id
RANCANG BANGUN
MESIN EXSTRACTOR CASSAVA
PROYEK AKHIR
Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna
memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md)
Program Studi DIII Teknik Mesin
Disusun oleh :
ANDY AHMAT FAUZI
I 8106003
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2010
HALAMAN PERSETUJUAN
Disusun Oleh
Proyek Akhir ini telah disetujui untuk diajukan dihadapan Tim Penguji Tugas
Akhir Program Studi D-III Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sebelas
Maret Surakarta
Pembimbing I Pembimbing II
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN
RANCANG BANGUN MESIN EXSTRACTOR CASSAVA
Disusun oleh :
ANDY AHMAT FAUZI
I8106003
Telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Pendadaran Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret pada :
Rabu, 18 Agustus 2010
Mengetahui, Disahkan,
Ketua Program D-III Teknik Koordinator Proyek Akhir
Fakultas Teknik UNS Fakultas Teknik
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
HALAMAN MOTTO
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Sebuah hasil karya yang kami buat demi menggapai sebuah cita-cita, yang ingin ku-
persembahkan kepada:
Allah SWT, karena dengan rahmad serta hidayah-Nya saya dapat melaksanakan `Tugas
Akhir dengan baik serta dapat menyelesaikan laporan ini dengan lancar
Kedua Orang Tua yang aku sayangi yang telah memberi dorongan moril maupun meteril serta
semangat yang tinggi sehingga saya dapat menyelesikan tugas akhir ini.
Kakak dan ade`-ade`ku yang aku sayangi, ayo kejar cita-citamu.
Teman-teman ku yang selalu mendukung setiap langkah untuk tugas akhir ini.
Ade-ade angkatanku, Jangan pernah menyerah!!!
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAKSI
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt. yang memberikan limpahan rahmat,
karunia dan hidayah-Nya, sehingga laporan Proyek Akhir dengan judul
RANCANG BANGUN MESIN PEMERAS SINGKONG ini dapat terselesaikan
dengan baik tanpa halangan suatu apapun. Laporan Proyek Akhir ini disusun
untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mata kuliah Proyek Akhir dan
merupakan syarat kelulusan bagi mahasiswa DIII Teknik Mesin Produksi
Universitas Sebelas Maret Surakarta dalam memperoleh gelar Ahli Madya
(A.Md)
Dalam penulisan laporan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih
atas bantuan semua pihak, sehingga laporan ini dapat disusun. Dengan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Ir. Santoso, M. Eng, Sc. selaku pembimbing Proyek Akhir I.
2. Bapak Bambang Kusharjanto, ST., MT selaku pembimbing Proyek
Akhir II.
3. Bapak Zainal Arifin, ST, MT selaku Ketua Program D-III Teknik Mesin
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Eko Surojo, ST., MT selaku Pembimbing Akademik.
5. Rekan-rekan D III Produksi dan Otomotif angkatan 06
6. Bapak dan Ibu di rumah atas segala bentuk dukungan dan doanya.
7. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari dalam penulisan laporan ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kritik, pendapat dan saran yang membangun dari
pembaca sangat dinantikan. Semoga laporan ini dapat bermafaat bagi penulis pada
khususnya dan bagi pembaca bagi pada umumnya, Amin.
Surakarta, 2010
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Panjang sabuk dan sudut kontak pada sabuk terbuka
Gambar 2.2. Jenis-jenis bantalan gelinding
Gambar 2.3. Sketsa prinsip statika kesetimbangan
Gambar 2.4. Sketsa gaya dalam
Gambar 2.5. Sketsa reaksi tumpuan rol
Gambar 2.6. Sketsa reaksi tumpuan sendi
Gambar 2.7. Sketsa reaksi tumpuan jepit
Gambar 3.1 Gambar mesin extractor cassava
Gambar 3.2. Penampang sabuk antara reducer dengan poros power screw
Gambar 3.3. Skema pembebanan pada poros
Gambar 3.4. Pembebanan dan potongan pada poros
Gambar 3.5. Diagram BMD
Gambar 3.6. Gambar rancang rangka
Gambar 3.7 Batang C-D
Gambar 3.8 Gambar potongan C-G
Gambar 3.9 Gambar potongan C-H
Gambar 3.10 Gambar potongan C-H
Gambar 3.11 Gambar diagram gaya geser ( SFD )
Gambar 3.12 Gambar momen lentur ( BMD )
Gambar 3.13 Gambar batang B-E
Gambar 3.14 Gambar potongan B-I
Gambar 3.15 Gambar potongan B-E
Gambar 3.16 Gambar diagram SFD
Gambar 3.18 Profil siku L 45x45x3
Gambar 3.19 Poros
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR NOTASI
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id
6. Pengujian.
1.4 METODOLOGI
Untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul dalam pembuatan
mekanisasi pemeras singkong, metode yang digunakan dalam penyusunan
laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Metode observasi
Yaitu data diperoleh dengan melakukan pengamatan terhadap
objek yang diamati secara langsung. Dalam hal ini, pengamatan
dilakukan pada mesin pemeras biji wijen yang berada di daerah Waduk
Mulur Sukoharjo. Mesin tersebut memiliki sistem yang sama, walaupun
memiliki perbedaan pada cara pengoperasian.
