Masalah Kesehatan
Merupakan suatu penyakit infeksi akut maupun kronik yang disebabkan oleh parasit
aseksual dalam darah, dengan gejala demam, menggigil, anemia, dan pembesaran
limpa.
Keluhan
Demam hilang timbul, pada saat demam hilang disertai dengan menggigil,
berkeringat, dapat disertai dengan sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nafsu
Faktor Risiko
Pemeriksaan Fisik
Tanda Patognomonis
Kulit terlihat memerah, teraba panas, suhu tubuh meningkat dapat sampai di
1
Nadi teraba cepat
Kepala: Konjungtiva anemis, sklera ikterik, bibir sianosis, dan pada malaria serebral
Abdomen: Teraba pembesaran hepar dan limpa, dapat juga ditemukan asites.
Ginjal: bisa ditemukan urin berwarna coklat kehitaman, oligouri atau anuria.
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis Klinis
Klasifikasi
2
2. Malaria vivaks ditemukan Plasmodium vivax.
Diagnosis Banding
1. Demam Dengue
2. Demam Tifoid
3. Leptospirosis
Lini pertama: dengan Fixed Dose Combination = FDC yang terdiri dari
Untuk dewasa dengan Berat Badan (BB) sampai dengan 59 kg diberikan DHP
peroral 3 tablet satu kali per hari selama 3 hari dan Primakuin 2 tablet sekali sehari
satu kali pemberian, sedang untuk BB >.60 kg diberikan 4 tablet DHP satu kali
sehari selama 3 hari dan Primaquin 3 tablet sekali sehari satu kali pemberian.
Dosis DHA = 2-4 mg/kgBB (dosis tunggal), Piperakuin = 16-32 mg/kgBB (dosis
(3x/ hari selama 7 hari), Doksisiklin = 3,5 mg/kgBB per hari (dewasa, 2x/hr selama7
3
hari), 2,2 mg/kgBB/hari (8-14 tahun, 2x/hr selama7 hari), Tetrasiklin = 4-5
Lini kedua: Kina + Primakuin. Dosis kina = 10 mg/kgBB/kali (3x/hr selama 7 hari),
- Diberikan lagi regimen DHP yang sama tetapi dosis primakuin ditingkatkan menjadi
0,5 mg/kgBB/hari.
- Dugaan relaps pada malaria vivax adalah apabila pemberian Primakiun dosis 0,25
mg/kgBB/hr sudah diminum selama 14 hari dan penderita sakit kembali dengan
parasit positif dalam kurun waktu 3 minggu sampai 3 bulan setelah pengobatan.
Cukup diberikan DHP 1 kali perhari selama 3 hari dengan dosis sama dengan
pengobatan malaria lainnya dan dengan dosis sama dengan pengobatan malaria
Pada penderita dengan infeksi campuran diberikan DHP 1 kali per hari selama 3
hari, serta DHP 1 kali per hari selama 3 hari serta Primakuin dosis 0,25 mg/kgBB
selama 14 hari.
4
Pengobatan malaria pada ibu hamil
Trimester pertama:
hari sebelum pergi hingga 4 minggu setelah keluar/pulang dari daerah endemis.
Komplikasi
1. Malaria serebral.
2. Anemia berat.
5. Hipoglikemia.
7. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, alat pencernaan dan atau disertai
penyakitnya.
5
Kriteria Rujukan
Malaria berat, namun pasien harus terlebih dahulu diberi dosis awal
Artemisinin atau Artesunat per Intra Muskular atau Intra Vena dengan dosis
Sarana Prasarana
Prognosis
Referensi
Rekam Medik
6
REFERENSI LAIN:
Diagnosis
Apusan darah positif atau tes diagnosis cepat (RDT) positif untuk malaria.
o perubahan kesadaran
o gangguan pernapasan
o ikterik.
Catatan: jika anak yang tinggal di daerah malaria mengalami demam, tetapi
tidak mungkin untuk melakukan konfirmasi dengan apusan darah, obati anak
untuk malaria.
Tatalaksana
Obati anak secara rawat jalan dengan obat anti malaria lini pertama, seperti yang
saat ini adalah kombinasi artemisinin sebagai obat lini pertama (lihat rejimen yang
maupun kedua karena tingginya angka resistensi terhadap obat ini di banyak negara
7
Berikan pengobatan selama 3 hari dengan memberikan rejimen yang dapat dipilih di
bawah ini :
o SP : 25 mg (Sulfadoksin)/kgBB/dosis tunggal
o Lumefantrin : 20 mg/kgBB
o Tablet kombinasi ini dibagi dalam dua dosis dan diberikan selama 3
hari.
