Anda di halaman 1dari 36

Evaluasi Kinerja dan DED Peningkatan/ Rehabilitasi

UPPKB Pulau Kalimantan UPPKB


Laporan Pendahuluan

Pendekatan dan
Metodologi
Pendekatan dan
5 Metodologi

Bagian ini akan menjabarkan mengenai pendekatan dan metodologi yang digunakan
dalam pelaksanaan pekerjaan

5.1 UMUM

Untuk dapat melaksanakan pekerjaan penyusunan DED ini dengan hasil yang baik, maka
perlu dipilih dan digunakan pendekatan yang tepat agar dapat dirumuskan konsep dan
solusi desain yang tepat serta sesuai dengan konteks permasalahan dan kebutuhan yang
akan dipenuhi. Dari pendekatan yang dipilih dan digunakan tersebut, maka akan
dijabarkan metodologi pelaksanaan pekerjaan agar setiap kegiatan dapat dilaksanakan
secara sistematis dan praktis, sehingga tercapai sasaran efisiensi biaya, mutu dan waktu
kerja. Dari penjabaran setiap pentahapan secara runtut dalam metodologi pekerjaan yang
disusun, maka akan dapat dikembangkan dan disusun lebih rinci lagi program kerja, jadwal
pelaksanaan pekerjaan beserta organisasi pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan kaitan-
kaitan pekerjaan dan personil yang dibutuhkan sesuai tahapan masing-masing pekerjaan.

5.2 PENDEKATAN

Dalam pelaksanaan kegiatan Evaluasi Kinerja dan DED Peningkatan/ Rehabilitasi UPPKB
Pulau Kalimantan, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Kementerian Perhubungan RI
ini akan digunakan beberapa pendekatan, dan antara satu pendekatan dengan
pendekatan lainnya saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Penjelasan berikut ini
akan menguraikan secara ringkas masing-masing pendekatan yang akan digunakan
tersebut.

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN V-1


DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
Evaluasi Kinerja dan DED Peningkatan/ Rehabilitasi
UPPKB Pulau Kalimantan UPPKB
Laporan Pendahuluan

5.2.1 Pendekatan Tata Spasial Wilayah

Pendekatan Tata Spasial Wilayah merupakan pendekatan perencanaan


bangunan yang dilakukan dengan mengacu pada rencana makro
pengembangan ruang wilayah dimana bangunan akan direncanakan.
Pendekatan tata spasial ini tentunya berkaitan dengan advis planning yang
dikeluarkan oleh pihak yang berwenang berdasarkan .

Beberapa hal yang akan menjadi pertimbangan terkait rencana


pengembangan spasial kawasan wilayah yang harus menjadi acuan yang
ditaati dalam proses perencanaan antara lain :

a) Koefisien Lantai Bangunan

Berpedoman pada luas tapak yang diijinkan sesuai peraturan daerah


setempat maupun secara nasional. Dengan pertimbangan untuk tetap
menyediakan ruang terbuka hijau dalam rangka meningkatkan
kenyamanan ruang dan lingkungan. Pengembangan awal dilakukan
dengan melakukan optimalisasi fungsi dan lahan, serta penataan fungsi
dan aktivitas yang sesuai dengan zonasi fungsi masing- masing ruang
dan unit bangunan. Lebih detail hal ini di lakukan dalam perencanaan
fisik bangunan.

b) Koefisien Dasar Bangunan

Koefisien Dasar Bangunan digunakan untuk menjaga agar angka


ketertutupan lahan tetap harus memadai dan memenuhi standar
peraturan yang berlaku. Kondisi tersebut berimplikasi secara langsung
pada 2 hal yaitu ketersediaan ruang terbuka serta kemampuan resapan
air yang jatuh pada permukaan tanah. Dengan melihat angka
ketertutupan lahan pada area di sekitar site dan mempertimbangkan
aspek konservasi terhadap lingkungan sekitar maka direkomendasikan
koefisien dasar bangunan (KDB).

c) Garis Sempadan Bangunan

Garis sempadan bangunan, merupakan spasi aman sebagai jarak dari

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN V-2


DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
Evaluasi Kinerja dan DED Peningkatan/ Rehabilitasi
UPPKB Pulau Kalimantan UPPKB
Laporan Pendahuluan

bangunan ke arah jalan yang tidak boleh dilampaui oleh denah


bangunan. Ruang yang terbentuk dari jarak tersebut dipergunakan
sebagai ruang ekstra dari area eksternal ke area internal Bangunan
Utama Jembatan Timbang sekaligus sebagai ruang sirkulasi masuk
serta parkir kendaraan besar serta area hijau dan peresapan air hujan,
dan jalur keluar site. Adanya ruang terbuka di antara bangunan dan tepi
jalan mutlak diperlukan. Hal tersebut amat terkait dengan keamanan
bangunan serta kenyamanan aktivitas didalamnya hingga kepadatan
sirkulasi orang dan kendaraan yang melaluinya tidak menimbulkan
gangguan.

5.2.2 Pendekatan Teknis

Secara teknis, UPPKB Pulau Kalimantan ini dilakukan dengan memprioritaskan


setiap aspek teknis sarana dan prasarana gedung utama maupun penunjangnya
yang akan dibangun, sesuai dengan standar dan persyaratan pelayanan
bangunan yaitu sebagai berikut :

a. Aspek Arsitektur Bangunan Gedung Pemerintahan dan Pelayanan


Publik

Bangunan Gedung Utama dan Penunjang UPPKB diutamakan diletakkan


dalam keterjangkauan melalui pergerakan staf pegawai kantor, dengan
besaran kapasitas pelayanan inspeksi, penimbangan serta pengawasan dan
penindakan yang mencukupi termasuk mencakup jumlah pegawai baik
pimpinan dan staf minimal yang akan bekerja di dalam maupun di luar
bangunan. Standar teknis mengikuti standar teknis bangunan gedung yang
telah dikeluarkan oleh instansi yang berwenang, seperti Kementerian PU.

Bangunan Gedung Utama dan Penunjang UPPKB akan direncanakan


dengan mempertimbangkan pula segi estetika bangunan yang menyesuaikan
dengan kondisi lingkungan sekitarnya maupun budaya lokal, serta pemilihan
dan penggunaan bahan dan material yang mudah dalam pemeliharaannya

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN V-3


DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
Evaluasi Kinerja dan DED Peningkatan/ Rehabilitasi
UPPKB Pulau Kalimantan UPPKB
Laporan Pendahuluan

serta dapat menjadi ciri khas dan citra yang sesuai dengan misi, visi dan
tujuan unit pelaksana penimbangan.

b. Aspek Struktur Bangunan

Topografi dari lapangan dan daya dukung tanah merupakan besaran-


besaran yang akan mempengaruhi dimensi, beton bertulang dan banyaknya
tulangan baja yang diperlukan sehingga bangunan menjadi handal dan
fungsional. Untuk itu diperlukan soil investigation, mencakup kondisi tanah,
jenis tanah dan daya dukung tanah. Selain itu juga dipertimbangkan juga
dampak lingkungan, seperti kebisingan, getaran dan kebersihan lingkungan.
Pemilihan tipe pondasi akan dipilih tipe yang ramah lingkungan. Tahap
berikutnya adalah persiapan gambar kerja dan uraian spesifikasi teknis.
Keadaan tanah juga mempengaruhi metode konstruksi. Berdasarkan hasil
rancangan rinci (detail design), metode konstruksi dan volume pekerjaan
akan disiapkan Rancangan Anggaran Biaya (Estimasi biaya konstruksi).