2. Metode studi pustaka
Metode yang dilakukan berdasarkan materi yang diperoleh dan
berdasar buku-buku referensi.
3. Trial and error
Yaitu dengan melakukan beberapa kali percobaan/pembuatan
langsung untuk mendapatkan mesin dengan spesifikasi yang
dikehendaki.
4. Pengujian dan evaluasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
DASAR TEORI
= .........................................( 2.1 )
Dimana :
C = kapasitas screw conveyor dalam ft3 / jam
Ds = diameter scew conveyor dalam inchi
Dp = diameter pipa dalam inchi
commit to user
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
N= ..( 2.2 )
Dimana :
N = kecepatan dari ulir ( rpm )
( N tidak boleh lebih dari kecepatan maksimum yang dianjurkan )
- Daya untuk memuter screw conveyor
Daya yang dibutuhkan adalah daya total dari gesekan conveyor ( HPf )
dan daya untuk memindahkan material pada ukuran tertentu ( HPm )
dikalikan dengan faktor beban lebih ( FO ) dan dibagi efisiensi
penggerak total ( e ). ( CEMA-screw conveyor 1971:36 ) :
Dimana :
L = panjang dari conveyor dalam ft
N = kecepatan screw conveyor dalam rpm
Fd = diameter conveyor factor
Fb = hanger bearing factor
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
HP = ............................................................( 2.5 )
Dimana :
Fo = over load factor
e = efisiensi penggerak ( % )
HPm = daya untuk memindahkan material ( HP )
HPf = daya total karena gesekan conveyor ( HP )
T2
DP1 Dp2
T1
Gambar 2.1. Panjang sabuk dan sudut kontak pada sabuk terbuka
(Khurmi dan Gupta, 2002)
2. Perhitungan panjang sabuk
( Sularso dan Suga,170,1978 )
L = 2C + /2 ( Dp + dp ) + c ( Dp dp ) ( 2.7 )
dengan:
L = panjang sabuk ( cm )
C = jarak sumbu poros ( m )
Dp = diameter puli besar ( m )
dp = diameter puli kecil ( m )
3. jarak antara kedua poros
( Sularso dan Suga,170,1978 )
C = b + b - 8 ( Dp dp )........................................................................( 2.8 )
8
dimana :
b = 2h 3,14 ( Dp dp )............................................................................( 2.9 )
4. Sudut singgung sabuk dan puli
(Khurmi dan Gupta, 2002 )
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
r1 - r2
sin = ...........................................................................................( 2.10 )
X
dengan :
= sudut singgung sabuk dan puli ( )
R = jari-jari puli besar ( m )
r = jari-jari puli kecil ( m )
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tt1 - Tc
2,3 log = mq .( 2.13 )
Tt 2 - Tc
10
2. Bantalan Gelinding
Pada bantalan gelinding ini terjadi gesekan antara bagian yang berputar
dengan bagian yang diam melalui elemen gelinding, sehingga gesekan yang
terjadi menjadi lebih kecil.Berdasarkan arah beban terhadap poros bantalan
dibagi menjadi 3 macam yaitu (Sularso dan Suga, 1987):
1. Bantalan radial
Pada bantalan ini arah beban adalah tegak lurus dengan sumbu poros.
2. Bantalan aksial
Pada bantalan ini arah beban adalah sejajar dengan sumbu poros.
3. Bantalan gelinding khusus
Bantalan ini dapat menumpu beban yang arahnya sejajar dan tegak lurus
dengan sumbu poros.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11
4. Poros
Poros merupakan bagian yang berputar, dimana terpasang elemen pemindah
gaya, seperti roda gigi, bantalan dan lain-lain. Poros bisa menerima beban-beban
tarikan, lenturan, tekan atau puntiran yang bekerja sendiri-sendiri maupun
gabungan satu dengan yang lainnya. Kata poros mencakup beberapa variasi
seperti shaft atau axle (as). Shaft merupakan poros yang berputar dimana akan
menerima beban puntir, lenturan atau puntiran yang bekerja sendiri maupun
secara gabungan. Sedangkan axle (as) merupakan poros yang diam atau berputar
yang tidak menerima beban puntir (Khurmi, R.S., 2002).
