Dila
Dila
PENDAHULUAN
Bila seorang pasien diberikan dua atau lebih obat, kemungkinan besar akan
terjadi interaksi antara obat-obat tersebut didalam tubuhnya. Efek masing-masing obat
dapat saling mengganggu dan/atau efek samping yang tidak diinginkan mungkin akan
timbul (Tjay, 2007).
Efek suatu obat dapat dimodifikasikan dengan pemberian obat lainnya secara
bersamaan atau sebelumnya. Keterlibatan semacam ini antara obat-obatan secara fisik
dan kimiawi, atau kerena terjadinya perubahan pada pola absorbs, distribusi,
metabolism atau ekskresi salah satu dari obat tertentu. Efek dari interaksi obat mungkin
diinginkan dan bermanfaat unutk pasien dan mungkin juga mengganggu (Ansel, 2011).
1
1.3. Tujuan
a. Untuk memahami pengertian interaksi obat
b. Untuk memahami pengertian interaksi farmasetik
c. Untuk mengetahui penatalaksaan interaksi farmasetik
d. Untuk mengetahui jenis-jenis dari interaksi farmasetik
e. Untuk mengetahui pencegahan interaksi farmasetik
2
BAB II
PEMBAHSAN
Individual (populasi tertentu lebih peka misalnya pasien lanjut usia atau yang
berpenyakit parah, adanya peredaan kapasitas metabolisme antar individu, termasuk
polimorfisme genetik), penyakit tertentu (terutama gagal ginjal atau penyakit hati yang
kronik, dan penyakit yang mengurangi aliran darah ke hati atau ginjal, misalnya penyakit
jantung kongestif), dan faktor-faktor lain.
3
dikenal atau dilihat, yang berlangsung di luar tubuh dan mengakibatkan aktivitas
farmakologi obat tersebut hilang atau berubah.
Interaksi ini adalah interaksi fisika kimia yang terjadi pada saat obat diformulasikan
atau disiapkan sebelum obat digunakan oleh penderita. Misalnya interaksi antara obat dan
larutan infus intravena yang dicampur bersamaan dapat menyebabkan pecahnya emulsi
atau terjadi pengendapan.
a. Nyeri
Nyeri yang sangat hebat akibat injeksi timbul bila yang diinjeksikan adalah
larutan yang osmolaritasnya tinggi atau pHnya ekstrim, meskipun banyak obat
menyebabkan kekejangan vena (misalnya, dopamin).
b. Ekstravasasi
Ekstravasasi adalah bocornya obat dari vena ke dalam jaringan di sekitarnya.
Hal ini dapat terjadi karena batang jarum menembus vena, atau karena obat bersifat
korosif dan merusak vena. Larutan yang osmolaritasnya tinggi dan pH larutan yang
ekstrim lebih sering menyebabkan ekstravasasi. Kerusakan jaringan di sekitar vena
dapat meluas, contoh setelah pemberian larutan natrium bikarbona. Dua golongan
obat sitistatika yang lazim diresepkan, yang sangat merusak jaringan jika terjadi
ekstravasasi adalah alkaloid vinka seperti vinkritin dan anthrasiklin seperti
doksorubisin dan daunorubisin. Obat-obat seperti vinkristin dan doksorubisin bila
diberika secara perifer harus diberikan secara bolus melalui tetesan (drip) laju cepat.
Hal ini karena jika obat meninggalkan vena dapat menyebabkan pembengkakan dan
petugas yang memberika obat tersebut harus berada disamping pasien agar dapat
memberikan tindakan segera bila terjadi hal yang tidak diinginka.
- Nyeri, rasa kurang enak, rasa terbakar atau bengkak di tempat injeksi
- Tahan terhadap gerakan penghisap alat suntik
- Aliran cairan infus tidak lancar
4
Jika diduga ada ekstravasasi maka tindakan yang dapat dilakukan adalah :
c. Tromboflebitis
Tromboflebits kadang-kadang disebut flebitis adalah radang vena yang
penyebabnya hampir sama dengan penyebab ekstravasasi. Sangat nyeri dan disertai
dengan kemerahan pada kulit, kadang-kadang disepanjang vena. Tromboflebilitis
dapat menyebabkan kebekuan darah.
d. Embolisme
Sumbatan dapat disebabkan oleh endapan obat yang mengendap yang kontak
dengan darah atau gumpalan sel-sel darah akibat reaksi obat. Emboli udara (air
embolus), disebabkan oleh udara yang masuk vena, dapat berakibat fatal.
e. Infeksi
Infeksi sering kali masuk pada tempat kateter menembus kulit, dan itu sebabnya
banyak infeksi yang dikatakan infus yang disebabkan bakteri gram positif koagulase-
5
negatif yang umu terdapat pada kulit. Organisme yang sering diisolasi dari ujung
kanula adalah Staphylococcus aureus atau S.Epidermis. Resiko terkena infeksis
sistemik meningkat pada pengunaan vena sentral.