Beberapa peraturan teknis yang berlaku digunakan untuk mengantisipasi


berbagai potensi permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan konstruksi
struktur bangunan:

1. Peraturan dan pedoman yang berlaku.

SKSNI 1991 tentang Pedoman Beton Bertulang

NI-2.1971 Peraturan Beton Bertulang Indonesia

NI-3.1970 Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia

NI-5.1961 Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia

NI-8. Peraturan Cement Portlanda Indonesia

NI-18.1983 Peraturan Pembebanan Indonesia

Peraturan Pembebanan Untuk Gedung 1983.

Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Untuk Gedung

Peraturan Konstruksi Baja

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN V-4


DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
Evaluasi Kinerja dan DED Peningkatan/ Rehabilitasi
UPPKB Pulau Kalimantan UPPKB
Laporan Pendahuluan

Peraturan lain dan Peraturan Pemerintah Daerah setempat.

2. Pembebanan.

Beban Vertikal

Sesuai Peraturan Pembebanan Untuk Gedung 1983, maka beban


mati sesuai dengan bahan yang dipakai, sedang beban hidup
disesuaikan dengan fungsi bangunan.

Beban Horizontal

Berupa beban gempa menurut Peraturan Perencanaan Tahan


Gempa Untuk Gedung disesuaikan dengan lokasi.

3. Alat bantu perencanaan struktur seperti program komputer yang


dapat menambah kecepatan dan keakuratan perencanaan.

c. Aspek Mekanikal Elektrikal

Sistem M/E direncanakan dengan menerjemahkan kebutuhan layanan utilitas


pada setiap bangunan maupun lingkungan site secara keseluruhan. Untuk itu
berdasarkan diperlukan kriteria perencanaan yang akan disusun berdasarkan
merupakan terjemahan dari :

Perilaku dan kegiatan dari pemakai bangunan

Tujuan penggunaan bangunan

Persyaratan Pemerintah

Peraturan teknis yang berlaku

d. Aspek Jaringan Jalan/Sirkulasi Kendaraan

Sistem Sirkulasi kendaraan yang masuk ke dalam bangunan utama UPPKB


disesuaikan dengan dua hal :

Letak parkir penindakan kendaraan berat yang akan direncanakan di


parkir terbuka.

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN V-5


DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
Evaluasi Kinerja dan DED Peningkatan/ Rehabilitasi
UPPKB Pulau Kalimantan UPPKB
Laporan Pendahuluan

Letak dan Tata Sirkulasi kendaraan masuk, ditimbang dan keluar.

Konsep pengembangan sistem sirkuasi ini ditekankan pula pada masalah


pergerakan kendaraan (jaringan jalan) dan masalah pejalan kaki (jalur
pedestrian) bagi sopir, kru maupun staf pegawai UPPKB sendiri.

5.2.3 Pendekatan Ekologis

Pendekatan ekologi dalam perancangan arsitektur atau lebih dikenal dengan


Ecological design, is bioclimatic design, design with the climate of the locality, and
low energy design merupakan perencanaan berwawasan lingkungan yang
menekankan pada integrasi kondisi ekologi setempat, iklim makro dan mikro,
kondisi tapak, program bangunan, design dan sistem yang tanggap pada iklim,
penggunan energi yang rendah.

Mengenai proses perencanaannya sendiri diawali dengan upaya perancangan


secara pasif dengan mempertimbangkan bentuk, konfigurasi, faade, orientasi
bangunan, vegetasi, ventilasi alami, warna. Integrasi tersebut dapat tercapai
melalui 3 tingkatan yaitu :

1. Integrasi fisik dengan karakter fisik ekologi setempat, meliputi keadaan tanah,
topografi, air tanah, vegetasi, iklim dan sebagainya;

2. Integrasi sistim-sistim dengan proses alam, meliputi: cara penggunaan air,


pengolahan dan pembuangan limbah cair, sistim pembuangan dari bangunan
dan pelepasan panas dari bangunan dan sebagainya;

3. Integrasi penggunaan sumber daya yang mencakup penggunaan sumber


daya alam yang berkelanjutan.

Menurut Metallinou (2006), bahwa pendekatan ekologi pada rancangan arsitektur


atau eko arsitektur bukan merupakan konsep rancangan bangunan hi-tech yang
spesifik, tetapi konsep rancangan bangunan yang menekankan pada suatu
kesadaran dan keberanian sikap untuk memutuskan konsep rancangan bangunan
yang menghargai pentingnya keberlangsungan ekositim di alam.

Pendekatan dan konsep rancangan arsitektur seperti ini diharapkan mampu

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN V-6


DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
Evaluasi Kinerja dan DED Peningkatan/ Rehabilitasi
UPPKB Pulau Kalimantan UPPKB
Laporan Pendahuluan

melindungi alam dan ekosistim didalamnya dari kerusakan yang lebih parah, dan
juga dapat menciptakan kenyamanan bagi penghuninya secara fisik, sosial dan
ekonomi.

Pendekatan ekologi pada perancangan arsitektur, Heinz Frick (1998),


berpendapat bahwa, eko-arsitektur tidak menentukan apa yang seharusnya terjadi
dalam arsitektur, karena tidak ada sifat khas yang mengikat sebagai standar atau
ukuran baku. Namun mencakup keselarasan antara manusia dan alam. Eko-
arsitektur mengandung juga dimensi waktu, alam, sosio-kultural, ruang dan teknik
bangunan. Ini menunjukan bahwa eko arsitektur bersifat kompleks, padat dan
vital. Eko-arsitektur mengandung bagianbagian arsitektur biologis (kemanusiaan
dan kesehatan), arsitektur surya, arsitektur bionik (teknik sipil dan konstruksi bgi
kesehatan), serta biologi pembangunan. Oleh karena itu eko arsitektur adalah
istilah holistik yang sangat luas dan mengandung semua bidang.

Ukuran kenyamanan penghuni secara fisik, sosial dan ekonomi, dicapai melalui :
penggunaan sistim-sistim dalam bangunan yang alamiah, ditekankan pada sistim-
sistim pasif, pengendalian iklim dan keselarasan dengan lingkungannya. Bentuk
dan orientasi bangunan didasarkan pada selaras dengan alam sekitarnya,
kebutuhan penghuni dan iklim, tidak mengarah pada bentuk bangunan
atau style tertentu, tetapi mencapai keselarasan dengan alam dan kenyamanan
penghuni dipecahkan secara teknis dan ilmiah. Untuk mendapatkan hasil
rancangan yang mampu selaras dan sesuai dengan perilaku alam, maka semua
keputusan dari konsep perancangan harus melalui analisis secara teknis dan
ilmiah Pemikiran dan pertimbangan yang dilakukan memerlukan pemikiran yang
interdisiplin dan holistic karena sangat kompleks dan mencakup berbagai macam
keilmuan.

