Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Manusia sebagai Sumber Daya pada mulanya diartikan tenaga kerja manusia
ditinjau secara fisiknya saja. Dengan kemampuan fisiknya manusia berusaha
mengambil manfaat materi yang tersedia dilingkungannya guna memenuhi kebutuhan
hidupnya. Banyak sedikitnya jumlah penduduk serta unsur-unsur yang berkaitan
dengan jumlah dalam batas tertentu merupakan potensi dalam bidang pembangunan.
Dengan jumlah penduduk yang banyak merupakan Sumber Daya Manusia untuk
melakukan pembangunan. Bangsa yang sedang membangun melalui pembangunan
nasional yang berusaha meningkatkan hasilnya di segala bidang kehidupan.
Pembangunan nasional akan lebih bermakna sejauh pembangunan itu mampu
mewujudkan tujuan hakiki kebudayaan.
Sumber Daya Manusia sebagai pendukung pembangunan adalah perilaku
produktif dari manusia dalam bentuk tindakan nyata, sikap dan pengetahuan yang
kondusif bagi terjadinya perubahan-perubahan dari tradisi, sikap dan fikiran dalam
menghadapi hari depan dan perubahan dalam arti pembaharuan. Oleh karena itu
dalam melaksanakan pembangunan suatu wilayah atau negara perlu diketahui
keadaan sumber daya manusia yang ada di wilayah tersebut dan bagaimana
pelaksanaannya. Sumber daya manusia sebagai salah satu sumber daya yang ada
dalam organisasi memegang peranan yang penting dalam keberhasilan pencapaian
tujuan organisasi.
Sumber Daya Manusia menggunakan sumber daya-sumber daya lain yang
dimiliki oleh organisasi dalam rangka mencapai tujuan. Mesin-mesin berteknologi
canggih sekalipun tidak akan ada artinya, jika sumber daya manusia yang
menjalankannya tidak berkualifikasi untuk mengerjakannya. Demikian juga dengan
sumber daya informasi. Sebaik dan selengkap apapun informasi yang diterima oleh
organisasi, tidak akan berarti apa-apa, jika kualitas sumber daya manusia yang ada
tidak mampu menterjemahkannya menjadi informasi yang berguna bagi
perkembangan dan kemajuan organisasi
Sumber Daya Manusia adalah penduduk yang siap, mau dan mampu
memberikan sumbangan terhadap usaha mencapai tujuan organisasional. Dalam ilmu
kependudukan, konsep sumber daya manusia ini dapat disejajarkan dengan konsep
tenaga kerja (Man Power) yang meliputi angkatan kerja (labor force) dan bukan
angkatan kerja. Angkatan kerja yang bekerja disebut juga dengan pekerja. (Ndraha,
1999).
Pelatihan dan pengembangan sering kita dengar dalam dunia kerja di
perusahaan, organisasi, lembaga, atau bahkan dalam instansi kesehatan. Hal ini dapat
diasumsikan bahwa pelatihan dan pengembangan sangat penting bagi tenaga kerja
untuk bekerja lebih menguasai dan lebih baik terhadap pekerjaan yang dijabat atau
akan dijabat kedepan. Tidak terlalu jauh dalam instansi kesehatan, pelatihan dan
pengembangan sering dilakukan sebagai upaya meningkatkan kinerja para tenaga
kesehatan yang dianggap belum mampu untuk mengembangkan pekerjaannya karena
faktor perkembangan kebutuhan masyarakat dalarn kesehatan.
Secara deskripsi tertentu potensi para pekerja kesehatan mungkin sudah
memenuhi syarat administrasi pada pekerjaannya, tapi secara aktual para pekerja
kesehatan harus mengikuti atau mengimbangi perkembangan dunia kesehatan sesuai
dengan tugas yang dijabat atau yang akan dijabatnya. Hal ini yang mendorong pihak
instansi kesehatan untuk memfasilitasi pelatihan dan pengembangan karir para tenaga
kesehatan guna mendapatkan hasil kinerja yang baik, efektif dan efisien.
Salah satu fungsi manajemen surmber daya manusia adalah training and
development artinya bahwa untuk mendapatkan tenaga kesehatan yang bersumber
daya manusia yang baik dan tepat sangat perlu pelatihan dan pengembangan. Hal ini
sebagai upaya untuk mempersiapkan para tenaga kesehatan untuk menghadapi tugas
pekerjaan jabatan yang dianggap belum menguasainya. Management thought yang
dikernukakan Taylor, bahwa tenaga kerja membutuhkan latihan kerja yang tepat.
