Anda di halaman 1dari 15

1.

Pengertian Auditing

Secara umum Auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan

mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan - pernyataan tentang kegiatan dan

kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan -

pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya

kepada pemakai yang berkepentingan.

Sedangkan menurut Sukrisno Agoes, Auditing adalah suatu pemeriksaan yang

dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan

keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan - catatan pembukuan dan

bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai

keawajaran laporan keuangan tersebut.

Pengertian Auditing dari Konrath adalah suatu proses sistematis untuk secara objektif

mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang kegiatan-kegiatan dan

kejadian-kejadian ekonomi untuk meyakinkan tingkat keterkaitan antara asersi tersebut dan

kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang

berkepentingan.

Menurut Arrens, auditing adalah akumulasi dan evaluasi dari bukti tentang informasi

untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara laporan dan kriteria yang telah

ditetapkan. Untuk melakukan audit, harus ada informasi yang dihasilkan dari form yang telah

diverifikasi dan beberapa standart atau kriteria yang dapat dievaluasi oleh auditor.

Dari beberapa definisi di atas, auditingmerupakan suatu proses pemeriksaan sistematis

yang dilakukan oleh auditor yang independen dan kompeten terhadap laporan keuangan yang
disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukung

untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.

2. Perbedaan antara Atestasi, Assurance dan Audit

Atestasi (attestasion) merupakan suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan orang

yang independen dan kompeten tentang apakah asersi suatu entitas sesuai, dalam semua hal

yang material, dengan kriteria yang telah ditetapkan. Standar atestasi ini terbagi menjadi tiga

tipe perikatan atestasi yakni pemeriksaan (examination), review, dan prosedur yang

disepakati.

Pemeriksaan menghasilkan kesimpulan positif. Dalam jenis laporan ini, akuntan public

membuat pernyataan langsung mengenai apakah penyajian asersi sesuai dengan kriteria yang

diharapkan. Review, akuntan public menyediakan kesimpulan assurance negative, laporan

akuntan public menyatakan apakah ada informasi yang diperoleh oleh akuntan public yang

mengindikasikan bahwa asersi tidak disajikan dengan cara yang benar-benar sesuai dengan

kriteria yang ditetapkan. Prosedur yang disetujui, semua prosedur yang akan dilakukan

akuntan public disepakati oleh akuntan public, pihak yang bertanggung jawab membuat

asersi, dan pihak pemakai laporan akuntan public.

Jasa atestasi (attestation service) adalah jenis jasa assurance di mana KAP

mengeluarkan laporan tentang reliabilitas suatu asersi yang disiapkan pihak lain. Jasa atestasi

dibagi menjadi lima kategori, yaitu:

1. Audit atas Laporan Keuangan Historis.

Dalam suatu audit atas laporan keuangan historis, manajemen menegaskan bahwa

laporan itu telah dinyatakan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi

yang berlaku umum (GAAP). Audit atas laporan keuangan ini adalah suatu bentuk
jasa atestasi di mana auditor mengeluarkan laporan tertulis yang menyatakan

pendapat tentang apakah laporan keuangan tersebut telah dinyatakan secara wajar

sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Audit ini merupakan

jasa assurance yang paling umum diberikan oleh KAP.

2. Atestasi Mengenai Pengendalian Internal atas Pelaporan Keuangan.

Di Amerika Serikat, untuk sebuah atestasi mengenai pengendalian internal atas

pelaporan keuangan, manajemen menegaskan bahwa pengendalian internal telah

dikembangkan dan diimplementasikan mengikuti kriteria yang sudah mapan.

3. Telaah (Review) atas Laporan Keuangan Historis.

Untuk review atas laporan keuangan historis, manajemen menegaskan bahwa

laporan tersebut telah dinyatakan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip

akuntansi yang berlaku umum, sama seperti audit. Akuntan publik hanya

memberikan tingkat kepastian yang moderat atau sedang terhadap review atas

laporan keuangan jika dibandingkan dengan tingkat kepastian yang tinggi untuk

audit, sehingga lebih sedikit bukti yang diperlukan.

