PENDAHULUAN
ditularkan dari orang ke orang. Penyakit ini memiliki banyak kesamaan dengan
penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).
terbesar di Asia Tenggara. Sementara itu, penyakit jantung, stroke, serta paru-paru
kronis adalah contoh penyakit tidak menular yang menjadi tren gaya hidup.
Menurut laporan badan kesehatan dunia (WHO), Penyakit Tidak Menular (PTM)
South East Asia 2008, sebanyak 55 % kematian disebabkan oleh penyakit tidak
meningkat. Hal ini dipicu oleh perubahan pola struktur masyarakat agraris ke
masyarakat industri banyak memberi efek terhadap perubahan pola fertilitas, gaya
hidup dan sosial ekonomi. Perubahan ini disebut sebagai transisi epidemiologi
tinggi kadar lemaknya. Perubahan gaya hidup seperti perubahan pola makan yang
beralih ke sajian siap santap yang mengandung banyak lemak, protein, dan tinggi
garam tetapi rendah serat pangan, membawa konsekuensi sebagai salah satu faktor
Indonesia sendiri terdapat perubahan pola makan, yang mengarah pada makanan
cepat saji dan yang diawetkan, yang mengandung tinggi garam, lemak jenuh, dan
2014).
geografis, jenis kelamin, diet, obesitas, stress, gaya hidup, dan penggunaan alat
pada dasarnya adalah sama karena hipertensi merupakan peningkatan dari pre
sejumlah 839 juta kasus hipertensi, diperkirakan menjadi 1,15 milyar pada tahun
2025 atau sekitar 29% dari total penduduk dunia, dimana penderitanya lebih
banyak pada wanita (30%) dibanding pria (29%). Sekitar 80% kenaikan kasus
27% pada tahun 2008. Namun di sisi lain, terjadi peningkatan di negara-negara
berkembang seperti di Afrika dan Asia Tenggara. Pada tahun 1999, National
pre hipertensi adalah 31% di Amerika Serikat. Kemudian pada sebuah survei yang
diadakan di Taiwan melaporkan bahwa 34% orang dewasa memiliki pre hipertensi
tekanan darah tinggi ditemukan dari setiap tiga orang atau 65 juta orang dan 28%
atau 59 juta orang mengidap pre hipertensi. Semua orang yang mengidap
hipertensi hanya satu pertiganya yang mengetahui keadaannya dan hanya 61%
medikasi. Dari penderita yang mendapat medikasi hanya satu pertiga mencapai
Berdasarkan laporan WHO tahun 2013, Afrika Selatan justru menjadi negara
yang memiliki tingkat hipertensi paling tinggi di dunia yaitu sebanyak 78% pada
orang dewasa yang usianya diatas 50 tahun. Hanya 1 dari 10 orang penderita
dialaminya. Tim peneliti yang dibentuk oleh WHO yang bernama SAGE atau
72% orang dewasa di negara Rusia. Angka prevalensi yang lebih rendah terdapat
di beberapa negara seperti 58% di Meksiko, 57% di Ghana, 53% di China, serta
merupakan faktor utama kerusakan otak, ginjal dan jantung jika tidak terdeteksi
(InaSH, 2014).
besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis. Hal ini terlihat dari hasil
hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%, dimana hanya 7,2% penduduk yang sudah
mengetahui memiliki hipertensi dan hanya 0,4% kasus yang minum obat
hipertensi. Hal ini menunjukkan, 76% kasus hipertensi pada masyarakat belum
menjadi masalah yang lebih besar jika tidak ditanggulangi sejak dini (Depkes,
2012).
Indonesia pada kelompok usia 15-24 tahun adalah 8,7 %, pada kelompok usia 25-
34 tahun adalah 14,7 %, 35-44 tahun 24,8 %, 45-54 tahun 35,6 %, 55-64 tahun
45,9 %, 65-74 tahun 57,6 %, dan lebih dari 75 tahun adalah 63,8 %. Dengan
prevalensi yang tinggi tersebut, hipertensi yang tidak disadari mungkin jumlahnya
lebih sedikit daripada hipertensi tidak bergejala (InaSH, 2014). Berdasarkan Riset
wawancara (apakah pernah didiagnosis nakes dan minum obat hipertensi) dari 7,6
% pada tahun 2007 menjadi 9,5 %. Prevalensi hipertensi pada penduduk umur >
Kebumen, Jawa Tengah tahun 2006 dari 102 orang responden, terdapat 12,7%
penderita pre hipertensi dan 87,3 % penderita hipertensi. Dalam penelitian ini
(Puskesmas) Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, dari 111 dewasa muda
hipertensi. Dalam penelitian ini juga di dapat perempuan lebih banyak menderita
pre hipertensi yaitu 36%, sedangkan laki-laki lebih banyak menderita hipertensi