Teori ini sangat tepat untuk rnenghindari kemungkinan terburuk dalam kemampuan
dan tanggung jawab bekerja, sehingga dalam menyelesaikan tugas jabatan lebih
efektif dan efIsien sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Dalam instansi
kesehatan biasanya para tenaga kerja yang akan menduduki jabatan baru yang tidak
didukung dengan pendidikannya atau belum mampu melaksanakan tugasnya,
biasanya upaya yang ditempuh adalah dengan melakukan pelatihan dan
pengembangan karir. Dengan melalui pelatihan dan pengembangan, tenaga kerja akan
mampu mengerjakan, meningkatkan, mengembangkan pekerjaannya.
Sumber Daya Manusia (SDM) adalah salah satu faktor yang sangat penting
bahkan tidak dapat dilepaskan dari sebuah organisasi, baik institusi maupun
perusahaan. SDM juga merupakan kunci yang menentukan perkembangan
perusahaan. Pada hakikatnya, SDM berupa manusia yang dipekerjakan di sebuah
organisasi sebagai penggerak, pemikir dan perencana untuk mencapai tujuan
organisasi itu.
Pengertian SDM dapat dibagi menjadi dua, yaitu pengertian mikro dan makro.
Pengertian SDM secara mikro adalah individu yang bekerja dan menjadi anggota
suatu perusahaan atau institusi dan biasa disebut sebagai pegawai, buruh, karyawan,
pekerja, tenaga kerja dan lain sebagainya. Sedangkang pengertian SDM secara makro
adalah penduduk suatu negara yang sudah memasuki usia angkatan kerja, baik yang
belum bekerja maupun yang sudah bekerja.
Secara garis besar, pengertian Sumber Daya Manusia adalah individu yang
bekerja sebagai penggerak suatu organisasi, baik institusi maupun perusahaan dan
berfungsi sebagai aset yang harus dilatih dan dikembangkan kemampuannya.
Dalam instansi pendidikan biasanya para tenaga kerja yang akan menduduki
jabatan baru yang tidak didukung dengan pendidikannya atau belum mampu
melaksanakan tugasnya, biasanya upaya yang ditempuh adalah dengan melakukan
pelatihan dan pengembangan karir. Dengan melalui pelatihan dan pengembangan,
tenaga kerja akan mampu mengerjakan, meningkatkan, mengembangkan
pekerjaannya.
1. Pelatihan.
Tujuan: Peningkatan kemampuan individu bagi kepentingan jabatan saat ini. Sasaran:
Peningkatan kinerja jangka pendek. Orientasi: Kebutuhan jabatan sekarang.Efek
terhadap karir: Keterkaitan dengan karir relatif rendah.
2. Pengembangan.
Teknik-teknik on the job merupakan metode latihan yang paling banyak digunakan.
Karyawan dilatih tentang pekerjaan baru dengan sepervise langsung seorang pelatih
yang berpengalaman (biasanya karyawan lain). Berbagai macam teknik ini yang bisa
digunakan dalam praktek adalah sebagai berikut:
1. Rotasi jabatan
2. Latihan instruksi pekerjaan
3. Magang (apprenticeships)
4. Coaching
5. Penugasan sementara
Teknik-teknik off the job, dengan pendekatan ini karyawan peserta latihan
menerima representasi tiruan (articial) suatu aspek organisasi dan diminta untuk
menanggapinya seperti dalam keadaan sebenarnya. Dan tujuan utama teknik
presentrasi (penyajian) informasi adalah untuk mengajarkan berbagai sikap, konsep
atau keterampilan kepada para peserta. Metode yang bisa digunakan adalah:
Perumusan tujuan pelatihan harus ada keterkaitan antara input, output, outcome, dan
impact dan pelatihan itu sendiri.
3. Prinsip-prinsip pelatihan.
Partisipasi
Pendalaman
Relevansi
Pengalihan
Umpan balik
Suasana nyaman
Memiliki kriteria
4. Merancang dan menyeleksi prosedur pelatihan
Pelatihan instruksi pekerjaan
Perputaran pekerjaan
Magang dan pelatihan
Kuliah dan presentasi
Permainan peran dan pemodelan perilaku
Studi kasus
Simulasi
Studi mandiri dan pembelajaran program
Pelatihan laboratorium
Pembelajaran aksi
Dalam tahapan ini menurut Gomes terdapat paling kurang tiga tahapan utama dalam
pelatihan dan pengembangan, yakni: penentuan kebutuhan pelatihan, desain program
pelatihan, evaluasi program pelatihan.