Pendekatan dan konsep rancangan arsitektur seperti ini diharapkan mampu


melindungi alam dan ekosistem pada lingkungannya dari kerusakan yang lebih
parah, dan juga dapat menciptakan kenyamanan bagi penghuninya secara fisik,
sosial dan ekonomi. Eko-arsitektur mengandung juga dimensi waktu, alam, sosio-
kultural, ruang dan teknik bangunan. Ini menunjukan bahwa eko arsitektur bersifat
kompleks, padat dan vital. Eko-arsitektur mengandung bagian bagian arsitektur

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN V-7


DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
Evaluasi Kinerja dan DED Peningkatan/ Rehabilitasi
UPPKB Pulau Kalimantan UPPKB
Laporan Pendahuluan

biologis (kemanusiaan dan kesehatan), arsitektur surya, arsitektur bionik (teknik


sipil dan konstruksi bagi kesehatan), serta biologi pembangunan. Oleh karena itu
eko arsitektur adalah istilah holistik yang sangat luas dan mengitegrasikan multi
disiplin ilmu.

Pendekatan konsep ekologi memfokuskan pada pengelolaan tanah, air dan udara
untuk keberlangsungan ekosistem. Tujuan perencanaan dengan pendekatan ini
adalah terciptanya efisiensi penggunaan sumber daya alam tak terperbarui
(energi) dengan mengupayakan energi alternatif (solar, angin, air, bio).
Menggunakan sumber daya alam terperbarui dengan konsep siklus tertutup, daur
ulang dan hemat energi mulai pengambilan dari alam sampai pada penggunaan
kembali, penyesuaian terhadap lingkungan sekitar, iklim, sosial budaya, dan
ekonomi.

Tujuan perancangan arsitektur melalui pendekatan ekologi adalah upaya ikut


menjaga keselarasan bangunan rancangan manusia dengan alam untuk jangka
waktu yang panjang. Keselarasan ini tercapai melalui kaitan dan kesatuan antara
kondisi alam, waktu, ruang dan kegiatan manusia yang menuntut perkembangan
teknologi yang mempertimbangkan nilai-nilai ekologi, dan merupakan suatu upaya
yang berkelanjutan.

Pada pendekatan ini juga diperhatikan mengenai kondisi lokasi terhadap air muka
tanah serta resapan. Hal tersebut memerlukan perhatian khusus mengingat sudah
semakin meningkatnya pembangunan sementara area hijau di wilayah yang
berfungsi sebagai resapan air semakin berkurang. Untuk itu Konsultan Perencana
dalam hal ini memandang perlu untuk melakukan pendekatan ini dalam rangka
ikut menjunjung konservasi lingkungan. Perhitungan kapasitas (jumlah titik) serta
penentuan lokasi sumur-sumur resapan akan menjadi bagian dari sistem
perencanaan bangunan dan pengolahan lahan (land development).

5.2.4 Pendekatan Sistem Perencanaan

Merancang suatu gedung dengan Pendekatan Sistem Perencanaan ialah suatu


cara melihat bahwa bangunan yang akan dibangun merupakan suatu sistem yang

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN V-8


DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
Evaluasi Kinerja dan DED Peningkatan/ Rehabilitasi
UPPKB Pulau Kalimantan UPPKB
Laporan Pendahuluan

sempurna dan terpadu. Cara ini dikembangkan untuk memecahkan suatu masalah
yang kompleks menjadi kerangka-kerangka yang jelas.

Mengutip buku System Approach to Architecture karya Benjamin Handler, yang


menganggap bahwa bangunan adalah suatu sistem yang terdiri dari sub-sub
system.

INPUT PROSES OUTPUT

Gambar 5.1. Kerangka dasar Pendekatan Sistem Perencanan

Kerangka dasar tersebut untuk masing-masing sub sistem akan mempengaruhi


sub sistem lainnya seperti tahap perancangan akan mempengaruhi tahap
pelelangan, yang selanjutnya akan mempengaruhi tahap pelaksanaan yang terkait
satu sama lainnya.

Input 1 Proses 1 Output 1

Input 2 Proses 2 Output 2

Input 3
Gambar 5.2. Tahap Pelaksanaan Perencanaan

Dasar dari model diatas terlihat bahwa salah satu dari keunggulan perencanaan
dengan pendekatan sistem adalah "Output" suatu tahapan perancangan selalu
menjadi "Input" dari tahapan berikutnya dan dapat pula sebagai umpan balik
(input) periksa kembali terhadap proses sebelumnya, sehingga kesalahan yang
timbul pada tahap sebelumnya akan selalu termonitor. Keunggulan lain dari
metoda Pendekatan Perencanaan Sistem adalah karena dipecah atas sub-sub
sistem, maka sangat dimungkinkan untuk melaksanakan perencanaan dengan

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN V-9


DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
Evaluasi Kinerja dan DED Peningkatan/ Rehabilitasi
UPPKB Pulau Kalimantan UPPKB
Laporan Pendahuluan

Perencanaan Lintas Cepat (Fast Track Delivery Method Phase Design) di mana
perencanaan sub-sub sistem dapat dilakukan secara bersamaan tanpa saling
menunggu.

Adapun dengan melakukan metode Perencanaan Lintas Cepat maka dapat


menghasilkan :

a). Pelaksanaan penanganan pekerjaan yang dapat diatur sesuai dengan


kebutuhannya/tahapannya sehingga penghematan waktu dapat diperoleh.
Penghematan waktu perencanaan, berkaitan erat dengan kecepatan
membangun maupun dalam hal ini terbatasnya waktu kegiatan perencanaan.
Dengan metoda lintas cepat ini, pelaksanaan pekerjaan perancangan akan
dilakukan secara bertahap sesuai dengan disiplin ilmu yang berkaitan dan
kebutuhan yang diperlukan oleh pengguna jasa. Guna memonitor
pengendalian waktu, digunakan "Barchart" dan Network Planning" yang
dibuat oleh Konsultan.

b). Produk dengan mutu/kualitas yang tinggi dan dapat dipertanggungjawabkan


secara teknik, sehingga pengendalian mutu dapat dilakukan. Dengan
menggunakan standar dan pertimbangan sebagai contoh saat memeutuskan
untuk melakukan pemilihan bahan yang mengutamakan kekuatan serta
biaya pemeliharaannya kecil atau tidak ada (Maintenance Free), fungsional,
hemat energi dan cukup estetika atas biaya yang ada, maka Konsultan
Perancana dapat memutuskan bahan dan sistem yang akan digunakan.
Pengendalian mutu pada tahap Perancangan ini kemudian ditetapkan dalam
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)/Spesifikasi Teknis serta dalam
gambar-gambar keseluruhan. Untuk pengendalian mutu pada tahap
pelaksanaan, selain pelaksana mengikuti yang tercantum dalam Dokumen
Pelaksanaan, diperlukan pula pengendalian yang dilakukan dengan
pengawasan fisik dilapangan serta dalam rapat-rapat Lapangan dan
Koordinasi yang melibatkan semua pihak proyek pada tahap pelaksanaan
Konstruksi Fisik Konsultan Perencana akan melaksanakan Pengawasan
Berkala.

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN V - 10
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
Evaluasi Kinerja dan DED Peningkatan/ Rehabilitasi
UPPKB Pulau Kalimantan UPPKB
Laporan Pendahuluan

Perencanaan anggaran biaya pembangunan yang dapat diatur sesuai


dengan tahun anggarannya serta penggunaan besarnya dapat dikendalikan
(Pengendalian Biaya). Pengendalian biaya pada tahap perancangan
berkaitan erat dengan pengendalian mutu atau "Value Engineering" yaitu
suatu usaha Perancangan untuk mendapatkan keseimbangan nilai-nilai dari
komponen suatu produk dengan fungsi dari komponen tersebut untuk
mencapai fungsi pokok dari produk dengan biaya yang terkontrol. Dalam
tahap Perencanaan dan Persiapan proses pelelangan, Pemberi Tugas dan
Konsultan Perancang mengadakan Evaluasi bersama. Hasil ini penting
sebagai tolok ukur dalam menganalisa nilai untuk perbandingan biaya dalam
tahap pelelangan.