Amodiakuin ditambah SP. Tablet terpisah 153 mg amodiakuin basa dan 500
mg sulfadoksin/25 mg pirimetamin
o SP : 25 mg (Sulfadoksin)/kgBB/dosis tunggal
8
Untuk Malaria falsiparum khusus untuk anak usia > 1 tahun tambahkan primakuin
0.75 mg-basa/kgBB/dosis tunggal selama 1 hari. Untuk vivax, ovale dan malariae
Komplikasi
Pemberian zat besi pada malaria dengan anemia ringan tidak dianjurkan, kecuali
bila disebabkan oleh defisiensi besi. Jangan beri zat besi pada anak dengan gizi
Tindak lanjut
Minta ibu untuk kunjungan ulang jika demam menetap setelah obat diminum
berturut-turut dalam 3 hari, atau lebih awal jika kondisi anak memburuk. Ibu juga
Jika hal ini terjadi: periksa apakah anak memang minum obatnya dan ulangi apusan
darah. Jika obat tidak diminum, ulangi pengobatan. Jika obat telah diberikan namun
hasil apusan darah masih positif, berikan obat anti-malaria lini kedua. Lakukan
penilaian ulang pada anak untuk mengetahui dengan jelas kemungkinan lain
9
penyebab demam (lihat bagian-bagian lain dari bab
ini).
Jika demam timbul setelah pemberian obat anti malaria lini kedua (kina dan
doksisiklin untuk usia >8 tahun), minta ibu untuk kunjungan ulang untuk menilai
mengancam jiwa anak. Penyakit ini diawali dengan demam dan muntah yang sering.
Anak bertambah parah dengan cepat dalam waktu 1-2 hari, menjadi koma (malaria
serebral) atau syok, atau mengalami kejang, anemia berat dan asidosis.
Diagnosis
Anamnesis
lemah (prostration).
Pemeriksaan
Demam
Kejang umum
Lemah yang sangat, sehingga anak tidak bisa lagi berjalan atau duduk tanpa
bantuan
Ikterik
10
Syok
Sangat pucat.
Pemeriksaan Laboratorium
Selain itu, pada semua anak yang dicurigai malaria berat, lakukan pemeriksaan:
Hematokrit
Bila dicurigai malaria serebral (misalnya pada anak yang mengalami koma tanpa
sebab yang jelas) dan bila tidak ada kontra-indikasi, lakukan pungsi lumbal untuk
tidak dapat disingkirkan, beri pula pengobatan untuk hal ini (lihat bagian 6.5).
Jika hasil temuan klinis mencurigai malaria berat dan hasil asupan darah negatif,
Tatalaksana
Tindakan gawat darurat harus dilakukan dalam waktu satu jam pertama:
11
Atasi kejang sesuai dengan tatalaksana kejang
di bagian selanjutnya)
Jika anak tidak sadar, pasang pipa nasogastrik dan isap isi lambung secara
Mulai pengobatan dengan obat anti malaria yang efektif (lihat bawah).
Pengobatan Antimalaria
Jika konfirmasi apusan darah untuk malaria membutuhkan waktu lebih dari satu jam,
yang diikuti dengan 2.4 mg/kg IV atau IM setelah 12 jam, selanjutnya setiap
hari 2.4 mg/kgBB/hari selama minimum 3 hari sampai anak bisa minum obat
anti malaria per oral. Bila artesunat tidak tersedia bisa diberikan alternatif
pengobatan dengan:
dengan 1.6 mg/kg IM per harinya selama paling sedikit 3 hari hingga anak
yang kecil.
cairan NaCl 0.9% 10 ml/kgBB selama 4 jam. Delapan jam setelah dosis awal,
berikan 10 mg/kgBB dalam cairan IV selama 2 jam dan ulangi tiap 8 jam
sampai anak bisa minum obat. Kemudian, berikan dosis oral untuk
12
menyelesaikan 7 hari pengobatan atau berikan satu dosis SP bila tidak ada
resistensi terhadap SP tersebut. Jika ada resistensi SP, berikan dosis penuh
terapi kombinasi artemisinin. Dosis awal kina diberikan hanya bila ada
tetesan infus. Jika ini tidak memungkinkan, lebih aman untuk memberi obat
kina intramuskular.
Kina intramuskular. Jika obat kina melalui infus tidak dapat diberikan,
Perawatan Penunjang
adalah pembesaran hati. Tanda lainnya adalah irama derap, fine crackles
13
(ronki) pada dasar paru dan/atau peningkatan JVP. Edema kelopak mata
intravena dengan dosis awal 1 mg/kgBB. Jika tidak ada reaksi, gandakan
dosis dengan interval tiap jam hingga maksimal 8 mg/kgBB (diberikan selama
15 menit).
kebutuhan.
Komplikasi
Berikan perawatan seksama dan beri perhatian khusus pada jalan napas,
meningitis bakteri).
Kejang umumnya terjadi sebelum dan sesudah koma. Jika timbul kejang,
berikan antikonvulsan.
14
Anemia Berat
Anemia berat ditandai dengan kepucatan yang sangat pada telapak tangan, sering
diikuti dengan denyut nadi cepat, kesulitan bernapas, kebingungan atau gelisah.
Tanda gagal jantung seperti irama derap, pembesaran hati dan, terkadang, edema
paru (napas cepat, fine basal crackles dalam pemeriksaan auskultasi) bisa
ditemukan.
dehidrasi
syok
penurunan kesadaran
pernapasan Kusmaull
gagal jantung
mengandung parasit).
Berikan packed red cells (10 ml/kgBB), jika tersedia, selama 34 jam. Jika
tidak tersedia, berikan darah utuh segar (fresh whole blood) 20 ml/kgBB
selama 34 jam.
