Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS PADA ANAK

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah
Keperawatan Anak
yang dibina oleh Ibu Dr. Ni Luh Putu Eka Sudiwati, S. Kp., M. Kes.

Oleh
Berlyana Yosie Kartika Sari
1601460028

KEMENTERIAN KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN
Agustus 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan bimbingan-Nya
sehingga makalah ini dapat terselesaikan, makalah dengan judul Asuhan Keperawatan Meningitis
Pada Anak. Penulis dalam menyelesaikan makalah ini banyak mendapat bantuan dari berbagai
pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini penulis
menghaturkan rasa terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Ni Luh Putu Eka Sudiwati, S. Kp., M. Kes, selaku dosen pembimbing atas semua
dukungan, bimbingan, dan masukannya.
2. Bapak, Ibu, dan keluarga di rumah terima kasih dukungan baik materiil maupun
spiritualnya.
3. Teman-teman, terima kasih atas bantuannya, semoga kompak selalu serta pantang
menyerah.
4. Kepada pihak-pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebut satu persatu.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat
diterapkan dan bermanfaat bagi pembaca.

Malang, Agustus 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii
BAB I
1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................................................ 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ........................................................................................................ 1
1.3 TUJUAN ................................................................................................................................. 2
BAB II
2.1 DEFINISI MENINGITIS ........................................................................................................ 3
2.2 ETIOLOGI MENINGITIS ...................................................................................................... 3
2.3 PATOFISIOLOGI MENINGITIS .......................................................................................... 4
2.4 MANISFESTASI KLINIS ...................................................................................................... 5
2.5 KONSEP DASAR KEPERAWATAN ................................................................................... 7
2.5.1 PENGKAJIAN MENINGITIS ....................................................................................... 7
2.5.2 POHON MASALAH .................................................................................................... 14
2.5.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN .................................................................................. 15
2.5.4 DIAGNOSIS PENUNJANG......................................................................................... 15
2.5.5 INTERVENSI KEPERAWATAN DAN KOLABORASI ........................................... 17
BAB III
3.1 KESIMPULAN ..................................................................................................................... 24
3.2 SARAN ................................................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 26

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Penyakit infeksi di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan yang utama.
Salah satu penyakit tersebut adalah infeksi susunan saraf pusat. Penyebab infeksi
susunan saraf pusat adalah virus, bakteri atau mikroorganisme lain. Meningitis
merupakan penyakit infeksi dengan angka kematian berkisar antara 18-40% dan angka
kecacatan 30-50%.

Bakteri penyebab meningitis ditemukan di seluruh dunia, dengan angka kejadian


penyakit yang bervariasi. Di Indonesia, dilaporkan bahwa Haemophilus influenzae tipe
B ditemukan pada 33% diantara kasus meningitis.

Pada penelitian lanjutan, didapatkan 38% penyebab meningitis pada anak kurang
dari 5 tahun. Di Australia pada tahun 1995 meningitis yang disebabkan Neisseria
meningitidis 2,1 kasus per 100.000 populasi, dengan puncaknya pada usia 04 tahun
dan 1519 tahun. Sedangkan kasus meningitis yang disebabkan Steptococcus
pneumoniae angka kejadian pertahun 10100 per 100.000 populasi pada anak kurang
dari 2 tahun dan diperkirakan ada 3000 kasus per tahun untuk seluruh kelompok usia,
dengan angka kematian pada anak sebesar 15%, retardasi mental 17%, kejang 14% dan
gangguan pendengaran 28%.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, diantaranya:

1. Apa yang dimaksud dengan meningitis?


2. Apa penyebab dari meningitis?
3. Bagaimana proses terjadinya meningitis?
4. Bagaimana manisfestasi klinis dari penyakit meningitis?
5. Bagaimana konsep dasar keperawatan dari meningitis?

1
1.3 TUJUAN
Penulisan makalah ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui pengertian dari meningitis.


2. Mengetahui penyebab dari meningitis.
3. Memahami proses terjadinya penyakit meningitis.
4. Mengetahui menisfestasi klinis penyakit meningitis.
5. Memahami asuhan keperawatan meningitis.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI MENINGITIS


Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piameter
(lapisan dalam selaput otak) dan arakhnoid serta dalam derajat yang lebih ringan
mengenai jaringan otak dan medula spinalis yang superfisial. Meningitis juga
merupakan peradangan pada jaringan tipis yang mengelilingi otak dan sumsum tulang
belakang, yang disebut meninges. Meningitis adalah infeksi yang menular. Sama
seperti flu, pengantar virus meningitis berasal dari cairan yang berasal dari tenggorokan
atau hidung. Virus tersebut dapat berpindah melalui udara dan menularkan kepada
orang lain yang menghirup udara tersebut. (Anonim., 2007).

Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan perubahan yang terjadi


pada cairan otak yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta. Meningitis serosa
ditandai dengan jumlah sel dan protein yang meninggi disertai cairan serebrospinal
yang jernih. Penyebab yang paling sering dijumpai adalah kuman Tuberculosis dan
virus. Meningitis purulenta atau meningitis bakteri adalah meningitis yang bersifat akut
dan menghasilkan eksudat berupa pus serta bukan disebabkan oleh bakteri spesifik
maupun virus. Meningitis Meningococcus merupakan meningitis purulenta yang paling
sering terjadi.