5.3 METODOLOGI

Untuk mengimplementasikan pendekatan pendekatan yang telah dipilih di atas dalam


tataran pelaksanaan kegiatan maka digunakan Metodologi yang untuk pekerjaan
Penyusunan DED UPPKB Pulau Kalimantan ini secara prinsip terbagi menjadi dua
kategori, yaitu :
1. Metode Perencanaan (Planning);
2. Metode Perancangan (Design).

5.3.1 Metode Perencanaan

Perencanaan (planning) merupakan suatu sarana untuk mentransformasikan


persepsi-persepsi mengenai kondisi-kondisi lingkungan ke dalam rencana yang
berarti dan dapat dilaksanakan dengan teratur. Perencanaan adalah sebuah proses
untuk menetapkan tindakan yang tepat di masa depan melalui pilihan-pilihan yang
sistematik.

Perencanaan merupakan suatu proses menyusun konsepsi dasar suatu rencana


yang meliputi kegiatan-kegiatan :

1. Mengidentifikasi, komponen-komponen yang menunjang terhadap objek yang


merupakan kompleksitas fakta-fakta yang memiliki kontribusi terhadap kesatuan

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN V - 11
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
Evaluasi Kinerja dan DED Peningkatan/ Rehabilitasi
UPPKB Pulau Kalimantan UPPKB
Laporan Pendahuluan

pembangunan;

2. Mengadakan studi, mencari hubungan-hubungan dari faktor-faktor terkait yang


memiliki pengaruh spesifik;

3. Mendeterminasi, menentukan setepat mungkin faktor-faktor yang dominan


dengan memperhatikan kekhususan dari unit perubahan yang spesifik yang
memberikan perubahan terhadap faktor lain;

4. Memprediksi, bagaimana suatu faktor akan berubah sehingga mencapai


keadaan lebih baik di masa depan;

5. Melakukan Tindakan, terstruktur untuk mencapai tujuan pembangunan.

Hasil dari proses tersebut akan menciptakan suatu irisan konsepsi berupa program
yang menjadi dasar atas kegiatan perancangan.

P
R
PLAN O DESIGN
G
R
A
M

Gambar 5.3. Perumusan Program dari Proses Rencana (Plan) dengan


Proses Rancang (Desain)

Adapun proses transformasi dari perencanaan menjadi perancangan dipengaruhi


oleh aspek-aspek berikut:
1. Lokasi pekerjaan;
2. Aktivitas kegiatan yang berlangsung pada bangunan yang direncanakan;
3. Biaya pelaksanaan pekerjaan;
4. Waktu pekerjaan pembangunan dilaksanakan;
5. Fasilitas, sarana dan prasarana;
6. Maksud dan tujuan pembangunan.

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN V - 12
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
Evaluasi Kinerja dan DED Peningkatan/ Rehabilitasi
UPPKB Pulau Kalimantan UPPKB
Laporan Pendahuluan

5.3.2 Metode Perancangan

Metode perancangan arsitektur adalah proses perancangan yang terjadi dalam


rangka menciptakan suatu karya arsitektur, di mana akan memperhatikan konteks
permasalahan perancangan yang dihadapi. Setiap kasus perancangan akan
memerlukan proses perancangan yang berbeda agar tujuan perancangan dapat
dicapai.

Gambar 5.4. Proses Programming berdasarkan Design Brief untuk


Memunculkan Design Sesuai Permasalahan

Dalam melaksanakan tugasnya, penyedia jasa sebagai konsultan perencana akan


menempatkan dirinya sebagai desainer bangunan, penyelaras proyek, koordinator
proyek konstruksi, teknisi lingkungan, spesialis untuk merancang dan menghasilkan
sistem komponen dan sistem struktur bangunan, serta menciptakan presentasi
desain dengan membawa suatu nilai tertentu bagi lingkungan binaannya. Sebagai
penyelaras proyek, Penyedia Jasa harus mampu menjadi penengah antar
kebutuhan dan pilihan, sedangkan sebagai koordinator dari proyek konstruksi
seorang arsitek harus memiliki integritas pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu
untuk memberi satu solusi/pemecahan masalah. Sebagai teknisi lingkungan
seorang arsitek harus tahu bagaimana menyediakan atau mewujudkan kondisi
lingkungan yang sesuai dengan keinginan/kebutuhan manusia.

Agar menghasilkan karya arsitektur yang sesuai dengan keinginan pemberi tugas,
maka diperlukan suatu persamaan persepsi antara arsitek dan pemberi tugas
melalui pertukaran informasi, data serta ide atau gagasan. Jika persamaan persepsi
telah terbentuk, maka tahap selanjutnya adalah mewujudkan keinginan pemberi
tugas.

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN V - 13
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
Evaluasi Kinerja dan DED Peningkatan/ Rehabilitasi
UPPKB Pulau Kalimantan UPPKB
Laporan Pendahuluan

Adapun umumnya tahapan dalam proses perancangan dibagi sebagai berikut :

1. Tahap Asimilasi

Tahap ini mencakup : pengumpulan, pengaturan informasi umum dan informasi


khusus yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi;

2. Tahap Studi umum

Tahap ini meliputi penyelidikan mengenai sifat masalah dan cara-cara


penyelesaiannya;

3. Tahap Pengembangan

Yaitu tentang pengolahan yang menghasilkan pemecahan masalah;

4. Tahap Presentasi

Merupakan proses penyampaian kepada para stakeholder ataupun pihak-pihak


terkait lainnya atas pemecahan masalah.

Dalam proses perancangan ini metode perancangan diawali dengan proses


pengumpulan informasi, menemukan masalah, mempelajarinya, mencari
pemecahannya dan kemudian menuangkannya ke dalam suatu desain. Dan atas
proses tersebut perlu dilakukan presentasi agar terjadi komunikasi dua arah.

Tugas dan tanggungjawab Konsultan Perencana terkait dengan pelaksanaan


kegiatan perencanaan harus berpedoman kepada ketentuan yang berlaku,
khususnya Pedoman Teknis Pembangunan Gedung Negara, Keputusan Direktur
Jenderal Cipta Karya Nomor. 295/KPTS/CK/1997, Tanggal 1 April, yang meliputi
tugas-tugas perencanaan lingkungan, rencana tapak bangunan/ site plan, pra
rencana dan perencanaan detil/DED fisik bangunan sebagai gambar kerja, terdiri
atas:

a. Persiapan perencanaan, seperti pengumpulan data dan informasi


lapangan,membuat tanggapan secara garis besar terhadap Kerangka Acuan
Kerja (TOR) dan konsultasi dengan pemberi pekerjaan (dalam hal ini pihak
Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan)
terkait dengan kebijakan dan peraturan serta perijinan pendirian bangunan.