4. Jasa Atestasi Mengenai Teknologi Informasi.

Untuk atestasi mengenai teknologi informasi, manajemen mengeluarkan berbagai

asersi tentang reliabilitas dan keamanan informasi elektronik. Pertumbuhan

teknologi Internet dan perdagangan elektronik (e-commerce) telah menciptakan

permintaan akan jenis-jenis assurance ini. Banyak fungsi bisnis, seperti pemesanan

dan pembayaran, sekarang dilakukan melalui Internet atau secara langsung

antarkomputer dengan menggunakan electronic data interchange (EDI). Oleh karena

transaksi dan informasi dipakai bersama secara online dan real-time, para pelaku

bisnis meminta kepastian yang lebih tinggi lagi mengenai informasi, transaksi, dan
sistem pengamanan yang melindunginya. WebTrust dan SysTrust adalah jasa-jasa

atestasi yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan akan assurance ini.

5. Jasa Atestasi Lain.

Akuntan publik memberikan banyak jasa atestasi lainnya, yang kebanyakan

merupakan perluasan alami dari audit atas laporan keuangan historis, karena

pemakai menginginkan kepastian yang independen menyangkut jenis-jenis

informasi lainnya. Dalam setiap kasus, organisasi yang diaudit harus menyediakan

sebuah asersi sebelum akuntan dapat memberikan atestasi. Sebagai contoh, apabila

bank meminjamkan uang kepada suatu perusahaan, maka perjanjian pinjaman itu

mungkin mengharuskan perusahaan menugaskan seorang akuntan untuk

memberikan kepastian tentang ketaatan perusahaan pada ketentuan keuangan

menyangkut pinjaman itu.

Keyakinan (assurance) merupakan tingkat kepastian yang dicapai dan yang ingin

disampaikan oleh praktisi bahwa simpulannya yang dinyatakan dalam laporannya adalah

benar.

Audit atau pengauditan adalah suatu proses sistematis untuk mendapatkan bukti dan

mengvaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-

kejadian ekonomi secara obyektif untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi tersebut

dengan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak

yang berkepentingan

Sehingga dapat disimpulkan bahwa audit adalah salah satu jasa atestasi. Dalam atestasi,

selain jasa audit juga terdapat jasa review. Audit dan review ini untuk meningkatkan

keandalan informasi, yang merupakan salah satu ciri dari atestasi. Atestasi tidak selalu

berkaitan dengan informasi keuangan. Atestasi ini jika diambil kata dasarnya dan diartikan,
yaitu to attest,yang berarti to provide assurance. Jadi, jika atestasi meningkatkan keandalan

informasi, maka asurans meningkatkan keandalan dan relevansi informasi.

Setelah membahas jasa kompilasi dan kaji ulang untuk perusahaan non public, dan juga

kaji ulang dari informasi keuangan interim untuk perusahaan public, selanjutnya memeriksa

jenis lain dari audit dan jasa atestasi yang bada dalam standar auditing tetapi bukan

merupakan audit dari laporan keuangan historis yang sesuai dengan prinsip-prinsip akuntasi

yang diterima secara umum. Beberapa dari jasa tersebut meliputi . audit laporan keuangan

yang disiapkan atas dasar akuntasi komprehensif lain (other comprehensive basis of

accounting (OCBOA), audit dari elemen, akun, atau item tertentu dan surat ketaatan utang).

Auditor sering kali mengaudit laporan yang disusun atas dasar selain dari prinsip-

prinsip akuntansi yang diterima umum, SAS 62 (AU 623) menyatakan bahwa standar

auditing yang dapat diterima dapat diterpakan pada penugasan audit tersebut. Dasar-dasar

selain dari prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum yang mengatur penerbitan laporan

antara lain:

a) Dasar kas atau dasar kas yang dimodifikasi. Dengan akuntansi dasar kas, hanya

penerimaan kas dan pengeluaran dicatat. Berdasarkan akuntans dasar kas yang

dimodifikasi, dasar kas ditelusuri kecuali untuk item-item tertentu, seperti aktiva

tetap dan penyusutan. Dokter dan pengacara sering kali memilih metode seperti ini.

b) Dasar yang digunakan untuk mentaati persyaratan dari agen peraturan. Contoh

yang umum mencakup system akun yang seragam yang diperlukan oleh

perusahaan kereta api, utilitas, dan asuransi.