Adalah lebih sulit untuk menilai kebutuhan-kebutuhan pelatihan bagi para pekerja
yang ada daripada mengorientasikan para pegawai yang baru. Dari satu segi kedua-
duanya sama. Tujuan penentuan kebutuhan pelatihan ini adalah untuk mengumpulkan
sebanyak mungkin informasi yang relevan guna mengetahui dan atau/menentukan
apakah perlu atau tidaknya pelatihan dalam organisasi tersebut.
Dalam tahapan ini terdapat tiga macam kebutuhan akan pelatihan yaitu:
a). General treatment need, yaitu penilaian kebutuhan pelatihan bagi semua pegawai
dalam suatu klasifikasi pekerjaan tanpa memperhatikan data mengenai kinerja dari
seseorang pegawai tertentu.
c). Future human resources neeeds, yaitu jenis keperluan pelatihan ini tidak berkaitan
dengan ketidak sesuaian kinerja, tetapi Iebih berkaitan dengan sumberdaya manusia
untuk waktu yang akan datang.
Jika pelatihan dan pengembangan merupakan Solusi terbaik maka para manajer atau
supervisor harus memutuskan program pelatihan yang tepat yang bagaimana yang
harus dijalankan. Ada dua metode dan pririsip bagi pelatihan:
1. Metode .
Terlepas dari berhagai metode yang ada, apapun bentuk metode yang dipilh, metode
tersebut harus rnemenuhi prinsip prinsip seperti:
2. Memperlihatkan ketrampilan-ketrampilan.
3. Harus konsisten dangan isi pelatihan.
4. Peserta berpartisipasi aktif.
5. Memberikan kesempatan untuk perluasan ketrampilan.
6. Memberikan feedback.
7. Mendorong dari hasil pelatihan ke pekerjaan.
8. Harus efektif dari segi biaya.
9. Evaluasi efektifitas program
Supaya efektif, pelatihan harus merupakan suatu solusi yang tepat bagi
permasalahan organisasi, yakni bahwa pelatihan tersebut dimaksudkan untuk
memperbaiki kekurangan keterampilan. Untuk meningkatkan usaha belajarnya,para
pekerja harus menyadari perlunya perolheanb informasi baru atau mempelajari
keterampilan-keterampilan baru, dan keinginan untuk belajar harus dipertahankan.
Apa saja standar kinerja yang telah ditetapkan, sang pegawai tidak harus
dikecewakan oleh pelatih yang menuntut terlalu banyak atau terlalau sedikit.
Tujuan dari tahapan ini adalah untuk menguji apakah pelatihan tersebut
efektif di dalam mencapai sasaran-sasarannya yang telah ditetapkan. Ini menghendaki
identifikasi dan pengembangan kriteria tertentu, diantaranya:
1. reactions: Ukuran mengenai reaksi ini didesain untuk mengetahui opini dari para
peserta mengenai program pelatihan. Usaha untuk mendapatkan opini para
peserta tentang pelatihan ini, terutama didasarkan pada beberapa alasan utama,
seperti: untuk mengetahui sejauh mana para peserta merasa puas dengan program
untuk maksud diadakannya bebrapa revisi atas program pelatihan, untuk
menjamin agar para peserta yang lain bersikap represif untuk mengikuti program
pelatihan.
2. Learning: Informasi yang ingin diperoleh melalui jenis evaluasi ini adalah
mengetahi seberapa jauh para peserta menguasai konsep-konsep, pengetahuan,
keterampilan-keterampilan yang diberikan selama pelatihan.
3. Behaviors: Perilaku dari para peserta, sebelum dan sesudah pelatihan, dapat
dibandingkan guna mengetahui tingkat pengaruh pelatihan terhadap perubahan
performansi mereka. Langkah ini penting karena sasaran dari pelatihan adalah
untuk mengubah perilaku atau performansi para peseerta pelatihan setelah
diadakan program pelatihan.
4. Organizational result: tujuan dari pengumpulan informasi pada level ini adalah
untuk menguji dampak pelatihan terhadap kelompok kerja atau organisasi secara
keseluruhan.
5. Cost effectivity: ini dimaksudkan untuk mengetahui besarnya biaya yang
dihabiskan bagi program pelatihan, dan apakah besarnya biaya untuk pelatihan
tersebut terhitung kecil atau besar dibandingkan biaya yang timbul dari
permasalah yang dialami oleh organisasi.
