetik perubahan gaya
hidup harus diterapkan pada semua pasien sebelum mempertimbangkan terapi obat.
Komponen terapetik perubahan gaya hidup termasuk (Dipiro et al., 2008):
mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol
pilihan diet untuk mengurangi LDL
seperti konsumsi tanaman stanol dan sterol dan serat larut
penurunan berat badan
meningkatkan aktivitas fisik.
secara umum, aktivitas fisik intensitas sedang 30 menit per hari dalam
seminggu harus dilakukan. Pasien dengan CAD dikenal atau yang
berisiko tinggi harus dievaluasi sebelum mereka melakukan olahraga
berat.
Berat dan BMI harus ditentukan pada setiap kunjungan, pola dan gaya
hidup untuk menginduksi penurunan berat badan dari 10% harus
didiskusikan dengan orang-orang yang kelebihan berat badan.
Semua pasien harus diberi konseling untuk berhenti merokok dan
untuk memenuhi pedoman Joint National Committee VII untuk
mengontrol hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA
Alam, A., Subardja, D., Fadil, R., Rustama, D.S. 2003. Hiperlipidemia Familial
Homozigot Dan Mikropenis Pada Seorang Anak Balitamkb Vol.35
No.1.
Katzung, B.G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik. edisi 8. buku 2. Penerbit
Salemba Medika : Jakarta. 441-444
Neal, M.J. 2006. At Glance Farmakologi Medis. ed.5. Penerrbit Erlangga: Jakarta.
46-47
Tjay, T.H., Kirana Rahardja. 2010. Obat Obat Penting Khasiat, Penggunaan, Dan
Efek-Efek Sampingnya. Edisi 6. Jakarta : PT Elex Media Komputindo
Wells, B.G., J.T. Dipiro, T.L. Schwinghammer, C. V. DiPiro. 2009.
Pharmacotherapy Handbook. Seventh Edition. The McGraw-Hill Companies,
Inc. United States. p.98.