c) Dasar pajak pendapatan. Aturan pengukuran yang digunakan untuk pengajuan

pengambalian pajak sering kali digunakan juga untuk penyusunan

laporankeuangan, walaupun hal ersebut tidak sesuai dengan prinsip-prinsip


akuntansi yang diterima secara umum. Banyak isnis kecil menggunakan metode

ini.

d) Serangkaian criteria pasti yang memiliki dukungan substansial. Contohnya adalah

dasar akuntansi tingkat harga. Metode akuntansi harus diterapkan untuk semua

item yang material dalam laporan keuangan.

3. Auditing dan Asersi Manajemen

Arsesi Manajemen adalah pernyataan managemen yang terkandung didalam laporan

keuangan yang bersifat implisit dan eksplisit, dimana pernyataan tersebut dapat

diklasifikaisikan dalam penggolongan besar yaitu, Existence (keberadaan)/Occurance

(kejadian),Completeness(kelengkapan),Right and Obligation (Hak dan kewajiban), Valuation

and allocation (Penilaian atau alokasi) dan Presentation and disclosure (penyajian).

1. Existence/ occurance.

Asersi tentang keberadaan atau keterjadian berhubungan dengan apakah aktiva atau

utang entitas ada pada tanggal tertentu dan apakah transaksi yang dicatat telah terjadi

selama periode tertentu. Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa sediaan

produk jadi yang tercantum dalam neraca adalah tersedia untuk dijual. Begitu pula,

manajemen membuat asersi bahwa penjualan dalam laporan laba-rugi menunjukkan

pertukaran barang atau jasa dengan kas atau aktiva bentuk lain (misalnya piutang)

dengan pelanggan.

2. Completeness.

Asersi tentang kelengkapan berhubungan dengan apakah semua transaksi dan akun

yang seharusnya disajikan dalam laporan keuangan telah dicantumkan di dalamnya.

Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa seluruh pembelian barang dan

jasa dicatat dan dicantumkan dalam laporan keuangan. Demikian pula, manajemen
membuat asersi bahwa utang usaha di neraca telah mencakup semua kewajiban

entitas.

3. Right and Obligation.

Asersi tentang hak dan kewajiban berhubungan dengan apakah aktiva merupakan hak

entitas dan utang merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu. Sebagai

contoh manajemen membuat asersi bahwa jumlah sewa guna usaha (leased) yang

dikapitalisasi dineraca mencerminkan nilai pemerolehan hak entitas atas kekayaan

yang disewa-guna-usahakan (leased) dan utang sewa guna usaha yang bersangkutan

mencerminkan suatu kewajiban entitas.

4. Valuation and allocation

Asersi tentang penilaian atau alokasi berhubungan dengan apakah komponen-

komponen aktiva, kewajiban, pendapatan dan biaya sudah dicantumkan dalam

laporan keuangan pada jumlah yang semestinya. Sebagai contoh, manajemen

membuat asersi bahwa aktiva tetap dicatat berdasarkan harga pemerolehannya dan

pemerolehan semacam itu secara sistematik dialokasikan ke dalam periode-periode

akuntansi yang semestinya. Demikian pula manajemen membuat asersi bahwa piutang

usaha yang tercantum di neraca dinyatakan berdasarkan nilai bersih yang dapat

direalisasikan.

5. Presentation and disclosure

Asersi tentang penyajian dan pengungkapan berhubungan dengan apakah komponen-

komponen tertentu laporan keuangan diklasifikasikan, dijelaskan, dan diungkapkan

semestinya. Misalnya, manajemen membuat asersi bahwa kewajiban-kewajiban yang

diklasifikasikan sebagai utang jangka panjang di neraca tidak akan jatuh tempo dalam

waktu satu tahun. Demikian pula, manajemen membuat asersi bahwa jumlah yang
disajikan sebagai pos luar biasa dalam laporan laba-rugi diklasifikasikan dan

diungkapkan semestinya.

4. Jenis Jenis Audit

1. Pemeriksaan Umum (General Audit), yaitu suatu pemeriksaan umum atas laporan

keuangan yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) yang independen

dengan maksud untuk memberikan opini mengenai kewajaran laporan keuangan

secara keseluruhan.