Proses evaluasi itu sendiri bisa mendorong para pegawai untuk meningkatkan
produktifitasnya. Untuk mengetahui dampak dari pelatihan itu secara keseluruhan
terhadap hasil atau performansi seseorang atau suatu kelompok tertentu, umumnya
terdapat dua pilihan model penilaian dan pengembangan yaitu: 1. Uncontrolled
model. 2. Controlled model.
Ketiga: lagkah validasi, yaitu program pelatihan dengan menyajiakn kepada beberapa
orang yang bisa mewakili.
Kelima: Langkah evaluasi dan tindak lanjut, dimana manejemen menilai keberhasilan
atau kegagalan program ini.
Prestasi kerja karyawan, apabila prestasi kerja atau produktifitas kerja karyawan
setelah mengikuti pengembangan dan pelatihan, baik kualitas maupun kuantitas
kerjanya meningkat maka berarti pengembangan dan pelatihan yang dilakukan
cukup baik, tetapi jika prestasi kerjanya tetap, maka pengembangan dan
pelatihan yanag dilakukan kurang baik dan perlu adanya perbaikan
Kedisiplinan karyawan, jika kedisiplinan karyawan setelah mengikuti
pengembangan dan pelatihan semakin baik, maka pengembangan dan pelatihan
yang dilakukan tersebut sudah baik, akan tetapi jika kedisiplinan tidak
meningkat berarti pengembangan dan pelatihan yang dilakukan kurang baik
Absensi karyawan, kalau absensi karyawan setelah mengikuti pengembangan
dan pelatihan meningkat maka pengembangan dan pelatihan yang dilakukan
tersebut sudah baik, sebaliknya apabila pengembangan dan pelatihan yang
diterapkan kurang baik
Kalau tingkat kerusakan produksi, alat mesin, setelah karyawan mengikuti
pengembangan dan pelatihan berkurang maka pengembangan dan pelatihan
yang dilakukan tersebut sudah baik, sebaliknya jika tetap maka maka
pengembangan dan pelatihan kirang baik
Tingkat kecelakaan karyawan harus berkurang setelah mereka mengikuti
program pengembangan dan pelatihan, jika tidak berkurang berarti
pengembangan dan pelatihan yang dilakukan perlu disempurnakan lagi
Tingkat pemborosan bahan baku, tenaga, dan waktu, berkurang atau efisiensi
semakin baik maka pengembangan dan pelatihan yang dilakukan sudah baik,
sebaliknya jika tetap berarti pengembangan dan pelatihan yang dilakukan itu
kurang baik
Tingkat kerjasama karyawan harus semakin serasi, harmonis, dan baik setelah
mereka mengikuti pengembangan dan pelatihan, jika tidak ada perbaiakan
kerjassama maka pengembangan dan pelatihan yang dilakukan itu kurang baik
Tingkat upah insentif karyawan meningkat setelah mengikuti pengembangan
maka pengembangan dan pelatihan yang dilakukan itu baik, sebaliknya jika
tetap maka pengembangan dan pelatihan itu kurang baik
Prakarsa karyawan harus meningkat setelah mengikuti pengembangan dan
pelatihan, jika tidak meningkat atau tetap berarti pengembangan dan pelatihan
kurang baik. Dalam hal ini karyawan diharapkan dapat bekerja mandiri serta
bisa mengembangkan kreatifitasnya
Kepemimpinan atau keputusan- keputussan yang ditetapkan oleh manajer
setelah dia mengikuti pengembangan dan pelatihan harus semakin baik,
kerjasama semakin serasi, sasaran yang dicapai semakin besar, ketegangan-
ketegangan berkurang serta kepuasan kerja karyawan meningkat , kalauu hal di
atas tercapai maka pengembangan dan pelatihan yang dilakukan baik,
sebaliknya jika hal diatas tidak tercapai berarti pengembangan dan pelatihan
yang dilakukan kurang baik.
Seorang pelatih atau instruktur hendaknya memiliki syarat- syarat tertentu agar
berhasil dalam melakukan pengembangan terhadap karyawan, diantaranya yaitu:
1. Manfaat Umum
3.1. Kesimpulan
google-sofyaneffendi.blogspot.com//pelatihan-dan-pengembangan-
sumberdayamanusia. Diakses 21 Nopember 2013
nailasuhada-m.blogspot.com//pelatihan-dan-pengembangan-sumberdayamanusia,
diakses 20 Nopember 2013
http://www.slideshare.net/jatmikomyko/pelatihan-danpengembangansdm,diakses 20
Nopember 2013
google-sofyaneffendi.blogspot.com//pelatihan-dan-pengembangan-sumber day
amanusia. Diakses 21 Nopember 2013