Anda di halaman 1dari 12

Obat Pada Perempuan Hamil dan Janinnya

Pemberian obat pada ibu hamil harus diperhatikan efek obat terhadap ibu dan
janin. Pada ibu hamil tumbuh unit fetoplasma dalam usus . Hormon plasenta
mempengaruhi traktus digestivus dan motilitas usus. Demikian pula filtrasi
glomerulus meningkat. Resorbsi inhalasi alveoli paru juga terpengaruh . Resorbsu
obat pada usus ibu hamil lebih lama , eliminasi obat lewat ginjal lebih cepat dan
resorbsi obat inhalasi pada alveoli bertambah.
Jenis obat dosis yang tinggi dan lama paparannya akan berpengaruh
teratogenik pada janin , terutama pada trisemester satu. Perlu dipikirkan mengenai
farmakokinetik obat pada ibu hamil dan pengaruhnya terhadap kesejahteraan janin
serta efek negatifnya
Farmakokinetik Obat Fetomaternal
Perubahan pada traktus Digestifus
o Motilitas usus berkurang
o Peningkatan sekresi mukosa , pH gaster meningkat
o Mual dan muntah akan mempengaruhi dosis obat yang masuk traktus

digestifus
Pengaruh pada paru
o Terjadi vasodilatasi kapilar alveoli
o Absorbs dialveoli akan bertambah
o Obat obat inhalasi jangan sampai dosisnya berlebihan
Distribusi Obat
o Selama kehamilan mulai trisemester kedua kadar obat dalam sirkulasi

ibu distribusinya dalam organ relative tidak sama


Perubahan kadar protein darah
o Kadar obat yang bebas aktif dalam sirkulasi lebih banyak pada ibu

hamil

Detoksifikasi / eliminasi obat


Hepar
Pada kehamilan fungsi hati terganggu karena munculnya hormone dari
placenta . Beberapa jenis obat akan lebih menurunkan fungsi hepar akibat
kompetitif inhibisi dari enzim oksidase serta mikrosom akibat pengaruh
hormone placenta terutama progesterone dan esterogen
Ginjal
Aliran glomerulus meningkat 50 % ini akibat dari peningkatan volume plasma
darah dan hormone progesterone . Dengan GFR meningkat maka ada beberapa
jenis obat lebih cepat diekskresikan misalnya golongan penicillin dan
derivatnya , beberapa obat jantung dan golongan makrolid .

Kompartemen Placenta
Bila didalam plasma darah ibu mengandung obat , maka obat ini akan melalui sawar
plasenta dengan cara berikut : secara difusi pasif/aktif , secara transportasi aktif dan
fasilitatif fagositosis , semi permeable membrane sel trofoblas dan mekanisme
gradient elektro kimiawi . Dengan kemampuan tersebut secara semi selektif obat
dapat melewati sawar plasenta maka obat dapat mengalami : kadar obat sama antara
sebelum dan setelah melewati sawar placenta , kadar obat lebih sedikit setelah
melewati sawar placenta
Metabolisme detoksifikasi dan sawar placenta
Obat yang bersifat lipofilik larut dalam lemak akan mudah menembus
membrane sel
Obat yang terionisasi akan mengalami hambatan dalam menembus sawar
Obat yang bersifat basa lemah lebih mudah menembus sawar
Placenta dapat mengadakan detoksifikasi obat dengan metabolisme secara
enzimatik dehidrogenase , oksidasi , reduksi , hidrolisis , metilasi , atau
asetilisasi
Berat molekul obat yang besar sulit lewat sawar placenta

Keadaan pathologic
Placenta pada ibu hamil dengan preeklamsia dan solutio plasenta akan mengalami
perubahan sawar placenta sehingga kadar obat yang melewati sawar tidak dapat
disamakan dengan keadaan normal . Efek obat oksitosik dan nikotin akan
memperlambat obat melewati sawar placenta yang akan menuju ke janin . Pada
pertumbuhan placenta pasca 3 bulan pertama atau masa plasentasi masih
berlangsung . Ada beberapa obat yang menyebabkan kematian jaringan placenta
.fibrosis dan kematian jaringan yang bila terjadi lebih dari 10% placenta akan
berkurang fungsinya yang menyebabkan gangguan pertumbuhan janin , struktur
janin , bahkan terjadi death conceptus Pada periode embrio sampai plasentasi selesai
obat obatan sangat rentan terhadapnya
Transportasi
Difusi pasif
Cara difusi ini tidak perlu energy . Berlangsungnya difusi akan mengikuti
rumus ficks
Transportasi fasilitas dan aktif
Obat akan melewati sawar dengan perantara
o Ada zat pembawa obat melewati sawar plasenta
o Secara aktif : bila ada perbedaan konsentrasi kedua pihak dari