Jenis poros yang lain (Sularso, 1987) adalah jenis poros transmisi. Poros ini
akan mentransmisikan daya meliputi kopling, roda gigi, puli, sabuk, atau sproket
rantai dan lain-lain. Poros jenis ini memperoleh beban puntir murni atau puntir
dan lentur.
Untuk merencanakan suatu poros maka perlu memperhatikan hal-hal sebagai
berikut (Sularso dan Suga, 1987):
1. Kekuatan Poros.
Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau gabungan
antara puntir dan lentur, juga ada poros yang mendapatkan beban tarik atau
tekan. Oleh karena itu, suatu poros harus direncanakan hingga cukup kuat
untuk menahan beban-beban di atas.
2. Kekakuan Poros.
Meskipun suatu poros mempunyai kekuatan cukup tetapi jika lenturan
puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan ketidaktelitian atau getaran dan
suara, karena itu disamping kekuatan poros, kekakuannya juga harus
diperhatikan dan disesuaikan dengan macam mesin yang akan dilayani poros
tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12
3. Korosi.
Baja tahan korosi dipilih untuk poros. Bila terjadi kontak fluida yang
korosif maka perlu diadakan perlindungan terhadap poros supaya tidak terjadi
korosi yang dapat menyebabkan kekuatan poros menjadi berkurang.
4. Bahan Poros.
Poros untuk mesin biasanya dibuat dari baja batang yang ditarik dingin
dan finishing, baja konstruksi mesin yang dihasilkan dari ingot yang di kill
(baja yang dideoksidasikan dengan ferrosilikon dan dicor, kadar karbon
terjamin). Meskipun demikian, bahan ini kelurusannya agak kurang tetap dan
dapat mengalami deformasi karena tegangan yang kurang seimbang. Poros-
poros untuk meneruskan putaran tinggi dan beban berat umumnya dibuat dari
baja paduan dengan pengerasan kulit yang tahan terhadap keausan.
Te = M 2 + T 2 ...................................................................... ( 2.17 )
Diameter poros :
16 . Te
d =3 .......................................................................... ( 2. 18 )
p .ts
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13
Keterangan :
Te = Torsi ekivalen (kg.m).
T = Torsi maksimum yang terjadi (kg.m).
M = Momen maksimum yang terjadi (kg.m).
t s = Tegangan geser maksimum yang terjadi (kg/cm2).
d = Diameter poros (cm).
3. Momen ekivalen
Me =
1
2
[
M + M2 + T2 ] ....................................................( 2.19 )
Diameter poros :
32 . M e
d =3 ... ( 2.20 )
p . sb
Keterangan :
Me = Momen ekivalen (kg.m).
s b = Tegangan tarik maksimum yang terjadi (kg/cm2).
5. Statika
Statika adalah ilmu yang mempelajari tentang statika dari suatu beban
terhadap gaya-gaya dan juga beban yang mungkin ada pada bahan tersebut.
Dalam ilmu statika keberadaan gaya-gaya yang mempengaruhi sistem menjadi
suatu obyek tinjauan utama dan meliputi gaya luar dan gaya dalam. Gaya luar
adalah gaya yang diakibatkan oleh beban yang berasal dari luar sistem yang pada
umumnya menciptakan kestabilan konstruksi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
Beban
Reaksi
Reaksi Reaksi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15
Beban
(Gaya luar) Gaya dalam
Reaksi
(Gaya luar)
Reaksi Reaksi
(Gaya luar) (Gaya luar)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16
1. Momen.
Momen (M)= F x s .......................................................................( 2.21 )
di mana :
M = momen (N.mm).
F = gaya (N).
S = jarak (mm).
2. Torsi.
3. Gaya.
Tumpuan
Dalam ilmu statika, tumpuan dibagi atas:
1. Tumpuan roll/penghubung.
Tumpuan ini dapat menahan gaya pada arah tegak lurus penumpu,
biasanya penumpu ini disimbolkan dengan:
Reaksi
Gambar 2.5. Sketsa reaksi tumpuan rol (Popov, 1996 )
2. Tumpuan sendi.
Tumpuan ini dapat menahan gaya dalam segala arah
Reaksi
Reaksi
Gambar 2.6. Sketsa reaksi tumpuan sendi (Popov, 1996 )
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17
3. Tumpuan jepit.
Tumpuan ini dapat menahan gaya dalam segala arah dan dapat
menahan momen.
