PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
obat pada organ target. dimana suatu senyawa kimia mempunyai potensi
berbahaya atau tidaknya suatu zat yang diuji dikenal sebagai uji toksisitas.
dengan waktu yang singkat, harga yang terjangkau serta cukup akurat
untuk penapisan ekstrak bahan aktif dengan menggunakan hewan uji. Uji
bioaktif selalu bersifat toksik jika diberikan dengan dosis tinggi dan
(Atermia salina Leach). Dimana Larva udang memiliki kulit yang tipis dan
toksisitas. Zat atau senyawa asing yang ada di lingkungan akan terserap
Larva udang yang sensitif ini akan mati apabila zat atau senyawa asing
1
tersebut bersifat toksik, dimana Larva udang ini dimisalkan sebagai sel
kanker karena dimana sel kanker berkembang secara cepat sama seperti
siklus hidup dari larva udang tersebut sehingga metode ini merupakan
salah satu metode yang banyak digunakan untuk pencarian senyawa anti
B. Rumusan Masalah
Mengetahui sitotoksik dari suatu bahan dengan uji toksik terhadap larva
udang (Artemia salina) dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)
C. Maksud Praktikum
toksisitas dari suatu senyawa bahan alam dengan metode Brine Shrimp
D. Tujuan Praktikum
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
(Portulaca oleracea L)
2
E. Manfaat Praktikum
F. Hipotesis
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Toksikologi
A. Pengertian toksikologi
oleh manusia dan karena tidak dapat dihindarkan, maka kita harus
sediaan tak murni atau campuran dari beberapa zat aktif , metode
4
batas terapeutik jarang diberikan. Untuk obat-obat yang mempunyai
terjadi akibat dosis yang berlebih atau penumpukan obat (Kee, 1996).
zat toksik.
2. Efek toksik kronik, yang pada umumnya zat dalam jumlah sedikit
lebih penting lagi mempelajari keamanan setiap zat kimia yang dapat
asing). Setiap zat kimia baru harus diteliti sifat-sifat toksiknya sebelum
5
mengukur kadar senyawa tersebut dan metabolitnya dalam cairan
Artemia Salina Leach (Brine Shrimp Lethality Test). Metode ini sering
mempunyai harga LC50 kurang dari 1000 g/mL (ppm). LC50 (Lethal
6
1000 ppm. Nilai LC50 dari ekstrak metanol yang lebih kecil dari 1000
(Meyer, 1982).
Filum : Arthopoda
Divisio : Crustaceae
Subdivisio : Branchiopoda
Ordo : Anostraca
Famili : Artemiidae
Genus : Artemia
7
2. Morfologi (Mudjiman, 1998)
secara jelas dapat dilihat dalam tiga bentuk yang sangat berlainan,
yaitu bentuk telur, larva (nauplii) dan artemia dewasa. Telur yang baru
dipanen dari alam berbentuk bulat dengan ukuran 0,2-0,3 mm. Telur
yang menetas akan berubah menjadi larva. Telur yang baru menetas ini
terbagi atasl bagian kepala, dada dan perut. Pada bagian kepala
terdapat 2 tangkai mata, 2 antena dan dua antenula. Dada terbagi atas
Perut ternagi atas 8 segmen. Dapat hidup dalam air dengan suhu 25 o-
Siklus hidup artemia bisa dimulai dari saat menetasnya kista atau
telur. Setelah 15-20 jam pada suhu 25C kista akan menetas manjadi
embrio. Dalam waktu beberapa jam embrio ini masih akan tetap
menempel pada kulit kista. Pada fase ini embrio akan menyelesaikan
8
kecoklatan akibat masih mengandung kuning telur. Artemia yang baru
menetas tidak akan makan, karena mulut dan anusnya belum terbentuk
dan memasuki tahap larva kedua. Dalam fase ini mereka akan mulai
makan, dengan pakan berupa mikro alga, bakteri, dan detritus organik
lainnya. Pada dasarnya mereka tidak akan peduli (tidak pemilih) jenis
dengan ukuran yang sesuai. Naupli akan berganti kulit sebanyak 15 kali
a. Salinitas antara 20-30 ppt (parts per thousand) atau 1-2 sendok teh
magnesium sulfat (20 % konsentrasi) atau 1/2 sendok teh per liter
air.
b. Suhu air 26 - 28 C.
merangsang proses.
9
d. Aerasi yang cukup; untuk menjaga oksigen terlarut sekitar 3 ppm
melunakan cangkang.
C. Uraian Tanaman
kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Ordo : Caryophyllales
Familia : Portulacaceae
Genus : Portulaca
tanaman krokot ini berada pada dataran rendah dan tinggi. Tanaman
10
berbentuk bulat dan bertekstur lunak berair dengan warna hijau
kadang ada yang merah dengan ukuran yang kecil. Daun tanaman
biji.
payudara (mastitis).
(Rheumatism)
saluran kencing.
(Hepatitis)
11
Tanaman krokot digunakan untuk mengobati anak Cacingan.
D. Uraian Sampel
busuk
12
BAB III
METODE PRAKTIKUM
1. Bahan
etanol herba krokot (Portulaca oleracea L), ekstrak ragi, .dan air laut
2. Alat
B. Hewan Coba
C. Prosedur Kerja
karet gelang, ditambahkan air laut yang sudah disaring sebanyak 250 mL,
dengan aerator , setelah ditutup toples dengan plastik dan diberi lubang
agar ada udara , setelah itu dipasang lampu pijar diatas toples yang dijepit
berisi air laut, kemudian ditambahkan suspensi ragi 3 tetes masing masing
13
vial, ditambahkan air laut hingga 10 mL,tutup vial menggunakan alvol
14
BAB IV
Pada konsentrasi
1 g 10 g 100 g 1000 g
Ekstrak etanol
herba krokot
(Portulaca 1 2 0 2 8 0
oleracea L).
2 5 0 6 8 5
3 5 0 6 7 1
Jumlah 12 0 14 23 6
X X2 Y Y2 XY
0 0 4,75 22,56 0
1 1 0 0 0
= = = , = , = ,
15
X N Y W NW
1 30 0 0 0
= = = , = , = ,
efek toksisnya. Pada hakikatnya setiap obat dalam dosis yang cukup
dalam air yang dapat menyebabkan 50% kematian pada suatu populasi
berkelompok yaitu pada saat hewan uji dipaparkan suatu bahan kimia
pada larva udang (Artemia salina) dengan ekstrak etanol herba krokot
16
perkembangannya sangat cepat sama seperti dengan larva udang,
sehingga pada praktikum ini ingin diketahui suatu tanaman baru yang
dapat membunuh sel kanker. Salah satu metode yang digunakan untuk
senyawa yang diisolasi adalah Brine shrimp lethality test (BSLT), dimana
tujuan dari penggunaan metode ini adalah sebagai uji pendahuluan yang
17
BAB V
A. Kesimpulan
B. Saran
memperhatikan hewan coba nya agar tidak terjadi sesuatu yang tidk
diinginkan.
18
DAFTAR PUSTAKA
Prama yufdi, Achmadi jumberi. 2009. Pemanfaatan hara air laut untuk
kebutuhan tanaman.
19
20