membrane bioaktif
o Dengan fagositosis , pinositosis

Kompartemen Janin
Dengan mengingat peran plasenta dalam konsentrasi atau seleksi obat baik secara
pasif maupun aktif serta banyak sedikitnya kadar obat yang masuk ke janin maka
perlu dipikirkan kadar obat yang akan berefek atau memberi risiko pada kesejahteraan
janin atau pertumbuhan organ janin . Bila obat mempunyai efek teratogenik pada
janin maka pemberian obat perlu dipertimbangkan sangat jarang pemberian obat
untuk janin dengan melalui ibu .Yang paling sering adalah penggunaan obat untuk ibu
tetapi tanpa terpikirkan masuk ke janin sehingga dapat merugikan kesejahteraan janin.

Periode pertumbuhan janin yang dapat beresiko dalam pemberian zat atau obat pada
pertumbuhan nya adalah sebagai berikut
Pembrio 2 minggu pertama sejak konsepsi
Pada periode ini embrio belum terpengaruh oleh efek obat penyebab
teratogenik
Periode organogenesis yaitu sejak 17 hari sampai lebih kurang 70 hari pasca
konsepsi sangat rentan terhadap efek obat terutama obat-obat tertentu yang
memberi efek negatif atau cacat bawaan pada pertumbuhan embrio atau janin
Setelah 70 hari pasca konsepsi dimana organogenesis masih berlangsung
walau belum sempurna obat yang berpengaruh jenis obatnya tidak terlalu
banyak bahkan ada yang mengatakan tidak berpengaruh
Namun periode 3 semester 2 awal sampai trisemester 3 masih ada obat-obat tertentu
yang dapat mempengaruhi fungsi organ-organ atau retardasi organ-organ vital.
Contoh inhibitor pada trisemester 2 dan 3 dapat menimbulkan disfungsi Renal janin .
Juga obat-obat yang lain atau zat-zat tertentu berpengaruh pada proses maturasi
sistem saraf pusat karena mielinisasi sistem saraf berlangsung lama bahkan sampai
periode neonatal .Dengan demikian obat-obat tertentu dapat menimbulkan adanya
cerebral palsy kemunduran pendengaran dan keterlambatan mental .Obat-obat yang
bisa melewati sawar plasenta dan masuk dalam sirkulasi janin akan berakibat baik
atau jelek pada kesejahteraan janin .Hal ini terkait dengan metabolisme di dalam janin
sendiri terhadap obat yang masuk .Kemampuan janin di dalam merek metabolisme
obat sangat terbatas .Protein mengikat obat pada plasma janin lebih rendah bila
dibandingkan dengan Protein plasma ibu hamil .Albumin janin belum cukup untuk
mengikat obat maka akan terjadi keseimbangan dimana kadar obat di dalam janin
lebih tinggi jika dibandingkan dengan kadar obat di dalam plasma ibu .Dalam periode
setelah 17 hari paska konsepsi organ yang telah terbentuk dapat mengadakan
detoksifikasi atau memetabolisasi obat walau belum sempurna dan masih minimal
.Dengan demikian obat yang masuk ke dalam Janin dapat tersimpan lama di dalam
sirkulasi janin .Bilamana organ-organ sudah cukup berfungsi hasil metabolisme dapat
diekskresikan didalam amnion sebagian obat dalam sirkulasi Janin dapat pula kembali
ke plasenta dan mengalami detoksifikasi pada plasenta . Bila kadar obat cukup tinggi
di dalam sirkulasi janin obat akan masuk ke jaringan janin . Bilamana jaringan organ
masih belum sempurna janin akan terpengaruh pertumbuhannya . Oleh karena itu
keseimbangan obat dalam plasma ibu dan plasma janin sangat penting diketahui
transfer obat yang melewati sawar plasenta digolongkan sebagai berikut
Tipe 1
Obat yang seimbang antara kadar di dalam plasma ibu dan di dalam plasma
janin berarti terjadi transfer lewat sawar plasenta secara lengkap sehingga efek
terapi tercapai pada ibu dan janin dalam hal ini masuknya obat dan ekskresi
obat pada janin sama
Tipe 2
Obat yang kadar pada plasma janin lebih tinggi daripada di dalam plasma Ibu
artinya terjadi transpor yang baik lewat sawar plasenta tapi ekskresi pada janin
sangat sedikit
Tipe 3
Obat yang kadar di dalam plasma janin lebih rendah daripada kadar yang ada
di dalam plasma Ibu artinya transfer lewat sawar plasenta tidak lengkap