2. Pemeriksaan Khusus (Special Audit), yaitu suatu bentuk pemeriksaan yang hanya

terbatas pada permintaan auditee yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP)

dengan memberikan opini terhadap bagian dari laporan keuangan yang diaudit,

misalnya pemeriksaan terhadap penerimaan kas perusahaan.

ditinjau dari jenis pemeriksaan maka jenis jenis audit dapat dibedakan atas:

1. Audit Operasional (Management Audit), yaitu suatu pemeriksaan terhadap kegiatan

operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional

yang telah ditetapkan oleh manajemen dengan maksud untuk mengetahui apakah

kegiatan operasi telah dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis.

Prosedur yang biasa digunakan dalam operasional audit ini ialah :

Analytical review procedures

Membadingkan laporan keuangan periode berjalan dengan periode yang lalu,

budget dan realisasinya serta analisis rasio

Evaluasi atas management control system

Tujuannya antara lain untuk mengetahui apakah terdapat sistem pengendalian

manajemen dan pengendalian intern yang memadai dalam perusahaan, untuk


menjamin keamanan harta perusahaan, dapat dipercayainya data keuangan dan

mencegah terjadinya pemborosan dan kecurangan

Pengujian ketaatan

Untuk menilai efektivitas dari pengendalian manajemen dengan melakukan

pemeriksaan secara sampling atas bukti bukti pembukuan, sehingga bisa

diketahui apakah transaksi bisnis perusahaan dan pencatatan akuntansinya

sudah dilakukan sesuai dengan kebijakan yang ditentukan oleh manajemen

Tahapan dalam suatu manajemen audit :

1.) Survei pendahuluan

2.) Penelaahan dan pengujian atas sistem pengendalian manajemen

3.) Pengujian terinci

4.) Pengembangan laporan

2. Pemeriksaan Ketaatan (Complience Audit), yaitu suatu pemeriksaan yang dilakukan

untuk mengetahui apakah perusahaan telah mentaati peraturan-peraturan dan

kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik yang ditetapkan oleh pihak intern perusahaan

maupun pihak ekstern perusahaan.

3. Pemeriksaan Intern (Internal Audit), yaitu pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian

internal audit perusahaan yang mencakup laporan keuangan dan

catatan akuntansi perusahaan yang bersangkutan serta ketaatan terhadap kebijakan

manajemen yang telah ditentukan.

4. Audit Komputer (Computer Audit), yaitu pemeriksaan yang dilakukan oleh Kantor

Akuntan Publik (KAP) terhadap perusahaan yang melakukan proses

data akuntansi dengan menggunakan sistem Elektronic Data Processing (EDP).

Ada dua metode yang dapat digunakan oleh auditor :

Audit Around The Computer


Audit Through The Computer

Sedangkan berdasarkan kelompok atau pelaksana audit, jenis audit dibagi 4 yaitu:

1. Auditor Ekstern

Auditor ekstern/ independent bekerja untuk kantor akuntan publik yang statusnya

diluar struktur perusahaan yang mereka audit. Umumnya auditor ekstern

menghasilkan laporan atas financial audit.

2. Auditor Intern

Auditor intern bekerja untuk perusahaan yang mereka audit. Laporan

auditmanajemen umumnya berguna bagi manajemen perusahaan yang diaudit.

Oleh karena itu tugas internal auditor biasanya adalah audit manajemen yang

termasuk jenis compliance audit.

3. Auditor Pajak

Auditor pajak bertugas melakukan pemeriksaan ketaatan wajib pajak yang diaudit

terhadap undangundang perpajakan yang berlaku.

4. Auditor Pemerintah

Tugas auditor pemerintah adalah menilai kewajaran informasi keuangan yang disusun

oleh instansi pemerintahan. Disamping itu audit juga dilakukan untuk menilai

efisiensi, efektifitas dan ekonomisasi operasi program dan penggunaan barang

milik pemerintah. Dan sering juga audit atas ketaatan pada peraturan yang

dikeluarkan pemerintah. Auditing yang dilaksanakan oleh pemerintahan dapat

dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atau Badan Pemeriksa

Keuangan dan Pembangunan (BPKP).