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN V - 14
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
Evaluasi Kinerja dan DED Peningkatan/ Rehabilitasi
UPPKB Pulau Kalimantan UPPKB
Laporan Pendahuluan

b. Penyusunan jenis dan kebutuhan ruang termasuk sarana prasarana sebagai


masukan untuk pembuatan rencana tapak termasuk program dan konsep
ruang, perkiraan biaya, perijinan, persyaratan bangunan dan lingkungan serta
IMB.

c. Penyusunan rencana kegiatan, antara lain meliputi :

Perencanaan Arsitektur dengan uraian konsep dan visualisasi untuk


kemudahan penilaian dan dimengerti oleh Pemberi Tugas

Perencanaan Struktur dengan uraian konsep dan perhitungannya

Perencanaan Utilitas dengan uraian konsep dan perhitungannya

Mekanikal dan elektrikal dengan uraian konsep dan perhitungannya

Perencanaan Lanskaping dan infrastruktur dengan uraian konsep dan


perhitungannya

Laporan akhir perencanaan

d. Penyusunan Rencana Detil, antara lain meliputi :

Gambar detil Arsitektur (interior dan eksterior), Struktur, Utilitas termasuk


Lanskaping dan infrastruktur lainnya, sesuai dengan gambar rencana yang
sudah disetujui

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

Perhitungan volume pekerjaan, harga satuan, analisa harga satuan

pekerjaan serta Rencana Anggaran Biaya (RAB) pelaksanaan konstruksi

Rencana tahapan pembangunan

Laporan akhir perencanaan

e. Kegiatan persiapan pelelangan, seperti membantu Pemberi Tugas dalam


menyusun dokumen pelelangan dan membantu panitia pelelangan menyusun
program dan pelaksanaan kegiatan pelelangan.

f. Membantu panitia pelelangan pada waktu pelaksanaan kegiatan penjelasan

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN V - 15
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
Evaluasi Kinerja dan DED Peningkatan/ Rehabilitasi
UPPKB Pulau Kalimantan UPPKB
Laporan Pendahuluan

pekerjaan termasuk menyusun berita acara hasil penjelasan pekerjaan, evaluasi


penawaran harga dan menyusun kembali dokumen pelelangan serta
melaksanakan tugas yang sama apabila terjadi pelelangan pekerjaan ulang.

g. Mengadakan pengawasan berkala selama pelaksanaan kegiatan konstruksi fisik


berlangsung, antara lain seperti :

Melakukan penyesuaian gambar dan spesifikasi teknis apabila terjadi


perubahan di lapangan

Memberikan penjelasan terhadap persoalan-persoalan yang terjadi selama


pelaksanaan konstruksi fisik berlangsung

Memberikan saran, pertimbangan dan rekomendasi tentang penggunaan


bahan

h. Menyusun buku petunjuk penggunaan peralatan bangunan dan perawatannya


termasuk yang menyangkut peralatan dan perlengkapan mekanikal dan
elektrikal bangunan.

5.3.2.1 Kriteria Design Dalam Perencanaan Bangunan Gedung

Kriteria desain (selain yang tercantum dalam Kerangka Acuan Kerja) merupakan
pertimbangan umum termasuk normative standard yang mendasari proses
perencanaan. Kriteria desain dibutuhkan agar bangunan beserta lingkungannya
berguna (fungsional) dan citra (konsep estetika, ekspresi) mampu mencapai target
yang telah disepakati bersama, dalam hal ini kriteria perancangan menjadi alat
ukur (benchmark). Untuk mengakomodasi berbagai tuntutan aktivitas yang ada,
kriteria-kriteria yang digunakan antara lain :

1) Sebagaimana disyaratkan dalam kriteria gedung Negara yang mengutamakan


kebersihan, hemat, tidak mewah, efisien dan sesuai dengan ketentuan teknis
yang disyaratkan.

2) Semaksimal mungkin menggunakan hasil produksi dalam negeri dengan


memperhatikan kemampuan /potensi nasional.

3) Jarak antar massa bangunan harus mempertimbangkan keselamatan,

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN V - 16
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
Evaluasi Kinerja dan DED Peningkatan/ Rehabilitasi
UPPKB Pulau Kalimantan UPPKB
Laporan Pendahuluan

bahaya kebakaran, kesehatan dan sirkulasi udara dan pencahayaan,


kenyamanan, keselarasan serta keseimbangah terhadap lingkungan.

4) Wujud arsitektur bangunan gedung harus memenuhi kriteria sebagai berikut

Mencerminkan fungsi bangunan sebagai gedung untuk Pusdiklat.

Seimbang, serasi dan selaras dengan lingkungannya

Bersih, Indah namun tidak berlebihan

Efisien dalam penggunaan sumberdaya dalam pemanfaatan dan


pemeliharaannya.

Memenuhi tuntutan social budaya setempat dengan tidak


mengesampingkan kemajuan teknologi saat ini dan masa yang akan
datang.

Inspiratif bagi kawasan dan lingkungan setempat serta menjadi icon bagi
bangunan disekitarnya.

5) Bangunan dan kawasan direncanakan dengan tidak membebani lingkungan


sekitarnya dengan mengikuti kaidah dan prinsip sustainable architecture yang
berwawasan bangunan hijau Green Building Concept.

6) Rencana desain mengacu pada fungsi utama bangunan yang


mempertimbangkan struktur organisasi pengelolaannya.

7) Aspek ekonomi dan berkesinambungan Kriteria yang digunakan:

Bangunan ekonomis

Penggunaan energi secara hemat (efisiensi energi)

Pemeliharaan murah Pertimbangan umum pada:

Biaya pemeliharaan

Fleksibilitas untuk berubah

8) Aspek Efisiensi

Kriteria yang digunakan:

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN V - 17
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
Evaluasi Kinerja dan DED Peningkatan/ Rehabilitasi
UPPKB Pulau Kalimantan UPPKB
Laporan Pendahuluan

Hubungan antar fungsi

Pergerakan orang dan distribusi barang

Penggunaan ruang

Pertimbangan umum pada:

Desain yang dapat menekan biaya operasional

Bangunan terorganisasi dengan baik

9) Fleksibel

Mudah merespon perubahan penggunaan

Dapat berkembang sesuai kebutuhan

Pentahapan dalam perencanan, tahap konstruksi atau pembangunan masa


datang

10) Fungsional

Kriteria yang digunakan:

Pemisahan

Kenyamanan bagi pengguna

Privasi

Pertimbangan umum pada:

Standar dan hubungan ruang

Lingkungan / kondisi eksisting yang telah ada

11) Arsitektur yang baik

Kriteria yang digunakan:

Sosial

Taraf hidup

Estetika

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN V - 18
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
Evaluasi Kinerja dan DED Peningkatan/ Rehabilitasi
UPPKB Pulau Kalimantan UPPKB
Laporan Pendahuluan

Ramah Lingkungan

Dalam proses perancangan bangunan, akan diperhatikan dan dipertimbangkan


beberapa kriteria yang menjadi acuan untuk mengarah pada perumusan
konsep rancangan. Kriteria kriteria tersebut terbagi menjadi dua kategori,
yaitu :

1. Kriteria Umum
2. Kriteria Khusus

5.3.2.2 Kriteria Umum

Pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh Konsultan Perencana seperti yang


dimaksudkan dalam Kerangka Acuan Kerja/KAK ini akan memperhatikan kriteria
umum bangunan, disesuaikan berdasarkan fungsi dan kompleksitas bangunan
tersebut, seperti :

1. Persyaratan Peruntukan dan Intensitas


a. Menjamin bangunan/ gedung dibangun berdasarkan ketentuan tata ruang
dan tata bangunan yang sudah ditetapkan di daerah.
b. Menjamin bahwa bangunan/ gedung digunakan dan dimanfaatkan sesuai
dengan fungsinya, yaitu sebagai tempat menyimpan arsip dan ruang
serbaguna.
c. Menjamin keselamatan pengguna, masyarakat dan lingkungan