Momen
Reaksi
Reaksi
6. Proses Pengelasan
Dalam proses pengelasan rangka, jenis las yang digunakan adalah las listrik
DC dengan pertimbangan akan mendapatkan sambungan las yang kuat. Pada
dasarnya instalasi pengelasan busur logam terdiri dari bagianbagian penting
sebagai berikut (Kenyon, 1985):
1. Sumber daya, yang bisa berupa arus bolak balik (ac) atau arus searah (dc).
2. Kabel timbel las dan pemegang elektroda.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
19
Edge join
Yaitu dimana kedua benda kerja yang dilas berada pada bidang paparel,
tetapi sambungan las dilakukan pada ujungnya.
T- join
Yaitu dimana kedua benda kerja yang dilas tegak lurus satu sama lain.
Corner join
Yaitu dimana kedua benda kerja yang dilas tegak lurus satu sama lain.
2. Memilih besarnya arus
Besarnya arus listrik untuk pengelasan tergantung pada diameter elektroda
dan jenis elektroda. Tipe atau jenis elektroda tersebut misalnya: E 6010, huruf
E tersebut singkatan dari elektroda, 60 menyatakan kekuatan tarik terendah
setelah dilaskan adalah 60.000 kg/mm2, angka 1 menyatakan posisi
pengelasan segala posisi dan angka 0 untuk pengelasan datar dan horisontal.
Angka keempat adalah menyatakan jenis selaput elektroda dan jenis arus.
Besar arus listrik harus sesuai dengan elektroda, bila arus listrik terlalu kecil,
maka:
- Pengelasan sukar dilaksanakan.
- Busur listrik tidak stabil.
- Panas yang terjadi tidak cukup untuk melelehkan elektroda dan benda
kerja.
- Hasil pengelasan atau rigi-rigi las tidak rata dan penetrasi kurang dalam.
Apabila arus terlalu besar maka:
- Elektroda mencair terlalu cepat.
- Pengelasan atau rigi las menjadi lebih besar permukaannya dan penetrasi
terlalu dalam.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20
7. Proses Permesinan
Proses permesinan adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan elemen-
elemen mesin, yang meliputi proses kerja mesin dan waktu pemasangan.
Pada umumnya mesin-mesin perkakas mempunyai bagian utama sebagai
berikut :
Motor penggerak (sumber tenaga).
1. Kotak transmisi (roda-roda gigi pengatur putaran).
2. Pemegang benda kerja.
3. Pemegang pahat/alat potong.
Macam-macam gerak yang terdapat pada mesin perkakas.
1. Gerak utama (gerak pengirisan).
Adalah gerak yang menyebabkan mengirisnya alat pengiris pada benda kerja.
Gerak utama dapat dibagi :
Gerak utama berputar
Misalnya pada mesin bubut, mesin frais, dan mesin drill.
Mesin perkakas dengan gerak utama berputar biasanya mempunyai gerak
pemakanan yang kontinyu.
Gerak utama lurus
Misalnya pada mesin sekrap.
Mesin perkakas dengan gerak utama lurus biasanya mempunyai gerak
pemakanan yang periodik.
2. Gerak pemakanan.
Gerak yang memindahkan benda kerja atau alat iris tegak lurus pada gerak
utama.
3. Gerak penyetelan.
Menyetel atau mengatur tebal tipisnya pemakanan, mengatur dalamnya pahat
masuk dalam benda kerja
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21
22
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24
Dimana :
tmax = Tegangan geser maksimum (N/mm2)
F = Beban yang diterima (N)
dc = Diameter baut (mm)
r = Jari-jari baut (mm)
n = Jumlah baut
9. Reducer
Fungsi utama dari reducer adalah sebagai pereduksi putaran input dari motor
listrik menjadi putaran yang diinginkan. Sesuai dengan perbandingan reducer
yang digunakan pada mesin pemeras singkong ini, misalnya menggunakan
reducer 1:20, artinya input reducer dari putaran motor 20 rpm maka poros output
reducer menjadi 1 rpm. Adapun bagian dari reducer adalah roda gigi cacing
berpasangan dengan roda gigi miring yang akan membentuk sudut 90.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id BAB III digilib.uns.ac.id
ANALISA PERHITUNGAN
commit
Gambar 3.1 gambar to user
mesin extractor cassava
25
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id
= 1,4 feet3
2. Perhitungan kecepatan screw conveyer (N)
Kapasitas yang direncanakan = 210 feet3/jam
a aPc%aP al c9l alaal
N=
a aPc%aP N 9 a0 9 0
Z3
N=
Z,8
N = 150 rpm
3. Perhitungan daya untuk memutar screw conveyer
4 0
HP =
9
Fo = 3,0
E = 0,94 x 0,94 = 0,8836
P. . .
HPf =
Z333333
Z, .Z13 .Z .Z
=
Z333333
= 0,00486
. P. .4 .0 .
