Anda di halaman 1dari 70

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

BLOK PANCA INDERA

KELOMPOK B-3

Muhammad Adiguna Said (1102010174)


Rezki Ramadhan (1102013247)
Santi Dwi Rahmawati (1102013262)
Rizky Caranggono (1102013257)
Ranty Rizky Puspadewi (1102012226)
Yolanda Intan Farellina (1102013312)
Muthia Farah Asma (1102013187)
Nourma Kusuma Winawan (1102013214)
Nurul Habibah (1102013221)
Satya Kesumawardani (1102013268)
Nadya Muthia Rizky (1102013203)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI

2014

1
PRAKTIKUM FISIOLOGI I

I. LENSA TIPIS

1. Tujuan Percobaan

Menentukan jarak fokus lensa cembung (konvergen) dan cekung (divergen) serta sifat bayangan

2. Alat-alat Percobaan

a. Bangku optik yang berbentuk rel berskala dengan tiang statif tempat lensa, benda, cermin, dan
tabir (layar)

b. Lensa cembung dan cekung

c. Tabir, cermin, benda berbentuk panah, dan penggaris berskala

d. Lampu proyektor sebagai sumber cahaya

3. Teori Dasar

3-1. Rumus Gauss

Benda nyata yang terletak didepan lensa konvergen dapat membentuk bayangan nyata dibelakang
lensa. Bayangan ini dapat ditangkap oleh tabir dibelakang lensa sehingga dapat terlihat. Secara
sederhana pembentukan bayangan tersebut diperhatika pada gambar 1.

Gambar 1. Diagram pembentukan bayangan oleh lensa konvergen. f = titik fokus, O = pusat
sumbu optik lensa.

Jika tebal lensa diabaikan maka dapat dibuktikan bahwa

(1)

2
Persamaan ini berlaku umum dengan ketentuan

f = jarak titik fokus lensa, bertanda (+) untuk lensa konvergen dan (-) untuk divergen
v = jarak benda terhadap pusat sumbu optik lensa, bertanda (+) untuk benda nyata dan (-) untuk
benda maya

b = jarak bayangan terhadap pusat sumbu optik lensa, bertnda (=) untuk bayangan nyata dan
(-) untuk bayangan maya

Bayangan nyata terletak dibelakang lensa dan dapat ditangkap oleh tabir sementara benda maya
terletak di depan lensa dan tidak ditangkap oleh tabir. Selanjutnya benda maya terletak dibelakang
lensa dan biasanya dihasilkan oleh bayangan komponen optik lainnnya (lensa dan cermin)

Disamping itu perbesaran yang didefinisikan sebagai perbandingan besar bayangan terhadap
objek dapat diperoleh dari persamaan

(2)

Munculnya tanda negatif hanya karna keinginan agar jika m positif untuk bayangan tegak dan
negatif untuk bayangan terbalik. Jika dihilangkan tanda negatif dari rumus (2) maka perjanjiannnya
akan terblik.

3-2. Rumus Bessel

Jika jarak antara benda dan tabir dibuat teteap dan lebih besar dari 4f maka terdapat dua
kedudukan lensa positif yang akan menghasilkan bayangan tajam diperkecil dan diperbesar pada
tabir, lihat gambar 2.

Gambar 2. Kedudukan lensa positif yang membentuk bayangan tajam pada tabir

Pada gambar tersebut, posisi-b dan posisi-k masing-masing menyatakan posisi lensa yang
menghasilkan bayangan tajam diperbesar dan diperkecil, sedangkan a = jarak benda ke tabir d =

3
jarak antara dua kedudukan lensa yang menghasilkan bayangan tajam yang diperbesar dan
diperkecil

= jarak benda ke lensa yang menghasilkan bayangan diperbesar


= jarak bayangan ke lensa lensa yang menghasilkan bayangan diperbesar
= jarak benda ke lensa yang menghasilkan bayangan diperkecil
= jarak bayangan ke lensa yang menghasilkan bayangan diperkecil

Mengacu pada gambar 2 terlihat bahwa

(4)

Perhatikan bahwa a dan d selalu positif

3-3. Gabungan Lensa dengan Cermin Datar

Misalkan benda diletakkan pada bidag fokuss lensa dan dibelakang lensa terdapat cermin datar,
lihat gambar 3.

Gambar 3. Menentukan panjang fokus lensa (+) dengan bantuan cermin datar

Oleh lensa, berkas sinar yang berasal dari benda akan dibiaskan dalam berkas sejajar sehingga
terbentuk bayangan ditempat tak terhingga. Selanjutnyaoleh cermin datar berkas ini akan
dipantulkan dan kemudian dibiaskan kembali oleh lensa sehinga terbentuk bayangan sama besar
pada bidang fokus/benda.

4
3-4. Rumus lensa Gabungan

Untuk tujuan tertentu sering digunakan gabungan beberapa lensa. Dalam analisis pembentukan
bayangan lensa gabungan ini dapat dibayangkan seolah-olah menjadi sebuah lensa dengan jarak
fokus . Untuk gabungan dua lensa dirumuskan sebagai

(6)

Dengan t adalah jarak dua smbu ooptik lensa.

Jika kedua lensa itu tipis dan diimpitkan maka t = 0 sehingga

3-5. Pembentukan Bayangan Oleh Gabungan Lensa Konvergen-Divergen

Lensa negatif akan selalu membentuk bayangan maya dari benda nyata tetapi dari benda maya
dapat dibentuk bayangan nyata. Atas dasar ini maka diperlukan bantuan lensa positif dengan
susunan seperti gambar berikut.

4. Jalannya Percobaan

4-1. Menentukan Jarak Focus Lensa Kovergen

Merujuk pada teori di atas maka penentuan jarak focus lensa kovergen dapat dilakukan
dengan tiga cara, yaitu Bessel, Gauss, dan berbantuan cermin datar.

4-1-A. Cara Gauss

1. Ambil benda berbentuk panah dan ukur tingginya sebanyak 5 kali. isikan pada tabel
data.

2. ambil tabir dan lensa konvergen yang akan diukur jarak focusnya.

5
3. letakkan benda, lensa, dan tabir rel optik sehingga terbentuk susunan seperti gambar
1.

4. atur posisi benda, lensa, tabir sehingga terbentuk bayangan tajam diperkecil.

5. ukurlah v,b,tinggi bayangan h', dan posisi bayangan apakah tegak atau terbalik.
Isikan hasil ini pada tabel data.

6. Geser lensa mendekati benda sejarak 2cm dan atur posisi tabir sehingga terbentuk
bayangan tajam. Lakukan pengukuran seperti langkah 5.

7. ulangi langkah 6 terus menurus selama masih mungkin.

4-1-B. Cara Bassel

6
1. Ukurlah tinggi benda yang terbentuk anak panah dan catat hasilnya. ulangi pengukuran ini
sampai 5 kali.

2. tempatkan benda di depan lampu sorot.

3. tempatkan tabir sejarak sekitar 100 cm di belakang benda.

4. tempatkan lensa yang akan diukur jarak focusnya diantara lensa dan tabir susunan posisi
benda, lensa dan tabir akan seperti gambar 2.

5. Geser-geser lensa untuk melihat sekilas apakah terbentuk bayangan tajam diperbesar dan
diperkecil. jika tidak terjadi anda mungkin perlu menaikan/menurunkan posisi lensa dan benda
agar sinar dari benda tepat jatuh pada lensa atau menggeser posisi tabir.

6. jika langkah 5 berhasil, maka aturlah posisi lensa secara halus untuk medapatkan bayangan
tajam diperbesar dan diperkecil.

7. catat kedua posisi lensa (vb dan bk), tinggi bayangan dan catat apakah bayangan terbalik atau
tegak.

8. isikan hasil pengukuran ini pada tabel data.

9. ulangi langkah 6 dan 7 sampai 5 kali. pada setiap pengulangan posisi lensa harus digeser-
geser.

4-1-C. Dengan bantuan Cermin datar

1. tempatkan benda, lensa (+) dan tabir sehingga terbentuk susunan seperti gambar 3.

2. geserlah posisi benda sehinga pada bidang benda terbentuk bayangan yang sama besar
dengan benda

3. catat jarak benda ke lensa (lihat tabel data)

4. ulangi percobaan ini sampai 5 kali.

4-2. Menentukan Jarak Fokus Lensa Divergen

1. ambil lensa konvergen dan lensa divergen yang akan ditentukan jarak focusnya

2. tempatkan benda, lensa kovergen, dan tabir di belakang lensa

3. aturlah posisi lensa dan tabir sehingga terbentuk bayangan tajam pada tabir.

4. catat posisi benda, lensa, dan tabir

5. letakkan lensa divergen di antara tabir dan lensa kovergen. perhatikan bayangan pada tabir akan
kabur atau hilang.

6. atur posisi lensa divergen dan tabir sehingga terbentuk bayangan tajam.

7. catat posisi lensa divergen dan tabir

7
8. berdasarkan data posisi ini maka hitunglah v+, b+, d, b+, dan b- dan hasilnya diisikan pada tabel
data. variabel d adalah jarak antara lensa kovergen dan divergen.

9. ulangi percobaan di atas sebanyak sampai 5 kali.

5. Tugas Pada Laporan Akhir

5-1-A. Cara Gauss

1. Hitung m berdasarkan perbandingan tinggi benda dan bayangan.


2. Hitung m berdasarkan persamaan (2) dan berdasarkan hasil ini tentukan posisi
bayangan (tegak atau terbalik).
3. Buatlah table ringkasan perhitungan tugas 1 dan 2.

4. Buat table harga 1/v dan 1/b

5. Buat grafik 1/v terhadap 1/b.

6. Berdasarkan grafik tersebut tetukan f lensa.

5-1-B. Cara Bessel

Berdasarkan data percobaan, hitung jarak focus lensa dengan persamaan


(5). 5-1-C. Dengan Bantuan Cermin Datar

Berdasarkan data jarak benda, anda langsung mendapatkan jarak focus, f=v. buat table ringkasan hasil
perhitungan jarak focus kekuatan lensa (dalam Dioptri) dari ketiga cara di atas.

Beri catatan/ulasan mengapa terjadi perbedaan hasil dari ketiga cara di atas.
Catatan: 1 dioptri = 100 , jadi lensa dengan f = 25 cm akan berkekuatan 4 dioptri.

f[cm]
5.2 Jarak Fokus Lensa Divergen

Tentukan f lensa divergen hasil percobaan.

6. Hasil Percobaan

1. Menentukan jarak focus lensa konvergen

1. Cara gauss

Tinggi benda h = 4.5

No. v (cm) b (cm) h (cm) Tegak/terbalik Mt = h/h M = - b/v

1 50 35 2.5 Terbalik 0.5 -


5 0.7

2 30 62 6.5 Terbalik 1.4 -


2.06
3 70 30 1,5 Terbalik 0.3 -
3 0,42

8
Kesimpulan: pada percobaan lensa konvergen dengan cara gauss, didapat hasil percobaan sesuai
dengan sifat dari lensa konvergen. Yaitu didapat bayangan yang nyata, terbalik dan diperbesar.

2. Cara Bessel

No a vb vk d
1 100 cm 30 cm 70 cm 40 cm
2 90 cm 31 cm 57 cm 26 cm
3 80 cm 37 cm 41 cm 4 cm

Kesimpulan : pada percobaan lensa konvergen dengan cara Bessel, pada kedua a (jarak tabir
dan benda), 100 cm dan 90 cm, didapatkan dua jenis bayangan yaitu bayangan besar dan kecil
dengan jarak vb dan vk berbeda. Semakin jauh lensa digeser ke arah tabir maka akan semakin
kecil bayangan yang didapat, kemudian sebaliknya.

No V
1 19 cm

2 21 cm
3 20 cm

Kesimpulan : pada percobaan lensa konvergen dengan cermin datar. Didapatkan v=f, karena sifat
cermin datar memantulkan bayangan yang tegak, bayangan yang dihasilkan sama besar

dengan benda, jarak benda sama dengan jarak bayangan, serta bayangan dihasilkan merupakan
bayangan semu karena berupa hasil pantulan.

2. Lensa divergen

No. v+ (cm) b+ (cm) v- (cm) d (cm) b- (cm) f- (cm)

1 28 70 - 56 14 -
14 12
2 36 44 -7 37 25 -14,4
3 30 60 -25 35 25 -

Kesimpulan : pada percobaan lensa divergen didapatkan focus lensa divergen negative (-), karena
lensa divergen bersifat menyebarkan cahaya.

DAFTAR PUSTAKA

Sears, dan Zemansky. Fisika untuk Universitas, jilid III

Sutrisno, Seri Fisika Dasar, ITB

9
PENGLIHATAN I

1. Visus Mata

a. Tujuan Praktikum: Untuk mengetahui ketajaman penglihatan seseorang.

b. Alat-alat yang diperlukan


Optotipe Snellen
Trial lens
Trial frame
c. Dasar Teori

Pemeriksaan tajam penglihatan merupakan pemeriksaan fungsi mata. Gangguan penglihatan


memerlukan pemeriksaan untuk mengetahui sebab kelainan mata yang mengakibatkan turunnya tajam
penglihatan. Tajam penglihatan perlu dicatat pada setiap mata yang memberikan keluhan mata. Untuk

10
mengetahui tajam penglihatan seseorang dapat dilakukan dengan kartu Snellen dan bila penglihatan
kurang maka tajam penglihatan diukur dengan menentukan kemampuan melihat jumlah jari (hitung jari),
ataupun proyeksi sinar. Untuk besarnya kemampuan mata membedakan bentuk dan rincian benda
ditentukan dengan kemampuan melihat benda terkecil yang masih dapat dilihat pada jarak tertentu
(Ilyas, 2009).

Biasanya pemeriksaan tajam penglihatan ditentukan dengan melihat kemampuan membaca


hurufhuruf berbagai ukuran pada jarak baku untuk kartu. Pasiennya dinyatakan dengan angka pecahan
seperti 20/20 untuk penglihatan normal. Pada keadaan ini, mata dapat melihat huruf pada jarak 20 kaki
yang seharusnya dapat dilihat pada jarak tersebut. Tajam penglihatan normal rata-rata bervariasi antara
6/4 hingga 6/6 (atau 20/15 atau 20/20 kaki). Tajam penglihatan maksimum berada di daerah fovea,
sedangkan beberapa faktor seperti penerangan umum, kontras, berbagai uji warna, waktu papar, dan
kelainan refraksi mata dapat merubah tajam penglihatan mata (Ilyas, 2009).

Pemeriksaan tajam penglihatan dilakukan pada mata tanpa atau dengan kacamata. Setiap mata
diperiksa terpisah. Biasakan memeriksa tajam penglihatan kanan terlebih dahulu kemudian kiri lalu
mencatatnya. Dengan gambar kartu Snellen ditentukan tajam penglihatan dimana mata hanya dapat
membedakan dua titik tersebut membentuk sudut satu menit. Satu huruf hanya dapat dilihat bila seluruh
huruf membentuk sudut lima menit dan setiap bagian dipisahkan dengan sudut satu menit. Makin jauh
huruf harus terlihat, maka makin besar huruf tersebut harus dibuat karena sudut yang dibentuk harus
tetap lima menit (Ilyas, 2009).

Ketajaman normal memiliki visus 20/20 yang merupakan jarak antara subjek dengan chart. Hal ini
menjelaskan jarak dimana garis yang membentuk huruf dapat dipisahkan dengan sudut penglihatan
minimal 1 menit, yang dibaca pada mata tanpa kelainan refraktif dalam jarak 20 ft. Pengukuran ini sama
dengan visus 6/6 dimana jarak 6 meter. Visus 20/20 menunjukkan ketajaman mata normal, 20/40
ketajaman dianggap separuh normal, dan 20/10 memiliki ketajaman dua kali orang normal. Ketajaman
visual diukur berdasarkan resolusi spasial dari proses sistem penglihatan. Simbol berwarna hitam pada
background berwarna putih digunakan untuk kontras maksimum dan jarak yang ditetapkan 6 meter
merupakan jarak minimum mata normal untuk melihat tanpa melakukan akomodasi. Dalam
pemeriksaan, lensa digunakan dalam berbagai kekuatan untuk memperbaiki kelainan refraktif yang ada
dan menggunakan pinhole akan memperbaiki kelainan refraktif. Biasanya huruf digunakan dalam
melakukan pemeriksaan (Snellen chart) namun simbol lain (huruf E yang menghadap berbagai arah)
juga dapat digunakan.