2.2 ETIOLOGI MENINGITIS


Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebanyakan pasien
dengan meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur tulang tengkorak,
infeksi, operasi otak atau sum-sum tulang belakang. Penyebab infeksi ini dapat
diklasifikasikan sebagai Penumococcus, Meningococcus, Hemophilus influenza,
Staphylococcus, E.coli, Salmonella. (Japardi, Iskandar., 2002).

Penyebab meningitis terbagi atas beberapa golongan umur :

1. Neonatus (bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 28 hari): Eserichia coli,
Streptococcus beta hemolitikus, Listeria monositogenes.

3
2. Anak dibawah 4 tahun: Hemofilus influenza, meningococcus, Pneumococcus.
3. Anak di atas 4 tahun dan orang dewasa: Meningococcus, Pneumococcus. (Japardi,
Iskandar., 2002).

Adapun macam-macam penyebab meningitis dilihat dari jenisnya antara lain:

1. Meningitis Bakterial
Merupakan reaksi peradangan yang mengenai salah satu atau semua selaput
meningen disekeliling otak dan medula spinalis. Bakteri yang paling sering
menyebabkan meningitis adalah Eschericia Coli, Streptococcus group B, L.
monocytogenesis, Haemofilus influenza, Stapilokokus pneumoniae ,Nersseria
meningitidis, Stapilokokus Aureus, Stapilokokus Epidermidis, Gram negative
bacilli, Klebsiela dan Pseudomonas. Tubuh akan berespon terhadap bakteri sebagai
benda asing dan berespon dengan terjadinya peradangan dengan adanya neutrofil,
monosit dan limfosit. Cairan eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin dan lekosit
terbentuk di ruangan subarahcnoid ini akan terkumpul di dalam cairan otak
sehingga dapat menyebabkan lapisan yang tadinya tipis menjadi tebal. Dan
pengumpulan cairan ini akan menyebabkan peningkatan intrakranial.
2. Meningitis Tuberkulosa
Merupakan reaksi keradangan yang mengenai salah satu atau semua selaput
meningen disekeliling otak dan medula spinalis yang disebabkan oleh karena
kuman tuberkulosa.
3. Meningitis virus
Tipe dari meningitis ini sering disebut aseptik meningitis. Ini biasanya
disebabkan oleh berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti;
gondok, herpez simplek dan herpez zoster. Eksudat yang biasanya terjadi pada
meningitis bakteri tidak terjadi pada meningitis virus dan tidak ditemukan
organisme pada kultur cairan otak. Peradangan terjadi pada seluruh koteks cerebri
dan lapisan otak. Mekanisme atau respon dari jaringan otak terhadap virus
bervariasi tergantung pada jenis sel yang terlibat.

2.3 PATOFISIOLOGI MENINGITIS


Efek peradangan akan menyebabkan peningkatan cairan cerebro spinalis yang
dapat menyebabkan obstruksi dan selanjutnya terjadi hidrosefalus dan peningkatan

4
tekanan intra kranial. Efek patologi dan peradangan tersebut adalah Hiperemi pada
meningen. Edema dan eksudasi yang menyebabkan peningkatan tekanan intra kranial.

Organisme masuk melalui sel darah merah pada blood brain barrier. Masuknya
dapat melalui trauma penetrasi, prosedur pembedahan, atau pecahnya abses serebral
atau kelainan sistem saraf pusat. Otorrhea atau rhinorrea akibat fraktur dasar tengkorak
dapat menimbulkan meningitis, dimana dapat terjadi hubungan antara GSF dan dunia
luar.

Masuknya mikroorganisme ke susunan saraf pusat melalui ruang sub arachnoid


dan menimbulkan respon peradangan pada via, arachnoid, CSF dan ventrikel.

Dari reaksi radang muncul eksudat dan perkembangan infeksi pada ventrikel,
edema dan skar jaringan sekeliling ventrikel menyebabkan obstruksi pada CSF dan
menimbulkan hidrosefalus.

Meningitis bakteri, netrofil, monosit, limfosit, dan yang lainnya merupakan sel
respon radang. Eksudat terdiri dari bakteri fibrin dan lekosit yang di bentuk diruang
subarachnoid. Penumpukan pada CSF disekitar otak dan medula spinalis. Terjadi
vasodilatasi yang cepat dari pembuluh darah dapat menimbulkan ruptur atau trombosis
dinding pembuluh darah dan jaringan otak dapat menjadi infarct.

Meningitis virus sebagai akibat dari penyakit virus seperti meales, mump, herpes
simplek dan herpes zoster. Pembentukan eksudat pada umumnya tidak terjadi dan tidak
ada mikroorganisme pada kultur CSF.

