Anda di halaman 1dari 15

1. Bagaimana program ANC pada Puskesmas yang benar?

(Berapa kali, apa


yang dilakukan pada K1,K2,K3,K4)
Program-program yang di integrasikan dalam pelayanan antenatal
terintegrasi meliputi :
a. Maternal Neonatal Tetanus Elimination (MNTE)
b. Antisipasi Defisiensi Gizi dalam Kehamilan (Andika)
c. Pencegahan dan Pengobatan IMS/ISR dalam Kehamilan (PIDK)
d. Eliminasi Sifilis Kongenital (ESK) dan Frambusia
e. Pencegahan dan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi (PMTCT)
f. Pencegahan Malaria dalam Kehamilan (PMDK)
g. Penatalaksanaan TB dalam Kehamilan (TB-ANC) dan Kusta
h. Pencegahan Kecacingan dalam Kehamilan (PKDK)
i. Penanggulangan Gangguan Intelegensia pada Kehamilan (PAGIN).
(Depkes RI, 2009)

Tujuan Antenatal Care


Tujuan pengawasan wanita hamil ialah menyiapkan ia sebaik-baiknya
fisik dan mental, serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan,
persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka postpartum sehat dan
normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental. Ini berarti dalam antenatal
care harus diusahakan agar :
a. Wanita hamil sampai akhir kehamilan sekurang kurangnya harus sama
sehatnya atau lebih sehat
b. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini dan diobati,
c. Wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi yang dilahirkan sehat pula
fisik dan metal (Wiknjosastro, 2005)

Tujuan Asuhan Antenatal yaitu:


a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan Ibu dan
tumbuh kembang bayi
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu
dan bayi,
c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,
kebidanan dan pembedahan,
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, Ibu
maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin,
e. Mempersiapkan peran Ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi
agar dapat tumbuh kembang secara normal (Saifuddin, dkk., 2002).

Keuntungan Antenatal Care


Dapat mengetahui berbagai resiko dan komplikasi hamil sehingga ibu hamil
dapat diarahkan untuk melakukan rujukan kerumah sakit. (Manuaba,1998)

Fungsi Antenatal Care


a. Promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan aktifitas
pendidikan
b. Melakukan screening, identifikasi dengan wanita dengan kehamilan resiko
tinggi dan merujuk bila perlu

c. Memantau kesehatan selama hamil dengan usaha mendeteksi dan


menangani masalah yang terjadi.

Cara Pelayanan Antenatal Care


Cara pelayanan antenatal, disesuaikan dengan standar pelayanan
antenatal menurut Depkes RI yang terdiri dari :
a. Kunjungan Pertama
1) Catat identitas ibu hamil
2) Catat kehamilan sekarang
3) Catat riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
4) Catat penggunaan cara kontrasepsi sebelum kehamilan
5) Pemeriksaan fisik diagnostic dan laboratorium
6) Pemeriksaan obstetric
7) Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)
8) Pemberian obat rutin seperti tablet Fe, calsium, multivitamin, dan
mineral lainnya serta obat-obatan khusus atas indikasi.
9) Penyuluhan/konseling.

b. Jadwal Kunjungan Ibu Hamil


Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa mengancam
jiwanya. Oleh karena itu, wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali
kunjungan selama periode antenatal:
1. Satu kali kunjungan selama trimester satu (< 14 minggu).
2. Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14 28).
3. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28 36 dan
sesudah minggu ke 36).(Saifudin, dkk.,2002)
4. Perlu segera memeriksakan kehamilan bila dilaksanakan ada gangguan
atau bila janin tidak bergerak lebih dari 12 jam (Pusdiknakes, 2003:45).