11
Dengan kartu Snellen standar ini dapat ditentukan tajam penglihatan atau kemampuan melihat seseorang,
seperti :

o Bila tajam penglihatan 6/6 maka berarti ia dapat melihat huruf pada jarak enam meter, yang
oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak enam meter.

o Bila pasien hanya dapat membaca pada huruf baris yang menunjukkan angka 30, berarti tajam
penglihatan pasien adalah 6/30. o Bila pasien hanya dapat membaca huruf pada baris yang
menunjukkan angka 50, berarti tajam penglihatan pasien adalah 6/50.
o Bila tajam penglihatan adalah 6/60 berarti ia hanya dapat terlihat pada jarak enam meter yang
oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 60 meter. o Bila pasien tidak
dapat mengenal huruf terbesar pada kartu Snellen maka dilakukan uji hitung jari. Jari dapat
dilihat terpisah oleh orang normal pada jarak 60 meter.

12
o Bila pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang diperlihatkan pada jarak tiga
meter, maka dinyatakan tajam 3/60. Dengan pengujian ini tajam penglihatan hanya dapat dinilai
dampai 1/60, yang berarti hanya dapat menghitung jari pada jarak 1 meter.

o Dengan uji lambaian tangan, maka dapat dinyatakan tajam penglihatan pasien yang lebih buruk
daripada 1/60. Orang normal dapat melihat gerakan atau lambaian tangan pada jarak 300
meter. Bila mata hanya dapat melihat lambaian tangan pada jarak satu meter berarti tajam
penglihatannya adalah 1/300.

o Kadang-kadang mata hanya dapat mengenal adanya sinar saja dan tidak dapat melihat
lambaian tangan. Keadaan ini disebut sebagai tajam penglihatan 1/~. Orang normal dapat
melihat adanya sinar pada jarak tidak berhingga.

o Bila penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar maka dikatakan penglihatannya
adalah 0 (nol) atau buta nol

(Ilyas, 2009). d.
Tata Kerja

1. OP duduk menghadap optotipe Snellen dengan jarak 6 meter.


2. Pasang trial frame pada mata.
3. Satu mata ditutup dengan menggunakan telapak tangan sisi yang sama tanpa menekan bola mata,
biasanya yang ditutup adalah mata kiri dan mata kanan diperiksa lebih dahulu.

4. OP diminta membaca huruf pada optotipe Snellen dimulai dari huruf yang terbesar sampai ke huruf
terkecil pada baris-baris selanjutnya yang masih dapat terbaca.

5. Catat hasil pemeriksaan.


e. Hasil Praktikum Visus
(ketajaman penglihatan)
Nama OP Visus

Nurul (20 tahun) OV OD 6/15


OV OS 6/9,62

Pembahasan
Pada o.p, visusnya 6/15. Artinya, o.p dapat melihat huruf pada jarak enam meter, yang oleh orang
normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 15 meter pada mata kanannya. Dan pada mata kirinya
didapatkan 6/9,6 Artinya, o.p dapat melihat huruf pada jarak enam meter, yang oleh orang normal huruf
tersebut dapat dilihat pada jarak 9,6 meter pada mata kirinya.

13
Kesimpulan
Ketajaman penglihatan (visus) bergantung dari ketajaman fokus retina dalam bola mata dan
sensifitas dari interpretasi di otak. Untuk menghasilkan detail penglihatan, sistem optik mata harus
memproyeksikan gambaran yang fokus pada fovea. Ketajaman visus juga dipengaruhi oleh diameter
pupil. Mata memiliki kemampuan berefraksi untuk menghasilkan bayangan yang tepat di retina.
Kelainan-kelainan seperti miopi, hipermetropi, astigmatisme, dan afakia dapat diatasi dengan
penggunaan lensa yang tepat.

Lapang pandang manusia memiliki batas pada sudut-sudut tertentu, dan pada bagian temporal
terdapat area yang tidak terlihat karena adanya bintik buta pada posterior mata. Penglihatan manusia
bersifat binocular karena adanya titik identik pada kedua retina. Pada retina terdapat berbagai macam
fotoreseptor sehingga manusia bisa melihat bermacam warna.

2. Mata sebagai susunan optic 1)


Tujuan

1. menyebutkan nama dan fungsi semua bagian model mata Cenco Ingersoll yang
menirukan mata sebagai susunan optic

2. mendemonstrasikan pelbagai keadaan di bawah ini dengan model mata Cenco Ingersoll
3. peristiwa aberasi sferis serta tindakkan koreksi o peristiwa aberasi sferis serta
tindakan koreksi

14
o mata emetrop tanpa atau dengan
koreksi o mata miop serta tindakan
koreksi o mata hipermetrop serta
tindakan koreksi o mata astigmat serta
tindakan koreksi o mata afakia serta
tindakan koreksi

2) Alat yang diperlukan


Model mata Cenco Ingersoll dengan perlengkapan
3) Tata kerja
1. Mata Sebagai Susunan Optic
Pelajari model mata Cenco Imhersoll dengan perlengkapannya
a) sebuah bejana berisi air hamper penuh
p.VI.2.1 a. apa fungsi dalam bejana ini?
b. apa analogi air dalam bejana ini dengan cairan dalam mata?

Jawab : a. sebagai analogi sebuah bola mata dalam mata manusia

b. air dianalogikan sebagai corpus vitrum, yaitu cairan yang mengisi


bola mata pada mata manusia, dan sebagai salah satu alat refraksi
dalam mata manusia
b) cornea
c) retina yang dapat diletakkan di 3 tempat berbeda p-VI.2.2 mengapa
disediakan tempat yang berbeda beda untuk retina?

Jawab: karena tempat tempat berbeda tersebut sebagai tempat percobaan


apabila bayangan jatuh didepan retina, tepat diretina, dan di belakang retina.
Seperti pada pasien miopi, hipermetrop dan emetropi.

Pada percobaan diatas dilakukan, ketika retina dipindahkan ditempat depan retina
sebelumnnya, bayangan yang jatuh di depan retina membuat penglihatan atau
bayanngan tersebut menjadi buram, hal ini dianalagokan dengan pasien miopi. Setelah
di koreksi dengan lensa cekung untuk memperjelas bayangan, bayangan yang jatuh
tidak terlihat buram lagi.

Apabila retina dipindahkan ditempat belakang retina sebulmnya, bayangan yang jatuh
dibelakang retina ini pun terlihat buram. Hal ini perlu dikoreksi dengan lensa cembung
untuk meperjelas bayangan. Hal ini sama seperti pada pasien hipermetropia.

15
PENGLIHATAN II

1. Pemeriksaan Luas Lapang Pandang (Perimeter)

A. Teori Dasar
Mata adalah struktur khusus tempat reseptor-reseptor peka cahaya yang penting untuk persepsi
penglihatan yaitu, sel kerucut dan sel batang ditemukan di lapisan retina. Iris mengontrol ukuran
pupil dan mengatur jumlah cahaya yang diperbolehkan masuk ke mata. Kornea dan lensa adalah
struktur refraktif utama yang membelokkan berkas cahaya masuk agar bayangan terfokus di retina.
Kornea merupakan penentu utama kemampuan refraktif mata. Kekuatan lensa dapat diubah-ubah
melalui kerja otot siliaris agar mata dapat berakomodasi untuk penglihatan jauh atau dekat.

Sel batang dan kerucut diaktifkan apabila fotopigmen yang mereka miliki menyerap berbagai
panjang gelombang cahaya. Penyerapan cahaya menyebabkan perubahan biokimiawi pada
fotopigmeen yang akhirnya dikonversikan menjadi perubahan kecepatan perambatan potensial aksi
di jalur penglihatan yang meninggalkan retina. Pesan visual di salurkan ke korteks penglihatan di
otak untuk pengolahan perceptual.

Sel kerucut memperlihatkan ketajaman yang tinggi, tetapi hanya dapat digunakan untuk
penglihatan di siang hari, karena memiliki kepekaan yang rendah terhadap cahaya. Penglihatan
warna ditimbulkan oleh bermacam-macam rasio stimulasi terhadap ketiga jenis sel kerucut oleh
berbagai panjang gelombang cahaya. Sel batang menghasilkan penglihatan yang samar berupa
rona abu-abu, tetapi karena sangat peka terhadap cahaya, sel-sel batang dapat digunakan untuk
melihat pada malam hari (Sherwood, L. 2001)

Lapangan pandang mata adalah luas lapangan penglihatan seorang individu. Terdapat tiga
jenis lapangan pandang; lapangan makular yaitu lapangan pandang yang paling jelas dilihat oleh
kedua mata, lapangan binokular yang dilihat oleh kedua mata secara umumnya dan lapangan
monokular yaitu kawasan yang bisa dilihat oleh salah satu mata saja.

Jaringan neural penglihatan terjadi apabila cahaya yang masuk ke dalam mata sampai ke
fotoreseptor di retina.Setelah itu, transmisi impuls pada nervus optikus kepada kiasma optik. Traktus
optikus, yaitu serabut saraf optik dari kiasma optik, membawa impuls ke lobus serebral dimana
penglihatan diinterpretasikan.

Untuk suatu objek terfokus ke atas retina, semakin jauh objek itu, semakin menipis lensa mata
untuk memfokusnya. Pengubahan bentuk lensa dikawal oleh otot siliari yang terdapat pada badan
siliari, disebut akomodasi. Apabila terjadi kontraksi, fiber dalam ligamen suspensori meregang dan
menyebabkan lensa menebal dan menjadi lebih konveks.

B. Pemeriksaan lapangan pandang

Pemeriksaan lapang pandangan sentral dan perifer dipergunakan untuk tiga alasan yaitu
mendeteksi kelainan tajam penglihatan, mencari lokasi kelainan disepanjang jaras saraf
penglihatan, melihat besar kelainan mata dan perubahannya dari waktu ke waktu atau follow up.
Pemeriksaan ini dipergunakan untuk mengeliminir differential diagnosis dan dipergunakan untuk
melihat progresifitas penyakit, dan biasanya menyertai pemeriksaan lain misalnya: pemeriksaan
ketajaman penglihatan, penglihatan warna atau pemeriksaan mata lainnya.

16
Pemeriksaan lapang pandangan dapat dilakukan dengan berbagai cara, dari yang sangat
sederhana bahkan tanpa alat, sampai dengan pemakaian alat canggih. Pemeriksaan ini selalu
dilakukan pada satu mata baru kemudian dilakukan pada mata yang lain.

Pemeriksaan lapang pandangan bisa dilakukan dengan cara yaitu dengan uji konfrontasi dan
kisi Amsler, atau dengan cara yang lebih canggih (dengan perimeter Goldmann). Pemeriksaan
lapang pandangan sederhana apabila dikerjakan dengan benar dan didukung dengan pemahaman
teori yang memadai, akan dapat mengungkapkan berbagai kelainan lintasan visual.

Bila kita memfiksasi pandangan kita ke satu benda, benda ini terlihat nyata, sedangkan
bendabenda di sekitarnya tampak kurang tajam. Seluruh lapangan yang terlihat, bila kita memfiksasi
mata ke satu benda disebut lapangan pandang.

Pada pemeriksaan lapangan pandang, kita menentukan batas perifer dari penglihatan, yaitu
batas sampai mana benda dapat dilihat, jika mata difiksasi pada satu titik. Sinar yang datang dari
tempat fiksasi jatuh di makula, yaitu pusat melihat jelas (tajam), sedangkan yang datang dari
sekitarnya jatuh di bagian perifer retina.

Lapangan pandang yang normal mempunyai bentuk tertentu, dan tidak sama ke semua arah.
Seseorang dapat melihat ke lateral sampai sudut 90-100 derajat dari titik fiksasi, ke medial 60
derajat, ke atas 50-60 derajat dan ke bawah 60-75 derajat. Ada tiga metode standar dalam
pemeriksaan lapang pandang yaitu dengan metode konfrontasi, perimeter, dan kampimeter atau
tangent screen.

1. Perimeter
Perimeter adalah penggunaan alat untuk memeriksa lapangan pandang dengan mata terfiksasi
sentral. Penilaian lapangan pandang merupakan hal yang penting ditakukan pada keadaan
penyakit yang mempunyai potensi terjadinya kebutaan. Pada glaukoma pemeriksaan ini
berguna dalam pengobatan penyakit dan pencegahan kebutaan.

Perimeter adalah setengah lingkaran yang dapat diubah-ubah letaknya pada bidang
meridiannya. Cara pemakaiannya serta cara melaporkan keadaan sewaktu pemeriksaan sama
dengan kampimeter. Pemeriksaan lapang pandangan dilakukan dengan Perimeter, merupakan
alat yang dipergunakan untuk menentukan luas lapang pandangan. Alat ini berbentuk setengah
bola dengan jari- jari 30 cm, dan pada pusat parabola ini penderita diletakkan untuk diperiksa.

Batas lapang pandangan perifer adalah 90o temporal, 75o inferior, 60o nasal, dan 60o superior.
Dapat dilakukan pemeriksaan statik ataupun kinetik.
Pemeriksaan ini berguna untuk :

o Membantu diagnosis pada keluhan penglihatan o


Melihat progresifitas turunnya lapang pandangan o
Merupakan pemeriksaan rutin pada kelainan susunan saraf
pusat o Memeriksa adanya histeria atau malingering.

Dikenal 2 cara pemeriksaan Perimeter, yaitu :

17
a) Perimeter kinetik yang disebut juga perimeter isotropik dan topografik, dimana pemeriksaan
dilakukan dengan objek digerakkan dari daerah tidak terlihat menjadi terlihat oleh pasien.

b) Perimeter statik atau perimeter profil dan perimeter curve differential threshold, dimana
pemeriksaan dengan tidak menggerakkan objek akan tetapi dengan menaikkan intensitas
objek sehingga terlihat oleh pasien.

2. Uji konfrontasi

Lapang pandang masing-masing mata adalah area yang dapat dilihat oleh sebuah mata pada
suatu jarak tertentu. Dibagi menjadi bagian nasal (medial) dan bagian temporal (lateral). Proses
pemetaan lapang pandang disebut perimetri, dengan menggunakan alat yang disebut
perimeter. Perimetri dilakukan dengan menutup satu mata, dengan mata lain melihat pada
suatu titik sentral di depan matanya. Kemudian suatu bintik kecil cahaya atau benda kecil
digerakkan ke arah titik sentral ini di seluruh lapangan pandang, ke arah nasal dan lateral serta
ke atas dan ke bawah, dan orang yang diperiksa memberitahu jika bintik cahaya atau benda
tersebut sudah terlihat dan bila tidak terlihat. Pada saat yang sama, dibuat peta lapang pandang
mata yang diperiksa, yang menunjukkan area orang tersebut dapat atau tidak dapat melihat
target. Dengan memperhatikan lokasi dimana target tidak terlihat dan menjadi terlihat lagi, bintik
buta juga dapat dipetakan.

Di bagian lapangan pandang yang ditempati diskus optikus terdapat sebuah titik buta (blind
spot). Titik buta di bagian lain lapangan pandang disebut skotoma. Pada retinitis pigmentosa,
bagian-bagian retina mengalami degenerasi dan terjadi pengendapan berlebihan pigmen
melanin di bagian-bagian ini. proses biasanya berawal di retina perifer dan kemudian meluas
kearah tengah.

Salah satu kegunaan perimetri yang penting adalah untuk mengetahui lokalisasi lesi di jaras
saraf penglihatan. Lesi pada saraf optik, kiasma optikum, traktus optikus, dan radiasio optika
menimbulkan pola daerah kebutaan lapang pandang yang berbeda. Kerusakan pada saraf optik
menimbulkan kebutaan pada mata tersebut. Kerusakan kiasma optikum menghambat
penjalaran impuls pada kedua retina bagian nasal yang berfungsi untuk melihat lapang pandang
bagian temporal. Gangguan pada traktus optikus memutuskan persarafan separuh bagian tiap
retina pada sisi yang sama dengan lesi. Akibatnya, kedua mata tidak dapat melihat objek pada
sisi yang berlawanan. Keadaan ini disebut hemianopsia homonim. Kerusakan pada radiasio
optika atau pada korteks penglihatan juga akan menyebabkan hemianopsia homonim.

