Anda di halaman 1dari 17

(C.

Grosling, 2001)RESUME

KATALIS DAN KATALISIS

TOMI SETIAWAN

145090200111020

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN KIMIA

MALANG

2017
1. Definisi Katalis
Katalis merupakan senyawa kimia yang meningkatkan laju reaksi pada
reaksi kimia tanpa katalis tersebut secara permanen terlibat didalam reaksi.
Sehingga katalis pada akhir reaksi tidak berikatan dengan senyawa reaktan
maupun produk yang ada. Keadaan senyawa katalis sebagai subjek pada tiap
interaksi kimia yang terjadi dengn reaktan tetapi katalis tidak berubah diakhir
reaksi. Katalis mempercepat reaksi kinetika terhadap hasil termodinamika dengan
cara memberikan jalur yang lebih mudah untuk diikuti oleh molekul sehingga
dibutuhkan energi yang tidak besar. Katalis pada saat reaksi mengalami
perubahan secara kimia dan fisik sehingga menurunkan kemampuannya sebagai
katalis secara perlahan hingga dapat menyebabkan terjadinya deaktivasi katalis.
Fungsi katalis yaitu sebagai aktivasi, selektivitas, dan dekativasi. Aktivasi sebagai
pendorong reaksi berjalan cepat dengan memberikan jalur alternative, katalis
sebagai selektifitas yaitu selektif pada suatu reaksi sehingga menghasilkan produk
yang sesuai dan juga katalis sebagai deaktifasi yaitu katalis digunakan sebagai
penghambat laju reaksi yang terjadi.
Katalis memiliki sisi aktif yang berperan dalam suatu proses reaksi,
peningkatan sisi aktif memiliki beberapa kelebihan seperti :
Laju reaksi tinggi pada semua kondisi
Laju rekasi sama tetapi dengan reaktor kecil
Laju reaksi sama pada temperatur atau tekanan rendah dimana menghasilkan
kesetimbangan yang meningkat, operasi menjadi mudah, deaktifasi menjadi
berkurang ataupun selektifitas meingkat

Berikut jenis katalis yang umum digunakan yaitu berbentuk pellet, ekstrudat,
bola, granul, flake dan bubuk.

2. Klasifikasi Katalis
Katalis memiliki 3 macam klasifikai yaitu katalis homogen, katalis
heterogen, dan enzim. Perbedaan ini berdasarkan penggunaan katalis pada suatu
reaksi.
Katalis homogen
Katalis homogen ialah katalis yang memiliki fasa yang sama dengan reaktan
dan produk yang dihasilkan. Biasanya katalis homogen berupa fasa cair
dimana katalis dan reaktan berada dalam suatu larutan. katalisis terjadi dengan
adanya pengkompleksan dan pengarutan ulang antara molekul dan ligan dari
katalis itu sendiri. Reaksi bisa bersifat sangat spesifik, dengan hasil produk
yang tinggi. Reaksi yang terjadi dapat dengan mudah dipelajari didalam
laboratorium dengan teknik kimia organologam.
Katalis heterogen
Katalis heterogen yaitu berupa sistem dimana reaktan dan katalis berada pada
fasa yang berbeda, umumnya padatan katalis yang digunakan pada reaktan
berfasa cair maupun gas. Sistem heterogen sulit untuk dipelajari di
laboratorium.
Katalis enzim
Enzim merupakan molekul protein dengan ukuran koloid, terkadang pada
ukuran antara homogeny molekul dan heterogen makroskopik katalis. Enzim
hanya digunakan pada reaksi biokimia, memiliki karakterisasi sangat efesien
dan selektif. Enzim, katalase, dekomposisi H2O2 109 lebih cepat dibandingkan
katalis anorganik lain. Katalis enzim sangat dimanfaatkan dalam industri.