Periksa frekuensi napas dan denyut nadi setiap 15 menit. Jika salah satunya
mengalami kenaikan, berikan transfusi dengan lebih lambat. Jika ada bukti
15
Setelah transfusi, jika Hb tetap rendah, ulangi transfusi.
Pada anak dengan gizi buruk, kelebihan cairan merupakan komplikasi yang
umum dan serius. Berikan fresh whole blood 10 ml/kgBB hanya sekali.
Hipoglikemia
Hipoglikemia (gula darah: < 2.5 mmol/liter atau < 45 mg/dl) lebih sering terjadi pada
pasien umur < 3 tahun, yang mengalami kejang dan/atau hiperparasitemia, dan
pasien koma.
darah dalam waktu 30 menit dan ulangi pemberian glukosa (5 ml/kgBB) jika
Cegah agar hipoglikemia tidak sampai parah pada anak yang tidak sadar dengan
untuk berat badan anak (lihat bagian 10.2). Jika anak menunjukkan tanda kelebihan
cairan, batasi cairan parenteral; ulangi pemberian glukosa 10% (5 ml/kgBB) dengan
Bila anak sudah sadar dan tidak ada muntah atau sesak, stop infus dan berikan
Distres pernapasan ditandai dengan pernapasan yang cepat dan dalam (Kusmaull)
kadang disertai dengan tarikan dinding dada bagian bawah. Hal ini disebabkan
oleh asidosis metabolik (sering lactic acidosis) dan sering terjadi pada pasien
16
malaria serebral atau anemia berat. Atasi penyebab reversibel asidosis, terutama
Pemantauan
Anak dengan kondisi ini harus berada dalam observasi yang sangat ketat.
Pantau dan laporkan segera bila ada perubahan derajat kesadaran, kejang,
Pantau suhu badan, denyut nadi, frekuensi napas, tekanan darah setiap 6
Pantau kadar gula darah setiap 3 jam hingga anak sadar sepenuhnya.
Catat semua cairan masuk (termasuk cairan intravena) dan cairan keluar.
17
MALARIA
daerah tropis dan sub tropis serta dapat mematikan atau membunuh lebih dari satu
juta manusia di seluruh dunia di setiap tahunnya dan merupakan salah satu masalah
risiko tinggi yaitu bayi, anak balita, ibu hamil, selain itu malaria secara langsung
menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja. Penyakit ini juga
penyakit malaria banyak hal yang sudah maupun sedang dilakukan baik dalam skala
diperkirakan 56% dari penduduk dunia hidup di daerah endemis dan penyakit
daerah endemis penyakit malaria dan 60% penduduknya tinggal di daerah endemis
Nusa Tenggara Timur, Maluku Utara, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Barat, Bangka
Belitung, Sumatra Selatan, Bengkulu, dan Riau masih tinggi. Angka Annual Malaria
Incidence (AMI) di luar Jawa yaitu 16 per 1000 penduduk pada tahun 1997,
meningkat menjadi 31 per 1000 penduduk pada tahun 2001 dan menjadi 46,5 per
1000 penduduk pada tahun 2003. Selain angka AMI, angka Annual Parasite
Incidence (API) juga masih tinggi di daerah Jawa-Bali, yaitu 0,07 per 1000 penduduk
pada tahun 1995 menjadi 0,22 per 1000 penduduk pada tahun 2003. Upaya
18
II. Epidemiologi Penyakit Malaria
menyerang negara dengan penduduk padat. Pada negara yang beriklim dingin
sudah tidak ditemukan lagi daerah endemik malaria. Namun demikian, malaria
masih merupakan persoalan kesehatan yang besar di daerah tropis dan sub tropis
seperti di Brasil, Asia Tenggara dan seluruh sub-tropis Afrika (Widiyono, 2008: 111).
Plasmodium vivax tersebar di daerah tropis dan subtropis dan beriklim panas seperti
daerah Timur Tengah, Iran, Pakistan, Bangladesh, India, Sri Langka, Myanmar,
Thailand, Malaysia, Indonesia, Amerika Tengah dan Amerika Selatan, Afrika bagian
panas dan lembab. Di daerah barat yang beriklim tropis, Afrika Tengah dan
beberapa daerah di Afrika Timur, di beberapa daerah di Timur Tengah, India bagian
daerah tropis Afrika, Amerika Selatan, India, Sri Langka, dan Malaysia (Yatim,
Faisal, 2007).
Menurut survei kesehatan rumah tangga tahun 2001, terdapat 15 juta kasus
Indonesia tinggal di daerah yang beresiko tertular malaria. Dari 484 Kabupaten/Kota
orang, menurut laporan di provinsi Jawa Tengah 1999, Annual Paracitic index (API)
19
Plasmodium vivax. Angka prevalensi malaria di provinsi Jawa Tengah terus
menurun dari tahun ke tahun mulai dari 0,51 pada tahun 2003, menurun menjadi
0,15 dan berkurang lagi menjadi 0,07 pada tahun 2005 (Widiyono, 2008: 111).
melalui dua cara yaitu cara alamiah (melalui gigitan nyamuk Anopheles) dan bukan
alamiah yang terdiri dari malaria bawaan (kongenital) yang disebabkan oleh infeksi
dari ibu kepada bayi yang di kandungnya serta penularan secara mekanik terjadi
melalui transfusi darah dan jarum suntik (Harijanto, PN. 2007: 1732).