Pada setiap kunjungan antenatal, perlu didapatkan informasi yang sangat


penting.
a. Trimester pertama sebelum minggu ke 14
1) Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu
hamil.
2) Mendeteksi masalah dan menanganinya
3) Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum,
anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional yang
merugikan
4) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi
komplikasi
5) Mendorong perilaku yang shat (gizi, latihan dan kebersihan,
istirahat dan sebagainya

b. Trimester kedua sebelum minggu ke 28


Sama seperti diatas, ditambah kewaspadaan khusus mengenai preeklampsia
(tanya ibu tentang gejala gejala preeklamsia, pantau tekanan darah, evaluasi
edema, periksa untuk apakah ada kehamilan ganda.
c. Trimester ketiga antara minggu 28-36
Sama seperti diatas, dtambah palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada
kehamilan ganda.
d. Trimester ketiga setelah 36 minggu
Sama seperti diatas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak normal, atau
kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit. (Saifuddin, dkk.,
2002)

Tinjauan Tentang Kunjungan Ibu Hamil


Kontak ibu hamil dan petugas yang memberikan pelayanan untuk
mendapatkan pemeriksaan kehamilan, istilah kunjungan tidak mengandung
arti bahwa selalu ibu hamil yang ke fasilitas tetapi dapat juga sebaliknya, yaitu
ibu hamil yang dikunjungi oleh petugas kesehatan (Depkes RI, 1997:57).

Pelayanan / asuhan standar minimal termasuk 7T


a. (Timbang) berat badan
b. Ukur (Tekanan) darah
c. Ukur (Tinggi) fundus uteri
d. Pemberian imunisasi (Tetanus Toxoid)
e. Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan
f. Tes terhadap penyakit menular sexual
g. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan. (Saifudin, 2002).

Kebijakan Pelayanan Antenatal


a. Kebijakan Program
Kebijakan Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat
penurunan AKI dan AKB pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis
Empat Pilar Safe Motherhood yaitu meliputi : Keluarga Berencana, ANC,
Persalinan Bersih dan Aman, dan Pelayanan Obstetri Essensial.
Pendekatan pelayanan obstetric dan neonatal kepada setiap ibu hamil ini
sesuai dengan pendekatan Making Pregnancy Safer (MPS), yang mempunyai
3 (tiga) pesan kunci yaitu :
1) Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.
2) Setiap komplikasi obstetric dan neonatal mendapat pelayanan yang
adekuat.
3) Setiap perempuan dalam usia subur mempunyai akses pencegahan dan
penatalaksanaan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganannya
komplikasi keguguran.
Kebijakan program pelayanan antenatal menetapkan frekuensi kunjungan
antenatal sebaiknya minimal 4 (empat) kali selama kehamilan, dengan
ketentuan sebagai berikut :
1) Minimal satu kali pada trimester pertama (K1).
2) Minimal satu kali pada trimester kedua (K2).
3) Minimal dua kali pada trimester ketiga (K3 dan K4). (Depkes, 2009)
13

b. Kebijakan teknis
Pelayanan/asuhan antenatal ini hanya dapat di berikan oleh
tenaga kesehatan profesional dan tidak dapat di berikan oleh dukun bayi.
Untuk itu perlu kebijakan teknis untuk ibu hamil seara keseluruhan yang
bertujuan untuk mengurangi resiko dan komplikasi kehamilan secara dini.
Kebijakan teknis itu dapat meliputi komponen-komponen sebagai berikut:
1) Mengupayakan kehamilan yang sehat
2) Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal
serta rujukan bila diperlukan.
3) Persiapan persalinan yang bersih dan aman
4) Perencanaan antisipstif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan
jika terjadi komplikasi.
Beberapa kebijakan teknis pelayanan antenatal rutin yang selama ini
dilaksanakan dalam rangka peningkatan cakupan pelayanan antara lain
meliputi :
1) Deteksi dini ibu hamil melalui kegiatan P4K dengan stiker dan buku KIA,
dengan melibatkan kader dan perangkar desa serta kegiatan kelompok Kelas
Ibu Hamil.
2) Peningkatan kemampuan penjaringan ibu hamil melalui kegiatan kemitraan
Bidan dan Dukun.
3) Peningkatan akses ke pelayanan dengan kunjungan rumah.
4)Peningkatan akses pelayanan persalinan dengan rumah tunggu. (Depkes,
2009)