3. Jenis logam yang aktif pada reaksi


Komponen yang ada pada katalis yaitu berupa komponen aktif, promotor,
dan pengemban. Komponen aktif berfungsi sebagai sisi aktif pada katalis yang
mana komponen aktif dapat berupa logam, semikonduktor oksida dan sulfide,
insulator oksida dan sulfida. Promotor memiliki dua fungsi utama, pada
komponen aktif promotor berfungsi sebagai elektronik, permukaan, dan racun.
Pada pengemban berfungsi dalam structural, inhibitor aktif maupun promosi aktif.
Pengemban berfungsi sebagai perluasan luas permukaan, stabiltas mekanik,
sebagai fungsi aktif, dan sebagai modifikasi komponen aktif, pengembang dapat
berupa meta/para oksida, clay, maupun karbon.
Aktif komponen secara jelas dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Tabel 1. Klasifikasi komponen aktif


Jenis Konduktifitas/tipe Reaksi Contoh
reaksi senyawa
Logam Konduktor Hidrogenasi Fe, Ni, Pt,
Redoks Hidrogenilisis Pd, Cu, Ag
Oksidasi
Oksida dan Semikonduktor Selektif NiO, ZnO, CuO
Sulfida Redoks Hidrogenasi
Hidrogenolisis Cr2O3, MoS2
Oksidasi
Oksida Insulator Polimerisasi Al2O3, SiO2,
Ion karbonium Isomerisasi MgO,
Cracking SiO2-Al2O3
Dehidrasi
Zeolit

Pengemban, atau pembawa melakukan berbagai fungsi tetapi yang paling


penting ialah menjadi penjaga luas permukaan yang tinggi untuk komponen aktif.
Pengemban berfungsi sebagai penstabil las permukaan dari komponen aktif pada
saat proses sintering. Berikut pengemban yang sering digunakan dengan luas
permukaan yang tinggi :
Tabel 2. Pengemban yang sering digunakan
Pengemban
.Al2O3
SiO2
C (aktif)
Clays diatom
SiO2-Al2O3
Promotor merupakan agen ketiga yang ditambahkan pada pembuatan
katalis, seringkali dalam jumlah yang kecil, menghasilkan aktifitas yang
diinginkan, selektif, dan stabil. Promotor dibuat sebagai pendukung pada
pengemban dan komponen aktif, salah satunya yaitu mendukung dengan cara
mengkontrol stabilitasna.
Tabel 3. Jenis Promotor beserta fungsinya
Katalis Promotor Fungsi
Al2O3 SiO2, ZrO2, Meningkatkan stabilitas termal
P
Pengemban dan katalis K2O Sisi racun kokas
HCl Meningkatkan keasaman
MgO Menghambat sintering pada komponen
aktif
SiO2-Al2O3 Pt Meningkatkan oksidasi CO
Katalis cracking dan
matrik
Zeolit Ion langka Meningkatkan keasaman dan stabilitas
dibumi termal
Katalis cracking Pd Meningkatkan hidrogenasi
Pt/Al2O3 Re Menurunkan hidrogenlisis
Pembentukan ulang dan sintering
katalis
MoO3/ Al2O3 Ni, Co Meningkatkan hidrogenolisis
Hidroteating pada C-S dan C-N
P, B Meningkatkan disperse MoO3
Ni/ pengemban K Meningkatkan penghilangan karbon
keramik pembentukan
ulang steam
Cu-ZnO-Al2O3 ZnO Menurunkan sintering Cu
Penggantian
temperatur rendah