dan nyamuk. Siklus aseksual di dalam hospes vertebrata dikenal sebagai skizogoni,
sporogoni. Sporozoit yang aktif dapat ditularkan ke dalam tubuh manusia melalui
ludah nyamuk, kemudian menempati jaringan parenkim hati dan tumbuh sebagai
tumbuh dan tetap tidur (dormant) yang disebut hipnozoit. Sel hati yang berisi parasit
20
akan pecah dan terjadilah merozoit. Merozoit akan masuk ke dalam eritrosit
(stadium eritrositer).
yang berada dalam kelenjar liur nyamuk akan masuk ke dalam peredaran darah
selama lebih kurang 30 menit. Setelah itu sporozoit akan masuk ke dalam sel hati
dan menjadi tropozoit hati. Kemudian berkembang menjadi skizon hati yang terdiri
dari 10.000 sampai 30.000 merozoit hati. Siklus ini disebut siklus eksoeritrositer
yang berlangsung selama lebih kurang 2 minggu. Pada Plasmodium vivax dan
skizon, tetapi ada yang menjadi bentuk dorman yang disebut hipnozoit. Hipnozoit
tersebut dapat tinggal di dalam sel hati selama berbulan-bulan sampai bertahun-
tahun. Pada suatu saat bila imunitas tubuh menurun, akan menjadi aktif sehingga
Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk ke dalam
peredaran darah dan menginfeksi sel darah merah. Di dalam sel darah merah,
parasit tersebut berkembang dari stadium tropozoit sampai skizon (8-30 merozoit).
terinfeksi (skizon) pecah dan merozoit yang keluar akan menginfeksi sel darah
merah lainnya. Siklus ini disebut siklus eritrositer. Setelah 2-3 siklus skizogoni darah,
sebagian merozoit yang menginfeksi sel darah merah dan membentuk stadium
seksual yaitu gametosit jantan dan betina (Menteri Kesehatan RI. 2008:2)
gametosit, di dalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan betina melakukan pembuahan
21
menjadi zigot. Zigot berkembang menjadi ookinet kemudian menembus dinding
lambung nyamuk. Pada dinding luar lambung nyamuk ookinet akan menjadi ookista
dan selanjutnya menjadi sporozoit. Sporozoit ini akan bersifat infektif dan siap
ditularkan ke manusia. Masa inkubasi adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk
sampai timbulnya gejala klinis yang ditandai dengan demam. Masa inkubasi
sejak sporozoit masuk sampai parasit dapat dideteksi dalam darah dengan
V. Patogenesis Malaria
Patogenesis malaria akibat dari interaksi kompleks antara parasit, inang dan
hal ini menunjukkan adanya kelainan eritrosit selain yang mengandung parasit.
Diduga terdapat toksin malaria yang menyebabkan gangguan fungsi eritrosit dan
sebagian eritrosit pecah saat melalui limpa sehingga parasit keluar. Faktor lain yang
mudah pecah. Dalam limpa dijumpai banyak parasit dalam makrofag dan sering
terjadi fagositosis dari eritrosit yang terinfeksi maupun yang tidak terinfeksi. Pada
22
mempertahankan kehidupan parasit. Perubahan tersebut meliputi mekanisme,
Selain itu eritrosit juga dapat melekat pada eritrosit yang tidak terinfeksi sehingga
dalam sirkulasi. Parasit dalam eritrosit matur yang tinggal dalam jaringan
lainnya seluruh siklus terjadi pada pembuluh darah perifer. Sekuestrasi terjadi pada
organ-organ vital dan hampir semua jaringan dalm tubuh. Sekustrasi tertinggi
terdapat di otak, diikuti dengan hepar dan ginjal, paru, jantung dan usus. Sekuestrasi
ini memegang peranan utama dalam patofisiologi malaria berat. Rosseting adalah
suatu fenomena perlekatan antara satu buah eritrosit yang mengandung merozoit
matang yang di selubungi oleh sekitar 10 atau lebih eritrosit non parasit sehingga
berbentuk seperti bunga. Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya rosseting
adalah golongan darah dimana terdapatnya antigen golongan darah A dan B yang
bertindak sebagai reseptor pada permukaan eritrosit yang tidak terinfeksi parasit.