HPm =
Z333333
Z3 .Z, .Z .3,8 .Z
=
Z333333
= 0,00681
4 0
HP =
9
3,338 3,33 Z
=
3,
= 0,0396 Hp
commit to user
= 29,5 watt
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id
13
=
(Z1)
= 0,00262 kg/mm2
= 2,62 x 10-3 kg/mm2
6. Gaya yang dibutuhkan untuk mengeluarkan perasan (gaya aksial) :
F = P x Aconveyor
Tg =
Z33
=
,Z8 Z1,8
= 12o
7. Torsi yang terjadi akibat penekanan :
= 645,84 kg.mm
= 0,646 kg.m
8. Daya penekanan :
P= .(Khurmi, 1982 : 410)
8133
.Z13 .3,8
=
8133
= 0,14 Hp = 104,44 watt
Faktor koreksi untuk daya maksimum yang dibutuhkan fc = 1,2 (sularso, 1997 : 7)
Jadi daya yang dibutuhkan :
Pd = 104,44 x 1,2
= 125,33 watt
Daya total yang dibutuhkan :
Ptot = Pd + Pd
= 35,4 + 125,33
= 160,73 watt
Pemilihahan motor yang ddiasarkan pada daya yang dibutuhkan :
1 Hp = 746 watt
Z3,
P =
8
= 0,22 Hp
Maka motor yang digunakan adalah motor dengan daya Hp, 1 phase, 1400 rpm.
3.3. Perencanaan sabuk dan pulley
1. Menentukan Motor
Daya motor = 1/2 hp
= 746
= 373 watt
Tegangan motor = 220 volt
Putaran motor = 1400 rpm
2. Perencanaan Reduksi Putaran dan sabuk
Putaran motor (N1) = 1400 rpm
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id
3 3
=
18
N3 = 17.8 rpm
c. Sudut singgung puli 1 dan 2 :
(r1 - r2 )
Sin =
X1
110 - 27
=
460
Sin = 0,18
= 10,4
d. sudut kotak
p
= (180 - 2 a ) rad
180
3,14
= (180 - 2 (10,4)) rad
180
= 2,8 rad
commit
e.Panjang sabuk antara puli reducer to user
dengan puli conveyor (L1)
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id
(r1 - r2 ) 2
L1 = p (r1+r2) + 2X1+
X1
(110 - 27)
2
= 3.14(110+27 ) +2 x 460 +
460
= 430,18+ 920 + 14,9
= 1365,08 mm
Sesuai dengan lampiran 4 dan 1, dari data analisa menunjukan bahwa untuk
transmisi ini mengunakan sabuk tipe A yang mempunyai data sbb :
1. Lebar ( b ) = 13 mm
2. Tebal ( t ) = 8 mm
3. Berat = 1,06 N/m
f. Kecepatan linear sabuk :
,Z8 . .
V =
3
,Z8 .3 .3
=
3
= 805,9 mm/s
g. Sudut kontak puli 2 = 34 atau = 17
Cosec = 1/sin 17 = 1/0,29
T
2,3 log 1 = . .cosec
T2
T
2,3 log 1 = 0,3 .3,14 .cosec17
T2
T
2,3 log 1 = 3,24
T2
T 3,24
log 1 =
T2 2,3
T
log 1 = 1,408
T2
T1
= 25,62
T2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id
h. Luas penampang
Gambar 3.2. Penampang sabuk antara reducer dengan poros power screw
Tan =
x
Tan 17 =
8
x = 8 . 0,3
= 2,4 mm
a = b 2x
= 13 2.2,4
= 8,2 mm
a+b
A = .t
2
13 + 8,2
= x8
2
= 84,8 mm2
i. Massa belt per meter
m =A.L.
= 84,8 x 10-6 . 1 . 1140
= 0,097 kg/m
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id
3.4. Pasak
1. Pasak motor
diameter poros 16 mm, maka ukuran pasak yang digunakan
lebar (b) : 5 mm
panjang (l) : 32 mm
tebal (h) : 5 mm
kedalaman alur pasak pada poros (tZ ) = 2,5 mm
kedalaman alur pasak pada naf (t ) = 2,5 mm
bahan pasak dari S30C dengan kekuatan tarik (% ) = 48 N/mm, dan faktor
keamanan (Sf) = 6
commit
sehingga tegangan tarik ijin to user
(% ) dan tegangan geser ijin ( ) adalah :
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id
=
4
8
=
=8
3,1 .