Pernah terjadi musibah bayi Toli domits pada tahun 1993 dimana bayi-bayi itu mengalami

kelainan cacat bawaan tanpa ekstremitas akibat Ibu mengkonsumsi talidomid untuk menghindari

hal itu dibuat daftar kategori obat oleh badan pengawas obat Australia

Kategori Keterangan
A Obat-obat yang selama ini telah banyak dikonsumsi oleh ibu
hamil tanpa menunjukkan bukti adanya peningkatan kejadian
malformasi atau efek yang membahayakan bagi janin baik secara
langsung maupun tidak langsung
C Obat-obat yang berdasarkan efek farmakologi nya telah
menyebabkan atau dicurigai menyebabkan efek yang
membahayakan bagi janin ataupun baik tetapi tidak
menimbulkan malformasi efek yang ditimbulkan dapat bersifat
reversible
B1 Obat-obat yang secara umum telah dikonsumsi oleh sebagian ibu
hamil tetapi tidak menunjukkan bukti adanya peningkatan
kejadian malformasi ataupun efek yang membahayakan bagi
janin baik secara langsung maupun tidak langsung studi pada
hewan uji tidak membuktikan adanya peningkatan kejadian
kerusakan janin
B2 Obat-obat yang secara umum telah dikonsumsi oleh sebagian ibu
hamil tetapi tidak menunjukkan bukti adanya peningkatan
kejadian malformasi maupun efek yang membahayakan bagi
janin baik secara langsung maupun tidak langsung studi pada
binatang sangat terbatas dan tidak memadai tetapi data yang ada
menunjukkan bahwa obat-obat tersebut tidak meningkatkan
kejadian kerusakan janin
B3 Obat-obat yang secara umum telah dikonsumsi oleh sebagian ibu
hamil tetapi tidak menunjukkan bukti adanya peningkatan
kejadian malformasi ataupun efek yang membahayakan bagi
janin baik secara langsung maupun tidak langsung studi pada
binatang menunjukkan bahwa obat-obat dalam golongan Ini
meningkatkan kejadian kerusakan janin tetapi efek pada manusia
belum diketahui secara jelas
D Obat-obat yang telah menyebabkan dicurigai sebagai penyebab
atau diduga dapat meningkatkan kejadian malformasi janin atau
kerusakan yang sifatnya menetap obat-obat ini juga dapat
menimbulkan efek farmakologi yang tidak dikehendaki pada
penggunaannya
X Obat-obat yang memberikan resiko tinggi untuk terjadinya
kerusakan permanen pada janin sehingga obatgolongan ini tidak
boleh diberikan pada ibu hamil

United State food and drug administrati juga menentukan kategori keamanan
penggunaan obat selama kehamilan . Kategori adalah A, B , C , D dan X
Kategori A penelitian yang memadai dengan menggunakan pembanding tidak
menunjukkan peningkatan risiko abnormalitas terhadap janin
Kategori B Penelitian pada hewan tidak menunjukkan bukti bahwa obat
berbahaya terhadap janin tetapi belum ada penelitian yang memadai tentang
menggunakan pembanding pada ibu hamil atau penelitian pada hewan
menunjukkan efek yang tidak dikehendaki tetapi penelitian yang memadai
dengan menggunakan pembanding pada ibu hamil tidak menunjukkan risiko
terhadap janin
Kategori C Penelitian pada hewan telah menunjukkan efek yang tidak
dikehendaki terhadap janin tetapi belum ada penelitian yang memadai dengan
menggunakan pembanding pada ibu hamil atau belum dilakukan penelitian
pada hewan dan tidak ada penelitian yang memadai dengan menggunakan
pembanding pada ibu hamil
Kategori D terdapat penelitian yang memadai dengan menggunakan
pembanding pada ibu hamil atau pengamatan menunjukkan risiko bagi janin
namun harus dipertimbangkan manfaat pemberian obat dibandingkan Resiko
yang dapat ditimbulkan
Kategori X penelitian yang memadai pada ibu hamil dengan menggunakan
pembanding hewan telah menunjukkan bukti positif terjadinya abnormalitas
janin penggunaan obat dengan kategori ini dikontraindikasikan pada ibu yang
sedang hamil atau akan hamil