Jenis bahan katalitik yang digunakan dapat berupa logam, multilogam


kluster, campuran logam, oksida, sulfide, asam, basa, komponen lain (klorida,
kabida, nitride, boride, silisida, fosfida) dan berbagai bentuk lain (garam molten,
katalis homogeny dan enzim).
Bahan lain dari katalis yaitu logam, lebih dari 70% reaksi katalitik
melibatkan komponen logam. Industri menggunakan logam sebagai pembentukan
katalitik, hydrocracking, ammonia dan sintesis metanol, oksidasi dan proses
hidrogenasi maupun dehidrogenasi. Penggunaan katalitik yang berhasil hanya
pada daerah transisi metal orbital d, alkali dan alkali tanah merupakan logam
orbital s yang mudah menjadi keadaan ionik dibawah kondisi katalitik dan
dimenjadi promotor. Logam yang berada pada orbital f sangat sulit untuk
dihasilkan dan sangat reaktid pada keadaan logamnya. Logam orbita d dengan
orbitalnya, hybrid dan yang lainnya sangat berperan dalam ikatan antara logam
dengan permukaan pengemban sehingga mempengaruhi struktur Kristal, dimensi,
titik leleh, kekuatan mekanik, keadaan magnetic, dan konduktifitas elektrik.
Ikatan dengan permukaan bergantung pada absorpsi dan mekanisme permukaan.
Kemampuan suatu molekul unutk mengikat dengan permukaan bergantung pada
du hal yaitu geometri atau ensemble, dan elektrinik atau ligan.

4. Preparasi katalis dan faktor faktor yang mempengaruhi


Dalam preparasi katalis, dibutuhkan beberapa pertimbangan dalam
pemilihan bahan dan metode yang digunakan sehingga dihasilkan katalis yang
baik.
Komponen aktif berupa oksida tunggal dan pengembannya
biasa digunakan dalam preparasi katalis dikarenakan memiliki luas permukaan
yang tinggi dan porositas. klasifikasi katalis dapat dirangkum sebagai berikut
:
Tabel 4. Klasifikasi katalis
Kategori Kelas Contoh
A Kompenen 1 Oksida tunggal Al2O3, SiO2,
tunggal Cr2O3
aktif dan 2 Dua oksida SiO2- Al2O3,
pengemban NiO- Al2O3,
B Pembentukan 3 Oksida terdispersi MoO3/ Al2O3
deposisi 4 Logam pemuatan rendah 0.3% Pt/ Al2O3
komponen terdispersi
aktif 5 Logam pemuatan moderat 40% Ni/ Al2O3
terdispersi
C Pembentukan 6 Logam pemuatan tinggi 70% Ni/ Al2O3
terdispersi
ekstraksi 7 Logam berpori Ni
komponen
aktif 8 Gabungan oksida Fe3O4- Al2O3-
K2O
D Jenis khusus 9 Oksida campuran ZnO, ZnCr2O4
10 Oksida semen NiO-CaAl2O4
11 Logam kawat Pt, Ag

Prosedur preparasi katalis pada oksida hidrat dan pengembannya yaitu larutan
garam logam, control pengendapan, aglmerasi, gelasi, pencucian, penyaringan,
pengeringan dan kalsinasi. Pada pendeposisian komponen aktif dapat dilakukan
dengan cara pengendapan, adsorpsi, pertukaran ion, impergnasi, aktifasi

larutan garam logam


langkah pertama dalam pembuatan larutan (air merupakan pelarut yang
umum) yaitu garam logam, MnXm diubah menjadi oksidanya MxOy.
kelarutan garam harus cukup untuk memberikan volume yang sesuai pada
temperaturnya. Jumlah pelarut yang digunakan ditentukan dari jumlah
oksida yang diinginkan, ukuran alat laboratorium, dan kebutuhan metode
selanjutnya pada preparasi. Pemilihan anion didasari oleh beberapa faktor
seperti kelarutan, kemurnian, ketersediaan, biaya dan potensi masalahnya.
pengendapan terkontrol
pada langkah ini dilakukan pembuatan pengendapan padatan, partikel
kolid 10 103 nm dalan diameter. Partikel sol tidak mengendap, sulit
disaring dan tidak tampak pada mikroskop ultra. Ini merupakan proses
awal memformasikan struktur pori pada katalis. Jika pengendapan terlalu
hebat, selanjutnya partikel besar terbentuk dan kurang baik sifatnya untuk
permukaan luas pada katalis. Pengendapan terjadi dalam tiga fasa,
supersaturasi, nukleasi, dan pertumbuhan.
Keadaan supersaturasi terjaid saat peningkatan konsentrasi melalui
penguapan (A ke C), penuruan temperature (A ke B), ataupun peningkatan
pH (efektif pada kurva kelarutan berpindah dari D dan A ke daerah
supersaturasi) dengan reaksi sebagai berikut :
Mn+ + nOH- M(OH)n