Rosseting menyebabkan obstruksi aliran darah lokal atau dalam jaringan sehingga
A. Masa inkubasi
23
Ovale 17 (16-18) hari 48
B. Keluhan-keluhan prodromal
malaise, lesu, sakit kepala, sakit tulang belakang (punggung), nyeri pada tulang dan
otot, anoreksia, rasa tidak enak di perut, diare ringan dan kadang-kadang merasa
dingin di punggung. Keluhan prodromal sering terjadi pada P. vivax dan P. ovale,
C. Gejala-gejala umum
1. Periode dingin
saat menggigil, sering seluruh badan gemetar dan gigi-gigi saling terantuk, pucat
sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung antara 15 menit
2. Periode panas
Muka penderita terlihat merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan
panas badan tetap tinggi dapat sampai 40C atau lebih, penderita membuka
dapat terjadi syok (tekanan darah turun). Periode ini lebih lama dari fase dingin,
24
3. Periode berkeringat
Penderita berkeringat mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai basah
temperatur turun, penderita merasa capek dan sering tertidur. Bila penderita bangun
Anemia merupakan gejala yang sering dijumpai pada infeksi malaria, dan
lebih sering dijumpai pada penderita daerah endemik terutama pada anak-anak dan
ibu hamil. Beberapa mekanisme terjadinya anemia adalah pengrusakan eritrosit oleh
Splenomegali akan teraba setelah 3 hari dari serangan infeksi akut dimana
akan terjadi bengkak, nyeri dan hiperemis. Limpa merupakan organ yang penting
metabolisme, antigenik dan rheological dari eritrosit yang terinfeksi (Harijanto, P.N.
2009:87-89)
pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopik atau tes diagnostic cepar (RDT-
A. Anamnesis
a. Keluhan utama: demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit kepala,
25
b. Riwayat bepergian dan bermalam di daerah endemik malaria dalam satu bulan
terakhir
g. Kecurigaan adanya tersangka malaria berat dapat dilihat dari adanya satu gejala
atau lebih, yaitu gangguan kesadaran, kelemahan atau kelumpuhan otot, kejang-
kejang, kekuningan pada mata atau kulit, adanya perdarahan hidung atau gusi,
muntah darah atau berak darah. Selain itu, keadaan panas yang sangat tinggi,
muntah yang terjadi terus menerus, perubahan warna kencing menjadi seperti teh,
B. Pemeriksaan fisik
C. Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan mikroskopik
menjadi preparat darah (SDr, sediaan darah) tebal dan preparat darah tipis untuk
mengetahui ada tidaknya parasit malaria dalam darah. Melalui pemeriksaan ini
kuantitatif dengan menghitung parasit dalam lapangan pandang besar (LPB) dengan
26
(-) : SDr negatif (tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB)
Perhitungan kepadatan secara kuantitatif pada SDr tebal adalah menghitung jumlah
parasit per 200 leukosit. Pada SDr tipis perhitungan jumlah parasit per 1.000 eritrosit
- Pada infeksi plasmodium falciparum, sediaan apus darah tepi dijumpai parasit
muda bentuk cincin (ring form), dapat juga di temukan gametosit ataupun skizon
(pada kasus berat yang biasanya disertai dengan komplikasi). Khas gambaran
gametosit bentuk pisang dan terdapat bintik Maurer pada sel darah merah.
apus darah tipis maupun tebal dijumpai semua bentuk parasit aseksual dari bentuk
ringan sampai skizon, sel darah merah membesar, terdapat titik Schuffner pada sel
telah matang. Pada sediaan apus darah tepi tipis maupun tebal dapat dijumpai
semua bentuk parasit aseksual. Parasit pada sediaan darah tepi tipis berbentuk
khas seperti pita (band form), skizon berbentuk bunga ros (rosette form), tropozoit
kecil bulat dan kompak berisi pigmen yang menumpuk, kadang- kadang menutupi
Pada kasus kejadian luar biasa (KLB) biasanya dibutuhkan tes yang cepat
27
malaria dalam darah dengan cara imunokromatografi, dalam bentuk dipstik.
Dibandingkan dengan uji mikroskopik, tes ini mempunyai kelebihan yaitu hasil
pengujian dengan cepat dapat diperoleh, tapi lemah dalam spesifitas dan
sensivitasnya. Tes yang tersedia di pasaran saat ini mengandung: HRP-2 (Histidine
rich protein) yang diproduksi oleh tropozoit, skizon dan gametosis muda Plasmodium
falciparum dan enzim parasit lactate dehydrogenase (p-LDH) dan aldolase yang
2008: 115).
Malaria tanpa komplikasi antara lain sebagai berikut: Demam tifoid, Demam
dengue, lnfeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), Leptospirosis ringan, lnfeksi virus
akut lainnya.
Malaria berat atau malaria dengan komplikasi antara lain sebagai berikut:
Sepsis, Demam berdarah dengue atau Dengue Shock Syndrome (Harijanto, PN.
2007: 1737).
mg) adalah 18 mg/kg BB/ hari 1 kali sehari selama 3 hari. Dapat juga diberi obat
28
ACT yang lain misalnya, artesunate + mefloquine, artemether + lumefantrine,
artesunate + amodiaquine.
pertama tidak efektif dimana ditemukan gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit
b) Lini kedua :
dapat diberikan pengobatan obat kombinasi peroral selama tiga hari dengan dosis
hari dikombinasi dengan primakuin 0,25 mg/kgBB/hari 1 kali sehari selama 14 hari.
Jika resisten klorokuin : maka menggunakan terapi ACT yaitu, DHA+PPQ dan
primakuin.
29
D. Pengobatan malaria vivax berat
ini masih berkisar 10-50%. Penatalaksanaan kasus malaria berat pada prinsipnya
meliputi.
A. Tindakan Umum
tindakan perlu dilakukan pada penderita dengan dugaan malaria berat berupa
1. bebaskan jalan napas dan mulut untuk menghindari terjadinya asfiksia, bila perlu
beri oksigen.