Contoh Kategori Risiko Penggunaan Obat pada Masa Kehamilan


Nama obat Pada kehamilan
Paracetamol B
Asetosal C
Bismut C
Kafein B
CTM B
Kondroitin Sulfat Tidak ada data
Klotrimazol B, C
Kodein C
Dimenhidrinat B
Difenhidramin B
efedrin C
Famotidin B
Dokusate sodium C

Farmakoterapi pada janin


Pada suatu saat bila diberikan pengobatan kepada janin dengan sengaja obat diberikan
melalui ibu . Misalnya antibiotika antiaritmia vitamin K Dexamethasone dan
betametason dapat melalui sawar plasenta dan masuk dalam sirkulasi janin dengan
baik oleh karena detoksifikasi atau metabolisme pada plasenta hanya sedikit . Kedua
obat Dexamethasone dan betametason sering digunakan sebagai perangsang
pematangan paru paru janin . Ada beberapa obat yang masuk dalam sirkulasi janin
yang seimbang dengan obat dalam sirkulasi ibu dan ekskresikan dengan baik oleh
janin dan masuk ke dalam amnion misalnya flekainid

Teratogenesis
Penggunaan obat yang dijual bebas selama kehamilan perlu dipertimbangkan dan
diberikan saran yang bersifat retrospeksi dimana penggunaannya dapat memberikan
efek negatif dan obat mana yang perlu diberikan secara hati-hati serta kapan
pemberian obat yang paling aman pada usia janin yang tepat teratogenesis adalah
defek anatomi pertumbuhan pada janin yang dapat meliputi :
Defek struktur mayor atau minor organ janin
Pertumbuhan janin terhambat
Kematian janin
Kegagalan implementasi dan pertumbuhan embrio
Pengaruh neonatal seperti gangguan neurologi akibat obat-obat yang
mempengaruhi pertumbuhan mielinisasi jaringan saraf atau pemberian obat-
obat yang mempunyai efek karsinogenesis pada neonatal dan anak
moore mendefinisikan teratogenesis sebagai disgenesis organ janin baik secara
struktur maupun fungsi .Teratogenesis bermanifestasi sebagai gangguan pertumbuhan
kematian janin pertumbuhan karsinogenesis dan malformasi .Teratogenesis atau
abnormalitas bervariasi dalam tingkat kelainan organ maupun fungsinya bisa relatif
ringan bisa sangat berat bahkan tidak terkoneksi . Ada suatu keadaan malformasi yang
tidak terkoreksi serta mengancam jiwa janin . Suatu Obat atau bahan kimia dikatakan
teratogenik Bila seorang ibu hamil mengonsumsi obat sengaja atau tidak yang
menyebabkan terjadinya abnormalitas struktur janin atau bayi
Obat yang menimbulkan atau bersifat teratogenik antara lain berupa abnormalitas
kromosom, gangguan implantasi, embrio genesis ,konseptus mati, malformasi struktur
, IUGR, IUFD, kerusakan saraf sentral nervus cranialis , abnormalitas mental, atau
retardasi mental

Obat terbukti kuat menimbulkan efek teratogenik


Obat Efek Teratogenik
Aminopretin , metotreksat Malformasi sistem saraf
pusat dan anggota gerak
Angiotensin converting Gagal ginjal ber
enzyme inhibitor kepanjangan pada bayi
penurunan osifikasi
tempurung kepala ,
disgenesis tubulus renalis
Obat obat antikolinergic Ileus mekoneum neonates
Obat obat antitiroid Gondok pada janin dan
bayi hipotiroidisme
Karbamazepin Defek neural tube
siklofosfamid Malformasi sistem saraf
pusat
Trimetadion Defek pada wajah dan
sistem saraf pusat
Asam valproat Defek neural tube
Warfarin Defek skeletal