3. Tujuan Praktikum
Pada akhir latihan ini, mahasiswa harus dapat:
1.1 Menimbulkan peristiwa fosfen tekan dan menyebutkan hukum serta fenomena yang
berhubungan dengan peristiwa tersebut

2.1 Memeriksa luas lapangan pandang untuk beberapa macam warna dengan menggunakan
perimeter.
3.1 Menimbulkan peristiwa diplopia dan menerangkan mekanismenya.
4.1 Memeriksa refleks pupil langsung dan tidak langsung (konsensui) dengan refleks pupil pada
akomodasi

5.1 Menyatakan adanya bintik buta dengan menggambarkan proyeksinya di kertas.

18
6.1 Melihat gerakan eritrosit retina sendiri.
4. Alat yang diperlukan o Perimeter + Formulir o Lampu senter + Kaca biru atau kaca ungu

5. Tata Kerja
a) Suruh o.p. duduk membelakangi cahaya menghadap alat perimeter.
b) Tutup mata o.p. dengan sapu tangan.
c) Letakan dagu o.p. ditempat sandaran dagu yang dapat diatur tingginya, sehingga tepi bawah
mata kanannya terletak setinggi bagian tas batang vertikal sandaran dagu.

d) Pasang formulir untuk mata kanan disebelah belakang piringan perimeter.


Sebagai berikut:
o Putar busur perimeter sehingga letaknya horizontal dan penjepit berada dibagian
atas perimeter.

o Jepit formulir tersebut pada piringan sehingga garis 180-0 formulir letaknya berimpit
dengan garis 0-180 piringan perimeter, dan lingkaran konsentris formulir letaknya
skala perimeter

e) Suruh o.p. memusatkan penglihatannya pada titik fiksasi ditengah perimeter. Selama
pemeriksaan, penglihatan op harus tetap dipusatkan pada titik fiksasi tersebut.

f) Gunakan benda yang dapat digeser pada busur perimeter untuk pemeriksaan luas
lapang pandang. Pilih bulatan berwarna putih dengan diameter sedang ( 5mm) pada
benda tersebut.

P-VI 3.3 Bagaimana caranya memilih warna dan mengatur diameter bulatan?
Jawab : dalam busur perimetri, sudah tersedia bulatan dengan beberapa ukuran
diameter bulatan. Setiap bulatan terdiri dari beberapa warna berbeda, yaitu putih,
merah, biru, kuning dan hijau. Kita hanya tinggal mencari diameter yang sesuai dan
memutar warna sesuai yang kita inginkan. Dalam praktikum kali ini, kita menggunakan
diameter sedang ( 5 mm) selanjutnya kita pilih warna, dengan cara memutar bulatan
sampai menemukan warna yang sesuai. Sebagai contoh, kita ingin melalukan tes
lapang pandang untuk mata kanan dengan warna merah. Maka kita putar bulatan
tersebut hingga tampak warna merah pada bulatan.

g) Gunakan perlahan bulatan putih itu menyusuri busur di tepi kiri o.p. ketengah tepat saat o.p.
melihat bulatan putih tersebut penggeseran benda dihentikan.

h) Baca tempat penghentian itu pada busur dan catat pada formulir dengan tepat. P-VI 3.4
Bagaimana caranya mencatat tempat itu pada formulir? dalam busur perimetri sudah
dilengkapi oleh ukuran derajat yang sesuai. Sehingga saat O.P. sudah tidak bisa melihat lagi
warna pada bulatan, maka dititik itulah kita membaca sampai di derajat berapakah lapang
pandang matanya, kemudian pindahkan kedalam tabel.

i) Ulangi tindakan no 7 dan 8 pada sisi busur yang berlawanan tanpa mengubah posisi busur.

j) Ulangi tindakan no 7, 8 dan 9 setelah busur tiap kali diputar 30 sesuai arah jarum dari
pemeriksa, sampai posisi busur vertikal.

19
k) Kembalikan busur pada posisi horizontal seperti semula, pada posisi ini tidak perlu dilakukan
pencatatan lagi.

l) Ulangi tindakan no 7, 8 dan 9 setelah busur tiap kali diputar 30 sesuai arah jarum dari
pemeriksa, sampai tercapai posisi busur 60 dari bidang horizontal.

m) Periksa juga lapang o.p. untuk berbagai warna lain : Merah, Hijau, Kuning dan Biru seperti cara
diatas.

n) Lakukan juga pemeriksaan lapang pandang untuk mata kiri hanya dengan bulatan berwarna
putih.

P-VI.3.5 Apa kriteria lapang pandang yang normal untuk cahaya putih dan berwarna?
pada pemeriksaan lapang pandang, kita menentukan batas perifer dari penglihatan, yaitu
bats sampai dimana benda dapat dilihat jika mata difiksasi pada satu titik. Lapang pandang
normal adalah memiliki bentuk tertentu, dan tidak sama kesemua arah.

Ada 4 fotopigmen berbeda, 1 di sel batang dan masing masing di 3 sel kerucut rodopsin.
Fotopigmen menyerap semua panjang gelombang cahaya, oleh karena itu sel batang
hanya mendeteksi perbedaan intensitas, memberi bayangan abu-abu. Tanpa
mendekripsikan perbedaan warna. Sedangkan foto pigmen diketiga jenis sel
kerucutkerucut merah, hijau, biru berespon selektif terhadap berbagai gelombang cahaya,
sel kerucut inilah yang menyebabkan kita dapat membedakan berbagai warna.

Gambar 1 Lapang pandang baku (Visual Standart) mata kiri dan kanan

Batas minimal lapang pandang normal:


Temporal 85derajat Nasal 60 derajat
Temporal Bawah 85 derajat Nasal atas 55 derajat
Bawah 65 derajat Atas 45 derajat

20
Nasal Bawah 50 derajat Temporal Atas 55 derajat

Luas lapang pandang total : 500 derajat

6. Hasil Praktikum dan Analisa Data


1) Mata Kiri dan Kanan (Putih)
Sudut Mata Kanan Mata Kiri
180 60 50
150 47 50
120 47 40
90 40 40
210 50 55
240 40 45

2) Mata Kanan (Kuning)


a. Searah Jarum Jam
Sudut Temporal Nasal
180o 70 75
150o 85 60
120o 80 55
90o 65 55

b. Berlawanan Jarum
Jam Sudut Temporal Nasal
30o 75 65
60o 60 65

3) Mata Kanan (Hijau)


a. Searah Jarum Jam
Sudut Temporal Nasal
180o 90 75
150o 85 75
120o 80 65
90o 55 60

b.Berlawanan Jarum
Jam Sudut Temporal Nasal
30o 80 75
60o 60 65

4) Mata Kanan (Biru)


Searah Jarum Jam
Sudut Temporal Nasal
180o 70 65
150o 70 45
120o 70 50
90o 45 50

Berlawanan Jarum

Jam Sudut Temporal Nasal

21
30o 65 65
60o 60 70

5) Mata Kanan (Merah) Searah


Jarum Jam
Sudut Temporal Nasal
180o 90 75
150o 80 70
120o 80 55
90o 55 70

Berlawanan Jarum
Jam Sudut Temporal Nasal
30o 80 70
60o 60 70

6) Mata Kiri

Sudut Merah Hijau Kuning Biru


Kiri Kiri Kiri Kiri
180 55 55 50 50
150 55 55 60 55
120 45 45 45 40
90 45 45 40 40
210 55 50 50 50
240 55 45 50 55

Kesimpulan

Lapangan pandang mata adalah luas lapangan penglihatan seorang individu. Terdapat tiga jenis
lapangan pandang; lapangan makular yaitu lapangan pandang yang paling jelas dilihat oleh kedua
mata, lapangan binokular yang dilihat oleh kedua mata secara umumnya dan lapangan monokular yaitu
kawasan yang bisa dilihat oleh salah satu mata saja.

Pada pemeriksaan lapangan pandang, kita menentukan batas perifer dari penglihatan, yaitu batas
sampai mana benda dapat dilihat, jika mata difiksasi pada satu titik. Sinar yang datang dari tempat
fiksasi jatuh di makula, yaitu pusat melihat jelas (tajam), sedangkan yang datang dari sekitarnya jatuh
di bagian perifer retina.

Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah dengan Perimeter. Pada Perimeter, pemeriksaan ini berguna
untuk membantu diagnosis pada keluhan penglihatan, melihat progresifitas turunnya lapang
pandangan, merupakan pemeriksaan rutin pada kelainan susunan saraf pusat, memeriksa adanya
histeria atau malingering.
Konsep warna tergantung dalam benak yang melihat. Sebagian besar kita lihat, karena kita memiliki
jenis sel-sel kerucut yang sama dan menggunakan jalur-jalur saraf yang sama untuk membandingkan

22
keluaran mereka. Lapang pandang menjadi lebih luas ketika harus melihat objek berwarna karena lebih
terang untuk dilihat oleh mata.

23
SISTEM SENSORIK

TEORI DASAR

Rangsangan (stimulus) adalah perubahan yang terdeteksi oleh tubuh. Rangsangan


terdapat dalam berbagai bentuk energy, atau modalitas, misalnya panas, cahaya, suara,
tekanan, dan perubahan kimiawi. Neuron-neuron aferen memiliki reseptor di ujung perifer yang
berespons terhadap rangsangan baik dari dunia luar maupun dalam. Karena satu-satunya jalan
bagi neuron aferen untuk menyalurkan informasi ke SSP tentang rangsangan ini adalah melalui
perambatan potensial aksi, maka reseptor harus mengubah bentuk-bentuk energy lain menjadi
sinyal listrik (potensial aksi). Proses perubahan energy ini dikenal sebagai transduksi.
(Sherwood, 2011)

Setiap tipe reseptor bersifat khusus untuk berespons lebih mudah terhadap suatu jenis
rangsangan, stimulus adekuatnya, daripada terhadap rangsangan lain. Salah satu contohnya
adalah reseptor hangat di kulit terhadap energy panas. Jenis reseptor berdasarkan stimulus
adekuatnya salah satunya adalah Termoreseptor, peka terhadap panas dan dingin dan
Nosiseptor atau reseptor nyeri, peka terhadap kerusakan jaringan misalnya cubitan atau luka
bakar atau distorsi jaringan. Stimulus intens terhadap setiap reseptor juga dirasakan sebagai
nyeri. (Sherwood, 2011)

Sensasi rasa nyeri, suatu mekanisme protektif untuk menimbulkan kesadaran akan
kenyataan bahwa sedang atau akan terjadi kerusakan jaringan. Selain itu, simpanan
pengalaman yang menimbulkan nyeri dalam ingatan membantu kita menghindari
kejadiankejadian yang berpotensi membahayakan di masa mendatang.

Katergori reseptor nyeri atau nonsiseptor terdiri dari 3 kategori, yaitu Nonsiseptor
mekanis, berespons terhadap kerusakan mekanis misalnya tersayat, terpukul, atau cubitan;
Nosiseptor suhu berespons terhadap suhu ekstrim, terutama panas; dan Nosiseptor
polimodal yang berespons sama kuat terhadap semua jenis rangsangan yang merusak,
termasuk bahan kimia iritan yang dikeluarkan oleh jaringan yang cedera. Karena manfaatnya
untuk kelangsungan hidup maka nosiseptor juga tidak beradaptasi terhadap rangsangan yang
menetap atau berulang.

TUJUAN :

pada akhir latihan mahasiswa harus dapat:

1. Membedakan perasaan subjektif panas dan dingin


2. Menetapkan adanya titik-titik panas, dingin, tekan dan nyeri di kulit
3. Memeriksa daya menentukan tempat rangsangan taktil (lokalisasi taktil)
4. Memeriksa daya membedakan dua titik tekan (diskriminasi taktil) pada perangsangan serentak
(simultan) dan perangsangan berurutan (suksesif)

5. Menentukan adanya perasaan iringan dan menerakan mekanisme terjadinya ( after image)

24
6. Memeriksa daya membedakan berbagai sifat benda
o Kekasaran permukaan
o Bentuk o Bahan
pakaian

7. Memeriksa daya menentukan sikap anggota tubuh


8. Mengukur waktu reaksi
9. Menyebutkan faktor-faktor sikap anggota tubuh ALAT YANG DIPERLUKAN :

1. 3 Waskom dengan air bersuhu 20o, 30o dan 40o


2. Gelas beker dan thermometer kimia
3. Alkohol atau eter
4. Es
5. Kerucut kuningan + bejana berisi kikiran kuningan + estesiometer rambut Frey dan jarum
6. Pensil + jangka + pelbagai jenis amplas + benda-benda kecil + bahan-bahan pakaian 7. Mistar
pengukur reaksi

TATA KERJA :

I. PERASAAN SUBYEKTIF PANAS DAN DINGIN

1. Sediakan 3 waskom yang masing-masing berisi air dengan suhu kira-kira 20o, 30o, 40o C
2. Masukkan tangan kanan ke dalam air bersuhu 20o dan tangan kiri ke dalam air bersuhu 40o C
untuk 2 menit

Catet kesan apa yang saudara alami.


3. Kemudian masukkan segera kedua tangan itu serentak ke dalam air bersuhu 30 o C Catet kesan
apa yang saudara alami.

VII.1. Apakah ada perbedaan perasaan subyektif antara kedua tangan tersebut? Apa sebabnya?

Jawab: Iya, ada perbedaannya. Sebabnya adalah karena ada faktor perpindahan kalor. Suhu
yang diberikan terhadap tangan kanan 20 o yang menghantarkan rasa panas lebih rendah
dibandingkan tangan kiri bersuhu 40o dan setelah dimasukkan ke dalam air bersuhu 30 o, tangan
kiri lebih dingin dibandingkan tangan kanan.

4. Tiup perlahan-lahan kulit punggung tangan yang kering dari jarak 10 cm.
5. Basahi sekarang kulit punggung tangan tersebut dengan air dan tiup sekali lagi dengan
kecepatan seperti diatas.

Bandingkan kesan yang saudara alami hasil tiupan pada sub.4 dan 5
6. Olesin sebagian kulit punggung tangan dengan alcohol atau eter.
VII.2. Apakah ada perbedaan antara ke 3 hasil tindakan pada sub.4, 5 dan 6? Apa sebabnya?
Jawab: Iya, ada perbedaannya. Sebabnya juga karena ada faktor perpindahan kalor.

25
Penjelasan: saat ditiup perlahan-lahan punggung tangan yang kering dari jarak 10 cm, tangan
kiri lebih terasa. Setelah dibasahi dengan air, lalu ditiup sekali lagi, tangan kanan dan tangan
kiri terasa sama. Pada saat dioleskan alcohol atau eter pada punggung tangan, tangan kanan
dan tangan kiri terasa sama karena tidak ada perbedaan suhu di punggung tangan.

II. TITIK-TITIK PANAS, DINGIN, TEKAN DAN NYERI DI KULIT

1. Letakkan punggung tangan kanan saudara diatas sehelai kertas dan tarik garis pada pinggir
tangan dan jari-jari sehingga terdapat lukisan tangan.

2. Pilih dan gambarkan ditelapak tangan itu suatu daerah seluas 3 x 3 cm dan gambarkan pula
daerah itu di lukisan tangan pada kertas.

3. Tutup mata orang percobaan dan letakkan punggung tangan kanannya santai di meja.
4. Selidiki secara teratur menurut garis-garis sejajar titik-titik yang memberikan kesan panas yang
jelas pada telapak tangan tersebut dengan menggunakan kerucut kuningan yang telah dipanasi.
Cara memanasi kerucut kuningan yaitu dengan menempatkannya dalam bejana berisi kikiran
kuningan yang direndam dalam air panas bersuhu 50o. Tandai titik-titik panas yang diperoleh
dengan tinta.

5. Ulangi penyelidikan yang serupa pada sub.4 dengan kerucut kuningan yang telah didinginkan.
Cara mendinginkan kerucut kuningan yaitu dengan menempatkannya dalam bejana berisi kikiran
kuningan yang direndam dalam air es.

6. Selidiki pula menurut cara diatas titik-titik yang memberikan kesan tekan dengan menggunakan
estesiometer rambut Frey dan titik-titik yang memberikan kesan nyeri dengan jarum

7. Gambar dengan symbol yang berbeda semua titik yang diperoleh pada lukisan tangan di kertas
VII.3. Menurut teori, kesan apakah yang diperoleh bila titik dingin dirangsang oleh benda panas?
Bagaimana keterangannya ?

Jawab : Perubahan suhu tubuh dikedua arah mengubah aktivitas sel-peningkatan suhu
mempercepat reaksi-reaksi kimia sel, sedangkan penurunan suhu memperlambat reaksi-reaksi
tersebut. Karena fungsi sel sensitif terhadap fluktuasi suhu internal maka manusia secara
homeostasis mempertahankan suhu tubuh pada tingkat yang optimal agar metabolisma sel
berlangsung stabil. Panas berlebihan berakibat lebih serius darpada pendinginan. Bahkan
peningkatan moderat suhu tubuh mulai menyebabkan malfungsi syaraf dan denaturasi protein
ireversibel.