4. pantau tekanan darah, warna dan temperature. bila hipotensi lakukan posisi
Tredenlenburgs.
30
5. lakukan pemeriksaan darah tebal ulang untuk konfirmasi diagnosis
Sirculation (sirkulasi): periksa nadi, tekanan darah , penilaian turgor kulit, JVP. Jaga
Airway (jalan napas): jaga jalan napas agar selalu bersih, tanpa hambatan, dengan
cara: - membersihkan jalan napas, tempat tidur datar tanpa bantal dan mencegah
aspirasi cairan lambung masuk ke saluran napas dengan cara mengatur posisi
Breathing (pernapasan): bila takipneu atau pernapasan asidosis beri oksiggen dan
rujuk ke ICU
B. Pengobatan Simptomatik
- Artemeter Intramuskular
di lapangan atau Puskesmas tanpa fasilitas perawatan. Obat ini tidak boleh
31
1. cara pemberian artesunat
asam artesunik dan pelarut dalam ampul yang berisi 0,6 ml natrium bikarbonat 5%.
artesunik dengan larutan 0,6 ml natrium bikarbonat 5%. Kemudian ditambah larutan
Dextrose 5% sebanyak 3-5 ml. Artesunat diberikan dengan loading dose secara
bolus: 2,4 mg/kgbb per-iv selama 2 menit, dan diulang setelah 12 jam dengan
dosis yang sama. Selanjutnya artesunat diberikan 2,4 mg/kgbb per-iv satu kali sehari
sampai penderita mampu minum obat. Larutan artesunat ini juga bisa diberikan
secara intramuskular (i.m.) dengan dosis yang sama. Bila penderita sudah dapat
dikombinasikan dengan doksisiklin 2 x 100 mg/ hari selama 7 hari untuk mencegah
sehari sampai penderita mampu minum obat. Bila penderita sudah dapat minum
Kina per-infus masih merupakan obat alternatif untuk malaria berat pada
daerah yang tidak tersedia derivat artemisinin parenteral, dan pada ibu hamil
32
trimester pertama Obat ini dikemas dalam bentuk ampul kina dihidroklorida 25%,
a. Dosis dan cara pemberian kina pada orang dewasa termasuk untuk ibu
hamil
Kina merupakan obat anti-malaria yang sangat efektif untuk semua jenis
sebagai obat utama untuk malaria berat karena masih berefek kuat terhadap
Dextrose ( atau NaCl 0,9%) selama 4 jam, dan segera dilanjutkan dengan 10 mg/Kg
diberikan dengan dosis yang sama diberikan tiap 8 jam. Apabila penderita sudah
sadar, kina diberikan peroral dengan dosis 3x 400 - 600 mg selama 7 hari dihitung
dari pemberian hari I parenteral. Dosis loading tidak dianjurkan untuk penderita yang
telah mendapat kina atau meflokuin 24 jam sebelumnya. Hati-hati pemberian pada
usia lanjut.
suntikan, kemudian diikuti dengan dosis 10 mg/Kg BB tiap 8 jam sampai penderita
dapat minum per oral. Kina tidak diberikan intra-vena (i.v) bolus karena efek toksik
pada jantung dan saraf. Apabila harus diberikan i.v caranya dengan mengencerkan
dengan 30-50 ml cairan isotonis dan diberikan i.v lambat (dengan pompa infus)
33
karenanya perlu diperiksa gula darah / 4-8 jam. Bila pemberian sudah 48 jam dan
belum ada perbaikan, dan/ atau penderita dengan gangguan fungsi hepar/ ginjal
fungsi organ lebih baik daripada kegagalan 2 fungsi organ (Menteri Kesehatan RI,
2008: 36).
1. Edukasi tentang penularan, gejala dan tanda, dampak, serta pencegahan malaria
3. Kemoprofilaksis
34
Regimen Indikasi Dosis dewasa
resisiten klorokuin
Doksisiklin alternatif terhadap 100 mg per oral, sekali sehari, dimulai 2hari
klorokuin
plasmodium resisten
klorokuin
35
XII. DAFTAR PUSTAKA
Harijanto, PN. 2007. Malaria dalam Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FK UI. Hal:1732-37.
Harijanto, P.N. 2009. Gejala Klinis Malaria Ringan dalam Malaria: dari molekuler ke
RI.http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/buletin/BULETIN%20MALARIA.pdf.
http://www.pppl.depkes.go.id/_asset/_download/Pedoman_Penatalaksana_Kasus_M
alaria_di_Indonesia.pdf. Hal: 1,2, 20-22 dan 36. (Diakses tanggal 10 April 2013).