5. AUDITING DAN MASALAH RESIKO
Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevalauasian bahan bukti tentang
informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang
kompoten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi
dimaksud dengan kreiteria-kriteria yang ditentukan.

6. RESIKO OPERASIONAL
Risiko Operasional, adalah risiko yang antara lain disebabkan adanya
ketidakcukupan dan atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan
sistem. Atau adanya problem eksternal yang mempengaruhi operasional perusahaan
Kegagalan satu atau lebih dari faktor-faktor ini dapat menyebabkan risiko
operasional, antara lain: 1) Manusia: ketidaktahuan (lack of competency),kecurangan (fraud).
2)Proses dan Prosedur: ketidaklengkapan prosedur; prosedur yang tidak memperhatikan
sistem pengendalian internal, proses yang tidak mengandung maker, checker dan signer,
tidak ada segregation of duty, delegasi wewenang yang tidak tepat. 3)Sistem: teknologi dan
perangkat pendukung operasional yang tidak tepat dan tidak lengkap. 4) Faktor Eksternal:
faktor di luar kontrol perusahaan seperti bencana alam, kerusuhan, terorisme, kebakaran,
perampokan, dll.
Jika bergerak di bidang usaha (bisnis), maka bisnis setiap kali harus berhadapan
dengan berbagai sifat manusia yang tidak luput dari kesalahan, proses yang tidak sempurna,
dan teknologi yang sulit dikendalikan. Risiko operasional ini makin menjadi perhatian kita
akhir-akhir ini, dengan semakin banyaknya kasus atau peristiwa yang terjadi di lingkungan
sekitar kita. Adanya berbagai kasus, seperti pada Enron, Worldcom, membuat perhatian
orang terhadap adanya risiko operasional makin meningkat. Oleh karena itu perlu diadakan
pendekatan yang lebih aktif dan proaktif, karena:
1. Penelitian bencana keuangan besar periode yang lalu (Barings, Kidder, Daiwa)
mengidentifikasikan bahwa masalah risiko operasional sebagai penyebab utama.
Sebab itu, masalah risiko operasional harus dikelola sebagai bagian manajemen risiko
perusahaan.
2. Risiko operasional seringkali terkait dengan risiko kredit dan risiko pasar, kegagalan
risiko operasional dalam kondisi pasar yang tertekan mempunyai potensi
menimbulkan kerugian yang besar. Contoh, dalam kasus Barings, terjadi karena
pengawasan manajemen yang tidak efektif atas operasi perdagangan di Singapura,
dan penurunan yang tajam di bursa Nikkei pasca gempa bumi, yang membuat Bank
yang berusia 233 tahun bangkrut dan rugia miliaran dolar.
3. Jika risiko operasional tidak dikelola sebagai disiplin risiko yang berbeda, dapat
mengabaikan masalah risiko yang penting, serta bias dalam mengukur kinerja, yang
berakibat pada risko keputusan manajemen yang kurang tepat, karena informasi yang
tidak akurat.