2.4 MANISFESTASI KLINIS


Kasus meningitis harus ditangani secepatnya karena dianggap sebagai kondisi
medis darurat. Meningitis bisa menyebabkan septikema dan ini bisa berujung pada
kematian.

a. Gejala Meningitis Bakterialis Pada Remaja dan Orang Dewasa


Jika Anda dicurigai mengidap meningitis bakterialis, Anda harus segera
menghubungi rumah sakit terdekat atau segera menuju ke rumah sakit secepatnya.
Ada tanda-tanda awal yang mungkin Anda lihat sebelum gejala-gejala yang lain
muncul. Meningitis bakterialis memiliki gejala yang muncul secara tiba-tiba dan
bisa memburuk dengan cepat.

5
Jika terjadi demam tinggi disertai dengan pertanda awal di bawah ini, harap
segera menghubungi dokter atau langsung menunju rumah sakit terdekat. Sekali
lagi, ini merupakan kondisi medis darurat. Tanda-tanda awalnya adalah:
Nyeri pada otot dan persendian, misalnya pada tangan dan kaki
Tangan dan kaki akan kedinginan atau bahkan menggigil
Kulit pucat atau muncul bintik-bintik merah yang tersebar
Bibir terlihat biru

Gejala awal dari meningitis bakterialis sangat umum dan mirip dengan
penyakit lain, di antaranya demam, sakit kepala parah, badan merasa tidak enak,
mual, muntah-muntah.

Demam berarti suhu tubuh mencapai 38 Celcius atau lebih, hal ini bisa terjadi
pada orang dewasa dan anak-anak. Tanda demam lainnya adalah wajah akan terasa
panas saat disentuh dan kulit akan terlihat memerah.

Saat meningitis bakterialis bertambah parah, kondisi ini bisa menyebabkan


beberapa hal seperti berikut ini :

Bernapas cepat
Bingung
Mengantuk
Leher kaku, meski hal ini jarang terjadi pada anak kecil
Ruam merah terang yang tidak memudar atau berubah warna saat gelas
ditekan di atas ruam itu. Tapi gejala ini tidak selalu ada pada setiap
orang
Sensitif terhadap cahaya (fotofobia), hal ini jarang terjadi pada anak
kecil
Kejang-kejang

Perlu diingat bahwa tanda dan gejala di penderita meningitis bisa berbeda-
beda. Sebagian besar hanya mengalami sebagian gejala-gejala di atas.

6
b. Gejala Meningitis Bakterialis Pada Anak Kecil dan Bayi
Anak kecil dan bayi memiliki gejala-gejala meningitis bakterialis berbeda.
Ada kemungkinan terjadi pembengkakan pada bagian ubun-ubun pada sebagian
bayi yang mengidap meningitis. Gejala-gejala yang mungkin terjadi di antaranya:
Terus menerus menangis tanpa alasan
Mudah marah dan tidak mau digendong
Kehilangan selera makan
Muntah-muntah
Pucat dan muncul bintik-bintik merah
Sangat mengantuk dan tidak ingin bangun
Lunglai dan tidak responsif. Pergerakan yang kaku dan patah-patah
Tatapan kosong
c. Gejala Meningitis Virus
Gejala-gejala flu ringan akan muncul pada kebanyakan orang yang mengidap
meningitis virus seperti demam, sakit kepala, dan badan merasa tidak
sehat.Meningitis virus biasanya tidak berlanjut menjadi septikemia atau infeksi
darah, berbeda halnya dengan meningitis bakterialis yang berpotensi terjadi
komplikasi. Tapi pada kasus yang lebih parah, gejala-gejala meningitis virus dapat
berupa :
Diare
Mual dan muntah-muntah
Leher kaku
Nyeri otot atau persendian
Mata menjadi sensitif terhadap cahaya (fotofobia)

2.5 KONSEP DASAR KEPERAWATAN

2.5.1 PENGKAJIAN MENINGITIS


1. Identitas pasien.
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, tempat/tanggal lahir,
NO. MR penanggungjawab, dll.

7
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering adalah panas badan tinggi, koma, kejang
dan penurunan kesadaran.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit dahulu.
Pengkajian penyakit yang pernah dialami pasien yang
memungkinkan adanya hubungan atau menjadi predisposisi keluhan
sekarang meliputi pernahkah pasien mengalami infeksi jalan napas
bagian atas, otitis media, mastoiditis, tindakan bedah saraf, riwayat
trauma kepala dan adanya pengaruh immunologis pada masa
sebelumnya.
Riwayat sakit TB paru perlu ditanyakan pada pasien terutama
apabila ada keluhan batuk produktif dan pernah menjalani pengobatan
obat anti TB yang sangat berguna untuk mengidentifikasi meningitis
tuberculosia.
Pengkajian pemakaian obat obat yang sering digunakan pasien,
seperti pemakaian obat kortikostiroid, pemakaian jenis jenis antibiotic
dan reaksinya (untuk menilai resistensi pemakaian antibiotic).
b. Riwayat kesehatan sekarang
Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui karena untuk
mengetahui jenis kuman penyebab. Disini harus ditanya dengan jelas
tetang gejala yang timbul seperti kapan mulai serangan, sembuh atau
bertambah buruk. Pada pengkajian pasien meningitis biasanya
didapatkan keluhan yang berhubungan dengan akibat dari infeksi dan
peningkatan TIK. Keluhan tersebut diantaranya, sakit kepala dan
demam adalah gejala awal yang sering. Sakit kepala berhubungan
dengan meningitis yang selalu berat dan sebagai akibat iritasi
meningen. Demam umumnya ada dan tetap tinggi selama perjalanan
penyakit.
Keluhan kejang perlu mendapat perhatian untuk dilakukan
pengkajian lebih mendalam, bagaimana sifat timbulnya kejang,