Intervensi Dalam Pelayanan Antenatal Care


Intervensi dalam pelayanan antenatal care adalah perlakuan yang
diberikan kepada ibu hamil setelah dibuat diagnosa kehamilan. Adapun
intervensi dalam pelayanan antenatal care adalah :
a. Intervensi Dasar
1) Pemberian Tetanus Toxoid
a. Tujuan pemberian TT adalah untuk melindungi janin dari tetanus
neonatorum, pemberian TT baru menimbulkan efek perlindungan bila
diberikan sekurang-kurangnya 2 kali dengan interval minimal 4
minggu, kecuali bila sebelumnya ibu telah mendapatkan TT 2 kali pada
kehamilan yang lalu atau pada masa calon pengantin, maka TT cukup
diberikan satu kali (TT ulang). Untuk menjaga efektifitas vaksin perlu
diperhatikan cara penyimpanan serta dosis pemberian yang tepat.
b. Dosis dan pemberian 0,5 cc pada lengan atas
c. Jadwal pemberian TT

2) Pemberian Vitamin Zat Besi


a) Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe
pada ibu hamil dan nifas karena pada masa kehamilan dan nifas
kebutuhan meningkat.
b) Di mulai dengan memberikan satu sehari sesegera mungkin setelah
rasa mual hilang. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 Mg (zat besi 60 Mg)
dan Asam Folat 500 Mg, minimal masing-masing 90 tablet. Tablet besi
sebaiknya tidak di minum bersama teh atau kopi, karena mengganggu
penyerapan. (Saifudin, 2002)
b. Intervensi Khusus
Intervensi khusus adalah melakukan khusus yang diberikan kepada ibu
hamil sesuai dengan faktor resiko dan kelainan yang ditemukan, meliputi:
1) Faktor resiko, meliputi:
a) Umur
(1) Terlalu muda, yaitu dibawah 20 tahun
(2) Terlalu tua, yaitu diatas 35 tahun
b) Paritas
(1) Paritas 0 (primi gravidarum, belum pernah melahirkan)
(2) Paritas > 3
c) Interval
Jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekurang-
kurangnya 2 tahun.
d) Tinggi badan kurang dari 145 cm
e) Lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm

2) Komplikasi Kehamilan
a) Komplikasi obstetri langsung
(1) Perdarahan
(2) Pre eklamasi/eklamsia
(3) Kelainan letak lintang, sungsang primi gravida
(4) Anak besar, hidramnion, kelainan kembar
(5) Ketuban pecah dini dalam kehamilan.
b) Komplikasi obstetri tidak langsung
(1) Penyakit jantung
(2) Hepatitis
(3) TBC (Tuberkolosis)
(4) Anemia
(5) Malaria
(6) Diabetes militus
c) Komplikasi yang berhubungan dengan obstetri, komplikasi akibat
kecelakaan (kendaraan, keracunan, kebakaran) (Mochtar R, 1998:75).
Pelaksana dan Tempat Pelayanan Antenatal
Pelayanan kegiatan pelayanan antenatal terdapat dari tenaga medis yaitu
dokter umum dan dokter spesialis dan tenaga paramedic yaitu bidan, perawat
yang sudah mendapat pelatihan. Pelayanan antenatal dapat dilaksanakan di
puskesmas, puskesmas pembantu, posyandu, Bidan Praktik Swasta, polindes,
rumah sakit bersalin dan rumah sakit umum. (Depkes RI, 1995)

5. Apa definisi Puskesmas?


Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu organisasi
kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan
masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di samping
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat
di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
Menurut Depkes RI 2004 (Kepmenkes RI No.128/Menkes/SK/II/2004)
Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di wilayah kerja.