7. RESIKO INFORMASI
Penggunaan TI yang meningkatkan pengendalian internal perusahaan juga ternyata
bisa resiko pengendalian suatu perusahaan secara keseluruhan. Terdapat banyak risiko dalam
sistem manual yang bisa dikurangi dan dalam beberapa kasus ada yang dihilangkan. Risiko
ini kan meningkatkan kemungkinan salah siji yang material di dalam laporan keuangan.
Adapun risiko khusus yang ada pada sistem TI mencakup (Arens:2009)
1. Resiko pada perangkat keras dan data, Meliputi hal-hal berikut ini:
- Ketergantungan pada kemampuan berfungsinya suatu perangkat keras dan lunak.
Perangkat keras dan lunak tidak bisa berfungsi dengan baik jika tidak diiringi
dengan perlindungan fisik yang layak. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk
melindungi secara fisik perangkat lunak, perangkat keras dan data yang terkait
dari kerusakan fisik yang kemungkinan disebabkan oleh sabotase, penggunaan
yang tidak tepat, atau kerusakan lingkungan.
- Kesalahan sistematis versus kesalahan acak. Ketika suatu organisasi mengganti
prosedur manual dengan prosedur berbasis teknologi maka resiko kesalahan acak
yang merupakan akibat dari keterlibatan manusia bisa berkurang. Akan tetapi,
risiko kesalahan sistematis bisa meningkat karena setelah prosedur tersebut
diprogramkan ke adlam perangkat lunak computer, computer kemudian akan
memroses secara konsisten informasi mengenai semua transaksi sampai prosedur
yang diprogramkan itu diubah. Selain itu, perubahan perangkat lunak dan
pemrograman perangkat lunak yang cacat akan memberikan pengaruh terhadap
reliabilitas pemrosesan computer yang kerap kali menyebabkan banyaknya terjadi
salah saji yang signifikan. Apabila sistem itu tidak diprogram secara khusus untuk
mengenali dan menandai transaksi yang tidak biasa atau jejak audit transaksi yang
tidak memadai maka ini akan meningkatkan resiko salah saji tersebut.
- Akses yang tidak sah. Sistem akuntansi yang berbasis TI kerap kali
memungkinkan akses secara online ke data elektronik yang ada di dalam file
induk, perangkat lunak dan catatan lainnya. Oleh karena akses online yang bisa
dilakukan dari jarak jauh, termasuk oleh pihak eksternal dengan internet, maka
mungkin saja akan terjadi akses yang tidak sah. Jika tidak dilakukan pembatasan
online yang tepat seperti penggunaan kata sandi atau ID pemakai, maka aktivitas
yang tidak sah tersebut bisa dilakukan melalui computer dan ini tentunya akan
menyebabkan program perangkat lunak dan file induk akan mengalami perubahan
yang tidak semestinya.
- Hilangnya data. Pada sistem TI, data sebagian besar disimpan dalam file
elektronik yang terpusat. Hal ini tentunya akan meningkatkan resiko kehilangan
atau kerusakan pada file data secara keseluruhan. Selain itu, juga akan memiliki
konsekuensi yang berat seperti terjadinya salah saji di dalam laporan keuangan
dan pada kasus tertentu akan menyebabkan gangguan serius atau operasi entitas.
2. Jejak audit yang berkurang
Salah saji mungkin saja tidak bisa terdeteksi dengan meningkatnya penggunaan TI
akibat dari hilangnya jejak audit yang nyata dan termasuk juga berkurangnya
keterlibatan manusia. selain itu, komputer akan menggantikan beberapa jenis otorisasi
tradisional ke dalam sistem TI.
- Visibilitas jejak audit. Karena informasi sebagaian besar dimasukkan secara
langsung ke dalam komputer maka penggunaan TI kerap kali akan mengurangi
atau bahkan menghilangkan berbagai dokumen dan catatan sumber yang
memungkinkan informasi akuntansi tersebut ditelusuri organisasi. Dokumen dan
catatan tersebut disebut sebagai jejak audit. Oleh karena hilangnya jejak audit
maka pengendalian lainnya mesti dimasukkan untuk menggantikan kemampuan
tradisional tersebut dalam membandingkan informasi output dengan data salinan
yang telah tercetak.
- Berkurangnya keterlibatan manusia. Dalam sistem TI, para karyawan yang terlibat
dengan pemrosesan awal transaksi tidak pernah sama sekali melihat hasil
akhirnya. Sehingga mereka menjadi kurang mampu dalam mengidentifikasi salah
saji pada pemrosesan. Meskipun ada kesempatan bagi mereka untuk melihat hasil
akhir, namun mereka tetap saja mengalami kesulitan untuk mengenali salah saji
karena hasil yan ditampilkan begitu ringkas. Selain itu, karyawan cenderung
memperhatikan output yang dihasilkan dari penggunaan teknologi sebagai sesuatu
yang dianggap benar karena dihasilkan oleh komputer.
- Kurangnya otorisasi tradisional. Saat ini, sistem TI yang sangat canggih kerap kali
memprakarsai berbagai jenis transaksi tertentu secara otomatis. Sehingga,
otorisasi yang tepat sangat bergantung pada prosedur perangkat lunak dan
keakuratan suatu file induk yang akan digunakan untuk membuat keputusan
otorisasi.
3. Kebutuhan akan pengalaman TI dan pemisahan tugas TI
Suatu sistem TI akan mengurangi pemisahan tugas tradisional (seperti pembukuan,
otorisasi,penyimpanan) dan menciptakan suatu kebutuhan tambahan akan pengalaman
di berbagai bidang TI.
- Berkurangnya pemisahan tugas. Jika suatu organisasi berganti dari sistem manual
ke sistem komputerisasi maka komputer akan melakukan berbagai tugas yang
sebelumnya secara tradisional dipisahkan, seperti pembukuan dan otorisasi.
Penggabungan atas berbagai aktivitas dari beberapa bagian organisasi yang
berbeda ke suatu fungsi TI akan memusatkan tanggung jawab terpisah secara
tradisional. Potensi akan pencurian aktiva yang bisa dilakukan oleh personil TI
yang mempunyai akses ke perangkat lunak dan file induk, dapat teratasi jika
tugas-tugas penting tersebut dipisahkan dalam fungsi TI.
- Kebutuhan akan pengalaman di bidang TI. Walaupuan perusahaan dapat membeli
paket perangkat lunak akuntansi yang khususnya dijual di pasaran, perusahaan
juga harus melakukan perekrutan personil yang mempunyai pengetahuan dan
pengalaman untuk memasang, menjaga dan menjalankan sistem tersebut. Sejalan
dengan meningkatnya penggunaan sistem TI maka kebutuhan akan spesialis TI
yang berkualitas juga akan meningkat. Reliabilitas akan sistem TI dan informasi
yang dihasilkan selalu tergantung pada kemampuan suatu organisasi untuk
memperkerjakan personil atau merekrut para konsultan yang mempunyai
pengetahuan dan pengalaman di bidang teknologi yang sesuai.