Dengan bentuk kurva sebagai berikut :

Gambar 1. Kurva Pengendapan terkontrol


Reaksi dikontrol dengan cara menaikkan pH sejalan dengan penambahan
larutan basa, reagen yang sering digunakan ialah Sodium, Potasium, dan
ammonium hidroksida, karbonat, serta bikarbonat. Pengaturan pH pada
tiap hasil hidroksida memiliki varisasi maksimum pH yang berbeda beda
seperti pada table berikut :
Tabel 5. pH maksimum pada berbagai logam hidroksida
Hidroksida pH
Mg(OH)2 10.5
Mn(OH)2 8.6
Co(OH)2 6.8
Ni(OH)2 6.7
Fe(OH)2 5.5
Cu(OH)2 5.3
Cr(OH)2 5.3
Zn(OH)2 5.2
Al(OH)2 4.1
Fe(OH)2 2.0
Partikel pada daerah supersaturasi dikembangkan dalam dua proses,
nukleasi dan pertumbuhan. Nukleasi merupakan proses spontan dalam
pembentukan M(OH)n atau berinisiasi dengan bahan benih, pada proses
ini terdapat pengotor berupa debu, fragmen partikel, atau sisi kasar pada
permukaannya. Laju dari nukleasi meningkat dengan penambahan benih
inti. Pertumbuhan akan terjadi saat adsorpsi ion pada permukaan partikel.
Proses ini dipengaruhi oleh konsentrasi, temperature, dan pH. Jika
nukleasi lebih cepat dibandingkan pertumbuhan, sistem akan
memproduksi partikel kecil dengan distribusi kecil. Pada saat laju nukleasi
dan pertumbuhan sama, maka akan diperoleh distribusi ukuran yeng besar.
Pengendapan sol dapat diiniasiasi dengan kondensasi, hidroksi dari pelarut
kompleks, dan oksidasi ataupun reduksi.
Aglomerasi dan gelasi
Aglomerasi digunakan untuk meminimalisir pertumbuhan ukuran partikel
pada sol yang terbentuk dikarenakan sol memiliki energi permukaan yang
besar. 3 tipe aglomerasi yaitu hydrogels, flocks, dan massive precipitates.
Hydrogel yang terpenting didalam katalis. Hydrogel memiliki bentuk 3
dimensi dan struktur yang terikat dengan longgar. Sehingga memberikan
permukaan yang lebih luas, permukaan memiliki muatan bersifat positif
ataupun negatif tergantung pada pH. Dengan Ph larutan asam,
kesetimbangan mengarah pada permukaan positif, begitupun sebaliknya.
Hasil dari muatan efektif disebut sebagai potensial zeta. Potensial zeta
menentukan laju dari gelasi, jika muatan tinggi maka partikel secara
efektif akan menolak satu sama lain dan tidak terjadi kontak, jika muatan
rendah, maka termal bergerak kearah tabrakan dan peleburan. Laju gelasi
akan tinggi pada saat titik isoelektrik dimana potensial zeta sama dengan
nol. Pada gambar X dapat dilihat luas permukaan dan waktu gelasi dari
silica sol, pada gambar terlihat kompromi antara luas permukaan yang
besar dengan waktu gelasi yang lebih reasional.

Gambar 2. Gelasi pada silika


pencucian dan penyaringan
langkah selanjutnya meliputi dua tahap yaitu pencucian dan penyaringan.
Metode yang dilakukan ialah Hydrogel yang telah terbentuk ditambahkan
aquades dalam volume yang besar dan diaduk sehingga pengotor terlepas
dari Hydrogel. Ditunggu beberapa saat hingga Hydrogel mengendap dan
ditunggu hingga memperlihatkan batas antara Hydrogel dan pelarut,
setelah itu dilakukan dekantasi. Pencucian ini dilakukan secara berulang
sehingga diperoleh pengotor yang sangat sedikit, gel secara bertahap akan
membentuk kembali sol yang disebut sebagai peptisasi. Selanjutnya
dilakukan proses penyaringan menggunakan kertas saring agar pengotor
yang masih ada dapat dipisahkan. Pencucian yang berulang dapat
meningkatkan kemurnian dari katalis Hydrogel dan menghilangkan ion
ion penghambat katalis.
Pengeringan
Pengeringan dilakukan untuk menghilangkan larutan air pada Hydrogel
dalam jumlah besar. Tetapi harus diperhatikan benar control pengeringan
jika katalis memiliki porositas tinggi. Pengeringan terjadi dengan
penguapan embun dari permukaan luar Hydrogel. Laju penguapan air
konstan dan transfer massa dikontrol dengan temperature, kelembaban
relative, laju alir dari udara pada permukaan, dan ukuran filtrate. Proses
ini dilakukan hingga diperoleh embun tersisa 50%. Massa filtrat menjadi
menyusut dengan menghilangkan air pada permukaan luar, material ini
disebut sebagai xerogel. Xerogel kering mengandung 25% - 30% air pada
pori dan ikatan kimia berupa oksida. Xerogel dengan mudah dapat
dibentuk menjadi pellet dan extrudat.
Kalsinasi
Kalsinasi merupakan proses pemanasan diatas temperatur pengeringan
yang berfungsi untuk mengubah kompleks menjadi oksidanya,
meningkatkan stabilitas mekanik, mengilangkan kadar ai dalam bentuk
Kristal anhidratnya. Beberapa proses yang terjadi yaitu menghilangkan
ikatan kimia air maupun CO2, mengubah distribusi ukuran pori, generasi
fasa aktif, mengatur permukaan, dan meningkatkan stabilitas dari sifat
mekaniknya.

5. Deposisi Komponen aktif pada katalis


Disperse oksida pada permukaan pengemban dapat dilakukan dengan 4
cara yaitu pengendapan, adsorpsi, pertukaran kation, impregnasi dan
reduksi/aktivasi. Pengemban dapat berupa bubuk ataupum partikel terbntuk.
Deposisi komponen aktif pada permukaan dalam pori pori partikel
membutuhkan ketelitian yang cukup agar komponen aktif dapat secara baik
terdistribusi. Komponen aktif yang dideposisikan dalam konsentrasi besar pada
pengemban dapat merubah sifat mekanik dan permukaannya.
Pengendapan
Pengendapan dilakukan dengan cara mencampurkan larutan garam logam
kedalam pengemban dengan penambahan basa ataupun alkali. Sehingga
nantinya diperoleh logam hidroksida ataupun karbonat pada permukaan
pengemban.
Adsorpsi
Adsorpsi dilakukan dengan cara pengemban menyerap larutan garam logam
dalam keadaan isotherm. Metode ini merupakan metode terbaik unuk
mendeposisikan komponen aktif dalam jumlah kecil. Adsorpsi dari larutan
dapat bersifat kationik maupun anionic bergantung pada sifat dari
permukaannya. Secara umum, zeolite merupakan penukar kation yang kuat,
silica merupakan absorber kation yang lemah, alumina merupakan absorber
kation dan anion yang lemah, magnesia merupakan absorber anion yang kuat
dan karbon cenderung membentuk transfer muatan kompleks dengan donasi
elektron dan lebih sebagai absorber kation.
Pertukaran kation
Pertukaran kation pada preparasi katalis sangat mirip dengan adsorpsi ionic
tetapi dapat menukarkan ion selain proton. Memiliki ion valensi yang lemah
seperti Na+, pertukaran dengan ion memiliki muatan besar seperti Ni2+.
Pertukaran ion memiliki fungsi dalam menghilangkan agen berbahaya dan
penambahan promotor.
Impregnasi
Impregnasi merupakan cara termudah dan paling sering digunakan pada proses
deposisi komponen aktif. Objek dimasukkan kedalam pori pori permukaan
dengan cara menambahkan larutan garam logam dengan konsentrasi yang
cukup untuk memperoleh pemuatan yang benar.
Aktivasi/reduksi
Aktivasi/reduksi merupakan langkah terakhir dalam deposisi komponen aktif
dengan cara reduksi maupun sulfidasi. Dalam proses reduksi, okisda yang
terdeposisi dirubah menjadi logam dengan treatmen hydrogen, agen pereduksi
berupa CO atau hidrazin juga dapat digunakan. Jumlah logam yang dihasilkan
bergantung pada seberapa banyak senyawa oksida yang ada. Reduksi secara
parsial umum dilakukan untuk membuat sisi aktif dari katalis. Temperatur
sangat penting pada proses reduksi ini.