=
3,1 .
=
= 0,7
Daya tangensial pasak (Ft), dimana T poros : 282,8 N
.
Ft =
. ,
=
Z
= 35,35 N
= 0,2
Tegangan permukaan yang terjadi pada naf
P =
*.
1, 1
=
. ,1
= 0,4
demikian tegangan geser pasak ( ) dan tegangan bidang pada naf (P)
=
4
8
=
=8
3,1 .
=
3,1 .
=
= 0,7
Daya tangensial pasak (Ft), ), dimana T poros : 282,8 N
.
Ft =
. ,
=
Z1
= 37,7 N
P =
*.
,
=
. ,1
= 0,4
Tegangan yang diijinkan adalah 8
(sularso, 1997 : 27) dengan
demikian tegangan geser pasak ( ) dan tegangan bidang pada naf (P)
masih lebih kecil dari pada tegangan ijin, sehingga pasak aman digunakan.
3. Pasak pada puli conveyor
diameter poros 28 mm, maka ukuran pasak yang digunakan
1. lebar (b) : 8 mm
2. panjang (l) : 56 mm
3. tebal (h) : 7 mm
4. kedalaman alur pasak pada poros (tZ ) = 4 mm
5. kedalaman alur pasak pada naf (t ) = 3,3 mm
bahan pasak dari S30C dengan kekuatan tarik (% ) = 48 N/mm, dan faktor
keamanan (Sf) = 6
sehingga tegangan tarik ijin (% ) dan tegangan geser ijin ( ) adalah :
=
4
8
=
=8
3,1 .
=
3,1 .
=
= 0,7
Daya tangensial pasak (Ft), dimana T poros : 282,8 N
.
Ft =
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id
. ,
=
= 20,2 N
= 0,078
Tegangan permukaan yang terjadi pada naf
P =
*.
3,
=
. ,1
= 0,25
Tegangan yang diijinkan adalah 8
(sularso, 1997 : 27) dengan
demikian tegangan geser pasak ( ) dan tegangan bidang pada naf (P)
masih lebih kecil dari pada tegangan ijin, sehingga pasak aman
digunakan.
22380
=
111,8
= 200,2 Nm
2. Berat Puli
Analisa berat puli terdiri dari gaya tarik sabuk total dua buah puli 2( T1 + T2 )
yang menghubungkan reducer dengan poros ditambah dengan berat
commit to user
material puli itu sendiri. Secara matematis sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id
Wpuli = 20 N
2( T1 + T2 ) = 1409,38 N
Wtotal = Wpuli + 2( T1 + T2 )
= 20 + 1409,38
= 1429,38 N
Kesetimbangan :
S Fx =0
RCH =0
S Fy =0
-1429,38 + RBV 0.83 . 60 + RCV =0
RBV + RCV = 1479,18
S MA =0
3
-1429,38 . 10 0,83 . 60 F RCV . 60 = 0
RCV = 263,13 N
RBV = 1216;05 N
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id
Sehingga :
NX = 0
VX = -1429,38
MX = -1429,38 . X
Titik A, X = 0
NA = 0
VA = -1429,38 N
MA = 0
Titik B, X = 10
NB = 0
VB = -1429,38 N
MB = 14293,8 Ncm
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id
Sehingga :
NX = 0
VX = -263,13 + 0,83 . X
MX = 263,13 . X 0,83 . X F
Titik C, X = 0
NC = 0
VC = -263,13 N
MC = 0
Titik B, X = 60
NB = 0
VB = -213.33N
3
MB = 263,13 . 60 0,83 . 60 F
= 14293,8 Ncm
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id
3. Lendutan poros
1. Panjang ulir = 550 mm ( 21,65 inchi )
2. Diameter poros (D) = 51 mm ( 2 inchi )
3. Modulus elastisitas baja ( m ) = 30000000
4. Jarak pitch (p) = 100 mm ( 4 inchi )
5. Massa poros (m) = 12 kg ( ditimbang )
6. Percepatan gravitasi(g) = 9,81 m/s2
p
a. Momen inersia polair (Ip) = x D4
32
p
= x 24
32
= 1,57 inch4
b. Berat poros (W1) =mxg
= 12 x 9,81
= 117,72 N
= 25,98 lbf
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id
W
c. Berat ulir total (W2) = xL
p
25.98
= x 21,65
4
= 140,65 lbf
5 xW2 xL3
d. Lendutan poros =
384 xIpxm
5 x140,65 x 21,65 3
=
384 x1,57 x3000000
= 0.004 inch
= 0,1016 mm
Untuk menghindari gesekan antara tabung q 156 mm dengan ulir karena
lendutan maka diameter ulir dibuat 152 mm.