6. Bagaimana kriteria imunisasi dasar lengkap pada anak ? (tabel)


Keterangan
Jadwal Imunisasi untuk Bayi dan pada anak Vaksin Hepatitis B
diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir
Jadwal Imunisasi untuk Bayi dan pada anak Vaksin Polio
diberikan pada kunjungan pertama. Bayi yang lahir di RB/RS
diberikan vaksin OPV saat bayi dipulangkan untuk menghindari
transmisi virus vaksin kepada bayi lain. Selanjutnya, untuk polio-1,
polio-2, polio-3 dapat diberikan vaksin OPV atau IPV.
Jadwal Imunisasi untuk Bayi dan pada anak Vaksin BCG optimal
diberikan pada umur 2 sampai 3 bulan. Bila vaksin BCG akan
diberikan sesudah umur 3 bulan, perlu dilakukan uji tuberkulin.
Bila uji tuberkulin pra-BCG tidak dimungkinkan, BCG dapat
diberikan, namun harus diobservasi dalam 7 hari. Bila ada reaksi
lokal cepat di tempat suntikan (accelerated local reaction), perlu
dievaluasi lebih lanjut (diagnostik TB).
Jadwal Imunisasi untuk Bayi dan pada anak Vaksin DTP
diberikan pada umur > 6 minggu. Dapat diberikan vaksin DTwP
atau DTaP atau kombinasi dengan Hepatitis B atau Hib. Ulangan
DTP umur 18 bulan dan 5 tahun.Program BIAS: disesuaikan
dengan jadwal imunisasi Kementerian Kesehatan. Untuk anak
umur di atas 7 tahun dianjurkan vaksin Td.
Jadwal Imunisasi untuk Bayi dan pada anak Vaksin Campak
diberikan pada umur 9 bulan, vaksin penguat diberikan pada umur
5-7 tahun. Program BIAS: disesuaikan dengan jadwal imunisasi
Kementerian Kesehatan.
Jadwal Imunisasi untuk Bayi dan pada anak Vaksin
Pneumokokus dapat diberikan pada umur 2, 4, 6, 12-15 bulan.
Pada umur 7-12 bulan, diberikan 2 kali dengan interval 2 bulan;
pada umur > 1 tahun diberikan 1 kali, namun keduanya perlu dosis
ulangan 1 kali pada umur > 12 bulan atau minimal 2 bulan setelah
dosis terakhir. Pada anak umur di atas 2 tahun PCV diberikan
cukup satu kali
Jadwal Imunisasi untuk Bayi dan pada anak Vaksin Rotavirus
monovalen diberikan 2 kali, vaksin rotavirus pentavalen diberikan
3 kali. Vaksin rotavirus monovalen dosis I diberikan umur 6-14
minggu, dosis ke-2 diberikan dengan interval minimal 4 minggu.
Sebaiknya vaksin rotavirus monovalen selesai diberikan sebelum
umur 16 minggu dan tidak melampaui umur 24 minggu.

7. Apa tipe-tipe Posyandu?

1. Posyandu Pratama

Posyandu Pratama adalah Posyandu yang belum mantap, yang


ditandai oleh kegiatan bulanan Posyandu belum terlaksana secara rutin
serta jumlah kader terbatas yakni kurang dari 5 (lima) orang. Penyebab
tidak terlaksananya kegiatan rutin bulanan Posyandu, disamping
jumlah kader yang terbatas, dapat pula karena belum siapnya
masyarakat. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan
peringkat adalah memotivasi masyarakat serta menambah jumlah
kader.

2. Posyandu Madya

Posyandu Madya adalah Posyandu yang sudah dapat


melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata
jumlah kader sebanyak 5 orang atau lebih, tetapi cakupan kelima
kegiatan utamanya masih rendah yaitu < 50%. Intervensi yang dapat
dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah meningkat cakupan
dengan mengikut sertakan tokoh masyarakat sebagai motivator serta
lebih menggiatkan kader dalam mengelola kegiatan Posyandu.