HASIL PERCOBAAN

26
Keterangan :

= panas
= dingin
= nyeri
O.P : Santi

III. LOKALISASI TAKTIL

TATA KERJA
1. Tutup mata orang percobaan dan tekankan ujung pensil pada suatu titik di kulit ujung jari nya.
2. Suruh sekarang orang percobaan melokalisasi tempat yang baru d rangsang tadi dengan ujung
sebuah pensil pula.

3. Tetapkan jarak antara titik rangsang dang titik yang d tunjuk.


4. Ulangi percobaaan ini sampai 5 kali dan tentukan jarak rata-rata untuk kulit ujung jari,telapak
tangan,lengan bawah,lengan atas dan tengkuk.

VII.4. Apakah kemampuan lokalisasi taktil seseorang sama besarnya untuk seluruh bagian
tubuh?

Jawab: kemampuan lokalisasi taktil tidak sama besarnya di seluruh bagian tubuh, reseptor taktil
yang berbeda memiliki kepekaan dan kecepatan mengirim impuls yang berbeda pula.

VII.5. Apakah istilah kemampuan seseorang untuk menentukan tempat rangsang taktil?

Jawab : Topognosia, sensasi somatik (sensasi eksteroseptif =propioseptif) HASIL


PERCOBAAN :

Lokasi Ukuran
Ujung jari 1 cm
Telapak tangan 0,8 cm
Lengan bawah 1,2 cm
Lengan atas 1,4 cm
Tengkuk 1,5 cm

Lokalisasi taktil di tiap bagian tubuh berbeda, dan paling sulit melokalisasi di lengan bawah dapat
terlihat di hasil percobaan dimana jarak perangsangan dan lokalisasi nya berbeda cukup jauh.

Jika kurang dari 5 cm maka hasilnya adalah baik, dan jika lebih dari 5 cm maka hasilnya adalah tidak
baik pada syaraf perabanya.

27
IV. DISKRIMINASI TAKTIL

TATA KERJA
1. Tentukan secara kasar ambang membedakan dua titik untuk ujung jari dengan menempatkan
kedua ujung sebuah jangka secara serentak (simultan) pada kulit ujung jari.
2. Dekatkan kedua ujung jangka itu sampai dibawah ambang dan kemudian jauhkan
berangsurangsur sehingga kedua ujung jangka itu tepat dapat dibedakan sebagai 2 titik.

VII.6. Bagaimana caranay saudara mengatahui bahwa jarak antar kedua ujung jangka dibawah
ambang diskriminasi taktil?

Jawab : Dengan bertanya ke OP apakah ia bisa membedakan sentuhan yang terasa satu atau dua
titik, jika terasa dua titik dimana sebelumnya ia merasa satu, maka itu ambang diskriminsi taktilnya.
Apabila kedua titik menyentuh lapangan reseptif yang sama, keduanya akan dirasakan sebagai satu
titik. Seseorang dapat menentukan jarak minimal sebagai 2 titik yang terpisah dan bukan menjadi
satu yang mencerminkan dari ukuran lapangan reseptif di daerah tersebut. Ambang 2 titik berkisar
antara 2mm di ujung jari.

3. Ulangi percobaan ini dari suatu jarak permulaan diatas ambang. Ambil angka ambang terkecil
sebagai ambang diskriminasi taktil tempat itu.

4. Lakukan percobaan diatas sekali lagi, tetapi sekarang dengan menempatkan kedua ujung jangka
secara berturut-turut (suksetif).

5. Tentukan dengan cara yang sama (simultan dan suksetif) ambang membedakan dua titik ujung
jari, tengkuk, bibir, pipi dan lidah.

6. Berikan sekarang jarak kedua ujung jangka yang sebesar-besarnya yang masih dirasakan oleh
kulit pipi depan telinga sebagai satu titik. Dengan jarak ini gerakan jangka itu dengan ujungnya
pada kulit kearah pipi muka, bibir atas dan bibir bawah. Arah gerakan harus tegak lurus terhadap
garis yang menghubungkan kedua ujung jangka.

7. Catat apa yang saudara alami.

HASIL PERCOBAAN:

Lebih sensitif di daerah pipi dan tengkuk.

V. PERASAAN IRINGAN (AFTER IMAGE)


TATA KERJA
1. Letakkan sebuah pensil antara kepala dan daun telinga dan biarakan ditempat itu selama
saudara melakukan percobaan VI.

2. Setelah saudara selesai dengan percobaan VI angkatlah pensil dari telinga saudara dan apakah
yang saudara rasakan setelah pensil itu diambil. P.VII.7 Bagaimana mekanisme terjadinya
perasaan iringan?

28
Jawab : Adanya adaptasi reseptor terhadap rangsangan benda yang dihasilkan melalui tekanan,
getaran dan sifat sifat fisik benda, mengakibatkan kita terbiasa dalam memakai benda tersebut.
sehingga pada saat mencopot benda, reseptor-reseptor tersebut memperlihatkan suatu off
reseptor dan adanya sirkuit reverberasi atau sirkuit bolak balik menyebabkan kita menyadari bahwa
benda telah di copot. Mekanisme adaptasi ini dilakukan oleh badan paccini.

Perasaan iringan terjadi karena adanya impuls yang terus beredar dalam lingkaran rantai neuron
daerah yang terangsang, walaupun stimulus sudah tidak ada lagi.
HASIL PERCOBAAN :

Setelah diangkat pensilnya, masih terasa ada pensil pada tempat area lokasi tubuh yang diujikan.

VI. DAYA MEMBEDAKAN BERBAGAI SIFAT BENDA


TATA KERJA
a. Kekasaran permukaan benda
1. Dengan mata tertutup suruh orang percobaan meraba-raba permukaan amplas yang derajat
kekasaran yang berbeda-beda.

2. Perhatikan kemampuan orang percobaan untuk membedakan derajat kekasaran amplas. b.


Bentuk benda

1. Dengan mata tertutup suruh orang percobaan memegang-megang benda-benda kecil yang
saudara berikan.

2. Suruh orang percobaan menyebutkan nama/bentuk benda-benda itu.


c. Bahan pakaian
1. Dengan mata tertutup suruh orang percobaan meraba-raba bahan-bahan pakaian yang
saudara berikan.

2. Suruh orang percobaan setiap kali menyebutkan jenis/bentuk benda-benda itu.


VII.8. Bila orang percobaan membuat kesalahan dalam membedakan sifat benda (ukuran, bentuk,
berat, permukaan), apa kelainan neurologis yang di deritanya?

Jawab : Terjadi lesi pada lobus parietal yang tidak dominan.gangguannya disebut agnosia.jika
pasien mempunyai daya visus normal dan tidak dapat mengenali benda itu,disebut agnosia
visual.jika ketidakmampuan seorang pasien mengenali sebuah benda dengan palpasi tanpa
adanya gangguan sensorik di sebut agnosia taktil

Bentuk : Asterogsia (agnosia aktif)

Berat : Baragnosia

Kekasaran Permukaan : Thigmanesthesia

29
HASIL PERCOBAAN :

a. Kekasaran permukaan benda


O.P No. 5 lebih halus amplasnya dibandingkan no. 7
b. bentuk benda
O.P dapat menyebutkan benda yang diberikan pemeriksa dan hal ini O.P dianggap normal c.
bahan pakaian

O.P dapat menyebutkan bentuk kain yang diberikan pemeriksan dan hal ini O.P dianggap normal

VII. TAFSIRAN SIKAP


TATA KERJA
1. Suruh orang percobaan duduk dan tutup matanya
2. Pegang dan gerakkan secara pasif lengan bawah orang percobaan kedekat kepalanya, ke dekat
dadanya, ke dekat lututnya dan akhirnya gantungkan di sisi badannya.

3. Tanyakan setiap kali sikap dan lokasi lengan orang percobaan


4. Suruh orang percobaan dengan telunjuknya menyentuh telinga, hidung dan dahinya dengan
perlahan-lahan setelah setiap kali mengangkat lurus lengannya

5. Perhatikan apakah ada kesalahan.


VII.9. Bila orang percobaan membuat kesalahan dalam melokalisasi tempat-tempat yang
diminta, apa nama neurologis yang dideritanya? Jawab : Dysdiadochokinesis

HASIL PERCOBAAN :

Pada tafsiran sikap, O.P dapat menyebutkan sikap yang diberikan/dilakukan pemeriksa tanpa ada
kesalahan

VIII. WAKTU REAKSI


TATA KERJA
1. Suruh orang percobaan duduk dan meletakkan lengan bawah dan tangannya di tepi meja
dengan ibu jari dan telunjuk berjarak 1 cm siap menjepit

2. Pemeriksa memegang mistar pengukur waktu reaksi pada titik hitam dengan menempatkan
garis tebal diantara dan setinggi ibu jari dan telunjuk orang percobaan tanpa menyentuh jarijari
orang percobaan

3. Dengan tiba-tiba pemeriksa melepaskan mistar tersebut dan orang percobaan harus
mengangkat selekas-lekasnya. Ulangi percobaan ini sebanyak 5 kali

4. Tetapkan waktu reaksi orang percobaan (rata-rata dari ke 5 hasil yang diperoleh) VII.10. Apa
yang menentukan waktu reaksi seseorang?

Jawab :

30
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu reaksi seseorang adalah : usia, jenis kelamin,
suhu tubuh, kesiapan bertindak, indera penerima rangsang yang terlibat, dan banyaknya
reseptor yang distimuli.

HASIL PERCOBAAN :

I. 0,17

II. 0,17 III.


0,13
Rata-rata : 0,146
IV. 0,13
V. 0,13

PRAKTIKUM FISIOLOGI III

PENDENGARAN

I. Dasar Teori

Beberapa organ yang berperan penting dalam proses pendengaran adalah membran tektoria,
sterosilia dan membran basilaris. Interaksi ketiga struktur penting tersebut sangat berperan dalam
proses mendengar. Pada bagian apikal sel rambut sangat kaku dan terdapat penahan yang kuat
antara satu bundel dengan bundel lainnya, sehingga bila mendapat stimulus akustik akan terjadi
gerakan yang kaku bersamaan. Pada bagian puncak stereosillia terdapat rantai pengikat yang
menghubungkan stereosilia yang tinggi dengan stereosilia yang lebih rendah, sehingga pada saat
terjadi defleksi gabungan stereosilia akan mendorong gabungan-gabungan yang lain, sehingga
akan menimbulkan regangan pada rantai yang menghubungkan stereosilia tersebut. Keadaan
tersebut akan mengakibatkan terbukanya kanal ion pada membran sel, maka terjadilah
depolarisasi. Gerakan yang berlawanan arah akan mengakibatkan regangan pada rantai tersebut
berkurang dan kanal ion akan menutup. Terdapat perbedaan potensial antara intra sel, perilimfa
dan endolimfa yang menunjang terjadinya proses tersebut. Potensial listrik koklea disebut koklea
mikrofonik, berupa perubahan potensial listrik endolimfa yang berfungsi sebagai pembangkit
pembesaran gelombang energi akustik dan sepenuhnya diproduksi oleh sel rambut luar (May,
Budelis, & Niparko, 2004).

31
Pola pergeseran membran basilaris membentuk gelombang Pola pergeseran membran basilaris
membentuk gelombang berjalan dengan amplitudo maksimum yang berbeda sesuai dengan besar
frekuensi stimulus yang diterima. Gerak gelombang membran basilaris yang timbul oleh bunyi
berfrekuensi tinggi (10 kHz) mempunyai pergeseran maksimum pada bagian basal koklea,
sedangkan stimulus berfrekuensi rendah (125 kHz) mempunyai pergeseran maksimum lebih
kearah apeks. Gelombang yang timbul oleh bunyi berfrekuensi sangat tinggi tidak dapat mencapai
bagian apeks, sedangkan bunyi berfrekuensi sangat rendah dapat melalui bagian basal maupun
bagian apeks membran basilaris. Sel rambut luar dapat meningkatkan atau mempertajam puncak
gelombang berjalan dengan meningkatkan gerakan membran basilaris pada frekuensi tertentu.

Keadaan ini disebut sebagai cochlear amplifier.

Skema proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh telinga luar, lalu
menggetarkan membran timpani dan diteruskan ketelinga tengah melalui rangkaian tulang
pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran tersebut melalui daya ungkit tulang
pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar
yang telah diamplifikasikan akan diteruskan ke telinga dalam dan di proyeksikan pada membran
basilaris, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan membran
tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi
stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik

32
dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan
neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius,
lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks pendengaran.

Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara adalah getaran udara
yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah bertekanan tinggi karena kompresi (pemampatan)
molekul-molekul udara yang berselang seling dengan daerah-daerah bertekanan rendah karena
penjarangan molekul tersebut. (Sherwood, 2011).

Sewaktu suatu gelombang suara mengenai jendela oval, tercipta suatu gelombang tekanan di telinga
dalam. Gelombang tekanan menyebabkan perpindahan mirip-gelombang pada membran basilaris
terhadap membrana tektorium. Sewaktu menggesek membrana tektorium, sel-sel rambut tertekuk. Hal
ini menyebabkan terbentuknya potensial aksi. Apabila deformitasnya cukup signifikan, maka sarafsaraf
aferen yang bersinaps dengan sel-sel rambut akan terangsang untuk melepaskan potensial aksi dan
sinyal disalurkan ke otak (Corwin, 2011).

Frekuensi gelombang tekanan menentukan sel-sel rambut yang akan berubah dan, neuron aferen yang
akan melepaskan potensial aksi. Misalnya, sel-sel rambut yang terletak dibagian membrana basilaris
dekat jendela oval adalah sel-sel yang mengalami perubahan oleh suara berfrekuensi tinggi, sedangkan
sel-sel rambut yang terletak dimembrana basilaris yang paling jauh dari jendela oval adalah sel-sel yang
mengalami perubahan oleh gelombang berfrekuensi rendah. Otak menginterpretasikan suatu suara
berdasarkan neuron-neuron yang diaktifkan. Otak menginterpretasikan intensitas suara berdasarkan
frekuensi impuls neuron dan jumlah neuron aferen yang melepaskan potensial aksi (Corwin, 2011).

Penghantaran (konduksi) gelombang bunyi ke cairan di telinga dalam melalui membran timpani dan
tulang-tulang pendengaran, yang merupakan jalur utama untuk pendengaran normal, disebut hantaran
osikular. Gelombang bunyi juga menimbulkan getaran membran timpani kedua yang menutupi fenestra
rotundum. Proses ini, yang tidak penting untuk pendengaran normal, disebut hantaran udara. Hantaran
jenis ketiga, hantaran tulang, adalah penyaluran getaran dari tulang-tulang tengkorak ke cairan di telinga
dalam. Hantaran tulang yang cukup besar terjadi apabila kita menempelkan garpu tala atau benda lain
yang bergetar langsung ke tengkorak. Jaras ini juga berperan dalam penghantaran bunyi yang sangat
keras (Ganong, 2002).

Untuk memeriksa pendengaran :

1. Pemeriksaan dengan menggunakan garpu tala merupakan tes kualitatif, yaitu: a. Tes Rinne o

Tujuan: untuk membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran melalui tulang pada telinga yang
diperiksa.

o Cara: garpu tala digetarkan dan tangkainya diletakkan di prosesus mastoideus. Setelah tidak
terdengar garpu tala dipegang di depan telinga kira-kira 2,5 cm. Bila masih terdengar disebut

33
Rinne (+), bila tidak terdengar disebut Rinne (-). Dalam keadaan normal hantaran melalui udara
lebih panjang daripada hantaran tulang.

b. Tes Weber o Tujuan: untuk membandingkan hantaran tulang telinga kiri dengan telinga
kanan.

o Cara: garpu tala digetarkan dan tangkai garpu tala diletakkan di garis tengah dahi atau kepala.
Bila bunyi terdengar lebih keras pada salah satu telinga disebut lateralisasi ke telinga tersebut.
Bila terdengar sama atau tidak terdengar disebut tidak ada lateralisasi. Bila pada telinga yang
sakit (lateralisasi pada telinga yang sakit) berarti terdapat tuli konduktif pada telinga tersebut,bila
sebaliknya (lateralisasi pada telinga yang sehat) berarti pada telinga yang sakit terdapat tuli
saraf.

c. Tes Schwabach o Tujuan: membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa


dengan pemeriksa yang pendengarannya normal.
o Cara: garpu tala digetarkan dan tangkai garpu tala diletakkan pada prosesus mastoideus
sampai tidak terdengar bunyi kemudian dipindahkan ke prosesus mastoideus pemeriksa yang
pendengarannya dianggap normal. Bila masih dapat mendengar disebut memendek atau tuli
saraf, bila pemeriksa tidak dapat mendengar, pemeriksaan diulang dengan cara sebaliknya. Bila
pasien masih mendengar, disebut memanjang atau terdapat tuli konduktif. Jika kira-kira sama
mendengarnya disebut sama dengan pemeriksa.