8
stimulus apa yang sering menimbulkan kejang dan tindakan apa yang
telah diberikan dalam upaya menurunkan keluhan kejang tersebut.
Pengkajian lainnya yang perlu ditanyakan seperti riwayat
selama menjalani perawatan di RS, pernahkah mengalami tindakan
invasive yang memungkinkan masuknya kuman ke meningen
terutama tindakan melalui pembuluh darah.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya di dapatkan data adanya infeksi yang dialami ibu pada
akhir kehamilan.

4. Pengkajian Fisik
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : Perasaan tidak enak (malaise), keterbatasan yang
ditimbulkan kondisinya.
Tanda : Ataksia, masalah berjalan, kelumpuhan, gerakan involunter,
kelemahan secara umum, keterbatasan dalam rentang gerak.
b. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat kardiologi, seperti endokarditis, beberapa
penyakit jantung conginetal (abses otak).
Tanda : Tekanan darah meningkat, nadi menurun dan tekanan nadi
berat (berhubungan dengan peningkatan TIK dan pengaruh
dari pusat vasomotor), takikardi, distritmia (pada fase akut)
seperti distrimia sinus (pada meningitis).
c. Eliminasi
Tanda : Adanya inkotinensia dan retensi.
d. Makanan dan Cairan
Gejala : Kehilangan napsu makan, kesulitan menelan (pada periode
akut).
Tanda : Anoreksia, muntah, turgor kulit jelek, membrane mukosa
kering.
e. Hygiene
Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri
(pada periode akut).

9
f. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala (mungkin merupan gejala pertama dan
biasanya berat), pareslisia, terasa kaku pada semua
persarafan yang terkena, kehilangan sensasi (kerusakan pada
saraf cranial). Hiperalgesia/meningkatnya sensitifitas
(minimitis). Timbul kejang (minimitis bakteri atau abses
otak) gangguan dalam penglihatan, seperti diplopia (fase
awal dari beberapa infeksi). Fotopobia (pada minimtis).
Ketulian (pada minimitis/encephalitis) atau mungkin
hipersensitifitas terhadap kebisingan, adanya halusinasi
penciuman/sentuhan.

Tanda : Status mental/tingkat kesadaran; letargi sampai


kebingungan yang berat hingga koma, delusi dan
halusinasi/psikosis organic (encephalitis). Kehilangan
memori, sulit mengambil keputusan (dapat merupakan gejala
berkembangnya hidrosephalus komunikan yang mengikuti
meningitis bacterial). Afasia/kesulitan dalam berkomunikasi.
Mata (ukuran/reaksi pupil): unisokor atau tidak berespon
terhadap cahaya (peningkatan TIK), nistagmus (bola mata
bergerak terus menerus). Ptosis (kelopak mata atas jatuh).
Karakteristik fasial (wajah); perubahan pada fungsi motorik
dan sensorik (saraf cranial V dan VII terkena). Kejang umum
atau lokal (pada abses otak). Kejang lobus temporal. Otot
mengalami hipotonia/flaksid paralisis (pada fase akut
meningitis). Spastik (encephalitis). Hemiparese hemiplegic
(meningitis/encephalitis). Tanda brudzinski positif dan atau
tanda kernig positif merupakan indikasi adanya iritasi
meningeal (fase akut). Regiditas muka (iritasi
meningeal).Refleks tendon dalam terganggu, brudzinski
positif. Refleks abdominal menurun.

10
g. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Sakit kepala (berdenyut dengan hebat, frontal) mungkin
akan diperburuk oleh ketegangan leher/punggung kaku, nyeri
pada gerakan ocular, tenggorokan nyeri.
Tanda : Tampak terus terjaga, perilaku distraksi/gelisah
menangis/mengeluh.
h. Pernapasan
Gejala : Adanya riwayat infeksi sinus atau paru.
Tanda : Peningkatan kerja pernapasan (tahap awal), perubahan
mental (letargi sampai koma) dan gelisah.
i. Keamanan
Gejala : Adanya riwayat infeksi saluran napas atas atau infeksi lain,
meliputi mastoiditis telinga tengah sinus, abses gigi,
abdomen atau kulit, fungsi lumbal, pembedahan, fraktur pada
tengkorak/cedera kepala. Imunisasi yang baru saja
berlangsung; terpajan pada meningitis, terpajan oleh campak,
herpes simplek, gigitan binatang, benda asing yang terbawa.
Gangguan penglihatan atau pendengaran
Tanda : Suhu badan meningkat,diaphoresis, menggigil.
Kelemahan secara umum ; tonus otot flaksid atau plastic.
Gangguan sensoris.
5. Data Psikososial
Respon emosi pengkajian mekanisme koping yang digunakan pasien
juga penting untuk menilai pasien terhadap penyakit yang dideritanya dan
perubahan peran pasien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari harinya baik dalam keluarga
ataupun dalam masyarakat.
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Darah
Dilakukan pemeriksaan kadar hb, jumlah dan hitung jenis
leukosit, laju endap darah (LED), kadar glukosa puasa, kadar ureum,
elektrolit.

11
Pada meningitis serosa didapatkan peningkatan leukosit saja.
Disamping itu pada meningitis tuberculosis didapatkan juga
peningkatan LED.
2. Cairan Otak
Periksa lengkap termasuk pemeriksaan mikrobiologis. Pada
meningitis serosa diperoleh hasil pemeriksaan cairan serebrospinal
yang jernih meskipun mengandung sel dan jumlah protein yang
meninggi.
3. Pemeriksaan Radiologis
Foto data
Foto kepala
Bila mungkin CT Scan.

(Marylin E. Doenges : 1999, Hal: 308)

7. Pemeriksaan penunjang yang dapat di lakukan untuk menunjang diagnosa


keperawatan meningitis (menurut Nanda)
a. Lumbal Punksi
Dari hasil pemeriksaan lumbal punksi biasanya didapatkan hasil
tekanan cairan meningkat, jumlah sel darah putih meningkat,
glukosa menurun, protein meningkat.
Selain lumbak punksi dapat dilakukan pemeriksaan penunjang
juga sebagai berikut:
Kultur swab hidung dan tenggorokan
Darah: leukosit meningkat, CRP meningkat, U&E, glukosa,
pemeriksaan factor pembekuan, golongan darah dan
penyimpanan
Mikroskopik, biakan dan sensitivitas: darah, tinja, usap
tenggorok, urin, rapid antigen screen
CT scan: jika curiga TIK meningkat hindari pengambilan
sample dengan LP
LP untuk CSS: merupakan kontra indikasi jika dicurigai tanda
neurologist fokal atau TIK meningkat

12
CSS pada meningitis bakteri: netrofil, protein meningkat (1-
5g/L), glukosa menurun (kadar serum <50%)
CSS pada meningitis virus: limfosit (pada mulainya netrofil),
protein normal/meningkat ringan, glukosa normal, PCR untuk
diagnosis
CSS: mikroskopik (pulasan Gram, misal, untuk basil tahan
asam pada meningitis TB), biakan dan sensitivitas.

13
2.5.2 POHON MASALAH

14
2.5.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnostik miningitis akut bakteri tidak dapat dibuat berdasarkan gejala klinis.
Diagnosis pasti hanya dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan cairan serebrospinal
melalui lumbal pungsi. Tekanan cairan diukur dan cairannya diambil untuk kultur,
pewarnaan gram, hitung jenis, serta menentukan kadar glukosa dan protein. Penemuan
ini umumnya diagnostik Kultur dan pewarnaan gram dibutuhkan untuk menentukan
kuman penyebab. Tekanan cairan serebrospinal biasanya meningkat, tetapi
interpretasinya seringkali sulit bila anak sedang menangis.

Umumnya dijumpai leukositosis dengan predominan leukosit PMN, tapi bisa


sangat bervariasi. Warna cairan biasanya opalesen sampai keruh, reaksi nonne dan
pandy akan positif. Kadar khlorida akan menurun tapi ini tidak selalu terjadi. Kadar
glukosa berkurang, umunya sesuai perbandingan lamanya dan beratnya infeksi.
Hubungan antara glukosa dalam cairan serebrospinal dengan glukosa darah sangat
penting dalam mengevaluasi kadar glukosa dalam cairan serebrospinal, oleh karena itu
sampel glukosa darah diambil kira-kira 30 menit sebelum lumbal fungsi. Konsentrasi
protein biasanya meningkat.

Kultur darah dianjurkan pada anak-anak yang dicurigai menderita meningitis.


Dijumpai leukositosis, pergeseran ke kiri, dan anemia megaloblastik.

Diagnosa yang biasanya muncul dalam penderita meningitis antara lain:

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi


2. Hipertermia berhubungan dengan penyakit
3. Hambatan mobilitas ditempat tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan
neuromuskular

2.5.4 DIAGNOSIS PENUNJANG


Adanya gejala-gejala seperti panas yang mendadak dan tidak dapat diterangkan
sebabnya, letargi, muntah, kejang dan lain-lainya harus difikirkan kemungkinan
meningitis. Diagnosis pasti adalah dengan pemeriksaan CSS melalui fungsi lumbal.
Pada setiap penderita dengan iritasi meningeal,apalagi yang berlangsung beberapa hari
atau dengan gejala-gejala kemungkinan meningitis atau penderita dengan panas yang
tidak diketahui sebabnya, harus dilakukan fungsi lumbal. Kadang-kadang pada fungsi

15
lumbal pertama tidak didapatkan derita yang sebelumnya telah mendapat pengobatan
antibiotika, tetapi pada pembiakan ternyata ada bakteri. Walaupun fungsi lumbal
merupakan faktor resiko untuk terjadi meningitis, untuk kepentingan diagnosis cara ini
mutlak dilakukan.