Kerentanan janin terhadap obat


Tiap individu atau janin mempunyai afinitas yang berbeda-beda dalam merespon
obat plasenta sangat berperan dalam penyaluran obat kedalam janin kelainan plasenta
ataupun penyakit pada ibu misalnya penyakit virus ,infeksi kuman, preeklamsia, gagal
ginjal atau penyakit jantung sangat berpengaruh terhadap penyaluran obat ke janin
oksigenasi janin bahkan detoksifikasi obat tidak baik .Dengan demikian terjadi
afinitas janin menjadi lebih besar
Demikian pula kondisi genetik atau kromosom sangat berpengaruh dalam afinitas
penyerapan obat serta metabolisme obat pada janin efek teratogenik pada penelitian
hewan uji belum tentu sama dengan efek pada manusia umumnya pada hewan uji
dosis rendah obat yang memberikan
Efek teratogenik akan menimbulkan pula efek teratogenik pada manusia
demikian tinggi rendahnya kadar obat yang masuk janin sangat berpengaruh pada
toksisitas pada janin efek obat terhadap janin berbeda-beda tergantung dari periode
kehamilan atau umur janin intra uterin United State food and drug administration
melakukan klasifikasi obat berdasarkan periode kehamilan
Perkembangan pemberian obat pada ibu hamil muncul banyak kontroversi
misalnya pada awal pengujian obat pada hewan uji mempunyai efek teratogenik tetapi
di dalam perkembangannya dapat dibuktikan bahwa obat itu aman dikonsumsi oleh
ibu hamil contoh pada kasus obat benedictine di Amerika yang berisi antihistamin dan
piridoksin pada periode tahun 1950-1960 dipakai sebagai anti vomitus pada emesis
gravidarum pada tahun 1970 pada penelitian didapatkan kasus-kasus dengan formasi
atau teratogenik efek pada janin dengan obat benedictine yang dikonsumsi oleh
ibunya saat emesis gravidarum akan tetapi pada tahun 1982 Penelitian malformasi
pada janin tanpa penggunaan obat-obatan anti vomitus mempunyai Angka kejadian
yang tidak berbeda dengan malformasi janin pada penggunaan bedak teen
berdasarkan itu maka beberapa negara memperbolehkan kembali beredarnya obat
yang sama dengan nama lain yaitu di lectin negara yang memperbolehkan adalah
Kanada, Afrika Selatan dan Thailand. Penelitian efek teratogenik pada kasus yang
terjadi secara spontan kurang lebih 2 sampai 3% di dalam hewan uji kadang-kadang
tidak ditemukan formasi pada janin hewan uji tetapi pada manusia tidak muncul atau
sebaliknyaberikut ini digolongkan obat-obat yang diujikan pada hewan dan pada
manusia

Efek Teratogenik beberapa obat pada hewan uji dan manusia


Obat Efek pada hewan uji Efek pada manusia
ACE inhibitor Lahir mati dan memperpanjang gagal
meningkatkan kejadian ginjal dan hipotensi pada
janin mati pada kelinci dan bayi bayi baru lahir
kambing menurunkan osifikasi
Tempurung kepala Hypo
calvaria dan dis Genesis
tubulus renalis
Karbamazepin Celah pada langit-langit Defek neural tube
dilatasi ventrikel otak dan
retardasi pertumbuhan
pada mencit.
Etanol Mikrosefalus defisiensi Fetal alcohol syndrome
pertumbuhan dan anomali defisiensi pertumbuhan
anggota gerak pada anjing prenatal dan postnatal
ayam dan mencit anomali sistem saraf pusat
retardasi mental
mikrosefali malformasi
organ mayor
Isotretinoin Defek pada SSP kepala Hidrosefalus buta saraf
anggota gerak dan mata efek retina
kardiovaskular kelinci dan mikroftalmia The First
marmut pulsa posterior cortex dan
cerebellum The First
kraniofasial dan
cardiovascular normalitas
perilaku The Fat pada
katup atrial dan ventrikel
Fenitoin Celah celah langit Defiensi pertumbuhan
mikromelia ginjal dan prenatal dan post natal
Hydrocephalus pada
kelinci tikus dan marmut
Asam Valproat Eksensefali pada hamster Defek pad neural tube
dan tikus
Warfarin Hipoplasia maksilonasal Fetal warfarin sindrom
dan anomaly tulang pada
tius

Waktu paparan obat pada periode embrio/ janin dan efek teratogeniknya
Seperti diketahui periode pertumbuhan hasil konsepsi telah terbagi menjadi
beberapa periode periode ini mempunyai kerentanan masing-masing terhadap obat
serta reaksi masing-masing organ pada janin berbeda-beda.

Konseling dan pemilihan obat pada ibu hamil


Tujuan menghindari atau mengurangi abnormalitas janin
Hindari pemberian obat pada periode pertama pasca konsepsi
Hindari makanan minuman dan zat yang tidak diperlukan oleh janin dalam
pertumbuhannya misalnya merokok alkohol obat sedatif atau jamu jamu
tradisional yang belum teruji
Hindari pemberian obat polifarma terutama bila pemberian dalam waktu yang
lama
Berikan obat yang telah jelas aman dan mempertimbangkan keperluan
pengobatan primernya
Pergunaan pedoman penggunaan obat resmi

Anda mungkin juga menyukai