Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Industri konstruksi di Indonesia merupakan salah satu sektor yang sedang
mengalami kemajuan yang pesat, hal ini terbukti dengan semakin banyaknya
pembangunan di Indonesia yang memang menjadi proyek strategis utama
pemerintah yang sedang menjabat saat ini. Dengan semakin banyaknya
pembangunan fisik (infrastruktur) mendorong berbagai pelaksana jasa konstruksi,
baik dari pihak BUMN maupun pihak swasta untuk meningkatkan mutu proyek
secara lebih efektif dan efisien. Dalam keadaan persaingan di dunia jasa konstruksi
sekarang ini, kontraktor di Indonesia dituntut untuk dapat menyelesaikan proyek
konstruksi dalam waktu yang singkat, biaya yang seminimal mungkin, dan
pemanfaatan sumber daya manusia yang efisien, namun tetap memenuhi standar
kualitas yang baik. Untuk mewujudkan itu semua, diperlukan suatu konsep yang
visioner serta dapat mencakup semua bagian konstruksi mulai dari perencanaan,
rancang-bangun, pengadaan dan pelaksanaan di lapangan. (Cinthia, et al, 2016).
Dalam beberapa dekade terakhir, perkembangan teknologi di dunia
konstruksi semakin berkembang pesat, meninggalkan metode sederhana yang
sudah diterapkan beberapa tahun lalu oleh insinyur pelaku jasa di dunia konstruksi.
Bukti awal dari adanya perkembangan teknologi yakni dapat dilihat hampir semua
pekerjaan di suatu proyek konstruksi sudah melalui hasil olah data dari komputer.
Dimulai dari hadirnya aplikasi CAD yang dapat membuat desain gambar dari suatu
komputer dan meninggalkan alat konvensional berupa pulpen, pensil dan meja
gamba. Perkembangan yang terbaru adalah dengan hadirnya metode BIM yang
semakin menyebarluaskan pengaruhnya kepada para pelaku jasa konstruksi.
(Czmoch, et al, 2014).
BIM adalah akronim dari Building Information Modelling yang menurut
beberapa ahli dapat didefinisikan sebagai referensi digital karakteristik fisik dan
fungsional yang merupakan suatu fasilitas/ sumber pengetahuan bersama bagi
beberapa bidang keilmuan yang terlibat dalam suatu proyek konstruksi (arsitektur,
sipil, MEP) untuk berbagi informasi mengenai fasilitas yang membentuk dasar

1
suatu keputusan yang dapat diandalkan selama siklus hidup proyek berlangsung,
dari awal perencanaan hingga demolition (pembongkaran) struktur bangunan
(buildingSMART, 2010). Pendekatan dimensi pada BIM diketahui memiliki
keunggulan, berbeda dengan aplikasi konvensional yang umumnya masih terbatas
pada tahap 3D, BIM diketahui dapat dimanfaatkan hingga pendekatan 4D
(Penjadwalan), 5D (Estimasi Biaya), 6D (Keberlanjutan Struktur), dan 7D
(Aplikasi Manajemen Fasilitas). (Czmoch, et al, 2014).
Pada beberapa negara maju, penggunaan BIM di sektor konstruksi sudah
mulai digalakkan, sementara di Indonesia sendiri penggunaan BIM dikalangan
pelaku jasa konstruksi masih sangat terbatas bahkan terkesan baru, padahal BIM
sudah cukup lama hadir untuk dapat menjadi solusi. Hal ini disebabkan oleh adanya
faktor utama, yang salah satunya yakni biaya pembelian lisensi yang sangat mahal
dan pengoperasiannya yang membutuhkan seseorang yang paham dan menguasai
aplikasi dan metode BIM itu sendiri (SDM). Namun belakangan penggunaan BIM
juga sudah mulai diterapkan oleh beberapa kontraktor besar di Indonesia dalam
pengerjaan proyek konstruksi yang sedang mereka garap. (Bryde, et al, 2012)

1.2. Identifikasi Masalah


Kemajuan teknologi informasi saat ini sangat pesat, tidak terkecuali
perkembangan teknologi informasi pada proyek konstruksi. Saat ini BIM
merupakan teknologi informasi yang dapat mempelajari bangunan tersebut, tanpa
harus benar-benar membangunnya terlebih dulu. BIM sudah berkembang di
negara-negara maju dan diketahui pula sudah sejak lama hadir di Indonesia, namun
pemanfaatannya belum dilakukan secara maksimal. Sebagaimana diketahui, BIM
dapat dijadikan sebagai acuan untuk jadwal pelaksanaan proyek di lapangan (4D),
dan juga estimasi biaya pelaksanaan proyek (5D). (Fundra, 2014).
Bentuk pengaplikasian BIM pada pelaksanaan sebuah proyek merupakan
penggabungan dari hasil beberapa perangkat lunak konvensional sekaligus, hal ini
merupakan sebuah kemajuan dan bentuk nyata efisiensi pelaksanaan proyek, akan
tetapi masih sedikit perusahaan konstruksi Indonesia yang menerapkan
penggunaan BIM pada proyek konstruksi. (Cinthia, 2016). Karena alasan inilah
peneliti memiliki gagasan untuk menganalisis mengenai manfaat dan keunggulan

2
yang didapat oleh kontraktor yang sudah menerapkan metode BIM dibandingkan
dengan metode konvensional pada suatu proyek konstruksi, terutama pada
pengaruh efisiensi waktu, biaya, dan sumber daya manusia di tahap pelaksanaan
proyek.