Bila terdapat tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial (koma, kekakuan


descrebrasi, reaksi cahaya negatif) dapat dilakukan fungsi melalui sisterna makna. Cara
ini untuk menghindarkan terjadinya dekompresi dibawah foramen maknum dan
herniasi tonsila cerebellum. Bila tekanan permukaan CSS di atas 200 mmH2O,
sebaiknya diberikan manitol 0,25 -0,50 mg/kg BB secara bolus segera sesudah fungsi
lumbal untuk menghindari herniasi otak. Jumlah CSS yang diambil secukupnya untuk
pemeriksaan. Pada umumnya tekanan CSS 200-500 mmH2O dan CSS tampak kabur,
keruh dan purulen.

Pada meningitis bacterial stadium akut terdapat leukosit polimor fonukleat.


Jumlah sel berkisar antara 1000-10000 dan pada kasus tertentu bisa mencapai
100000/mm3 , dapat disertai sedikit eritrosit. Bila jumlah sel diatas 50.000/mm3 , maka
kemungkinannya adalah abses otak yang pecah dan masuk ke dalam ventrikulus.
(Harsono : 1996)

1. Pemeriksaan cairan serebrospinalis baik secara makroskopis maupun secara


mikroskopis.
Warna (Infeksi bakteri = purulent, infeksi virus dan tuberculosis = Xantocrom)
Tekanan meningkat
Sel PMN (Polimorfonukleus) meningkat
Protein meningkat
Glukosa menurun
None (+)
Pandi (+).
2. Pemeriksaan Tambahan
a. Darah lengkap, LED
b. Kultur darah
c. Foto kepala, thorax, vertebra
d. Kultur Swab hidung dan tenggorokan
e. EEG, CT Scan Otak. (Depkes : 1995)

16
2.5.5 INTERVENSI KEPERAWATAN DAN KOLABORASI
a. Diagnosa 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi
1) Tujuan dan kriteria hasil (NOC)
Setelah diberikan perawatan pasien akan: Memperlihatkan pengendaian nyeri,
yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:
a) Tidak pernah
b) Jarang
c) Kadang-kadang
d) Sering
e) Selalu

Indikator 1 2 3 4 5
Mengenali awitan nyeri
Menggunakan tindakan pencegahan
Melaporkan nyeri dapat dikendaikan

Menunjukan tingkat nyeri, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:

a) Sangat berat
b) Berat
c) Sedang
d) Ringan
e) Tidak ada

Indikator 1 2 3 4 5
Ekspresi nyeri pada wajah
Gelisah atau ketegangan otot
Durasi episode nyeri
Merintih dan menangis
Gelisah

Memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk


mencapai kenyamanan.
Mempertahankan nyeri pada .atau kurang (dengan skala 0-10).

17
Melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis.
Mengenali factor penyebab dan menggunakan tindakan untuk memodifikasi
factor tersebut.
Melaporkan nyeri kepada pelayan kesehatan.
Melaporkan pola tidur yang baik.
2) Intervensi keperawatan (NIC)
Pengkajian:
Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk
mengumpulkan informasi pengkajian.
Minta pasien untuk menilai nyeri dengan skala 0-10.
Gunakan bagan alir nyeri untuk mementau peredaan nyeri oleh analgesic
dan kemungkinan efek sampingnya.
Kaji dampak agama, budaya dan kepercayaan, dan lingkungan terhadap
nyeri dan respon pasien.
Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata-kata yang sesuai usia dan
tingkat perkembangan pasien
Manajemen nyeri:
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif meliputi lokasi,
karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau
keparahan nyeri dan factor presipitasinya.
Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya pada mereka
yang tidak mampu berkomunikasi efektif.
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
Sertakan dalam instruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus
diminum, frekuensi, frekuensi pemberian, kemungkinan efek samping,
kemungkinan interaksi obat, kewaspadaan khusus saat mengkonsumsi
obat tersebut dan nama orang yang harus dihubungi bila mengalami nyeri
membandel.
Instruksikan pasien untuk menginformasikan pada perawat jika peredaan
nyeri tidak dapat dicapai.
Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan
nyeri dan tawarkan strategi koping yang ditawarkan.

18
Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesic narkotik atau oploid (resiko
ketergantungan atau overdosis)

Manajemen nyeri:

Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan
berlangsung, dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur.
Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (relaksasi, distraksi, terapi)

Aktivitas kolaboratif

Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiate yang terjadwal
(missal, setiap 4 jam selama 36 jam) atau PCA

Manajemen nyeri:

Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih berat.


Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat
ini merupakan perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri pasien
dimasa lalu

Perawatan dirumah

Intervensi di atas dapat disesuaikan untuk perawatan dirumah.