2. Persyaratan Arsitektur dan Lingkungan


a. Menjamin terwujudnya bangunan/ gedung yang didirikan berdasarkan
karakteristik lingkungan, ketentuan wujud bangunan serta sesuai dengan
fungsi bangunan/ gedung
b. Menjamin terwujudnya tata ruang hijau yang dapat memberikan
keseimbangan dan keserasian bangunan terhadap lingkungannya
c. Menjamin bangunan/ gedung dibangun dan dimanfaatkan dengan tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan

3. Persyaratan Struktur Bangunan

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN V - 19
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
Evaluasi Kinerja dan DED Peningkatan/ Rehabilitasi
UPPKB Pulau Kalimantan UPPKB
Laporan Pendahuluan

a. Menjamin terwujudnya bangunan/ gedung yang dapat mendukung beban


yang timbul akibat perilaku manusia dan alam
b. Menjamin keselamat manusia dari kemungkinan kecelakaan atau luka
yang disebabkan oleh kegagalan/ kerusakan struktur bangunan
c. Menjamin kepentingan manusia dari kehilangan atau kerusakan benda
yang diakibatkan oleh kegagalan/ kerusakan struktur
d. Menjamin perlindungan bangunan/ gedung atau hal lainnya dari kerusakan
fisik akibat dari kegagalan/ kerusakan struktur

4. Persyaratan Ketahanan terhadap Kebakaran


a. Menjamin terwujudnya bangunan/ gedung yang dapat mendukung dan
tahan terhadap timbulnya kebakaran
b. Menjamin tersedianya sarana prasarana penanggulangan bahaya
kebakaran yang cukup dan memadai serta terjaga / terpelihara dengan
baik
c. Menjamin terwujudnya bangunan/ gedung yang dibangun sedemikian rupa
sehingga mampu secara struktural dan stabil selama kebakaran terjadi,
sehingga :
Cukup waktu untuk melakukan evakuasi secara umum
Cukup waktu bagi petugas pemadam kebakaran memasuki lokasi
untuk memadamkan api
Dapat menghindari kerusakan pada property lainnya

5. Persyaratan Sarana Transportasi (dari dan ke fasilitas UPPKB)


a. Menjamin terwujudnya bangunan/ gedung yang mempunyai aksesibilitas
yang baik, aman dan layak baik didalam maupun di luar lingkungan
b. Menjamin terwujudnya upaya melindungi dan melayani penghuni untuk
memperoleh kemudahan layanan dalam keadaan darurat

6. Persyaratan Pola Sirkulasi Dalam Gedung


a. Menjamin tersedianya ruang yang aman dan nyaman antar dan di dalam
gedung, berupa ruang untuk sirkulasi penghuni dan sirkulasi barang, hal ini

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN V - 20
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
Evaluasi Kinerja dan DED Peningkatan/ Rehabilitasi
UPPKB Pulau Kalimantan UPPKB
Laporan Pendahuluan

bisa berupa jalan/ koridor sebagai penghubung (sirkulasi horizontal),


termasuk tangga dan lift (sirkulasi vertical). Untuk sirkulasi vertical orang
dan barang akan menggunakan tangga.
b. Menjamin adanya sarana sirkulasi bagi penyandang cacat, sehingga
aksesibilitas mereka terjamin dengan baik
c. Tersedianya pola sirkulasi yang baik, layak dan nyaman, adalah dengan
mengikuti standar dan aturan yang berlaku terkait dengan perencanaan
ruang dalam gedung.

7. Persyaratan Pencahayaan Darurat, Arah Lalu Lintas Keluar dan Sistem


Peringatan Bahaya
a. Menjamin adanya sumber cahaya yang bisa berfungsi dalam keadaan
darurat dan penerangan siang hari dengan memaksimalkan pencahayaan
alam.
b. Menjamin adanya peringatan dini di dalam bangunan/ gedung yang
informatif, apabila terjadi keadaan darurat
c. Menjamin penghuni melakukan evakuasi keluar gedung secara mudah
dalam keadaan darurat

8. Persyaratan Instalasi Listrik, Penangkal Petir dan Komunikasi


a. Menjamin tersedianya instalasi listrik yang cukup dan aman dalam
menunjang terselenggaranya kegiatan di dalam dan di luar
bangunan/gedung sesuai dengan fungsinya
b. Menjamin terwujudnya keamanan bangunan/ gedung dan penghuninya
dari bahaya akibat adanya petir
c. Menjamin tersedianya suana komunikasi yang layak dan memadai dalam
menunjang terselenggaranya kegiatan di dalam bangunan/ gedung
maupun dari dan ke lokasi bangunan/gedung sesuai dengan fungsinya

9. Persyaratan Mekanikal
a. Menjamin ketepatan aplikasi spesifikasi teknis lift sebagai sarana
b. mobilitas vertical orang dan barang

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN V - 21
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
Evaluasi Kinerja dan DED Peningkatan/ Rehabilitasi
UPPKB Pulau Kalimantan UPPKB
Laporan Pendahuluan

c. Menjamin ketepatan desain dan penempatan posisi lift sehingga bias


berfungsi optimal

10. Persyaratan Sanitasi Dalam Bangunan/ Gedung


a. Menjamin tersedianya sarana sanitasi yang memadai dalam menunjang
terselenggaranya kegiatan di dalam bangunan/ gedung sesuai dengan
fungsinya
b. Menjamin terwujudnya kebersihan, kesehatan dan memberikan
kenyamanan kepada penghuni bangunan dan lingkungannya

11. Persyaratan Ventilasi dan Pengkondisian Udara


a. Menjamin terpenuhinya kebutuhan udara yang cukup baik alami maupun
buatan dalam menunjang terselenggaranya kegiatan di dalam
bangunan/gedung sesuai dengan fungsinya
b. Menjamin adanya ventilasi yang cukup sebagai sarana bagi sirkulasi udara
alami (keluar masuknya udara dari lingkungan sekitar)
c. Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan tata udara
secara baik dan cukup (pengkondisian udara buatan)

12. Persyaratan Pencahayaan


a. Menjamin terpenuhinya kebutuhan pencahayaan yang baik dan cukup,
baik secara alami maupun buatan di dalam bangunan/ gedung
b. Menjamin terpenuhinya sarana bagi masuknya pencahayaan alami ke
dalam gedung dan tersedianya sarana pencahayaan buatan yang cukup
dan memadai, apabila pencahayaan alami tidak memadai dan tidak
berfungsi

13. Persyaratan Drainase


a. Menjamin tersedianya jaringan drainase disekitar bangunan/ gedung yang
cukup untuk menampung dan mengalirkan air permukaan ke jaringan
drainase bangunan/ gedung kemudian ke jaringan pembuangan yang ada
di luar bengunan/ gedung (saluran pembuang)

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN V - 22
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
Evaluasi Kinerja dan DED Peningkatan/ Rehabilitasi
UPPKB Pulau Kalimantan UPPKB
Laporan Pendahuluan

b. Menjamin terpeliharanya jaringan drainase, baik yang terbuka maupun


tertutup dan cukup serta memadai untuk menampung dan mengalirkan air
permukaan yang ada disekitar bangunan/ gedung ke saluran pembuang