3. Posyandu Purnama

Posyandu Purnama adalah Posyandu yang sudah melaksanakan


kegiatan lebih dari 8 kali per tahun dengan rata-rata jumlah kader
sebanyak 5 (lima) orang atau lebih. Cakupan utamanya > 50% serta
mampu menyelenggarakan program tambahan seta telah memperoleh
sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat
yang pesertanya masih terbatas yakni kurang dari 50% KK di wilayah
kerja Posyandu.

4. Posyandu Mandiri

Posyandu Mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat


melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun dengan rata-rata
kader sebanyak 5 (lima) orang atau lebih. Cakupan dari kegiatan
utamanya > 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan serta
telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola
masyarakat yang pesertanya lebih dari 50% KK yang bertempat tinggal
di wilayah kerja Posyandu Intervensi yang dilakukan bersifat
pembinaan termasuk pembinaan dana sehat, sehingga terjamin
kesinambungannya.

8. Apa saja peran dari kader kesehatan?


Peran dan fungsi kader sebagai pelaku penggerakan masyarakat :
1) Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
2) Pengamatan terhadap maslaah kesehatan di desa
3) Upaya penyehatan lingkungan
4) Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
5) Pemasyarakatan Keluarga sadar gizi (Kadarzi)
Selain kegiatan posyandu kader juga berperan di luar itu kegiatan
posyandu, yaitu sebagai berikut :
1. Merencanakan kegiatan antara lain survei mawas diri, menentukan
kegiatan penanggulangan masalah kesehatan di masyarakat.
2. Melakukan komunikasi, memberikan informasi dan motivasi
tentang kesehatan.
3. Menggerakkan masyarakat untuk bergotong royong.
4. Memberikan pelayanan yaitu membagikan obat, pemantauan
penyakit serta pertolongan pada kecelakaan.
5. Melakukan pencatatan seperti KB, KIA, Imunisasi, Gizi, dan Diare.
6. Melakukan pembinaan mengenai lama program keterpaduan KB
serta kesehatan lainnya.
7. Melakukan kunjungan rumah.
8. Melakukan pertemuan kelompok.

Tugastugas kader dalam rangka penyelenggarakan posyandu dibagi


menjadi tiga kelompok yaitu sebagai berikut :
1) Tugas Kader pada saat persiapan hari buka posyandu meliputi
beberapa hal berikut :
a) Menyiapkan alat penimbangan bayi, KMS, alat peraga, serta obat-
obatan.
b) Mengundang masyarakat untuk datang ke posyandu.
c) Menghubungin kelompok kerja posyandu
d) Melaksanakan pembagian tugas antar kader posyandu
2) Tugas Kader pada hari buka posyandu
a) Meja I (Pendaftaran)
Merupakan layanan pendaftaran, kader melakukan pendaftaran kepada
bayi, balita dan ibu hamil yang datang ke posyandu.
b) Meja 2 (Penimbangan) Merupakan layanan penimbangan
c) Meja 3 (Pengisian KMS)
Kader melakukan pencatatan pada buku KIA setelah ibu dan bilita
mendaftar dan ditimbang. Pengisian berat badan kedalam skala yang
sesuai dengan umur balita.
d) Meja 4 (Penyuluhan)
Diketahuinya berat batasan anak yang naik atau yang tidak naik, ibu
hamil dengan resiko, pasangan usia subur yang belum mengikuti KB,
penyuluhan kesehatan, pelayanan IMT, oralit, vitamin A, tablet zat
besi pil bulanan, kondom.
e) Meja 5 (Pelayanan)
Pemberian makanan tambahan pada bayi dan balita yang datang ke
posyandu, serta penyuntikan imunisasi dilayani dimeja V

3) Tugas Kader setelah membuka posyandu


a) Memindahkan catatan-catatan pada KMS ke dalam buku registrasi.
b) Menilai hasil Kegiatan dan merencanakan kegiatan posyandu
berikutnya
c) Kegiatan diskusi bersama ibu-ibu
d) Kegiatan kunjungan rumah (Yulifah, R. dkk, 2009).