f. Reaksi Alergi
a. Inkompatibilitas terapeutik
Inkompatibilitas golongan ini mempunyai arti bahwa bila obat yang satu
dicampurkan/dikombinasikan dengan obat yang lain akan mengalami perubahan-
perubahan demikian rupa hingga sifat kerjanya dalam tubuh (in vivo) berlainan dari pada
yang diharapkan. Hasil kerjanya kadang-kadang menguntungkan, namun dalam banyak hal
justru merugikan dan malah dapat berakibat fatal. Sebagai contoh: Absorpsi dari tetrasiklin
akan terhambat bila diberikan bersama-sama dengan satu antasida(yang mengandung
6
kalsium, aluminium, magnesium, atau bismuth). Fenobarbital dengan MAO2 inbitors
menimbulkan efek potensial dan barbituratnya. Kombinasi dari quinine dengan asetosal
dapat menimbulkan chinotoxine yang tidak dapat bekerja lagi terhadap malaria.
Mencampurkan hipnotik dan sedatif dengan kafein hanya dengan perbandingan yang telalu
saja itu pun harus diperhatikan bahwa mengkombinasikan berbagai antibiotic tanpa indikasi
bakteriologis yang layak sebaiknya tidak dianjurkan.
b. Inkompatibilitas fisika
7
3) Pengaraman (salting out)
Yang diartikan dengan pengaraman ialah pengurangan kelarutan dari
zat-zat dengan jalan menambahkan garam-garam atau zat-zat yang dapat larut
kedalam larutannya sehingga zat tersebut tidak lagi dalam keadaan terlarut.
Peristiwa ini tergantung pada konsentrasi. Hal ini juga sangat penting untuk
garam-garam alkaloida dan bahan-bahan yang bekhasiat keras lainnya, karena
jika bahan-bahan tersebut tidak dapat larut akan mengedap pada dasar botol
dan dengan jalan pengocokan sukar membagikanya sama rata. Sehingga ada
kemungkinan bahwa penderita akan meminum obatnya dengan takaran yang
terlampau besar pada sendok yag terakhir.
c. Inkompatibilitas kimia.
Yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada waktu pencampuran obat yang di
sebabkan oleh berlangsungnya reaksi kimia/ interaksi. Termasuk di sini adalah :
Reaksi-raeksi di mana terjadi senyawa baru yang mengendap
Reaksi antara obatyang bereaksi asam dan basa.
Reaksi yang terjadi karena proses oksidasi/reduksi maupun hidrolisa.
Perubahan-perubahan warna.
Terbentuknys gas dll.
Bahan pembantu obat
Suatu obat jadi pada umumnya terdiri dari bahan obat berkhasiat dan bahan
pembantu. Inkompatibilitas obat sering pula diakibatkan oleh bahan pembatu ini. Hal
8
ini terjadi karena bahan pembantu yang digunakan dalam obat jarang dicantumkan pada
etiket obat jadi (hanya diketahui oleh produsen saja). Akibatnya diluar pengetahuan
dokter yang akan menggunakan obat, khususnya pada waktu dicampur dengan obat lain
mungkin timbul kelainan-kelainan yang tidak diinginkan. Kirannya untuk ini dapat di
berikan sebuah contoh khusus yang pernah terjadi. Propyl gallate (drivat phenol)
merupakan bahan pembantu yang berfungsi sebagai zat antioksidan. bahan ini sering
ditambahkan kedalam preparat-preparat yang mengandung bahan berkhasiat yang
mudah terkoksidasi, misalnya preparat oxitetrasikilin injeksi dll. Bila preparat ini
dicampur dengan preparat lain yang mengandung zat besi, maka akan terjadi reaksi
kimia yaitu terbentuk senyawa baru (besipenolat) dan tergantung dari kepekatannya
dapat berwarna biru sampai berwarna biru tua. Karena larutan obat suntik semula
berwarna kuning (okxitetrasiklin), Maka larutan akhirnya akan nampak berwarna
kehijaun. Peristiwa diatas bisa terjadi melalui pemakaian satu jarum suntik yang sama
untuk pengambilan dua jenis preparat secara beruntun.
9
2.6. Contoh-contoh interaksi farmasetik
10
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
a. Interaksi obat adalah peristiwa dimana aksi suatu obat di ubah atau di pengaruhi
oleh obat lain yang di berikan bersamaan.
b. Interaksi farmasetik atau inkompabilitas merupakan interaksi yang terjadi karena
adanya perubahan atau reaksi fisika dan kimia antara dua obat atau lebih yang dapat
dikenal atau di lihat, yang berlangsung di luar tubuh dan mengakibatkan aktivitas
farmakologik obat tersebut hilang atau beruah.
c. Terdapat tiga bentuk interaksi farmasetik atau inkompabilitas, yaitu inkompabilitas
terapeutik, inkombilitas kimia, dan inkombilitas fisika.
d. Interaksi farmasetik dapat menyababkan terbentuknya zat beracun, terbentuknya
endapan, hidrolisis. Dan degradasi sinar matahari.
3.2. Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
Tjay, Tan Hoan, dkk. 2007. OBAT-OBAT PENTING. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo
12