= 6,3 N/mm
Tegangan tarik ( s ) < tegangan tarik ijin ( s ), maka baut pada dudukan
motor aman.
4 .P
s =
p .dc 2
4.130
=
3,14(8,16 )
2
= 2,5 N/mm
Tegangan tarik ( s ) < tegangan tarik ijin ( s ), maka baut pada dudukan
motor aman.
= 1,9 N/mm
Tegangan tarik ( s ) < tegangan tarik ijin ( s ), maka baut pada dudukan
motor aman.
Keterangan :
commit to user
W1 = 16,5 kg
perpustakaan.uns.ac.id 47
digilib.uns.ac.id
W2 = 16,5 kg
W3 = 24 kg
1. Perhitungan kekuatan rangka :
a. Batang C- D
Nx = 0
Vx = 19,8 kg
Mc = 0
Titik G dengan x = 10
NG =0
VG = 19,8 kg
MG = 19,8 . 10
= 198 kg.cm
Nx =0
Vx = 19,8- 16,5
Mx = 19,8 . x 16,5 . ( x-10 )
Titik G dengan x = 10
NG =0
VG = 3,3 kg
MG = 19,8. 10 16,5 . ( 10 -10 )
= 198 kg.cm
Titik H dengan x = 70
NH =0
VH = 3,3 kg
MH = 19,8 . 70 16,5 . ( 70 10 )
= 1386 990
= 396 kg.cm commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 49
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id
a. Batang B- E
Nx =0
Vx =6
Mx =6.x
Titik B dengan x = 0
NB =0
VB = 6 kg
MB = 0 kg . cm
Titik I dengan x = 75
NI =0
VI = 6 kg
MI = 450 kg. cm
Potongan y y ( kiri ) batang B E
Nx =0
commit to user
Vx = 6 24
perpustakaan.uns.ac.id 52
digilib.uns.ac.id
= - 18
Mx = 6 . x 24 ( x 75 )
Titik I dengan x = 75
NI =0
VI = - 18 kg
MI = 6 . 75 24 . ( 75 75 )
= 450 kg . cm
Titik E dengan x = 100
NE =0
VE = -18 kg
ME = 6 . 100 24 ( 100 75 )
= 600 -600
= 0 kg .cm
2. Kekuatan bahan.
Tegangan tarik yang terjadi pada profil L 45x 45 x 3 (ditinjau dari
tegangan bending maksimum)
Dengan:
Mmax = 450 kg cm= 45000 Nmm
I = 0,052x106 mm4
y = 45 - 12,4 mm
= 32,6 m
M .y
s maks =
I
45000x32,6
=
0,052 x10 6
= 28,2 N/mm2
s
b =
Sf
370
=
8
= 46,25 N/mm2
Karena max b , jadi profil L dengan bahan ST37 yang digunakan aman.
. Z333
n=
.
Z . Z333
n=
,Z8 .1
n = 126,19 rpm
Pada pembubutan ini kecepatan spindel 320 rpm, karena untuk kecepatan 126,19
rpm tidak tersedia pada mesin.
1. Pembubutan melintang
.
Tm =
.
Dimana: i = Jumlah pemakanan
*N *
i=
3 13
i=
i = 15 kali pemakanan
Waktu permesinan :
*Z .
Tm =
.
,1 . Z1
Tm =
3,1 . 3
Tm = 4,97 menit
Waktu setting (Ts) = 20 menit
Waktu pengukuran (Tu) = 10 menit
Waktu total = Tm + Ts + Tu
= 4,97 + 20 + 10
= 34,97 menit
2. Pembubutan memanjang
*.
Tm =
.
Dimana : l1 = 700 mm
l2 = 50 mm
l3 = 20 mmcommit to user
perpustakaan.uns.ac.id 56
digilib.uns.ac.id
= 0,62 + 20 + 10
= 30,62 menit
Waktu total yang dibutuhkan untuk semua pembubutan :
= ( 34,97 + 39,37 + 36,5 + 43,12 + 30,62 ) menit
= 184,54 menit
= 3,1 jam
Tabel 3.3. Kecepatan potong & pemakanan mesin bor ( Scharkus & Jutz, 1996).
Diameter Mata Bor 5 10 15 20 25
Putaran spindel :
. Z333
n=
.