6. Karakterisasi
Karakterisasi suatu katalis digunakan sebagai penentu efektifitas dan
spesifikasi dari suatu katalis. Teknik karakterisasi dapat digolongkan sebagai
berikut, karakterisasi fisik dan morfologi, karakteristik permukaan, karakterisasi
ukuran besar, sifat distribusi dan sifat mekanik.
Karakterisasi sifat sifik dan morofologi
Pada umumnya katalis heterogen berbentuk padatan berpori, jenis ketalis ini
memiliki satu atau lebih grup dari pori dengan ukuran dan volume yang
bergantung pada saat preparasi katalis. Ukuran pori pori dapat
diklasifikasikan sebagai mikropori ( < 2 nm), mesopori (2 < < 50 nm) dan
makropori ( > 50 nm). Pengetahuan mengenai parameter morfologi
diperlukan untuk mengetahui perkembangan ktalis selama proses preparasi.
Pada karakterisasi ini dapat digunakan metode :
adsorpsi uap pada temperatur rendah, dimana adsorpsi nitrogen pada titik
didih (77 K) untuk menentukan morofologi katalis berupa luas permukaan
total padatan (Metode BET), total luas permukaan, eksternal ke mikropori,
distribusi permukaan mesopori, volume mikropori, volume mesopori dan
distribusi volumenya.
Porosimetri merkuri
Merkuri memasuka pori dengan ukuran yang sesuai dengan tekanan.
Bekerja pada tekanan rendah dikarenakan dapat menyebabkan tekanan
pada padatan dinding pori.
Mikroskop, dengan menggunakan SEM (scanning electron microscope)
dan TEM (transmission electron microscopy). Mikroskop ini digunakan
untuk memperoleh data berupa bentuk, ukuran, rupa Kristal, homogenitas,
kehadiran bentuk amorf dan Kristal distribusi, serta permukaan relative
pada muka Kristal yang berbeda.
Karakterisasi sifat dari permukaan
Pengukuran untuk memperoleh informasi mengenai total luas permukaan
sangat penting dikarenakan memperlihatkan distribusi sisi aktif pada
permukaan katalis. Teknik yang digunakan pada kali ini yaitu penggunaan
molekul probe, dan pembelajaran secara langsung mengenai permukaan
katalis. Pada karakterisasi ini digunakan metode berupa :
Metode Volumetri, Gravimetri, dan adsorpsi dinamik
Adsorpsi kalorimetri
Spektroskopi dan molekul terabsorbsi
Desorpsi temperatur terprogram
Teknik karakterisasi permukaan secara langsung
Pada metode ini, secara umum dapat digunakan XPS (X-ray Photoelectron
Spectroscopy), AES (Adsorption Electron Spectroscopy), SEM (Scanning
Electron Microscopy), TEM (Transmission Electron Microscopy), XRD
(X-Ray Diffraction).
Pada saat ini, XPS dan AES diperlukan dalam karakterisasi permukaan
dari suatu senyawa, termasuk katalis. Berikut kelebihan dan kekurangan
dari XPS maupun AES :
Tabel 6. Perbandingan XPS dan AES
Kelebihan Kekurangan
- Menghasilkan data unsur - Dibutuhkan vakum
kimia secara spesifik yang tinggi
XPS - Mengisolasi permukaan - Tidak sensitif pada
sehingga efek muatan H atau He
terkontrol
- Membutuhkan sedikit - Resolusi
potensial untuk pertahanan pemisahan rendah
permukaan (energi rendah)
- Sensitif untuk partikel - Membutuhkan
berukuran kecil vakum yang tinggi
AES - Kedalaman profil - Tidak sensitif pada
permukaan cepat diperoleh H dan He
- Efek muatan
dengan insulator
- Mikroskopi - Berpotensi
merusak
permukaan
- Rendahnya
database mengenai
spesifikasi kimia