Ajarkan klien dan keluarga untuk memanfaatkan teknologi yang
diperlukan dalam pemberian obat
b. Diagnosa 2 : Hipertermia berhubungan dengan penyakit
1. Tujuan dan kriteria hasil (NOC)
Setelah diberikan perawatan pasien akan menunjukkan termoregulasi yang
dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:
a) Ganguan eksterm
b) Berat
c) Sedang
d) Ringan
e) Tidak ada gangguan

19
Indikator 1 2 3 4 5
Peningkatan suhu kulit
Hipertermia
Dehidrasi
Mengantuk
Berkeringat saat panas
Denyut nadi radialis
Frekuensi pernapasan

2. Intervensi Keperawatan (NIC)


Pengkajian
Pantau aktivitas kejang.
Pantau hidrasi (turgor kulit, kelembaban membrane mukosa).
Pantau TD, nadi dan pernapasan.
Kaji ketepatan jenis pakaian yang digunakan sesuai dengan suhu
lingkungan.
Untuk pasien bedah:
Dapatkan riwayat hipertermi maligma, kematian akibat anastesi, atau
demam pasca bedah pada indivudu atau keluarga.
Pantau tanda hipertermi maligna.

Regulasi suhu:

Pantau suhu minimal setiap dua jam sesuai dengan kebutuhan.


Pasang alat pantau suhu inti tubuh secara berkala, jika perlu.
Pantau warna kulit dan suhu.

Penyuluhan untuk pasien dan keluarga

Ajarkan pasien dan keluarga dalam mengukur suhu untuk mencegah dan
mengenali secara dini hipertermi
Regulasi suhu (nic); ajarkan indikasi keletihan akibat panas dan tindakan
kedaruratan yang diperlukan , jika perlu.

20
Aktivitas kolaboratif regulasi suhu:

Berikan obat antipiretik, jika perlu.


Gunakan matras dingin dan mandi air.
Hangat untuk mengatasi gangguan suhu tubuh jika perlu.

Aktivitas lain

Lepaskan pakaian yang berlebihan dan tutupi pasien dengan selimut saja.
Gunakan waslap dingin di aksila, kening, tengkuk dan lipat paha.
Anjurkan asupan cairan oral, sedikitnya 2 liter sehari dengan tambahan
cairan selama aktivitas berlebihan atau aktivitas dalam cuaca panas.
Gunakan kipas yang berputar diruangan pasien.
Gunakan selimut pendingin.

Untuk hipertermi maligna:

Lakukan perawatan kedaruratan sesuai dengan protocol


Sediakan peralatan kedaruratan diarea operasi sesuai dengan protocol

Perawatan dirumah

Banyak intervensi diatas sesuai diterapkan untuk perawatan dirumah


Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan thermometer
Kaji suhu lingkungan rumah, bantu untuk mendapatkan kipas angin atau
AC jika perlu

Untuk bayi dan anak-anak

Ajarkan orang tua agar tidak memberikan aspirin untuk demam pada
anak-anak dibawah usia 18 thun
Ajarkan orang tua bahwa tidak perlu selalu mengobati semua jenis demam
pada anak-anak. Sebagai pedoman, demam pada anak yang tidak memiliki
riwayat kejang tidak perlu diobati, kecuali mencapai suhu lebih dari 40
derajat selsius.
Kompres hangat dapat digunakan untuk mengatasi demam, tetapi dapat
meningkatkan rasa tidak nyaman anak dan dapat menyebabkan anak

21
menangis dan gelisah dan menghambat efek pendinginan dari kompres
tersebut
c. Diagnosa 3 : Hambatan mobilitas ditempat tidur berhubungan dengan nyeri dan
gangguan neuromuskular
1. Tujuan dan kriteria hasil (NOC)
Setelah diberikan perawatan pasien akan:
Mencapai mobilitas ditempat tidur, yang dibuktikan oleh pengaturan posisi
tubuh; kemauan sendiri, performa mekanika tubuh, gerakan terkoordinasi,
pergerakan sendi aktif, dan mobilitas yang memuaskan
Mendemonstrasikan mobilitas, yang dibuktikan dengan indicator sebagai
berikut:
a) gangguan eksterm
b) berat
c) sedang
d) ringan
e) tidak mengalami gangguan

Indikator 1 2 3 4 5
Koordinasi
Performa posisi tubuh
Pergerakan otot dan sendi

2. Intervensi keperawatan (NIC)


Pengkajian
Lakukan pengkajian mobilitas pasien secara terus menerus
Kaji tingkat kesadaran
Kaji kekuatan otot dan mobilitas sendi

Penyuluhan untuk pasien/keluarga

Latih rentang pergerakan sendi aktif dan pasif untuk memperbaiki kekuatan
dan daya tahan otot
Latih teknik membalik dan memperbaiki kesejajaran tubuh

22
Aktivitas kolaboratif

Gunakan ahli terapi fisik/okupasi sebagai sumber dalam penyusunan


rencana untuk mempertahankan dan meningkatkan mobilitas ditempat
tidur

Aktivitas lain

Tempatkan tombola tau lampu pemanggil bantuan ditempat yang mudah


diraih
Berikan alat bantu, jiak perlu
Berikan penguatan positif selama aktivitas
Lakukan tindakan pengendalian nyeri sebelum memulai latihan atau terapi
fisik

23
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piameter
(lapisan dalam selaput otak) dan arakhnoid serta dalam derajat yang lebih ringan
mengenai jaringan otak dan medula spinalis yang superfisial.

Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebanyakan pasien


dengan meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur tulang tengkorak,
infeksi, operasi otak atau sum-sum tulang belakang. Penyebab infeksi ini dapat
diklasifikasikan sebagai Penumococcus, Meningococcus, Hemophilus influenza,
Staphylococcus, E.coli, Salmonella. (Japardi, Iskandar., 2002).