Nugroho, Agung. 2009. Gejala Klinis Malaria Ringan dalam Malaria: dari molekuler ke
Raharjo Bayu.2012. Makalah Referat Malaria. Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit
Soegijanto S. 2009. kumpulan Makalah Penyakit Tropis dan Infeksi di Indonesia. jilid 7.
http://www.depkes.go.id/downloads/world_malaria_day/fac_sheet_malaria.pdf. Hal:
36
MALARIA
A. Definisi
Malaria adalah penyakit infeksi akut atau kronis yang disebabkan oleh
B. Etiologi
dua jenis Plasmodium yang paling banyak dijumpai adalah campuran antara
Kadang- kadang dijumpai tiga jenis Plasmodium sekaligus, meskipun hal ini
37
dalam nyamuk sebagai sporogoni. Sporozoit yang aktif dapat ditularkan ke
parenkim hati dan tumbuh sebagai skizon (stadium ekso- eritrositer atau
(dormant) yang disebut hipnozoit. Sel hati yang berisi parasit akan pecah dan
eritrositer).2
oleh gigitan nyamuk mencapai sinusoid hati dan memasuki sitoplasma sel
hati. Pertumbuhan dan pembelahan sel cepat, dan terbentuk kista miroskopik
vivax dan P. ovale tetap dorman (hipnozoit) dalam hati selama beberapa
masa inkubasinya 10- 13 hari; pada P. vivax dan P.ovale, 12- 16 hari; dan
pada P.malariae 27- 37 hari, tergantung pada ukuran inokulum. Malaria yang
ditularkan melalui transfusi darah yang terinfeksi nampak nyata dalam waktu
38
yang lebih pendek. Manifestasi klinis infeksi yang diinduksi oleh salah satu
mula tampak pada sediaan berwarna sebagai cincin kebiru- biruan atau pita
kromatin inti. Parasit yang sedang tumbuh dinamakan trophozoit, dan yang
muncul bersamanya dalam sel darah merah adalah granula pigmen kuning-
coklat yang terdiri atas hematin yang berasal dari hemoglobin yang
dengan pigmen yang tesebar atau menggerombol, hampir mengisi sel darah
yang mengandung merozoit ini pecah, dan merozoit bebas, pigmen dan
lolos dari inaktivasi oleh imunoglobulin atau fagositosis masuk ke dalam sel
darah merah segar. Dengan demikian, siklus aseksual dimulai setiap saat
kelompok baru merozoit menginvasi sel darah merah. Siklus ini yang lamanya
sangat penting secara klinis, berakhir 48 jam pada malaria falsiparum, vivax
dan ovale serta 72 jam pada ,alaria quartana. Paroksismal klinis malaria
terjadi hanya bila siklus telah cukup terjadi sehingga menghasilkan sejumlah
39
materi parasit, pigmen dan puing- puing sel darah merah yang diperlukan
betina yang disebut gametosit, yang tidak penting secara klinis tetapi mampu
40
Gambar 2: bentuk hapusan darah tepi Plasmodium5
41
D. Epidemiologi
Afrika sub- sahara, Timur Tengah, India, Asia selatan, Indo China dan pulau-
ketinggian sampai 1800 meter di atas permukaan laut. Angka Annual Parasite
Incidence (API) malaria di pulau Jawa dan Baali pada tahun 1997 adalah
0,120 per 1000 penduduk, sedangkan di luar pulau Jawa angka Parasite Rate
(PR) tetap tinggi yaitu 4,78 % pada tahun 1997, tidak banyak berbeda dengan
angka PR pada tahun 1990 (4,84 %). Spesies yang paling bbanyak dijumpai
barier plasenta, jarang ada. Sebaliknya, malaria neonatus agak sering dan
dapat sebagai akibat pencampuran darah ibu yang terinfeksi dengan darah
E. Patogenesis
produk samping parasit, seperti membran dan isi sel- sel eritrosit. Pigmen
42
malaria tidak toksik, tetapi menyebabkan tubuh mengeluarkan produk- produk
warna agak kelabu pada sebagian besar jaringan dan organ tubuh. Pirogen
dan racun lain yang masuk ke sirkulasi saat skizogoni, diduga bertanggung
eritrosit pecah saat melalui limpa dan keluarlah parasit. Faktor lain yang
terhadap eritrosit. Suatu bentuk khusus anemia hemolitik pada malaria adalah
black water fever, yaitu bentuk malaria berat yang disebabkan oleh
dijumpai banyak parasit dalam makrofag dan sering terjadi fagositosis dari
eritrosit yang terinfeksi maupun yang tidak terinfeksi. Pada malaria kronis
43
terjadi hiperplasi dari retikulum disertai peningkatan makrofag. Pada sindrom
Pada malaria juga terjadi pembesaran hepar, sel Kupffer- seperti sel
Pada malaria kronis terjadi infiltrasi difus oleh sel mononukleus pada
Organ lain yang sering diserang oleh malaria adalah otak dan ginjal.
Pada malaria serebral, otak berwarna kelabu akibat pigmen malaria, sering
malaria tidak saja terbatas pada otak tetapi juga dapat dijumpai pada jantung
atau saluran cerna atau di tempat lain dari tubuh, yang berakibat pada
jumpai salah satu atau dua proses patologis yaitu nekrosis tubulus akut dan
terjadi bersama dengan hemolisis masif dan hemoglobinuria pada black water
fever tetapi dapat juga terjadi tanpa hemolisis, akibatnya berkurangnya aliran
44
menyebabkan nefritis sedangkan Plasmodium malariae menyebabkan
F. Patofisiologi
parasit. Gejala yang paling mencolok adalah demam yang diduga disebabkan
oleh pirogen endogen, yaitu TNF dan interleukin-1. Akibat demam terjadi
peningkatan jumlah eritrosit yang terinfeksi parasit dan sisa eritrosit akibat
limpa.