1.3. Rumusan Masalah


Pelaksanaan menggunakan metode konvensional yang dimaksud
merupakan pelaksanaan proyek konstruksi dimana aplikasi yang digunakan
adalah aplikasi yang sudah umum diaplikasikan oleh kontraktor di Indonesia
seperti AutoCAD, SAP2000, Etabs, Ms. Office, beserta tahapannya. Sementara
pelaksanaan menggunakan metode BIM adalah pelaksanaan sebuah proyek
konstruksi yang mencakup fasilitas dari aplikasi tersebut diatas namun sudah
terintegrasi dalam suatu platform. Contoh aplikasi dengan konsep BIM seperti
Tekla, AutoDesk Revit, dsb. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah,
dapat dirumuskan bentuk permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk pengaplikasian/ pendekatan dimensi BIM pada tahap


pelaksanaan oleh kontraktor yang sudah menerapkan metode BIM di
Indonesia?
2. Bagaimana bentuk efisiensi waktu, biaya dan sumber daya manusia pada
pengaplikasian metode BIM?
3. Apa manfaat dan keunggulan serta bagaimana penilaian pelaku jasa
konstruksi terhadap penggunaan/ penerapan BIM bila dibandingkan dengan
metode konvensional pada pengaruh efisiensi waktu, biaya, dan sumber daya
manusia di tahap pelaksanaan?

1.4. Batasan Masalah

Pembahasan mengenai penelitian ini, khususnya mengenai metode BIM


tentulah memiliki aspek yang luas untuk dapat diteliti, maka itu peneliti merasa perlu
adanya batasan masalah dalam penelitian ini, antara lain :

1. Penelitian dilakukan pada kontraktor di Indonesia dengan cara wawancara


langsung dan pengisian kuesioner yang telah ditetapkan.

3
2. Penelitian perbandingan penggunaan metode BIM dan konvensional
dilakukan pada tahap pelaksanaan proyek konstruksi.

3. Objek penelitian menyasar pada 2 perusahaan kontraktor dan atau 4 proyek


yang sudah menggunakan BIM di pelaksanaan proyek.

4. Penelitian dilakukan pada konstruksi proyek yang termasuk dalam kategori


High Rise Building.

1.5. Maksud dan Tujuan Penelitian

Pada sub-bab ini, akan dijelaskan mengenai apa maksud dan tujuan dari
dilakukannya penelitian ini.

1.5.1 Maksud

Maksud dari penelitian ini adalah, untuk menemukan mengenai ada atau
tidaknya manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan metode BIM, mengetahui
keunggulan penerapan metode BIM, serta mengetahui bagaimana perbandingan
efisiensi waktu, biaya, dan SDM, antara penggunaan metode BIM dengan metode
konvensional dalam tahap pelaksanaan proyek konstruksi gedung yang termasuk
pada kategori High Rise Building.

1.5.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui sejauh mana bentuk pengaplikasian/ pendekatan
dimensi BIM oleh kontraktor yang sudah menerapkan metode BIM pada
tahap pelaksanaan proyek.
2. Untuk mengetahui bentuk efisiensi waktu, biaya, dan SDM pada
pengaplikasian metode BIM yang disajikan dalam bentuk bar chart,
diagram dan tabel.
3. Untuk mengetahui manfaat dan keunggulan, serta penilaian pelaku jasa
konstruksi dengan metode likert terhadap penerapan metode BIM
dibandingkan dengan metode konvensional pada pengaruh efisiensi
waktu, biaya dan sumber daya manusia di tahap pelaksanaan.

4
1.6. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis mengenai kelebihan dan


keunggulan serta manfaat aplikasi BIM dibandingkan dengan aplikasi perangkat
lunak konvensional pada proyek konstruksi di Indonesia khususnya gedung
berkategori high rise building, terutama pada pengaruh efisiensi waktu, biaya, dan
sumber daya manusia pada tahap perencanaan proyek. Narasumber pada penelitian
ini adalah perusahaan konstruksi/ kontraktor yang sudah menerapkan metode BIM
pada proyek yang sedang, akan, atau telah mereka kerjakan.

1.7. Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan dari tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, identifikasi masalah, rumusan
masalah, batasan masalah, maksud dan tujuan, ruang lingkup penelitian,
dan sistematika penulisan.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang teori-teori yang melandasi masalah yang hendak
dibahas, dan juga hal lain yang dapat dijadikan dasar teori yang berkaitan
dengan penelitian. Terutama mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
Building Information Modelling.

BAB III: METODE PENELITIAN

Bab ini diuraikan langkah metode penelitian yang akan digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data, menentukan objek penelitian, komposisi
kuesioner dan metode pengolahan data.

BAB IV: DATA DAN ANALISA


Bab ini peneliti akan menganalisis data yang sudah didapatkan dari para
respondern, dianalisis dan mengolah data tersebut sesuai dengan apa yang
dibutuhkan dalam pemecahan masalah.

5
BAB V : PEMBAHASAN

Bab ini akan dibahas hasil dari BAB IV yaitu data dan analisa yang sudah
didapat untuk kemudian dibahas secara lebih mendalam.

BAB VI: PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari seluruh penelitian yang telah
dilakukan dan diuraikan pada bab-bab sebelumnya, serta saran-saran yang
berhubungan dengan penelitian ini berisi tentang anjuran yang juga disertai
beberapa masukan dari peneliti.

Anda mungkin juga menyukai