Karakterisasi sifat ukuran partikel yang besar


Walaupun faktor terpenting dari suatu katalis dilihat dari permukaan katalis
tersebut, namun sufat dari ukuran besarnya pentinf dalam penentuan sisi
permukaan dan sifatnya. Unutk menganilisanya dapat dibagi menjadi tiga
kelompok besar yaitu :
Teknik analisis unsur
Teknik Spektroskopik dan difraksi (XRD, IR, Raman, UV Vis, NMR)
Teknik analisa termal (TG, DTA, DSC, TPR, TPO)
Karakterisasi sifat mekanik dan distribusi ukuran partikel
Karakterisasi ini digunakan untuk menentukan ukuran katalis yang digunakan
seperti distribusi granul dan sifat mekaniknya. Dan dipengaruhi oleh proses
transport massa, proses transport panas, penurunan tekanan, dan dekativasi
katalis. Beberapa metode yang digunakan pada penentuan sifat mekanik dan
distribusi ukuran partikel sebagai berikut :
Analisis ukuran partikel

Berikut beberapa teknik yang digunakan secara umum untuk menganalisa


ukuran partikel :

Tabel 7. Teknik yang digunakan pada analisa ukuran partikel

Teknik Ukuran yang terdeteksi (m)


Sieving 20 - 104
Optical microscopy 0.1 - 104
SEM (scanning electron microscopy) 0.003 - 104
TEM (transmission electron microscopy) 0.0005 - 104
Gravitational sedimentation 1 100
Resistive pulsed (Coulter effect) 0.5 200
Light obscuration 10 9000
Fraunhofer diffraction 10 2000
Centrifugal sedimentation 0.05 5
PCS (photon correlation spectroscopy) 0.01 1
HCD (hydrodynamic chromatography) 0.01 1
FFF (field flow fractionation) 0.01 100
Pengukuran daya tahan
Pengukuran ini hanya digunakan pada katalis yang berbentuk tablet,
ekstrudet, dan granul. 2 cara pengukuran yang berbeda pada pengukuran
kali ini yaitu pengukuran daya tahan untuk granul tunggal dan pengukuran
daya tahan untuk granul dalam jumlah besar. Daya tahan tidak hanya
bergantung pada resistensi bahan, tetapi juga bergantung pada beberapa
faktor seperti bentuk, ukuran, dan derajat kebasahan. Karakterisasi ini
bertujuan untuk pengukuran daya tahan suatu katalis pada saat digunakan
di industri.
Pengukuran penurunan resistensi
Pengukuran ini hanya digunakan untuk mengkontrol hasil bentuk katalis.

DAFTAR PUSTAKA

C. Grosling, J. K. (2001). Contamination Control and Analytical Techniques. Handbook for


Critical Cleaning (HBCC), 445.

Carlo Perego, P. V. (1997). Catalyst Preparation Methods. Catalyst Today 34, 281 - 305.

G. Leofanti, G. T. (1997). Catalyst Characterization: Characterization techniques. Catalyst Today


34, 307 - 327.

Richardson, J. T. (1989). Principles of Catalyst Development. New York: Kluwer Academic /


Plenum Publishers.

Anda mungkin juga menyukai