Z . Z333
n=
,Z8 . Z3
n = 573,24 rpm
Waktu permesinan :
Tm =
.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 59
digilib.uns.ac.id
Tm =
3,Z . 1 ,8
Tm = 0,078 menit
Jumlah pengerjaan 10 buah :
Tm = 0,078 . 10
= 0,78 menit
Waktu setting (Ts) = 5 mnit
Waktu pengukuran (Tu) = 5 menit
Waktu total = Tm + Ts + Tu
= 0,7 + 5 + 5
= 10,7 menit
2. Pengeboran dudukan motor
Dalam pengeboran (l) = 8 mm
Diameter bor (d) = 10 mm
Langkah Bor (L) = 1 + 0,3 d
= 8 + 0,3 . 10
= 11 mm
Feeding / pemakanan (Sr) = 18 m/menit
Putaran spindel :
. Z333
n=
.
Z . Z333
n=
,Z8 . Z3
n = 573,25 rpm
Waktu permesinan :
Tm =
.
ZZ
Tm =
3,Z . 1 ,1
Tm = 0,107 menit
Jumlah pengerjaan 4 buah :
Tm = 0,107 . 4
Tm = 0,43 menit
Waktu setting (Ts) = 5 menit commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 60
digilib.uns.ac.id
Tm =
.
ZZ
Tm =
3,Z . 1 ,1
Tm = 0,107 menit
Jumlah pengerjaan 4 buah :
Tm = 0,107 . 4
= 0,43
Waktu setting (Ts) = 5 menit
Waktu pengukuran (Tu) = 5 menit
Waktu total = Tm + Ts +Tu
= 0,43 + 5 + 5
= 10,43 menit
4. Pengeboran tabung untuk penekan
Dalam pengeboran (l) = 2 mm commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 61
digilib.uns.ac.id
Waktu permesinan :
Tm =
.
,1
Tm =
3,Z . 11,8Z
Tm = 0,02 menit
Jumlah pengerjaan 4 buah :
Tm = 0,02 . 4
= 0,08 menit
Waktu setting (Ts) = 5 menit
Waktu pengukuran (Tu) = 5 menit
Waktu total = Tm + Ts + Tu
= 0,02 + 5 + 5
= 10,02 menit
Waktu total yang dibutuhkan untuk semua pengeboran :
= (10,7 + 10,43 + 10,4 + 10,02) menit
= 41,55 menit = 0,7 jam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 62
digilib.uns.ac.id
3.9.3. Pengelasan
Kecepatan pengelasan saat pengerjaan yaitu 0,25 cm/detik, panjang total
pengelasan 674 cm :
Waktu pengelasan :
Tm = 674 . 4 detik
= 2696 detik = 44,93 menit
Waktu setting (Ts) = 60 menit
Waktu pengukuran (Tu) = 30 menit
Waktu total = Tm + Ts + Tu
= 44,93 + 60 + 30
= 134,93 menit = 2,24 jam
= 31 %
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
PROSES PRODUKSI DAN ANALISIS BIAYA
67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
a. Rangka.
b. Screwconveyor
c. Hopper
d. Motor listrik
e. Reducer
f. Puli
g. Sabuk
h. Mur dan baut
i. Bantalan
j. Tabung pemeras
Langkah-langkah perakitan :
69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
= Rp 113.590,00
2. Mesin bor.
Biaya = Waktu pemakaian total (biaya sewa + biaya operator)
= Rp 10.600,00
3. Pengelasan.
Biaya = Waktu pemakaian total (biaya sewa + biaya operator)
= Rp 56.000,00
commit to user
70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
jumlah 2.517.500,-
Total Rp 2.898.490,00
commit to user
72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari hasil pembuatan mesin pemeras singkong ini dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Mesin pemeras singkong ini bekerja menggunakan motor hp, 1 phasa
dengan putaran 1400 rpm.
2. Singkong yang akan diperas harus dikupas terlebih dulu dan dicampur
dengan air dengan perbandingan 1 : 1.
3. Pada pengujian mesin pemeras singkong diperoleh :
a. ekstraktsi sari = 69 %
b. ekstraksi ampas = 31 %.
4. Total biaya untuk membuat mesin pemeras singkong sebesar Rp
2.898.490,00
2. Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan, antara lain :
1. Agar mesin pemeras singkong ini dapat berfungsi dengan baik dan tahan
lama, maka perlu dilakukan perawatan yang teratur.
2. Dalam pengoperasian mesin pemeras singkong sebaiknya memperhatikan
kondisi bahan yang akan diperas, sehingga hasil yang diperoleh dapat
maksimal.
commit to user
74