Kader ditunjuk oleh masyarakat dan biasanya kader melaksanakan


tugas- tugas kader kesehatan masyarakat yang secara umum hampir sama
tugasnya di beberapa negara :
1) Pertolongan pertama pada kecelakaan dan penangganan penyakit
yang ringan.
2) Melakukan pengobatan sederhana.
3) Pemberian motivasi dan saran-saran pada ibu-ibu sebelum dan
sesudah melahirkan.
4) Menolong persalinan.
5) Pemberian motivasi dan saran-saran tentang perawatan anak.
6) Menberikan motivasi dan peragaan tentang gizi (Program UPGK).
7) Program penimbangan balita dan pemberian makanan tambahan.
8) Pemberian motivasi tentang imunisasi dan bantuan pengobatan.
9) Melakukan penyuntikan imunisasi (Kolombia, Papua New Guinea,
dan Sudan).
10) Pemberian motivasi KB.
11) Membagikan alat-alat KB.
12) Pemberian motivasi tentang sanitasi lingkungan kesehantan
perorangan dan kebiasaan sehat secara umum.
13) Pemberian motivasi tentang penyakit menular, pencegahan dan
perujukan
14) Pemberian tentang perlunya follow up pada penyakit meular dan
perlunya memastikan diagnosis.
15) Penangganan penyakit menular.
16) Membantu kegiatan di klinik.
17) Merujuk penderita ke puskesmas atau ke rumah sakit.
18) Membina kegiatan UKS secara teratur.
19) Mengumpulkan data yang dibutuhkan oleh puskesmas membantu
pencatatan dan pelaporan.

Posyandu
Posyandu adalah wadah pemeliharaan kesehatan yang dilakukan dari, oleh dan
untuk masyarakat yang dibimbing petugas terkait. (Departemen Kesehatan RI. 2006).

Tujuan Posyandu
Tujuan posyandu antara lain:
Menurunkan angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (ibu hamil),
melahirkan dan nifas.
Membudayakan NKBS
Meningkatkan peran serta masyarakat untuk mengembangkan kegiatan
kesehatan dan KB serta kegiatan lainnya yang menunjang untuk tercapainya
masyarakat sehat sejahtera.
Berfungsi sebagai wahana gerakan reproduksi keluarga sejahtera, gerakan
ketahanan keluarga dan gerakan ekonomi keluarga sejahtera.
(Bagian Kependudukan dan Biostatistik FKM USU. 2007)

Kegiatan Pokok Posyandu


KIA
KB
Imunisasi
Gizi
Penanggulangan diare

Pelaksanaan Layanan Posyandu


Pada hari buka posyandu dilakukan pelayanan masyarakat dengan sistem 5
meja yaitu:
Meja I : Pendaftaran
Meja II : Penimbangan
Meja III : Pengisian KMS
Meja IV : Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS
Meja V : Pelayanan kesehatan berupa:
Imunisasi
Pemberian vitamin A dosis tinggi.
Pembagian pil KB atau kondom.
Pengobatan ringan.
Konsultasi KB.
Petugas pada meja I dan IV dilaksanakan oleh kader PKK sedangkan meja V
merupakan meja pelayanan medis.

Keberhasilan Posyandu
Keberhasilan posyandu tergambar melalui cakupan SKDN.
S : Semua balita di wilayah kerja posyandu.
K : Semua balita yang memiliki KMS.
D : Balita yang ditimbang.
N : Balita yang Berat Badannya naik

Keberhasilan Posyandu berdasarkan:


D Baik/ kurangnya peran serta masyarakat.
N Berhasil tidaknya program posyandu.

Anda mungkin juga menyukai