Secara fisiologik telinga dapat mendengar nada antara 20 sampai 18.000 Hz. Untuk pendengaran
sehari-hari yang paling efektif antara 500-2.000 Hz. Oleh karena itu untuk memeriksa pendengaran
dipakai garpu tala 512, 1.024, dan 2.048 Hz. Penggunaan ketiga garpu tala ini penting untuk
pemeriksaan secara kualitatif. Bila salah satu frekuensi ini terganggu penderita akan sadar adanya
gangguan pendengaran. Bila tidak mungkin menggunakan ketiga garpu tala itu, maka diambil 512
Hz karena penggunaan garpu tala ini tidak terlalu dipengaruhi suara bising disekitarnya (Soepardi
et al, 2007).

Webber Rinne Schwabach

Metode Meletakkan garpu tala Meletakkan garpu tala yangKonduksi


yang bergetar pada dahi bergetar di prosesus mastoid tulang
hingga subjek tidak
pasien
mendengar lalu di dibandingkan
dipindahkan ke depan telinga
dengan pemeriksa
(normal).
Normal Mendengar sama pada Mendengar vibrasi di udara Sama panjang
kedua telinga. setelah konduksi tulang antara pemeriksa
selesai. dan pasien.

34
Tuli Konduktif Suara terdengar pada Vibrasi di udara tidak Konduksi tulang
telinga sakit karena tidak terdengar setelah konduksi di lebih baik
adanya masking effect tulang selesai. dibandingkan
normal (defek
pada sisi yang sakit.
konduksi
meniadakan
masking effect).
Tuli Suara terdengar pada Vibrasi pada udara terdengar Konduksi tulang
Sensorineural telinga normal. setelah konduksi tulang lebih buruk
selesai, sepanjang tuli dibandingkan
sarafnya parsial. normal.

Pemeriksaan dengan menggunakan Audiometer merupakan tes kuantitatif

Audiometri nada murni

Teknik untuk mengidentifikasi prilaku dari kehilangan kemampuan mendengar dan untuk
mendapatkan tingkat pendengaran dengan cara merekam respon dari pasien setelah memberikan
pasien tersebut rangsangan auditory dengan berbagai intensitas level.

Untuk pemeriksaan audiogram, dipakai grafik AC (air conductor) yaitu dibuat dengan garis lurus
penuh (intensitas yang diperiksa antara 125 8000 Hz) dan grafik BC (bone conductor) yaitu dibuat
dengan garis terputus-putus (intensitas yang diperiksa 250 4000 Hz). Untuk telinga kiri dipakai
warna biru, sedangkan telinga kanan warna merah. Pemeriksaan audiometri nada murni bisa
didapatkan tuli sensorineural pada frekwensi tinggi (umumnya 3000 6000 Hz) dan pada frekwensi
4000 Hz sering terdapat takik (notch) yang patognomonik untuk jenis ketulian ini.

35
Tes audiometri yang sederhana merupakan tes terhadap suara mesin dengan hantaran udara untuk
masing-masing telinga dengan frekuensi tertentu (500, 1000, 2000, 4000 dan 6000 Hz). Tes
audiometri yang kompleks dilakukan dalam ruangan kedap suara dan masing-masing telinga
dengan frekuensi (250, 500, 1000, 2000, 3000,4000, 6000 dan 8000 Hz)

Audiometri nada murni adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengukur sensivitas pendengaran
dengan alat audiometer yang menggunakan nada murni (pure tone). Ambang nada murni diukur
dengan intensitas minimum yang dapat didengar selama satu atau dua detik melalui antaran udara
ataupun hantaran tulang. Frekwensi yang dipakai berkisar antara 125 8000 Hz dan diberikan
secara bertingkat (Feldman dan Grimes, 1997).
Audiometri harus memenuhi 3 persyaratan untuk mendapatkan keabsahan pemeriksaan yaitu
(1) audiometri yang telah dikalibrasi, (2) suasana/ruangan sekitar pemeriksa harus tenang, dan
(3) pemeriksa yang terlatih.
Komponen yang ada pada audiometri yaitu:
1. Oscilator: untuk menghasilkan bermacam nada murni
2. Amplifier: alat untuk menambah intensitas nada
3. Interuptor/pemutus : alat pemutus nada
4. Atteneurator: alat mengukurintensitas suara
5. Earphone: alat merubah sinyal listrik yang ditimbulkan audiometer menjadi sinyal suara yang
dapat didengar

6. Masking noise generator: untuk penulian telinga yang tidak diperiksa


Cara pemeriksaan audiometri adalah headphone dipasang pada telinga untuk
mengukur ambang nada melalui konduksi udara. Tempat pemeriksaan harus kedap udara.
Pasien diberitahu supaya menekan tombol bila mendengar suara walaupun kecil. Suara diberi
interval 2 detik, biasanya dimulai dengan frekwensi 1000 Hz sampai suara tidak terdengar.
Kemudian dinaikkan 5 dB sampai suara terdengar. Ini dicatat sebagai audiometri nada murni
(pure tone audiometry) (Keith, 1989).

Biasanya yang diperiksa terlebih dahulu adalah telinga yang dianggap normal (tidak
sakit) pendengarannya melalui hantaran udara, kemudian diperiksa melalui hantara tulang.
Kalau perbedaan kekurangan pendengaran yang diperiksa 50 dB atau lebih dari telinga lainnya,
maka telinga yang tidak diperiksa harus ditulikan (masking). Ketika memeriksa satu telinga pada
intensitas tertentu, suara akan terdengar pada telinga yang satu lagi. Hal ini disebut cross over
yang dapat membuat salah interpretasi pada pemeriksaan audiometer.

Ada beberapa ketentuan yang praktis bila masking diperlukan yakni:


1. Masking untuk hantaran udara (AC) diperlukan bila terdapat perbedaan kehilangan
pendengaran sebesar 45 dB atau lebih pada waktu percobaan.

2. Masking untuk hantaran tulang (BC) diperlukan bila :


a. Apabila treshold hantaran tulang (BC) pada telinga yang dites lebih sensitif dari treshold
hantaran tulang yang tidak diperiksa.

36
b. Apabila tidak ada respon pada hantaran tulang setelah mempengaruhi maksimum output
dari audiometer

o Hertz : Standar pengukuran untuk frekuensi suara. Pada audigram biasanya


berkisar antara 250 Hz - 8000Hz

o Desibel(dB HL) : Standar pengukuran untuk amplitudo atau kekerasan(intensitas) suara.


Pada audiogram biasanya berkisar antara 0-110 dB HL o warna merah dan biru : jika yang
diperiksa adalah telinga kiri maka titik dan garisnya berwarna biru, sebaliknya jika telinga
kanan yang diperiksa maka titik dan garis berwarna merah.

o o dan x : Kedua simbol untuk pemeriksaan hantaran udara(air conduction/AC), o untuk


telinga kanan, dan x untuk telinga kiri.

o < and > : Kedua simbol untuk pemeriksaan hantaran tulang (bone conduction/BC), < untuk
telinga kanan dan > untuk telinga kiri

o AC : Air conduction, suara yang dihantarkan melalui udara o BC : Bone conduction, suara
yang dihantarkan melalui tulang, pemeriksaan dengan bagian headset khusus yang dipasang
di belakang daun telinga.

Kehilangan Klasifikasi
dalam (decibel)

0-15 Pendengaran normal

>15-25 Kehilangan pendengaran kecil

37
>25-40 Kehilangan pendengaran ringan

>40-55 Kehilangan pendengaran sedang

>55-70 Kehilangan pendenngaran sedang berat

>70-90 Kehilangan pendengaran berat

>90 Kehilangan pendengaran berat sekali

38
Ambang hantaran tulang normal dan ambang hantaran udara yang berkurang (beda udaratulang)

khas untuk tuli konduktif

Untuk menentukan tipe gangguan pendengaran apakah gangguan konduksi, sensorineural atau
campuran, kita harus membandingkan hasil audiometri bagian AC dan BC. Sebelum masuk ke
pembandingan kita ingat dulu bahwa proses suara bisa diterima otak adalah melalui telinga bagian
luar, tengah dan dalam. Pemeriksaan AC dengan hantaran udara memeriksa semua bagian telinga

39
karena suara akan dihantarkan melalui semua bagian telinga. Sedangkan pada pemeriksaan BC,
suara dihantarkan langsung melalui tulang tengkorak sehingga menyingkat langsung menuju telinga
bagian dalam dan tidak memeriksa telinga luar maupun telinga tengah. Telinga luar dan telinga
tengah berperan dalam hantaran suara, sedangkan telinga dalam terdapat saraf yang menerima
rangsang suara. Dari teori tersebut dapat kita simpulkan jika:

a) Hasil AC terdapat peningkatan, dan BC dalam batas normal berarti ada gangguan pada telinga
luar atau telinga tengah, sedangkan telinga dalam normal sehingga dapat disimpulkan
gangguan pendengaran tipe konduksi.
b) Hasil AC dan BC terdapat peningkatan dengan hasil yang hampir sama, berarti terdapat
gangguan di telinga dalam, sehingga disimpulkan gangguan pendengaran tipe sensorineural.
c) Hasil BC terdapat peningkatan ambang pendengaran, dan hasil AC juga meningkat lebih jauh
berarti terdapat gangguan baik di telinga luar atau tengah dan telinga dalam, sehingga
disimpulkan terdapat gangguan pendengaran tipe campuran.

Ambang hantaran tulang dan udara keduanya berkurang sama besarnya, kahs untuk
gangguan pendengaran sensorineural

40
Ambang hantaran tulang dan udara keduanya berkurang tidak sama besar dengan retensi
beda udara-tulang, kahs untuk gangguan pendengaran campuran atau kombinasi

P.VI. 4. 1 Apa guna audiometer dan bagaimana cara kerjanya? Audiometer adalah sebuah alat
yang digunakan untuk mengetahui level pendengaran seseorang. Dengan bantuan sebuah alat
yang disebut dengan audiometer, maka derajat ketajaman pendengaran seseorang dapat dinilai.
Tes audiometri diperlukan bagi seseorang yang merasa memiliki gangguan pendengeran atau
seseorang yag akan bekerja pada suatu bidang yang memerlukan ketajaman pendengaran. Untuk
mendapatkan tingkat pendengaran dengan cara merekam respon dari pasien setelah memberikan
pasien tersebut rangsangan auditory dengan berbagai intensitas level.

Pada bagian muka audiometer ADC terdapat berbagai tombol dan skala (lihat gambar) yang berungsi
sebagai berikut :

Tombol1 (T) : tombol utama (gunanya untuk menghidupkan atau mematikan ala1).

Tombol2 (T2) : tombol frekuensi nada

Dengan menggunakan T2 ini kita memilih frekuensi nada yang dapat dibangkitkan oleh ala1.
Frekuensi tersebut dapat dibaca pada skala (82) yang dinyatakan dalam satuan hertz.

P-VIA. 2 Apa yang dimaksud dengan frekuensi hertz? hertz merupakan satuan frekuensi yang
menandakan banyakanya suatu gelombang dalam 1 detik.

41
Tombol 3 (T3) : tombol kekuatan nada.
Dengan tombol ini kita dapat mengatur kekuatan nada, kekuatan nada dapat dibaca pada skala (5)
yang dinyatakan dalam decibel.

P-VI.3 Apa yang dimaksud dengan satuan decibel? Desibel (dB) adalah satuan untuk mengukur
intensitas suara. Satu desibel ekuvalen dengan sepersepuluh Bel. Huruf "B" pada dB ditulis dengan
huruf besar karena merupakan bagian dari nama penemunya, yaitu Bell.

Desibel juga merupakan sebuah unit logaritmis untuk mendeskripsikan suatu rasio. Rasio tersebut
dapat berupa daya (power), tekanan suara (sound pressure), tegangan atau voltasi (voltage),
intensitas (intencity), atau hal-hal lainnya. Terkadang. dB juga dapat dihubungkan dengan Phon dan
Sone (satuan yang berhubungan dengan kekerasan suara).

Tombol4 (T4) : tombol pemilih telepon telinga bila tombol ini menunjukan ke B, berarti nada yang
dihantarkan ketelepon berwarnahitam (black). Bila tombol menunjukan ke G yang bekerja hanya
telepon kalbu (Grey).

Tombol 5 (T5) : tombol penghubung nada. Dengan memutar tombol ini kekiri, nada akan terdengar
ditelepon bila tombol dilepas, nada tidak terdengar lagi.

P-VIA. Apa yang dimaksud pemutus nada pemeriksaan? maksud pemutusan nada pada
pemeriksaan adalah melepas tombol sehingga nada tidak terdengar lagi untuk menguji apakah o.p
benar-benar mendengar atau hanya pura-pura mendengar.

Tata Kerja

1. Pemeriksaan menyiapkan alat sebagai berikut:

a. putar tombol utama (T1) pada Off.

b. putar tombol frekuensi nada (T2) pada 125.

c. putar tombol kekuatan nada (T3) pada -10dp.

P-VIA. 5 Apa arti fisikologis intensitas 0 dp pada alat ? 0 db sama dengan tingkat tekanan yang
mengakibatkan gerakan molekul udara dalam keadaan udara diam, yang hanya dapat terdeteksi
dengan menggunakan instrumen fisika, dan tidak akan terdengar oleh telinga manusia.

Oleh karena itu, di dalam audiologi ditetapkan tingkat 0 yang berbeda, yang disebut 0 dB klinis atau
0 audiometrik. Nol inilah yang tertera dalam audiogram, yang merupakan grafik tingkat

42
ketunarunguan. Nol audiometrik adalah tingkat intensitas bunyi terendah yang dapat terdeteksi oleh
telinga orang rata-rata dengan telinga yang sehat pada frekuensi 1000 Hz.
2. Hubungan audiometer dengan sumbu listrik (125V) dan putar T1 ke ON, 51 dan 52 akan
menyala, bila tidak demikian halnya laporkan pada supervisior.

3. Suruhlah orang percobaan duduk membelakangi audiometer dan pasanglah telepon pada
telinganya sehingga telepon Black ditelinga kiri.

4. Berikan petunjuk pada orang percobaan untuk mengacungkan tangannya ke atas pada saat mulai
dan selama ia mendengar nada melalui salah satu telepon, dan menurunkan tangannya pada
saat nada mulai tidak terdengar lagi.

5. Tunggulah 2 menit lagi untuk memanaskan alat.

6. Putarlah T5 ke kiri dan pertahankanlah selama pemeriksaan.

7. Putarlah tombol kekuatan T3 perlahan-lahan searah dengan jarum jam sampai orang percobaan
mengacungkan tangannya keatas.

8. Teruskanlah memutarkan tombol tersebut sebesar 10 db dan kemudian putarlah tombol T3


tersebut perlahan-lahan berlawanan dengan jarum jam sampai orang percobaan menurunkan
tangannya. Catatlah angka db pada saat itu.

9. Ulangilah tindakan 7 dan 8 dua kali lagi dan ambillah angka terkecil sebagai hearing loss orang
percobaan pada frequency 125 Hz.

10. Selama percobaan ini lepaskanlah sekali-kali T5 pada waktu orang percobaan mengacungkan
tangannya untuk menguji apakah orang percobaan benar-benar mendengar nada atau hanya
purapura mendengar.

11. Ukurlah, hearing loss untuk telinga yang sama dengan cara yang sama pula pada requency
250,500,1000,2000,4000,8000,12000 Hz dan catatlah data hasil pengukuran pada formulir yang
telah disediakan.

12. Ulangi seluruh pengukuran ini untuk telinga yang lain.

13. Buatlah audiogram orang percobaan pada formulir yang telah disediakan dengan data yang

diperoleh pada pengukuran Hasil Percobaan

Telinga Kanan dan kiri

43
40 40
50 50
60 60
70 70
80 80
90 90
100 100
110 110

Frequency in hertz (Hz)

Keterangan:

Kesimpulan:

44
Pada data audiogram diatas yang direkam dalam hal ini adalah hantaran udara air
condution dalam batas normal dimana orang percobaan mendengar dibawah 20
desible. Sedangkan pada bone condution tidak didapatkan hasil karena terbatasnya
waktu pemeriksaan dan alat yang ada pada laboratorium hanya satu.