14. Persyaratan Kebersihan Lingkungan


a. Menjamin tersedianya fasilitas penanggulangan, penampungan dan
pengelolaan sampah sederhana yang cukup, layak dan memadai sehingga
menjamin kesehatan, kebersihan dan kenyamanan bagi penghuni dan
lingkungan
b. Menjamin terpeliharanya fasilitas penanggulangan sampah secara baik

5.2.3.2 Kriteria Khusus

Kriteria khusus dimaksudkan untuk memberikan syarat-syarat yang khusus, spesifik


terkait dengan bangunan/ gedung yang akan direncanakan baik dari segi fungsi,
luas, jumlah dan bentuk bangunan serta segi teknis konstruksi fisik bangunan,
misalnya :

1. Luas dan bentuk bangunan/ gedung atas kesesuaiannya dengan


ketersediaan lahan serta lingkungan sekitarnya.
2. Keserasian perencanaan bentuk bangunan sesuai dengan fungsi dan jumlah
masa bangunan yang ada di sekitarnya, kaitannya dengan implementasi
penataan bangunan dan lingkungan sekitar.
3. Solusi dan batasan-batasan konstektual, seperti faktor sosial budaya setempat,
geografis, klimatologi dll.
4. Tahapan Pembangunan, bahwa pembangunan fisik konstruksi yang
didasarkan pada kondisi keterbatasan pembiayaan maupun permasalahan
kebijakan menuntut pentahapan dalam pelaksanaannya. Sehingga dalam
proses perencanaannya pun sudah menyiapkan kemungkinan terjadinya
proses pembangunan yang bertahap tersebut.

Di sisi yang lain, perencanaan/ perancangan fisik bangunan juga didasarkan


pada kriteria bangunan yang baik, antara lain :

1. Berarsitektur bagus

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN V - 23
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
Evaluasi Kinerja dan DED Peningkatan/ Rehabilitasi
UPPKB Pulau Kalimantan UPPKB
Laporan Pendahuluan

Memberikan nilai positif pada konteks sosial

Memperlihatkan komposisi yang baik

Memberi nilai estetis baik eksternal maupun internal

Memberi icon positif bagi organisasi ataupun lembaga pemberi tugas

2. Sesuai dengan lingkungan

Menjadi tetangga yang baik terhadap lingkungan

Sesuai dengan tapak dan persyaratan perencanaan tata kota dan


wilayah pemda setempat.

Menciptakan keberpihakan pada lingkungan hidup sekitarnya

3. Mudah bagi pengguna, ramah lingkungan

Tampak bangunan menarik dengan skala manusia

Main entrance yang jelas dan pintu masuk khusus yang mudah dilihat

Entrance dan area penerima yang mengundang

Jejalur yang sederhana, jelas dan mudah dikenali

Ruang dalam yang menentramkan dengan pandangan ke arah luar

Pencahayaan dan ventilasi alami yang mencakup semua bagian ruang

Kenyamanan dan privasi

Ruang, warna, pencahayaan, pemandangan dan karya seni

Lansekap yang menarik dan taman dalam estetis

4. Memberikan lingkungan yang aman dan nyaman

Rancangan untuk keamanan dan kesehatan

Perencanaan evakuasi kebakaran yang baik

Perencanaan kontrol keamanan yang akurat

5. Akses yang mudah

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN V - 24
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
Evaluasi Kinerja dan DED Peningkatan/ Rehabilitasi
UPPKB Pulau Kalimantan UPPKB
Laporan Pendahuluan

Transportasi umum, kendaraan servis, dan mobil pemadam kebakaran

Kendaraan peserta diklat, dosen, maupun pengelola

Akses untuk pejalan kaki

Akses mudah untuk penyandang cacat

Akses terpisah untuk suplai barang dan pembuangan sampah

6. Efisiensi

Hubungan antar fungsi

Pergerakan orang dan sirkulasi kendaraan ataupun barang

Penggunaan ruang

7. Memenuhi standar konstruksional

Bahan bangunan dan finishing yang sesuai standar nasional,


diutamakan penggunaan produk dalam negeri

Finishing yang mudah dan ekonomis dalam pemeliharaan

Sistem jaringan yang terorganisasi dan mudah digunakan serta mudah


disesuaikan dengan kebutuhan masa datang

5.2.3.4 Azas Azas Desain

Selain dari kreteria diatas, di dalam melaksanakan tugasnya konsultan perencana


hendaknya memperhatikan azas-azas bangunan gedung negara sebagai berikut :

1. Bangunan gedung negara hendaknya fungsional, efisien, menarik tetapi tidak


berlebihan.
2. Kreativitas desain hendaknya tidak ditekankan kepada ketahanan gaya dan
kemewahan penggunaan bahan bangunan, tetapi kepada kemampuan
mengadakan sublimasi antara fungsi teknis dan fungsi bangunan/ gedung,
terutama terhadap fungsi bangunan adalan memberikan pelayanan pengguna
bangunan/gedung Dengan batasan tidak mengganggu produktivitas kerja,

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN V - 25
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
Evaluasi Kinerja dan DED Peningkatan/ Rehabilitasi
UPPKB Pulau Kalimantan UPPKB
Laporan Pendahuluan

biaya investasi dan pemeliharaan bangunan sepanjang umurnya, hendaknya


diusahakan serendah mungkin.
3. Dalam melaksanakan tugasnya Konsultan Perencana harus memperhitungkan
bahwa waktu pelaksnaan pekerjaan adalah singkat, sudah disepakati dan
ditetapkan.
4. Jangka waktu pelaksanaan, khususnya sampai penyerahan laporan akhir
berupa dokumen perencanaan sebagai bahan pelelangan pekerjaan harus
menjadi pertimbangan dalam penyelesaian keseluruhan dokumen pekerjaan.

5.3.2.5 Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan

Berangkat dari dua metode tersebut di atas, maka pelaksanaan setiap pekerjaan
dalam kegiatan penyusunan DED UPPKB akan meliputi 4 (empat) tahapan kegiatan
utama yang runtut sebagai berikut :

a. Tahap Persiapan
b. Tahap Analisa dan Konsep
c. Tahap Pengembangan Rancangan
d. Tahap Detail Engineering Design

Runtutan alur pentahapan pelaksanaan keempat tahap di atas secara grafis


diagramatik dapat dijabarkan dalam gambar berikut ini :

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN V - 26
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
Evaluasi Kinerja dan DED Peningkatan/ Rehabilitasi
UPPKB Pulau Kalimantan UPPKB
Laporan Pendahuluan

Kebutuhan, Batasan
dan Permintaan
Rencana Teknis
Stakeholder :
Rinci Site &
- Program Ruang Kantor Infrastruktur
dan Ruang
Penimbangan & Masterplan Pengembangan
Penunjang UPPKB Rencana DED UPPKB
- Pengembangan Sarana
Dokumen
Prasarana
- Kapasitas Prasarana Gambar Utama
Perumusan Kriteria dan
yang dibutuhkan
Pengumpulan Data Konsep:
Eksisting Site : - Skematik Tata Letak &
- Lingkungan Lokasi site Bentuk Massa Bangunan Rencana Rinci dan Dokumen
- Topografi - Konsep dan Skematik Detil Setiap Aspek Penunjang :
- Kondisi Daya Dukung Tata Layout Ruang - RAB
Bangunan :
Tanah (Sondir Test) Tapak & Sirkulasi - Statical
- Visualisasi dan Simulasi - Denah dan Tampak
- Aksesibilitas & Traffic Calculation
- Potongan dan Detil - Kelengkapan
- Vegetasi - Struktur Bangunan
- Linkage Kawasan Standar ME
(Sub Struktur dan - Spesifikasi
- Lingkungan Eksisting Upper Strktr) Standar Bahan
sekitar Peraturan Menteri - Rencana Plumbing & Material
Perhubungan - Rencana ME
Kebijakan Terkait : Nomor 134 tahun - Rencana STP
- Perpres atau Permen 2015 tentang
- Elemen Lansekap
- RTRW, KDB & KLB Penyelenggaraan
dan Pendukung
- Peraturan Daerah Penimbangan DOK.DED UPPKB
- Keputusan Walikota/ Kendaraan Tapak
LENGKAP
Gubernur Bermotor di Jalan - Rencana Detil
Drainase