8. KEBUTUHAN ATAS JASA AUDIT


Masalah operasional dulu dikelola secara informal, sebagai bagian dari pekerjaan
sehari-hari seorang manajer, yang tak pernah memikirkan bahwa sebetulnya pekerjaannya
merupakan praktek dari manajemen risiko. Berbagai risiko masalah operasional perusahaan
diatas, membuat jasa audit sangat dibutuhkan perusahaan. Selain itu, pengelolaan risiko
operasional umumnya dilakukan oleh bidang audit dan kepatuhan.
Masalah teknologi informasi dibagi sistem TI yang diuraikan dalam standar auditing
terdiri dari (Arens:2009):
- Pengendalian umum (general controls) diimplementasikan pada seluruh aspek
fungsi TI.
- Pengendalian aplikasi (application controls) diimplementasikan pada pemrosesan
transaksi seperti pengendalian atass pemrosesan penjualan ataupun penerimaan
kas.
Laporan keuangan yang merupakan tanggung jawab manajemen perlu diaudit oleh
KAP yang merupakan pihak ketiga yang independen, Karena:
- Jika Tidak diaudit, ada kemungkinan bahwa laporan keuangan tersebut
mengandung kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Karena itu
laporan keuangan yang belum diaudit kurang dipercaya kewajarannya oleh pihak
pihak yang berkepentingan terhdap laporan keuangan tersebut.
- Jika Laporan keuangan sudah diaudit dan mendapat opini unqualified ( wajar
tanpa pengecualian) dari KAP berarti pengguna laporan keuangan bisa yakin
bahwa laporan keuangan
- Tersebut bebas dari salah saji yang material dan sajikan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
- Mulai tahun 2001 perusahaan yang total assetnya Rp. 25 milyar keatas harus
memasukan audited Financial Statements nya ke departemen perdagangan dan
perindustrian.
- Perusahaan yang sudah go public harus memasukan audited financial
statementsnya kebapepam paling lambat 90 hari setelah tahun buku
- SPT yang didukung oleh Audited Financail statement lebih dipercaya oleh pihak
pajak dibandingkan dengan yang didukung oleh laporan keuangan yang belum
diaudit.

Sumber:

Agoes, Sukrisno. 2012. Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan

Publik Buku 1. Jakarta. Salemba Empat

Ebook Arens Auditing & Assurance Services Private Chapter 1

Tuanakotta, Theodorus M. 2015. Audit Kontemporer. Jakarta. Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai