TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi
Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron, sel-sel penunjang
yang dikenal sebagai sel glia, cairan serebrospinal, dan pembuluh darah.
Semua orang memiliki jumlah neuron yang sama sekitar 100 miliar, tetapi
koneksi di antara berbagi neuron berbeda-beda. Pada orang dewasa, otak
membentuk hanya sekitar 2% (sekitar 1,4 kg) dari berat tubuh total, tetapi
mengkonsumsi sekitar 20% oksigen dan 50% glukosa yang ada di dalam
darah arterial.4
Otak harus menerima lebih kurang satu liter darah per menit, yaitu
sekitar 15% dari darah total yang dipompa oleh jantung saat istirahat agar
berfungsi normal. Otak mendapat darah dari arteri. Yang pertama adalah
arteri karotis interna yang terdiri dari arteri karotis (kanan dan kiri), yang
menyalurkan darah ke bagian depan otak disebut sebagai sirkulasi arteri
serebrum anterior. Yang kedua adalah vertebrobasiler, yang memasok darah
ke bagian belakang otak disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum posterior.
Selanjutnya sirkulasi arteri serebrum anterior bertemu dengan sirkulasi arteri
serebrum posterior membentuk suatu sirkulus willisi.4,5
Otak memperoleh darah melalui dua sistem yakni sistem karotis (arteri
karotis interna kanan dan kiri) dan sistem vertebral. Arteri karotis interna,
setelah memisahkan diri dari arteri karotis komunis, naik dan masuk ke
rongga tengkorak melalui kanalis karotikus, berjalan dalam sinus
kavernosum, mempercabangkan arteri oftalmika untuk nervus optikus dan
retina, akhirnya bercabang dua: arteri serebri anterior dan arteri serebri media.
Untuk otak, sistem ini memberi darah bagi lobus frontalis, parietalis dan
beberapa bagian lobus temporalis1.
27
28
Sistem vertebral dibentuk oleh arteri vertebralis kanan dan kiri yang
berpangkal di arteri subklavia, menuju dasar tengkorak melalui kanalis
tranversalis di kolumna vertebralis servikal, masuk rongga kranium melalui
foramen magnum, lalu mempercabangkan masing-masing sepasang arteri
serebeli inferior. Pada batas medula oblongata dan pons, keduanya bersatu
arteri basilaris, dan setelah mengeluarkan 3 kelompok cabang arteri, pada
tingkat mesensefalon, arteri basilaris berakhir sebagai sepasang cabang: arteri
serebri posterior, yang melayani darah bagi lobus oksipitalis, dan bagian
medial lobus temporalis1.
29
2.2. Fisiologi
2.3. Stroke
2.3.1. Definisi Stroke
Menurut World Health Organization (WHO) stroke adalah
manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun
global, yang berlangsung dengan cepat dan lebih dari 24 jam atau berakhir
dengan kematian tanpa ditemukannya penyakit selain daripada gangguan
vaskular2. Secara umum, stroke digunakan sebagai sinonim Cerebro
Vascular Disease (CVD) dan kurikulum Inti Pendidikan Dokter di
Indonesia (KIPDI) mengistilahkan stroke sebagai penyakit akibat
gangguan peredaran darah otak. Stroke atau gangguan aliran darah di otak
disebut juga sebagai serangan otak (brain attack), merupakan penyebab
cacat (disabilitas, invaliditas).2
Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global akut,
lebih dari 24 jam. Berasal dari gangguan aliran darah otak dan bukan
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak sepintas, tumor otak,
stroke sekunder karena trauma maupun infeksi.3
Stroke adalah istilah klinis untuk hilangnya perfusi di otak secara
akut sesuai dengan teritorial vaskuler. Dari definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa stroke :4
1. Menimbulkan kelainan syaraf yang sifatnya mendadak.
32
2. Kelainan syaraf yang ada harus sesuai dengan daerah atau bagian mana
dari otak yang terganggu. Dengan manifestasi timbulnya gejala seperti
defisit motorik, defisit sensorik dan kesukaran dalam berbahasa.
2.3.2. Etiologi
1. Infark otak
Infark otak dibedakan menjadi dua yaitu emboli dan
aterotrombotik. Emboli dibagi lagi menjadi emboli kardiogenik, emboli
paradoksal(foramen ovale paten), dan emboli arkus aorta. Infark otak
aterotrombotik dibedakan menjadi dua, yaitu penyakit ekstrakranial dan
penyakit intrakranial.
2. Perdarahan intraserebral
Perdarahan intraserebral terbagi menjadi tiga yaitu hipertensi,
malformasi arteri-vena dan angiopati amiloid.
3. Perdarahan subarachnoid
4. Penyebab lain
Penyebab lain yang menyebabkan infark dan perdarahan misalnya
diseksi arteri karotis atau vertebralis, vaskulitis sistem syaraf pusat, kondisi
hiperkoagulasi, dan penyalahgunaan obat (kokain atau amfetamin).
2.3.3.Epidemiologi
Stroke adalah penyebab kematian terbesar ketiga di negara-negara
industri setelah penyakit jantung dan kanker. Prevalensi stroke pada
populasi kulit putih berkisar 500-600 per 100.000 penduduk. Dilaporkan
di Selandia Baru 793 per 100.000 penduduk, di Perancis 1445 per 100.000
penduduk. Rentang pada negara sedang berkembang juga bervariasi. Di
Cina, prevalensi stroke 620 per 100.000 penduduk, dan Thailand 690 per
100.000 penduduk.2
Stroke adalah penyebab neurologis utama pasien datang ke rumah
sakit dan penyebab kematian tertinggi ketiga di Amerika Serikat setelah
penyakit jantung dan kanker. Setiap tahunnya 500.000 orang di negara ini
33
2.3.4 Klasifikasi
Klasifikasi stroke
A. Berdasarkan kelainan patologik pada otak :8
1. Stroke Hemoragik :
Perdarahan intraserebral
Perdarahan ekstraserebral (perdarahan subaraknoid)
2. Stroke non hemoragik (stroke iskemik, infark otak, penyumbatan)
Yang dibagi atas subtipe :
Trombosis serebri
Emboli serebri
Hipoperfusi sistemik
Stroke non hemoragik dapat dibagi berdasarkan manifestasi klinik dan
proses patologik (kausal).
a. Berdasarkan Manifestasi Klinik8
- Serangan Iskemik Sepintas/ Transient Ischemic Attack (TIA)
Gejala neurologi yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak
akan menghilang dalam waktu 24 jam.
- Defisit Neurologik Iskemik Sepintas (Reversible Ischemic Neurological
Deficit)
Gejala neurologi yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama
dari 24 jam, tetapi tidak lebih dari satu minggu.
- Stroke Progresif (Progressive Stroke)
Gejala neurologi makin lama makin berat
- Stroke Komplet (Completed Stroke/permanent Stroke)
Kelainan neurologi sudah menetap, dan tidak berkembang lagi.
B. Berdasarkan Kausal
Stroke Trombotik
Stroke trombotik terjadi karena adanya penggumpalan pada pembuluh
darah di otak.Trombotik dapat terjadi pada pembuluh darah yang besar
37
2. Sistem vertebrobasiler
- Motorik : hemiparese alternan, disartria
- Sensorik : hemipestesia alternan, parestesia
- Gangguan lain : gangguan keseimbangan, vertigo, diplopia
2.3.5. Patofisiologi
Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi dimana saja
didalam arteri-arteri yang membentuk sirkulus Willisi : arteri karotis
interna dan sistem verterbrobasilar atas semua cabang-cabangnya.
3. Gangguan aliran darah akibat bekuan atau embolus infeksi yang berasal
dari jantung atau pembuluh ekstrakranium
4. Ruptur vaskular didalam jaringan otak atau ruang subarachnoid.13
b. Stroke Emboli
oxite) yang biasa diproduksi oleh sel endotel menjadi berkurang sehingga sel
endotel tidak dapat relaksasi dan akan terjadi terus vasokonstriksi, dan
permeabelitasnya menjadi berkurang sehingga lama kelamaan dapat menimbulkan
terjadinya arterosklerosis.2
dalam lumen. Pada pembuluh darah yang hipertensi, interaksi antara endotel
dengan trombosit dan monosit meningkat. Pendapat lain tentang mekanisme
terjadinya kerusakan NO adalah produksi stres oksidatif. Stres oksidatif yang
berupa ROS (Reactive Oxygen Species) terutama anion superoksida ini dapat
bergabung dan menghancurkan peroksinitrat yang menghasilkan NO, sehingga
terjadi efek negatif terhadap struktur dan fungsi pembuluh darah.Gambar 2.
Hipertensi dan disfungsi endotel12
Arteriosklerosis adalah sekelompok kelainan pembuluh darah yang
ditandai olehpenebalan dan hilangnya elastisitas arteri. Lesi awal dari
atherosklerosis Secara patologi anatomi, terdapat tiga jenis Arteriosclerosis, yaitu:
1. Atheroslclerosis; ditandai oleh pembentukan ateroma (plak di tunika intima
yang terdiri dari lemak dan jaringan ikat)
2. Monckeberg's medial calcific sclerosis; yang ditandai dengan kalsifikasi
tunika media
3. Arteriolosklerosis; ditandai oleh proliferasi atau penebalan dinding arteri kecil
dan arteriol
Pada keadaan normal, endotelium menghalangi penetrasi molekul-molekul
besar seperti lipoprotein dengan densitas rendah dan sangat rendah (LDL, VLDL)
ke dalam intima, sedangkan lipoprotein dengan densitas yang lebih tinggi dengan
molekul yang lebih kecil dapat bergerak bebas ke dalam dan keluar intima. Sel-sel
endotelium juga menghasilkan prostasiklin (PGI2) dan oksida nitrit yang dapat
mencegah penumpukan platelet.11
Peninggian permeabilitas endotelium merupakan kelainan pertama akibat
terjadinya jejas arteri yang merupakan suatu respons non-spesifik yang
disebabkan oleh virus, toksin, kompleks imun, produk-produk yang dilepaskan
oleh sel-sel darah putih atau platelet-platelet yang teraktivasi, dan stress fisik yang
tidak lazim. Hal ini juga dapat disebabkan oleh adanya peninggian konsentrasi
lipoprotein dalam darah. Bila lipoprotein memasuki intima akibat peninggian
permeabilitas kapiler, maka senyawa protein utama dari LDL dan VLDL
(apolipoprotein B) berikatan dengan glikosoaminoglikan, terutama dermatan
sulfat sehingga lipoprotein menumpuk di dalam intima.11
47
STRESS
OKSIDATIF NE
SEL
ENDOTHEL
1 PD 1 GINJAL 1 JANTUNG
DISFUNGSI
ENDOTHEL SEKRESI HR KONTRAKSI
RENIN
MEDIATOR ESV
VASODILATASI < ANG ANG I
VASOKONTRIKSI
ANG II
VASOKONTRIKSI
PD PITUITARI ADRENAL
POSTERIOR CORTEX
RESISTENSI
PERIFER INTAKE Na+ ADH ALDOSTERON
HIPERTENSI
BLOOD
VOLUME
PERUBAHAN
ENDOTHEL
VENOUS
COP RETURN
DISFUNGSI ATHEROSCLEROSIS
ENDOTHEL
STROKE
Gambar 2. 4 Hipertensi dan disfungsi endotel VOLUME
48
C. Sistem skor
Perbedaan antara stroke hemoragik dan stroke non-hemoragik sangat
penting dalam rangka pengobatan stroke, pengetahuan mengenai taraf
ketepatan pembuktian klinis terhadap stroke hemoragik dan stroke non-
hemoragik yang dapat diandalkan akan sangat membantu para dokter yang
bekerja di daerah terpencil dengan fasilitas pelayanan medis yang sangat
terbatas dan belum tersedianya pemeriksaan penunjang yang memadai
(misalnya CT-Scan). Untuk itu beberapa peneliti mencoba membuat
perbedaan antara kedua jenis stroke dengan menggunakan tabel dengan
sistem skor.
Skor Siriraj
1 Kesadaran ( x 2,5 ) Bersiaga 0
Pingsan 1
Semi koma, koma 2
2 Muntah ( x 2 ) No 0
Yes 1
3 Nyeri kepala dalam No 0
2 jam ( x 2 ) Yes 1
Tekanan Diastolik
4 (DBP ) DBP x 0,1
Atheroma
5 markers(x3) None 0
diabetes, angina, 1/> 1
claudicatio
intermitten
Konstanta - 12
Total skor =
Interpretasi skor
Skor -1 = Infark
1 = Hemoragik
55
2.3.8 Penatalaksanaan
e. Pengontrolan demam
Antipiretik diindikasikan pada pasien stroke yang mengalami
demam karena hipertermia (utamanya pada 12-24 jam setelah onset)
dapat menyebabkan trauma neuronal iskemik. Sebuah penelitian
eksprimen menunjukkan bahwa hipotermia otak ringan dapat berfungsi
sebagai neuroprotektor.13
g. Pengontrolan kejang
Kejang terjadi pada 2-23 persen pasien dalam 24 jam pertama
setelah onset. Meskipun profilaksis kejang tidak diindikasikan,
pencegahan terhadap sekuel kejang dengan menggunakan preparat
antiepileptik tetap direkomendasikan13
2. Terapi Spesifik
Terapi spesifik pada stroke iskhemik akut atas dasar
patofisiologinya dapat dibagi sebagai berikut :