Derajat gangguan pendengaran berdasarkan International Standard Organization


(ISO) adalah normal (0 25 dB), tuli ringan (26 40 dB), tuli sedang (41 60 dB),
tuli berat (61 90 dB), dan tuli sangat berat (>90 dB)

SIKAP DAN KESEIMBANGAN

I. Percobaan Keseimbangan pada Manusia


A. Teori Dasar

Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan kesetimbangan tubuh ketika


ditempatkan di berbagai posisi. Definisi menurut OSullivan, keseimbangan adalah kemampuan
untuk mempertahankan pusatgravitasi pada bidang tumpu terutama ketika saat posisi tegak.
Keseimbangan melibatkan berbagai gerakan di setiap segmen tubuh dengan di dukung oleh sistem
muskuloskleletal dan bidang tumpu.

Keseimbangan merupakan interaksi yang kompleks dari integrasi/interaksi sistem sensorik


(vestibular, visual, dan somatosensorik termasuk proprioceptor) dan muskuloskeletal (otot, sendi,
dan jaringan lunak lain) yang diatur dalam otak sebagai respon terhadap perubahan kondisi
internaldan eksternal. Dipengaruhi juga oleh faktor lain seperti, usia, motivasi, kognisi,
lingkungan,kelelahan, pengaruh obat dan pengalaman terdahulu.

Fisiologi Keseimbangan

Tujuan dari tubuh mempertahankan keseimbangan adalah: menyanggah tubuh melawan gravitasi
dan faktor eksternal lain, untuk mempertahankan pusat massa tubuh agar seimbang dengan bidang
tumpu, serta menstabilisasi bagian tubuhketika bagian tubuh lain bergerak. Komponenkomponen
pengontrol keseimbangan adalah :

45
1) Sistem informasi sensoris

Penglihatan muncul ketika mata menerima sinar yang berasal dari obyek sesuai jarak
pandang. Dengan informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau bereaksi
terhadap perubahan bidang pada lingkungan aktivitas sehingga memberikan kerja otot yang
sinergis untuk mempertahankan keseimbangan tubuh.

2) Sistem vestibular

Reseptor sensoris vestibular berada di dalam telinga. Reseptor pada sistem vestibular
meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus, sertasakulus. Reseptor dari sistem sensoris ini
disebut dengan sistem labyrinthine. Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan posisi
kepala dan percepatan perubahan sudut. Beberapa stimulus tidak menuju nukleus
vestibular tetapi ke serebelum, formatio retikularis, thalamus dan korteks serebri.

Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi penting dalam


keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor sensoris vestibular berada
di dalam telinga. Reseptor pada sistem vestibular meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus,
serta sakulus. Reseptor dari sistem sensoris ini disebut dengan sistem labyrinthine. Sistem
labyrinthine mendeteksi perubahan posisi kepala dan percepatan perubahan sudut. Melalui
refleks vestibulo-occular, mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat obyek
yang bergerak. Mereka meneruskan pesan melalui saraf kranialis VIII ke nukleus vestibular
yang berlokasi di batang otak. Beberapa stimulus tidak menuju nukleus vestibular tetapi ke
serebelum, formatio retikularis, thalamus dan korteks serebri.

Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor labyrinth, retikular formasi, dan
serebelum. Keluaran (output) dari nukleus vestibular menuju ke motor neuron melalui
medula spinalis, terutama ke motor neuron yang menginervasi otot-otot proksimal,
kumparan otot pada leher dan otot-otot punggung (otot-otot postural). Sistem vestibular
bereaksi sangat cepat sehingga membantu mempertahankan keseimbangan tubuh dengan
mengontrol otot-otot postural.

3) Respon otot-otot postural yang sinergis (postural muscles response synergies)

Respon otot-otot postural yang sinergis mengarah pada waktu dan jarak dari aktivitas
kelompok otot yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan kontrol postur.
Beberapa kelompok otot baik pada ekstremitas atas maupun bawah berfungsi
mempertahankan postur saat berdiri tegak serta mengatur keseimbangan tubuh dalam
berbagai gerakan.

4) Kekuatan otot (muscle Strength)

Kekuatan otot umumnya diperlukan dalam melakukan aktivitas. Semua gerakan yang
dihasilkan merupakan hasil dari adanya peningkatan tegangan otot sebagai respon motorik.

46
Kekuatan otot dapat digambarkan sebagai kemampuan otot menahan beban baik berupa
bebaneksternal (eksternal force) madengan sistem neuromuskuler yaitu seberapa besar
kemampuan sistem saraf mengaktifasi otot untuk melakukan kontraksi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan

1) Pusat gravitasi (Center of Gravity-COG). Pusat gravitasi adalah titik utama pada tubuh yang
akan mendistribusikanmassa tubuh secara merata. Bila tubuh selalu ditopang oleh titik ini,
maka tubuh dalamkeadaan seimbang. Pada manusia, pusat gravitasi berpindah sesuai
dengan arah atau perubahan berat. Derajat stabilitas tubuh dipengaruhi oleh empat faktor,
yaitu : ketinggian dari titik pusat gravitasi dengan bidang tumpu, ukuran bidang tumpu,
lokasi garis gravitasi dengan bidangtumpu, serta berat badan.

2) Garis gravitasi (Line of Gravity-LOG). Garis gravitasi merupakan garis imajiner yang berada
vertikal melalui pusat gravitasi dengan pusat bumi. Hubungan antara garis gravitasi, pusat
gravitasi dengan bidang tumpu adalah menentukan derajat stabilitas tubuh.

3) Bidang tumpu (Base of Support-BOS). Bidang tumpu merupakan bagian dari tubuh yang
berhubungan dengan permukaan tumpuan.Ketika garis gravitasi tepat berada di bidang
tumpu, tubuh dalam keadaan seimbang. Stabilitas yang baik terbentuk dari luasnya area
bidang tumpu. Semakin besar bidang tumpu, semakin tinggi stabilitas.

Keseimbangan Berdiri

Pada posisi berdiri seimbang, susunan saraf pusat berfungsi untuk menjaga pusat massa tubuh
(center of body mass) dalam keadaan stabil dengan batas bidang tumpu tidak berubah kecuali tubuh

47
membentuk batas bidang tumpu lain (misalnya : melangkah). Pengontrol keseimbangan pada tubuh
manusia terdiri dari tiga komponen penting, yaitu sistem informasi sensorik (visual, vestibular dan
somatosensoris), central processing dan efektor.

Pada sistem informasi, visual berperan dalam contras sensitifity (membedakan pola dan bayangan)
dan membedakan jarak. Selain itu masukan (input) visual berfungsi sebagai kontrol keseimbangan,
pemberi informasi, serta memprediksi datangnya gangguan. Bagian vestibular berfungsi sebagai
pemberi informasi gerakan dan posisi kepala ke susunan saraf pusat untuk respon sikap dan
memberi keputusan tentang perbedaan gambaran visual dan gerak yang sebenarnya. Masukan
(input) proprioseptor pada sendi, tendon dan otot dari kulit di telapak kaki juga merupakan hal
penting untuk mengatur keseimbangan saat berdiri static maupun dinamik

Central processing berfungsi untuk memetakan lokasi titik gravitasi, menata respon sikap, serta
mengorganisasikan respon dengan sensorimotor. Selain itu, efektor berfungsi sebagai perangkat
biomekanik untuk merealisasikan renspon yang telah terprogram si pusat, yang terdiri dari unsur
lingkup gerak sendi, kekuatan otot, alignment sikap, serta stamina.

Postur adalah posisi atau sikap tubuh. Tubuh dapat membentuk banyak postur yang memungkinkan
tubuh dalam posisi yang nyaman selama mungkin. Pada saat berdiri tegak, hanya terdapat gerakan
kecil yang muncul dari tubuh, yang biasa di sebut dengan ayunan tubuh. Luas dan arah ayunan
diukur dari permukaan tumpuan dengan menghitung gerakan yang menekan di bawah telapak kaki,
yang di sebut pusat tekanan (center of pressure-COP). Jumlah ayunan tubuh ketika berdiri tegak di
pengaruhi oleh faktor posisi kaki dan lebar dari bidang tumpu.

Posisi tubuh ketika berdiri dapat dilihat kesimetrisannya dengan : kaki selebar sendi pinggul, lengan
di sisi tubuh, dan mata menatap ke depan. Walaupun posisi ini dapat dikatakan sebagai posisi yang
paling nyaman, tetapi tidak dapat bertahan lama, karena seseorang akan segera berganti posisi
untuk mencegah kelelahan.

B. Tujuan Praktikum

Pada akhir latihan ini, mahasiswa harus dapat:

1. Mendemonstrasikan kepentingan kedudukan kepala dan mata dalam mempertahankan


keseimbangan badan manusia

2. Mendemonstrasikan dan menerangkan pengaruh percepatan sudut :

a. Dengan kursi Barany terhadap

- Gerakan bola mata

- Tes penyimpangan penunjukan

48
- Tes jatuh (sensasi)

b. Dengan berjalan mengelilingi statif

C. Alat yang diperlukan

Tata Kerja

A. Percobaan dengan kursi Barany

a. Menyuruh orang percobaan duduk tegak di kursi Barany dengan kedua tangannya memegang erat
tangan kursi.

b. Menutup kedua matanya dengan sapu tangan dan menundukkan kepala o.p 30 kedepan. P.VIA.9.

Apa maksud tindakan penundukan kepala o.p 30 ke depan?

Untuk meneliti hubungan antara aparatus vestibularis yang memberi informasi esensial bagi sensasi
keseimbangan terhadap koordinasi gerakan kepala, leher, gerakan mata dan postur tubuh.

c. Memutarkan kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur dan tanpa sentakan.

d. Menghentikan pemutaran kursi secara tiba-tiba.

e. Membuka sapu tangan dan menyuruh lagi o.p melihat jauh kedepan

f. Memperhatikan adanya nistagmus. Menempatkan arah komponen lambat dan cepat nistagmus
tersebut.

P.VIA.10. Apa yang dimaksud Rotatory Nistagmus dan Postrotatory nystagmus?

Rotatory Nistagmus : Gerakan involunter bola mata sesuai gerak rotasi dari axis.

Postrotatory Nistagmus: Apabila seseorang sedang berputar dan secara tiba-tiba dihentikan, dimana
fase cepat dari nistagmus berlawanan arah dari gerakan rotasi sebelumnya.

B. Test penyimpangan penunjukan (Pas Pointing Test of Barany)

1. Menyuruh o.p duduk tegak di kursi Barany dan menutup kedua matanya dengan sapu tangan.

2. Memeriksa sendiri tepat dimuka kursi Barany sambil mengulurkan tangan kearah o.p

3. Menyuruh o.p meluruskan lengan kanannya kedepan sehingga dapat menyentuh jari tangan
pemeriksa yang telah diulurkan sebelumnya.

49
4. Menyuruh o.p mengangkat lengan kanannya keatas dan kemudian dengan cepat menurunkan
kembali sehingga dapat menyentuh jari pemeriksa lagi. Tindakan no. 1 s/d 4 merupakan
persiapan untuk tes yang sesungguhnya sebagai berikut :

Menyuruh o.p dengan kedua tangannya memegang erat tangan kursi.

5. Memutar kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur tanpa sentakan

C. Kesan sensasi

1. Menggunakan orang percobaan yang lain

2. Menyuruh o. duduk dikursi Barany dan menutup kedua matanya dengan sapu tangan.

3. Memutar kursi Barany tersebut ke kanan dengan kecepatan yang berangsur-angsur bertambah
dan kemudian mengurangi kecepatan putarannya secara berangsur-angsur sampai terhenti.

4. Menanyakan kepada o.p arah perasaan berputar

a. Sewaktu kecepatan putar masih bertambah


b. Sewaktu kecepatan putar menetap

c. Sewaktu kecepatan putar dikurangi

d. Segera setelah kursi dihentikan.

5. Memberikan keterangan tentang mekanisme terjadinya arah perasaan berputar yang dirasakan
oleh o.p

D. Percobaan sederhana untuk kanalis semisirkularis horizontal

1. Menyuruh o.p dengan mata tertutup dan kepala ditundukan 30, berputar sambil berpegangan
pada tongkat atau statif, menurut arah jarum jaram sebanyak 10 kali dalam 30 detik.

2. Menyuruh o.p berhenti, kemudian membuka matanya dan berjalan lurus ke muka.

3. Memperhatikan apa yang terjadi

4. Mengulangi percobaan ini dengan berputar menurut arah yang berlawanan dengan arah jarum
jam.

P.VI.4.11 a. Apa yang saudara harapkan terjadi pada o.p ketika berjalan lurus ke muka setelah
berputar 10 kali searah dengan jarum jam? o.p seharusnya berjalan sempoyongan atau tidak
lurus garis.

Bagaimana keterangannya ?

50
Jadi, yang berperan dalam mendeteksi gerakan akselerasi kepala yang sedang rotasi adalah canalis
semisirkularis. Di dalam kanalis sirkularis terdapat sel sel rambut reseptif di ampula dan terbenam
dalam lapisan gelatinosa diatasnya yaitu kupula dan terdapat endolimfe. Apabila terjadi rotasi pada
kepala, maka endolimfe di dalam kanalis semisirkularis ini akan ikut bergerak berlawanan arah dan
akan terus bergerak sampai nantinya gerakan kepala terhenti, sel-sel rambut ini pula akan berhenti.

Hasil Praktikum dan Pembahasan

1. Percobaan sikap pada manusia

Orang Percobaan : Santi

o Mata dibuka, kepala dan sikap biasa : mengikuti garis lurus o Mata
tertutup, kepala dan sikap biasa : tidak mengikuti garis lurus o Mata terbuka, kepala
miring ke kiri : mengikuti garis lurus o Mata tertutup, kepala miring ke kiri : tidak
mengikuti garis lurus, jalan ke kiri o Mata terbuka, kepala miring ke kanan :
mengikuti garis lurus o Mata tertutup, kepala miring ke kanan : tidak mengikuti garis
lurus, jalan ke kanan
2. Percobaan Keseimbangan pada manusia
1) Percobaan dengan kursi Barany
Ada Nistagmus pada arah ke kiri ketika kursi diputar ke kanan, merasa beputar ke kiri, dan
jalan sempoyang ke kiri.

2) Tes penyimpangan penunjukan (pas pointing test of barany)


Tidak menyentuh garis pemeriksa
3) Kesan sensasi
Kecepatan putar bertambah, perasaan berputar ke kiri (pemutar kursi ke kanan). Kecepatan
putar dikurangi, perasaan op berputar ke kiri dan ketika kursi di hentikan, perasaan berputar
ke kanan dan ke kiri.

4) Percobaan sederhana untuk canalis semisirkularis horizontalis


Berputar searah jarum jam, jalan miring ke kiri. Dan ketika berputar berlawanan arah jarum
jam, jalan op miring ke kanan.

Dengan adanya sensasi dari arah kanan, maka reaksi tubuh pasien bergerak kesebelah kiri.

Mekanisme terjadinya arah perasaan berputar yang dirasakan o.p :

Saat kursi mulai diputar ke kanan, endolimfe akan berputar ke arah sebaliknya, yaitu ke kiri.
Akibatnya, kupula akan bergerak ke kiri dan o.p akan merasa berputar ke kiri. Kemudian, kupula
akan bergerak ke kanan searah dengan putaran kursi sehingga o.p akan merasa bergerak ke
kanan. Saat kecepatan mulai konstan, kupula dalam posisi tegak sehingga o.p akan merasa
tidak berputar. Saat kursi dihentikan, kupula akan bergerak ke arah sebaliknya, yaitu ke kanan,

51
sehingga o.p akan merasa berputar ke kanan. Namun, pada praktikum o.p masih merasa
berputar ke kanan saat kecepatan sudah konstan dan o.p tidak merasa berputar ke kanan saat
kursi dihentikan. Hal ini mungkin disebabkan oleh persepsi keseimbangan o.p yang baik.