disebabkan karena sel darah merah yang terinfeksi menjadi kaku dan lengket,
penumpukan sel dan bahan pecahan sel, maka aliran kapiler terhambat dan
45
timbul hipoksi jaringan, terjadi gangguan pada integritas kapiler dan dapat
sebagai malaria serebral, edema paru, gagal ginjal dan malabsorpsi usus.
penting untuk melindungi anak kecil atau bayi karena sifat khusus eritrosit
infeksi ulangan. Namun imunitas ini tidak mutlak dapat mengurangi gambaran
eritrosit yang terinfeksi, tetapi proteksi ini tidak lengkap dan hanya bersifat
G. Manifestasi Klinis
46
yang diselingi oleh suatu periode (periode laten) bebas demam. Sebelum
demam pasien biasanya merasa lemah, nyeri kepala, tidak ada nafsu makan,
mual atau muntah. Pada pasien dengan infeksi majemuk/ campuran (lebih
dari satu jenis Plasmodium atau satu jenis Plasmodium tetapi infeksi berulang
yakni stadium dingin (cold stage), stadium demam (hot stage) dan stadium
orang dewasa namun jarang dijiumpai pada usia muda. Pada anak di bawah
Masa inkubasi ini juga tergantung pada intensitas infeksi, pengobatan yang
setelah transfusi. Masa inkubasi pada penularan secara alamiah bagi masing-
vivax dan Plasmodium ovale 13-17 hari, dan Plasmodium malariae 28- 30
hari. Setelah lewat masa inkubasi, pada anak besar dan orang dewasa timbul
a. Stadium dingin
Gigi gemeretak, nadi cepat tetapi lemah, bibir dan jari- jari
47
pucatatau sianosis, kulit kering dan pucat, pasien mungkin muntah
b. Stadium demam
kering dan terasa sangat panas seperti terbakar, nyeri kepala, mual
darah.
c. Stadium berkeringat
urin berwarna tua atau hitam. Gejala lain dari black water fever
H. Pemeriksaan Penunjang
Gambaran Laboratorium
48
imunologis. Pada malaria akut juga akan terjadi penghambatan
anemia pernisiosa.
Ikterus ringan dengan peningkatan bilirubin indirek dan tes fungsi hati
Hipokolesterolemia
merah
dijumpai parasit muda bentuk cincin (ring form), dapat juga di temukan
49
dengan komplikasi). Khas gambaran gametosit bentuk pisang dan
Pada sediaan apus darah tipis maupun tebal dijumpai semua bentuk
parasit aseksual dari bentuk ringan sampai skizon, sel darah merah
sitoplasma amuboid.
yang yang telah matang. Pada sediaan apus darah tepi tipis maupun
sediaan darah tepi tipis erbentuk khas seperti pita (band form), skizon
berbentuk bunga ros (rosette form), tropozoit kecil bulat dan kompak
I. Diagnosis
selalu disertai dengan hasil laboratorium oleh karena beberapa kendala pada
anemia.
tetes tebal merupakan metode yang baik untuk diagnosis malaria. Pada
leukositosis. Tes serologi yang digunakan untuk diagnosis malaria adalah IFA
50
adalahbpemeriksaan QBC (quantitative buffy coat), ataupun menggunakan
J. Penatalaksanaan
sebagai berikut:
mg/ kgbb dan hari III 5 mg/ kgbb. Pada malaria tropika
diberikan:
51
a) Tetrasiklin HCl 50 mg/ kgbb/ kali, sehari 4 kali selama 7
b. Malaria berat
dan nutrisi
dan perdarahan
Cegah hiperpireksi
52
Diet porsi kecil dan sering, cukup kalori, karbohidrat dan garam.
hati- hati.6
selama 7 hari.
Kinidin
kali
Derivat artemisinin
K. Pencegahan
53
a) Klorokuin basa 5 mg/ kgbb (8,33 mg garam), maksimal 300 mg
3. Vaksin malaria.2
L. Komplikasi
1. Malaria serebral
2. Anemia
elektrolit
4. Hipoglikemia berat
9. Hiperpireksia/ hiperthermia
11. Ikterus
12. Hiperparasitemia.2
54
M. Prognosis
tidak menyebabkan kematian, walaupun tidak diobati infeksi rata- rata dapat
berlangsung sampai 3 bulan atau lebih lama oleh karena mempunyai sifat
ditanggulangi secara cepat dan tepat bahkan dapat meninggal terutama pada
Indikator klinis:
3. Kejang berulang
5. Deserebrasi
8. Indikator laboratorium
11. Leukositosis
55
15. Ureum > 60 mg/ dl
DAFTAR PUSTAKA
1. Malaria. Available at
http://www.alkohol7.blogspot.com/2008/04/makalah-malaria.html.
Diunduh 19/11/2010.
2. Soedarmo,S, dkk. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis, Edisi ke-2. 2010.
3. Behrman, dkk. Nelson: Ilmu Kesehatan Anak vol.2 edisi 15. 1996. Jakarta:
EGC.
6. Lengkey CJ, Gerung JI, Wahani AI, Posume MD, Rampengan TH.
56