A. Antitrombotik6
1. Obat anti-trombosit (zat antiplatelat) memblokade agregasi trombosit.
a. Aspirin yang diberikan dalam 48 jam pada stroke iskhemik akut
memperbaiki sedikit prognosis (consensus Asia Pasifik, 1998). Pada
umumnya manfaat aspirin pada pengobatan stroke akut dan pencegahan
59
B. Obat Trombolitik
1. Trombolisis intravena.
Recombinant tissue plasminogen activator (r-tPA), streptokinase,
urokinase, ankrod (enzim bisa ular), SVTA-3 (snake venom-antitrombotic
enzyme-3).Satu-satunya obat trombolitik yang diakui oleh FDA untuk
stroke iskemik akut adalah r-tPA. Obat ini harus diberikan dalam 3 jam
setelah gejala stroke dengan dosis 0,9 mg/KgBB, maksimal 90 mg, dengan
10% dari dosis diberikan sebagai bolus dan sisanya lewat infus selama 60
60
C. Obat-Obat Neuroprotektif
1. Obat-obat mencegah iskemia dini.
L-glutamate, suatu neurotransmitter perangsang alami bekerja sebagai
neurotoksin endogen.Kadar tinggi asam-amino perangsang (EAA)
mengakibatkan rangsangan sinaptik berlebihan, dengan akibat
perangsangan berlebihan dan kematian sel.Atas dasar ini dicari obat-
obatan pencegah rangsangan EAA (EAA antagonis). NMDA serta
glutamate bloker lain diharapkan dapat mengatasi toksisitas karena
glutamate dan CA. Stabilisator membran, citicholine bekerja memperbaiki
membran sel dengan cara menambah sintesis fosfatidilkolin dan
mengurangi kadar asam lemak bebas. Menaikkan sintesis asetilkolin,
suatu neurotransmitter untuk fungsi kognitif.Therapeutik window 2-14
hari. Piracetam, cara kerjanya tidak diketahui secara pasti. Diperkirakan
mengikat pada membran sel, memperbaiki integritas sel, memperbaiki
fluiditas membran dan menormalkan fungsi membran. Bermanfaat bila
diberikan dalam 7 jam setelah serangan stroke. Pentoksifilin bekerja
dengan menurunkan viskositas darah, menambah deformabilitas butir sel
darah merah, menurunkan kadar fibrinogen, menghambat agregasi
trombosit dan menaikkan darah ke otak.
61
D. Citicolin.
1. Mekansime Kerja
a. Pada level neuronal.
- Meningkatkan pembentukan choline dan menghambat pengrusakan
phosphatydilcholine (menghambat phospholipase).
- Meningkatkan ambilan glukosa.
- Menurunkan pembentukan asetilkolin.
- Menghambat radikalisasi asam lemak dalam keadaan iskemia.
- Meningkatkan biosintesa dan mencegah hidrolisis kardiolipin.
- Merangsang pembentukan glutation, yang merupakan antioksidan
endogen otak terhadap radikal bebas.
- Mengurangi peroksidasi lipid.
- Mengembalikan aktivitas Na+/K+ ATP ase.
b. Pada level vaskular.
- Meningkatkan aliran darah otak.
- Meningkatkan konsumsi O2.
- Menurunkan resistensi vaskular.
2. Indikasi
a. Stroke iskemik dalam 24 jam pertama dari onset.
b. Stroke hemoragik intraserebral.
62
2.3.9 Komplikasi
Komplikasi yang paling umum dan penting dari stroke iskemik meliputi
edema serebral, transformasi hemoragik, dan kejang.
1. Edema serebral yang signifikan setelah stroke iskemik bisa terjadi meskipun
agak jarang (10-20%)
2. Indikator awal iskemik yang tampak pada CT scan tanpa kontras adalah
indikator independen untuk potensi pembengkakan dan kerusakan. Manitol dan
terapi lain untuk mengurangi tekanan intrakranial dapat dimanfaatkan dalam
situasi darurat, meskipun kegunaannya dalam pembengkakan sekunder stroke
iskemik lebih lanjut belum diketahui. Beberapa pasien mengalami transformasi
hemoragik pada infark mereka. Hal ini diperkirakan terjadi pada 5% dari stroke
63
2.3.10 Prognosis