II. Keseimbangan Pada Katak

TUJUAN
1. Mengemukakan pelbagai reaksi perubhan sikap badan katak oleh perangsangan kanalis
semisirkularis dan reaksi 11 menegakkan badan setelah ekstiepasi labirin

2. Menyebutkan beberapa factor yang dapat memepenganguri reaski perubahan sikap diatas
3. Mendemostrasikan kepentingan kedudukan kepala dan mata dalam mmepertahankan
keseimbangan pada manusia

ALAT DAN BINATANG PERCOBAAN YANG DIPERLUKAN

1. Katak
2. Papan fiksasi katak dan gelas beker
3. Ether dan kapas dan jarum pentul
4. Scalpel dan gunting halus dan pinset halus dan bor halus
5. Kursi putar barany
6. Tongkat atau statif yang panjang
7. Bak berisi air

TATA KERJA

1. Letakkan seekor katak di papan fiksasi dan tutuplah dengan gelas beker
2. Peganglah papan fiksasi dan gelas beker itu dengan kedua belah tangan dan gerakkanlah
deatas, ke bawah, putarlah ke kanan dank e kiri

3. Perhatikanlah dengan seksama perubahan perubahan sikap pada katak : posisi kepala dan fleksi
atau ekstensi ekstremitas

4. Bukalah gelas beker dan palingkan kepala katak ke kanan, perhatikan sikap dan kedudukan
kakinya,

5. Masukkan katak itu ke dalam bak yang berisi air dan perhatikan gerakan kaki atau arah
berenangnya.

6. Buangah labirin kataka itu dengan cara sebagai berikut :


a. Biuslah katak itu dengan cara memasukkannya bersama sama dengan kapas yang telah
dibasahi dengan eter ke dalam gelas beker yang ditelunngkupkan

b. Setelah katak itu terbius letakkan katak itu terlentang di papan fiksasi dan sematkan jarum
jarum pentul pada kakinya

c. Fikasai rahang atas katak dengan jarum pentul pada papan fiksasi dan bukalah ulutnya
selebar-lebarnya

52
d. Guntinglah selaput lendri itu dari jaringan dibawahnya dan doronglah ke lateral. Cegahlah
perdarhan sedapat-daptnya

e. Perhatikan dasar tengkorak katak terutama os parabasalenya yang membayang


f. Rusaklah labirin kanan dengan jalan memeberi os parabasake di tempat yang diberi tanda
X secara hati-hati sedalam 1-2 mm
g. Bersihkanlah daerah operasi dengan kapas dan kembalikan selaput lender ketempat semula,
dengan demikian alat keseimbangan kanan telah dibuang

h. Setelah efek pembiusnan pada katak menghilang, ulangi tindakan no 1 s/d no 5


i. Buanglah sekararang labirin krir dengan cara yang sama seperti sub 6 dengan demikian
kedua alat keseimbangan telah dibuang

j. Ulangi sekarang tindakan no 1 s/d 5


k. Catatlah hasil pengamatan saudara

HASIL PERCOBAAN

Sebelum labrin katak dirusak atau dibuang, katak berenang lurus. Setelah labirin kanan katak
dirusak, katak berengang miring kearah kiri, setelah labirin kiri yang dirusak, katak berenang
seimbang karena kedua labirin sudah dirusak.

PENGECAP

A. Dasar Teori

53
Reseptor adalah ujung perifer khus neuron-neuron aferen; reseptor berespon terhadap
rangsangan tertentu, mengubah bentuk-bentuk energy rangsangan menjadi sinyal listrik serta
Bahasa system saraf. Reseptor untuk pengecapan adalah kuncup penegcap, yaitu suatu
kemosreseptor yang terletak terutama dilidah teteapi juga terdapat pada palatum lunak dan
epiglottis. Kuncup pengecap merupakan sekumpulan sel penunjang dan sel sensorik. Masing
masing kuncup pengecap merupakan sekumpulan sel penunjang dan sel sensorik yang
memiliki rambut dan menonjol membentuk pori-pori pengecap serta dibasahi oleh saliva.

Pada papilla didapatkan taste buds yang berfungsi untuk menerima rangsangan bahan
kimia dari luar. Pada sisis atas dan sisi samping lidah banyak dijumpai papilla pengecap, yang
jumlahnya ditaksir 2000 buah dan terletak tersebar diatas lidah.

Tunas pengecap adalah bagian pengecap yang ad di pinggir lidah adalah kumpulan
otot rangka pada bagian lantai mulut yangd apat memebantu pencernaan makanan dengan
mengunyah dan menelan. Lidah dikenal sebagai indera pengecap yang banyak memiliki
struktur tunas pengecap. Lidah juga turut membantu dalam tindakan bicara.

Struktur lainnya yang berhubungan dengan lidah sering disebut lingua, dari Bahasa
latin lingua atau glossal dari bahas yunani, sebagian besar lidah tersusun atas otot rangka yang
terlekat pada tulang hyoideus, tulang rahang bawah dan processus styloideus di tulagg peilpis.

Terdapat dua jenis otot pada lidah yaitu otot intrinsic dan ekstrinsik.

54
Fungsi pengecapan pada lidah dilakukan oleh Taste Buds. Struktur khusus yang
tertanam diantara papilla lidah, juga ditemukan pada bagian belakang mulut dan palatum.
Setiap orang memiliki hingga 5000-10.000 taste buds. Tastan adalah substansi yang
menstimulasi taste buds. Sinyal yang timbul setelah stimulasi oleh tastan merambat melalui
nervus kranialis menuju batang otak dan thalamus untuk berakhir di korteks serebri sehingga
dapat terjadi persepsi rasa tertentu.

Ujung-ujung luar dari taste buds tersusun di sekitar taste pore yang sangat kecil. Dari
ujung-ujung setiap sel, mikrovili menonjol ke luar menuju taste pore dan mengarah ke rongga
mulut. Mikrovili ini dianggap memberikan permukaan reseptor untuk pengecapan.19 Beberapa
dari serabut saraf pengecap yang dirangsang oleh sel-sel reseptor ini berinvaginasi menjadi
lipatan membran sel pengecap yang juga dibentuk oleh banyak vesikel. Vesikel ini mengandung
substansi neurotransmiter yang dilepaskan melalui membran sel untuk merangsang ujung-
ujung serabut saraf dalam rensponnya terhadap rangsang pengecapan.20 Taste buds juga
terletak pada palatum dan beberapa diantaranya pada pilar tonsilar, epiglotis, dan bahkan di
esofagus bagian proksimal. Orang dewasa mempunyai 3000 sampai 10.000 taste buds
sedangkan anak-anak mempunyai lebih sedikit.

55
Seluruh rasa dapat dirasakan oleh seluruh permukaan lidah, tetapi satu jenis rasa akan
lebih sensitif pada daerah tertentu. Rasa manis lebih sensitif dirasakan pada daerah ujung
depan lidah, rasa asin paling baik diapresiasi pada pinggir depan lidah, rasa asam paling baik
diterima di sepanjang samping/tepi lidah dan sensasi pahit dapat dideteksi dengan sangat baik
pada sepertiga belakang lidah. Keempat rasa ini dikenal dengan istilah sensasi rasa primer.
Selain itu, ada rasa kelima yang telah teridentifikasi yakni umami yang dominan ditemukan pada
L-glutamat.

PAHIT

ASIN

MANIS

Jalan Kerja Impuls Pengecap dari Lidah ke Otak Tiga saraf cranial yang memainkan
peranan dalam pengantaran impuls dari lidah ke otak, yaitu nervus facial (VII) pada bagian 2/3
anterior lidah, nervus glossopharyngeal (IX) pada bagian 1/3 posterior lidah, dan nervus vagus
(X) pada pharynx dan epiglottis. Diawali dari taste buds pada lidah, impuls menyebar sepanjang
nervus facial dan dari 1/3 posterior lidah melalui nervus glossopharyngeal. Impuls dari daerah
lain selain lidah berjalan melalui nervus vagus. Impuls di ketiga saraf tersebut menyatu di
medula oblongata untuk masuk ke nukleus traktus solitarius. Dari sana, axon berjalan
membawa sinyal dan bertemu dengan leminiskus medialis kemudian akan disalurkan ke daerah

56
insula. Impuls diproyeksikan ke daerah cortex serebrum di postcentral gyrus kemudian dihantar
ke thalamus yang akan memberi persepsi pengecapan yang dirasa.

Proses Pengecapan : Ujung saraf pengecap berada di taste buds pada seluruh
permukaan lidah. Dengan demikian zat-zat kimia yang terlarut dalam saliva akan mengadakan
kontak dan merangsang ujung-ujung serabut saraf pengecap kemudian timbul impuls yang
akan menjalar ke nervus facial (VII) dan nervus glossopharyngeal (IX). Impuls dari daerah lain
selain lidah berjalan melalui nervus vagus (X). Impuls di ketiga saraf tersebut menyatu di medula
oblongata untuk masuk ke nukleus traktus solitarius. Dari sana, axon berjalan membawa sinyal
dan bertemu dengan leminiskus medialis kemudian akan disalurkan ke daerah insula. Impuls
diproyeksikan ke daerah cortex serebrum di postcentral gyrus kemudian dihantar ke thalamus
dan sebagai hasilnya kita dapat mengecap makanan yang masuk ke dalam mulut kita.21 Tiap
rasa utama tersebut tidak mutlak sebagai proses spesifik, artinya rasa oleh masing-masing ion
atau molekul zat tersebut dapat bereaksi pada saat yang berlainan dengan setiap epitel neuron
ujung serabut syaraf pengecapan. Jadi setiap taste buds dapat bereaksi untuk semua rasa
walau dengan intensitas berbeda.

B. Alat dan Bahan


1. Lima tabung kecil berisi :
a. Larutan asam asetat 5% (83mM)
b. Larutan NaCl 2 mg/ml (34mM)
c. Larutan Kina 2 mg?ml (6mM)
d. Larutan glukosa 2 mg/ml (11mM)
e. Larutan Umami/MSG 2 mg/ml (11mM)
2. Aplikator (batang kecil dengan salah satu ujungnya diberi kapas)
3. Peta lidah
4. Kertas hisap/saring
5. Aqua

1) Peta Lidah
Cara kerja
1. Meminta orang percobaan berkumur, kemudian mengeringkan lidahnya dengan kertas hisap

2. Mencelupkan aplikator dalam larutan salah satu larutang yang diberikan. Membuang larutan
dengan menekan ke sisi tabung

3. Menyetuhkan aplikator pada daerah ujung, sepanjang sisi, tengah dan belakang lidah orang
percobaan

4. Menulis tanda (+) pada daerah peta yang sesuai jika praktikan merasakan larutan tersebut,
menulis (-) pada daerah peta rasa yang sesuai jika daerah tertentu disentuk tidak sensitive
terhadap larutan yang diuji

5. Mengulangi prosedur diatas dengan keempat larutan lainnya pada tempat yang sama, beri
waktu 1 menit setelah berkumur untuk memulihkan lidah

57
Adakah bagian lidah yang tidak mampu menimbulkan sensasi pengecapan setelah aplikasi
tastan?

Tidak ada. Semua bagian lidah mampu menimbulkan sensasi pengecapan, hanya sja ada
bagian-bagian lidah tertentu yang dapat memberikan sensari rasa lebih kuat dibanding bagian
lain.

Hasil Pengamatan

1. Buatlah peta rasa menggunakan gambar lidah sesuai hasil percobaan!


O.P. = Rezki Ramadhan (20 tahun)

Pahit

Asam Asam

Asin Asin

Manis

2. Identifikasi zat terlarut yang digunakan pada larutan no 1-5!

58
Larutan 1

- Rasa Asam

Larutan cuka
+ +

+ +

Larutan 2
+
Rasa pahit

- -

- -

Larutan 3
++
Rasa Pahit

Larutan obat puyer


- -

- -

59
Larutan 4

- Rasa manis

- -

- -

Larutan 5

- Rasa asin

+ +

+ +

60
Kesimpulan

Setelah melakukan percobaan tentang senssasi rasa pada reseptor pengecap dapat disimpulkan bahwa
:

1. Pengenalan rasa oleh otak terjadi karena tranduksi rasa pada lidah
2. Waktu sensasi adalah waktu yang diperlukan oleh reseptor untuk mengenali dan menanggapi
rangsangan dan diteruskan keotak sehingga akan dikenali rasanya.

3. Selsel reseptor untuk pengecapan adalah selsel ephitelium yang telah termodifikasi yang
diorganisasikan menjadi kuncup pengecapan yang tersebar di sejumlah bagian permukaan lidah dan
mulut.

4. Dari tiap rasa makanan dan minuman otak mengintegrasikan input yang berbeda dari kuncup
pengecapan, dan mempersiapkan cita rasa yang kompleks.

5. Reseptor rasa manis terletak pada ujung lidah, reseptor rasa asin terletak pada tepi depan lidah,
reseptor rasa asam terletak ditepi belakang lidah dan reseptor rasa pahit terletak di pangkal lidah.

PENGHIDU

A. Tujuan Percobaan
Untuk membuktikan bahwa zat yang dibaui adalah zat yang berupa gas, serta membedakan
wewangian mulai dari bau yang tidak enak sampai yang enak.

B. Dasar Teori
Sensasi wangi/ bau terjadi karena adanya interaksi zat dengan reseptor indera penciuman yang
diteruskan ke otak berupa sinyal listrik. Reseptor ini merupakan sel saraf yang berupa benang halus.
Pada satu ujung sel saraf berinteraksi dengan zat berbau, sedangkan ujung yang lainnya berkumpul
dalam suatu tulang menuju bagian otak yang bertugas menerjemahkan sensasi dari indra
penciuman. Serangkaian proses terjadi dalam benang halus, dimulai dari interaksi molekul dengan
reseptor sampai dihasilkannya sinyal listrik.

Interaksi molekul dengan sel saraf reseptor akan menyebabkan reseptor teraktifkan. Suatu
protein yang berpasangan dengan reseptor (protein G) akan teraktifkan juga. Protein G yang
teraktifkan akan menstimulasi pembentukan cAMP, melalui pembentukan enzim adnylate cyclase
III. cAMP merupakan suatu molekul pembawa pesan yang dapat mengatifkan suatu mekanisme
transfer ion, sehingga akhirnya dapat dikirim informasi mengenai wangi/bau molekul ke otak
berupa sinyal listrik.

Setiap satu sensasi wangi terdiri dari beberapa campuran zat berbau yang akan menstimulasi
reseptor. Kemudian dalam otak terdapat suatu system pemetaan yang menerjemahkan sensai

61
wangi ini. Itulah sebabnya meskipun hanya ditemukan 1000 sel saraf penciuman, tapi kita dapat
mengenal 10000 jenis wewangian. Indra penciuman akan cepat beradatasi.

Sering kita merasa tidak lagi mencium wangi parfum yang telah kita semprotkan, padahal orang
lain yang baru bertemu dengan kita masih bisa menciumnya. Terjadinya fenomena ini dapat
dijelaskan dengan mekanisme berikut. Saat transfer ion untuk pengiriman sinyal ke otak,
Memungkinkan masuknya ion Ca2+, ion Ca2+ akan mengikat protein calmodulin (CaM). Kompleks
Ca2+/Ca Mini dapat mengaktifkan enzim PDE yang selanjutnya dapat merusak molekul cAMP
(molekul pembawa pesan yang dapat mengaktifkan transfer ion dan bertanggung jawab dalam
pengiriman sinyal ke otak), akibatnya pengiriman sinyal ke otak yang membawa informasi sensasi
wangi terhenti.

Saraf cranial (olfactory) manusia dapat membedakan berbagai macam bau karena memiliki
banyak reseptor pembau, namun kemampuan tersebut ditentukan oleh prinsip-prinsip komposisi
(komponen principle). Organ pembau hanya memiliki 7 reseptor namun dapat membaui lebih dari
600 aroma. Sistem olfaction dapat menerima stimulus benda-benda kimia sehingga reseptornya
disebut chemoreseptor. Sistem olfaction terdapat di hidung bagian atas (concha nasal superior)
yang peka terhadap penciuman dan lebih dekat ke saraf olfactorius.