Efek peradangan akan menyebabkan peningkatan cairan cerebro spinalis yang


dapat menyebabkan obstruksi dan selanjutnya terjadi hidrosefalus dan peningkatan
tekanan intra kranial. Organisme masuk melalui sel darah merah pada blood brain
barrier. Masuknya mikroorganisme ke susunan saraf pusat melalui ruang sub arachnoid
dan menimbulkan respon peradangan pada via, arachnoid, CSF dan ventrikel. Dari
reaksi radang muncul eksudat dan perkembangan infeksi pada ventrikel, edema dan
skar jaringan sekeliling ventrikel menyebabkan obstruksi pada CSF dan menimbulkan
hidrosefalus. Meningitis bakteri, netrofil, monosit, limfosit, dan yang lainnya
merupakan sel respon radang. Meningitis virus sebagai akibat dari penyakit virus
seperti meales, mump, herpes simplek dan herpes zoster. Pembentukan eksudat pada
umumnya tidak terjadi dan tidak ada mikroorganisme pada kultur CSF. Efek
peradangan akan menyebabkan peningkatan cairan cerebro spinalis yang dapat
menyebabkan obstruksi dan selanjutnya terjadi hidrosefalus dan peningkatan tekanan
intra kranial. Organisme masuk melalui sel darah merah pada blood brain barrier.
Masuknya mikroorganisme ke susunan saraf pusat melalui ruang sub arachnoid dan
menimbulkan respon peradangan pada via, arachnoid, CSF dan ventrikel. Dari reaksi
radang muncul eksudat dan perkembangan infeksi pada ventrikel, edema dan skar
jaringan sekeliling ventrikel menyebabkan obstruksi pada CSF dan menimbulkan
hidrosefalus. Meningitis bakteri, netrofil, monosit, limfosit, dan yang lainnya

24
merupakan sel respon radang. Meningitis virus sebagai akibat dari penyakit virus
seperti meales, mump, herpes simplek dan herpes zoster. Pembentukan eksudat pada
umumnya tidak terjadi dan tidak ada mikroorganisme pada kultur CSF.

Kasus meningitis harus ditangani secepatnya karena dianggap sebagai kondisi


medis darurat. Meningitis bisa menyebabkan septikema dan ini bisa berujung pada
kematian.

3.2 SARAN
Sebagai seorang perawat yang profesional kita harus mengetahui bagaimana
penyakit meningitis terjadi, penyerangannya, agar kita juga bisa meminimalisir
penderita meningitis pada anak-anak. Serta kita harus mampu mendokumentasikan
tindakan keperawatan yang benar apa adanya tanpa kesalahan, karena dokumentasi ini
sangatlah penting bagi tindakan medis agar tidak salah dalam melakukan tindakan
keperawatan.

25
DAFTAR PUSTAKA

USU. 2013. Meningitis. (online).


(http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/23705/Chapter%20II.pdf?sequ
ence=4). diakses pada tanggal 7 Agustus 2017.

Israr, Y. 2008. Meningitis Faculty of Medicine University of Riau. (online).


(https://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/01/meningitis.pdf). diakses pada
tanggal 7 Agustus 2017.

Artikel keperawatan. 2017. Ilmu Keperawatan dan Asuhan Keperawatan. (online).


(http://www.artikelkeperawatan.info/diagnosa-keperawatan-untuk-meningitis-
232.html). diakses pada tanggal 8 Agustus 2017.

Adhylsirap. 2012. Askep Meningitis. (online).


(http://adhylsidrap.blogspot.co.id/2012/11/askep-meningitis.html). diakses pada tanggal
8 Agustus 2017.

Anonim. 2007. Apa Itu Meningitis. (online). (http://www.bluefame.com/lofiversion/index-


php/t47283.html). diakses pada tanggal 8 Agustus 2017.

Ellenby, M., Tegtmeyer, K., Lai, S., and Braner, D. 2006. Lumbar Puncture The New
England Journal of Medicine. (online).
(http://content.nejm.org/cgi/reprint/355/13/e12.pdf). diakses pada tanggal 8 Agustus
2017.

Harsono. 2003. Meningitis - Kapita Selekta Neurologi. (online).


(http://www.uum.edu.my/medic/meningitis.htm). diakses pada tanggal 8 Agustus 2017.

Japardi, Iskandar. 2002. Meningitis Meningococcus. (online). (USU digital


http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi23.pdf). diakses pada
tanggal 9 Agustus 2017.

Doenges., Marilyn. E., dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Ed:3 . Jakarta : EGC.

Wong, L.Donna et all. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC.

26
Suriadi & Yulianni, rita. 2006. Buku Pegangan Praktek Klinik Asuhan Keperawatan Pada
Anak. Jakarta : Percetakan Penebar Swadaya.

Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern. Buku Saku DIAGNOSIS KEPERAWATAN


Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC Edisi 9. Alih Bahasa Ns. Esti
Wahuningsih, S.Kep dan Ns. Dwi Widiarti, S,Kep. EGC. Jakarta.

27

Anda mungkin juga menyukai