Penciuman pada manusia secara umum dipengarui oleh :

Fisik : Lebih sensitif terhadap bau, hidung mancung lebih peka


atau lebih sensitif
Psikologis : Wanita yang sedang PMS lebih sensitif Kemampuan
membau makhluk hidup tergantung pada :

1. Susunan rongga hidung : hidung mancung lebih baik dalam membaui


2. Variasi fisiologis : pada wanita PMS dan ibu hamil muda, penciumannya lebih peka
3. Spesies : anjing (karena kemampuan survive tergantung pada pembauan jadi lebih peka
pembauannya)

4. Konsentrasi bau : bau busuk akan lebih tercium


C. Alat dan Bahan Lima buah zat :

1. Parfum
2. Teh
3. Kopi bubuk
4. Minyak kayu putih
5. Alkohol
D. Cara Kerja
- Siapkan 5 jenis zat yang mempunyai bau yang berbeda
- Baui atau ciumkan ke empat zat tersebut satu persatu
- Catat hasilnya
E. Hasil Pengamatan

62
o.p : Rezki (20 tahun)

Zat Pembau Respon Penciuman


Parfum (+)
Teh (+)
Kopi Bubuk (+)
Minyak Kayu Putih (+)
Formalin (+)

Pembahasan

Indra pembau berfungsi untuk menerima bau suatu zat terlarut dalam udara atau air. Reseptor
pembau terletak pada langit-langit rongga hidung, pada bagian yang disebut epitelium olfaktori.
Epitelium olfaktori terdiri dari sel-sel reseptor dan sel-sel penyokong. Sel resptor olfaktori berbentuk
silindris dan mempunyai filamen-filamen seperti rambut pada permukaan bebasnya. Akson sel
olfaktorius berjalan menuju bulbus olfaktorius pada sistem saraf pusat.

Reseptor Pembau adalah komoreseptor yang dirangsang oleh molekulmolekul larutan dalam
cairan hidung. Sensasi wangi/ bau terjadi karena adanya interaksi zat dengan reseptor indera
penciuman yang diteruskan ke otak berupa sinyal listrik. Interaksi molekul dengan sel saraf reseptor
akan menyebabkan reseptor teraktifkan. Suatu protein yang berpasangan dengan reseptor (protein
G) akan teraktifkan juga. Protein G yang teraktifkan akan menstimulasi pembentukan cAMP. cAMP
merupakan suatu molekul pembawa pesan yang dapat mengatifkan suatu mekanisme transfer ion,
sehingga akhirnya dapat dikirim informasi mengenai wangi/bau molekul ke otak berupa sinyal
listrik.

Menjawab Pertanyaan

Apa yang menyebabkan bau dapat tercium ? Jelaskan mekanismenya !


Jawab:

Reseptor Pembau adalah komoreseptor yang dirangsang oleh molekulmolekul larutan dalam
cairan hidung. Reseptor pembau merupakan reseptor jauh (tele reseptor) karena lintasan
pembauan tidak memiliki hubungan dalam thalamus dan tidak terdapat di daerah proyeksi pada
neocortex penciuman (Ganong, 1979).

Membrana offactoria terletak pada bagian superior rongga hidung. Di bagian medical ia melipat
keatas concana superior dan bahkan ada yang berada di concha media. Organon olfacus terdapat
di dataran medical concha nasalis superior dan pada dataran septumasi yang berhadapan dengan
concha masalis superior. Saat seseorang menarik nafas maka sesi bili rasa pembaunya akan lebih
kuat karena letak organon olfacus disebelah atasnya. Sensai pembauan tergantung pada
konsentrasi penguapan, misalnya skatol (bau busuk pada facces) karena konsentrasinya pekat
maka baunya busuk (Guyton, 1983).

63
Impulsimpuls bau dihantarkan oleh filum olfactetorium yang bersinopsis dengan cabang
cabang dendrit sel mitral dan disebut sinopsis glomerulus. Neurit sel mitral meninggalkan bulbus
olfactorius untuk berjalan di dalam area medialis dan berakhir di dalam area. Pusat pembauan ada
di uncus. Neurit beurit sel mitral mempunyai cabang cabang yang menuju ke sel granula akan
mengadakan sinaps di sinopsis axomatis. Sebagian dari neurit neurit sel mitral berjalan dalam
stria lateralis dan berakhir dalam uncus, sebagian dari neurit tersebut berjalan di dalam stria medialis
dan berakhir di dalam area septialis ( Radiopoetro, 1986), (Ganong, 1979)

Gambar mekanisme impuls penghidu

F. Kesimpulan
1. Indra pembau berfungsi untuk menerima bau suatu zat terlarut dalam udara atau air. Reseptor
pembau terletak pada langit-langit rongga hidung, pada bagian yang disebut epitelium olfaktori.
Reseptor Pembau adalah komoreseptor yang dirangsang oleh molekulmolekul larutan dalam
cairan hidung. Sensasi wangi/ bau terjadi karena adanya interaksi zat dengan reseptor indera
penciuman yang diteruskan ke otak berupa sinyal listrik.

2. Saraf cranial (olfactory) manusia dapat membedakan berbagai macam bau karena memiliki
banyak reseptor pembau, namun kemampuan tersebut ditentukan oleh prinsip-prinsip

64
komposisi (komponen principle). Organ pembau hanya memiliki 7 reseptor namun dapat
membaui lebih dari 600 aroma

3. Impulsimpuls bau dihantarkan oleh filum olfactetorium yang bersinopsis dengan cabang
cabang dendrit sel mitral dan disebut sinopsis glomerulus. Neurit sel mitral meninggalkan bulbus
olfactorius untuk berjalan di dalam area medialis dan berakhir di dalam area. Pusat pembauan
ada di uncus. Neurit beurit sel mitral mempunyai cabang cabang yang menuju ke sel granula
akan mengadakan sinaps di sinopsis axomatis. Sebagian dari neurit neurit sel mitral berjalan
dalam stria lateralis dan berakhir dalam uncus, sebagian dari neurit tersebut berjalan di dalam
stria medialis dan berakhir di dalam area septialis.

BUTA WARNA

A. Dasar Teori
Retina mata memiliki hampir tujuh juta sel fotoreseptor yang terdiri dari dua jenis sel sel batang
dan sel kerucut yang terkonsentrasi di bagian tengahnya yang disebut makula. Sel batang sangat
sensitif terhadap cahaya, dan dapat menangkap cahaya yang lemah seperti cahaya dari bintang di
malam hari, tetapi sel itu tidak dapat membedakan warna. Berkat sel batang kita dapat melihat hal-
hal di sekitar kita di malam hari, tetapi hanya dalam nuansa hitam, abu-abu, dan putih. Sel kerucut
dapat melihat detail obyek lebih rinci dan membedakan warna tetapi hanya bereaksi terhadap
cahaya terang. Kedua jenis sel tersebut berfungsi saling melengkapi sehingga kita bisa memiliki
penglihatan yang tajam, rinci, dan beraneka warna.

Ada tiga jenis sel kerucut pada retina. Mereka masing-masing berisi pigmen visual (opsin)
yang berbeda sehingga bereaksi terhadap panjang gelombang cahaya yang berbeda : merah, hijau
dan biru. Sel kerucut menangkap gelombang cahaya sesuai dengan pigmen masing-masing dan
meneruskannya dalam bentuk sinyal transmisi listrik ke otak. Otak kemudian mengolah dan
menggabungkan sinyal warna merah, hijau dan biru dari retina ke tayangan warna tertentu. Karena
perbedaan intensitas dari masing-masing warna pokok tersebut, kita dapat membedakan jutaan
warna. Gangguan penerimaan cahaya pada satu jenis atau lebih sel kerucut di retina berdampak
langsung pada persepsi warna di otak. Seseorang yang buta warna memiliki cacat atau kekurangan
satu atau lebih jenis sel kerucut.

KLASIFIKASI BUTA WARNA


Buta warna dikenal berdasarkan istilah Yunani protos (pertama), deutros (kedua), dan tritos (ketiga)
yang pada warna 1. Merah, 2. Hijau, 3. Biru.

1. Anomalous trichromacy
Anomalous trichromacy adalah gangguan penglihatan warna yang dapat disebabkan oleh
faktor keturunan atau kerusakan pada mata setelah dewasa. Penderita anomalous
trichromacy memiliki tiga sel kerucut yang lengkap, namun terjadi kerusakan mekanisme
sensitivitas terhadap salah satu dari tiga sel reseptor warna tersebut. Pasien buta warna

65
dapat melihat berbagai warna akan tetapi dengan interpretasi berbeda daripada normal
yang paling sering ditemukan adalah:

a) Trikromat anomali, kelainan terdapat pada short-wavelenght pigment (blue). Pigmen


biru ini bergeser ke area hijau dari spectrum merah. pasien mempunyai ketiga pigmen
kerucut akan tetapi satu tidak normal, kemungkinan gangguan dapat terletak hanya
pada satu atau lebih pigmen kerucut. Pada anomali ini perbandingan merah hijau yang
dipilih pada anomaloskop berbeda dibanding dengan orang normal.
b) Deutronomali, disebabkan oleh kelainan bentuk pigmen middle-wave lenght (green).
Dengan cacat pada hijau sehingga diperlukan lebih banyak hijau, karena terjadi
gangguan lebih banyak daripada warna hijau.

c) Protanomali adalah tipe anomalous trichromacy dimana terjadi kelainan terhadap


longwavelenght (red) pigmen, sehingga menyebabkan rendahnya sensitifitas warna
merah. Artinya penderita protanomali tidak akan mempu membedakan warna dan
melihat campuran warna yang dilihat oleh mata normal. Penderita juga akan mengalami
penglihatan yang buram terhadap warna spektrum merah. Hal ini mengakibatkan
mereka dapat salah membedakan warna merah dan hitam.

2. Dichromacy
Dichromacy adalah jenis buta warna di mana salah satu dari tiga sel kerucut tidak ada atau
tidak berfungsi. Akibat dari disfungsi salah satu sel pigmen pada kerucut, seseorang yang
menderita dikromatis akan mengalami gangguan penglihatan terhadap warna-warna
tertentu. Dichromacy dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan pigmen yang rusak:

a) Protanopia adalah salah satu tipe dichromacy yang disebabkanoleh tidak adanya
photoreceptor retina merah. Pada penderita protonopia, penglihatan terhadap warna
merah tidak ada. Dichromacy tipe ini terjadi pada 1 % dari seluruh pria. Keadaan yang
paling sering ditemukan dengan cacat pada warna merah hijau sehingga sering dikenal
dengan buta warna merah hijau.

b) Deutranopia adalah gangguan penglihatan terhadap warna yang disebabkan tidak


adanya photoreceptor retina hijau. Hal ini menimbulkan kesulitan dalam membedakan
hue pada warna merah dan hijau (red-green hue discrimination).

c) Tritanopia adalah keadaan dimana seseorang tidak memiliki shortwavelength cone.


Seseorang yang menderita tritanopia akan kesulitan dalam membedakan warna biru
dan kuning dari spektrum cahaya tanpak. Tritanopia disebut juga buta warna birukuning
dan merupakan tipe dichromacy yang sangat jarang dijumpai.

3. Monochromacy
Monochromacy atau akromatopsia adalah keadaan dimana seseorang hanya memiliki
sebuah pigmen cones atau tidak berfungsinya semua sel cones. Pasien hanya mempunyai
satu pigmen kerucut (monokromat rod atau batang). Pada monokromat kerucut hanya
dapat membedakan warna dalam arti intensitasnya saja dan biasanya 6/30. Pada orang
dengan buta warna total atau akromatopsia akan terdapat keluhan silau dan nistagmus dan
bersifat autosomal resesi

66
Bentuk buta warna dikenal juga :
1. Monokromatisme rod (batang) atau disebut juga suatu akromatopsia di mana terdapat kelainan
pada kedua mata bersama dengan keadaan lain seperti tajam penglihatan kurang dari 6/60,
nistagmus, fotofobia, skotoma sentral, dan mungkin terjadi akibat kelainan sentral hingga
terdapat gangguan penglihatan warna total, hemeralopia (buta silang) tidak terdapat buta senja,
dengan kelainan refraksi tinggi. Pada pemeriksaan dapat dilihat adanya makula dengan pigmen
abnormal.

2. Monokromatisme cone (kerucut), di mana terdapat hanya sedikit cacat, hal yang jarang, tajam
penglihatan normal, tidak nistagmus

TATA KERJA
Tahapan dalam pemeriksaan buta warna dengan metode ishihara, yaitu :
1. Menggunakan buku Ishihara 38 plate.
2. Yang perlu diperhatikan :
1) Ruangan pemeriksaan harus cukup pencahayaannya
2) Lama pengamatan untuk membaca angka masing-masing lembar maksimum 10 detik.

3. Pada tes pembacaan buku Ishihara dapat disimpulkan :


1) Normal
2) Buta warna Parsial
a) Bila plate no. 1 sampai dengan no 17. hanya terbaca 13 plate atau kurang.
b) Bila terbaca angka-angka pada plate no. 18, 19, 20 dan 21 lebih mudah atau
lebih jelas dibandingkan dengan plate no. 14, 10, 13, dan 17.

c) Bila ragu-ragu kemungkinan buta warna parsial dapat dites dengan:


o Membaca angka-angka pada plate no. 22, 23, 24, dan 25. Pada orang
normal, akan terbaca dengan benar angka-angka pada plate-plate tersebut
diatas secara lengkap (dua rangkap). Pada penderita buta warna parsial hanya
terbaca satu angka pada tiap-tiap plate tersebut diatas. o Menunjuk arah alur
pada plate no. 26, 27, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, dan 38. Untuk orang
normal bisa menunjuk alur secara benar sedangkan untuk buta warna parsial
dapat menunjukkan adanya alur dari satu sisi yang lainnya.

o Pada plate no. 28 dan 29, untuk orang normal, tidak bisa menunjukkan
adanya alur, sedangkan untuk penderita buta warna parsial dapat
menunjukkan adanya alur dari satu sisi ke sisi yang lainnya. Hasil
Percobaan dan Analisa

67
Nama OP : Santi
o.p. dapat membaca semua plate dan mengikuti alur di buku ishihara, o.p. normal, tidak buta
warna.

Kesimpulan
Seseorang yang buta warna memiliki cacat atau kekurangan satu atau lebih jenis sel kerucut.
Buta warna memiliki beberapa klasifikasi yang masing-masing bisa diuji melalui buku ishihara
yang memiliki pola warna-warna tertentu yang harus dibaca.

68
DAFTAR PUSTAKA

Anonim . (2010). Lima Alat Indera. http://organisasi.org/. 1 Maret 2016. 22.00.

Buku Penuntun Praktikum Mahasiswa Blok Panca Indera. 2016. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Yarsi.

Drs. H. Syaifuddin, AMK. 2003. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Penerbit Buku
Kedokteran EGC : Jakarta

Ganong,.W.F. (2008), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 22. Jakarta: EGC.

Sherwood, Lauralee. (2004). Fisiologi Manusia dari sel ke sistem Edisi 2. Jakarta. EGC.

Sloane, Ethel. (2004). Anatomi dan Fisiologi. Jakarta. EGC

Ilyas, Sidarta. (2012). Ilmu Penyakit Mata Edisi ketiga FKUI. Jakarta. EGC

Vaughan D. (2000). Opthalmologi Umum Edisi 14. Jakarta. Widya Medika

Frotscher M, Baehr M. Batang Otak-Gangguan Pendengaran. Dalam: Diagnosis Topik Neurologi.


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007. hal. 162-3.

Soepardi EA, Iskandar N, dkk. Gangguan Pendengaran dan Kelainan Telinga. Dalam: Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 6. Jakarta: FKUI. ; 2010. hal.
17-8.

Mansjoer, Arif. Et al. (2000). Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid kedua. Jakarta. Penerbit
Media Aesculapius FK UI.

Anonim. http://www.2020visionperfection.co.uk/files/1112/7860/1136/hypermetropia_image.jpg
diunduh pada 2 Maret 2016, pukul 18.00 WIB.

Anonim. http://www.rechargebiomedical.com/blog/uncategorized/604/ diunduh pada2 Maret 2016,


pukul 17.30 WIB

Joe. 2009. Fisiologi Pengecapan. http://tarihoran01.blogspot.com/2009/06/fisiologipengecapan.html


diambil pada hari Sabtu, 3 Maret 2012 pukul 20.15 WIB

Anonim. http://www.angelfire.com/id/christophorus/fisika/Fisika3.PDF diambil pada hari Senin, 2


Maret 2016 08.37 WIB http://neurowww.cwru.edu/faculty/strowbridge/OlfactoryBulb/bulb1.htm

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23511/4/Chapter%20II.pdf

Lumbantobing, S. M. Saraf Otak. Dalam Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta
: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. h. 2530
Marieb EN, Hoehn K. 2010. Human anatomy & physiology. 7th Ed. Pearson education,Inc

Panji.2009.sistem syaraf perifer. http://panji1102.blogspot.com/2008/03/sistem-saraf-perifer-


divisiaferen.htm.

69
70

Anda mungkin juga menyukai