TAHAP PERSIAPAN & TAHAP ANALISA & KONSEP RANCANGAN TAHAP PENGEMBANGAN TAHAP PENYUSUNAN
PENGUMPULAN DATA (1,5 (1,5 Bln) RANCANGAN (2 Bln) DED (1 Bln) Output :
Bln) Output : LAP. ANTARA Output : LAP. DRAFT FINAL LAP. AKHIR
Output :
LAP.PENDAHULUAN

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN V-1


DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
Evaluasi Kinerja dan DED Peningkatan/ Rehabilitasi
UPPKB Pulau Kalimantan UPPKB
Laporan Pendahuluan

5.3.2.6 Tahapan Persiapan


Tahap persiapan bertujuan untuk menyiapkan tim, baik secara substansial maupun
administratif, untuk melaksanakan pekerjaan ini dan memenuhi tujuan dan keluaran
yang diharapkan. Kegiatan pada tahap ini meliputi :

a. Penyusunan Rencana Kerja, yang meliputi penyempurnaan metodologi agar


lebih rinci dan operasional, dan penyempurnaan jadwal kerja untuk melengkapi
dan mensinkronkan tugas tenaga ahli dengan jadwal kerja.
b. Desk study untuk mendapatkan gambaran awal wilayah studi. Pada tahap ini
dikaji data sekunder, seperti: informasi awal mengenai jumlah dan titik lokasi
Unit Jembatan Timbang eksisting yang ada di wilayah studi di Pulau
Kalimantan, aturan maupun kebijakan mengenai standar teknis Jembatan
Timbang yang dikeluarkan instansi terkait, serta studi peta - peta yang relevan
yang mungkin dimiliki Pemberi Tugas ataupun beberapa lembaga terkait,
seperti peta topografi, peta land system skala 1 : 100.000, peta geologi, dan
peta-peta lain yang relevan dan tersedia. Peta-peta tersebut digunakan untuk
menyiapkan peta dasar untuk kegiatan lapangan. Pada tahap ini, dilakukan
pula penyusunan checklist data, pengumpulan data sekunder, penyusunan
daftar pertanyaan dan surat pengantar/administrasi untuk di lapangan.
c. Mobilisasi tenaga ahli dan penjelasan kembali alokasi tugas tenaga ahli serta
briefing tahap awal.

Selain mempersiapkan Tim, dalam tahap ini juga akan dilakukan persiapan kegiatan
pengumpulan data, baik data primer maupun sekunder. Kegiatan pengumpulan data
ini akan dilakukan melalui survey lapangan peninjauan ke lokasi perencanaan yang
telah disepakati dan diputuskan bersama maupun ke beberapa instansi

Survey yang akan dilakukan meliputi :

a. Survey Pengumpulan Data Primer


Survey Pengumpulan Data Primer adalah upaya peninjauan lokasi
perencanaan untuk pengumpulan data dan informasi yang terkait dengan
kondisi eksisting Jembatan Timbang yang telah terpilih sebagai lokasi

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN V-1


DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
Evaluasi Kinerja dan DED Peningkatan/ Rehabilitasi
UPPKB Pulau Kalimantan UPPKB
Laporan Pendahuluan

perencanaan. Survei primer ini nantinya akan dijadikan cross checking dan
pengujian validitas dari data sekunder, sehingga dimungkinkan dapat diperoleh
ketepatan dan keakuratan informasi. Data Primer yang akan dikumpulkan
dalam survey ke lokasi perencanaan tersebut antara lain :

Tabel 4.1. Daftar Jenis Data Primer yang Dibutuhkan Saat


Survey Lokasi

Instansi/
Lembaga
No. Jenis Data Rincian Data Metode Pelaksanaan Rujukan
Koordinasi
1. Kondisi Teknis Fisik a. Luas Area Site Pengukuran JT Karang
Lahan Site Eksisting Eksisting dengan Theodolite Joang
Area Perencanaan b. Batas Delienasi Site Pengamatan Visual JT Sintang
Eksisting Pengukuran
dengan Theodolite
c. Kondisi Topografi Pengamatan Visual
Site & Level Jalan Pengukuran
dan Bangunan dalam dengan Theodolite
Site
d. Daya Dukung Tanah Pengamatan Visual
dalam Site Uji Sondir &
Pengambilan
Sampel Tanah

2. Kondisi Penataan a. Posisi Akses Masuk Obervasi & JT Karang


Eksisting Site Keluar Kendaraan Pengamatan Visual Joang
Pengukuran JT Sintang
dengan Theodolite
Dokumentasi Foto
b. Alur Sirkulasi Observasi &
Kendaraan dari Pengamatan Visual
Masuk Timbang Dokumentasi Foto
Penindakan - Kluar
c. Pemanfaatan Area Observasi &
Terbangun Pengamatan Visual
Dokumentasi Foto
d. Kondisi Ruang Observasi &
Terbuka Belum Pengamatan Visual
Terbangun Dokumentasi Foto
e. Hubungan antar Observasi &
bangunan dalam Site Pengamatan Visual
Dokumentasi Foto
3. Kondisi Fisik a. Kondisi Platform Observasi & JT Karang
Bangunan Sarana (jenis, model, Pengamatan Visual Joang
Utama kapasitas & dimensi) Dokumentasi Foto JT Sintang
b. Kondisi Rumah Observasi &
Platform (konstruksi Pengamatan Visual
struktur, model, Dokumentasi Foto
bentuk & kelaikan)

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN V-2


DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
Evaluasi Kinerja dan DED Peningkatan/ Rehabilitasi
UPPKB Pulau Kalimantan UPPKB
Laporan Pendahuluan

c. Kondisi jalan masuk Observasi &


ke Timbangan dan Pengamatan Visual
areal parkir truk Dokumentasi Foto
(kemudahan, alur,
kapasitas & keku-
atan)
4. Kondisi Fisik a. Kondisi Bangunan Observasi & JT Karang
Bangunan Sarana Kantor Operasional Pengamatan Visual Joang
Penunjang (jenis, model, Dokumentasi Foto JT Sintang
kapasitas, dimensi &
kelaikan)
b. Kondisi Bangunan Observasi &
Mess & Mushalla Pengamatan Visual
(jenis, model, Dokumentasi Foto
kapasitas, dimensi &
kelaikan)
c. Kondisi Bangunan Observasi &
Gudang (jenis, Pengamatan Visual
model, kapasitas, Dokumentasi Foto
dimensi & kelaikan)
d. Kondisi Bangunan Observasi &
Toilet Umum dan Pengamatan Visual
Utilitas, (jenis, model, Dokumentasi Foto
kapasitas, dimensi &
kelaikan)
5. Lingkungan Sekitar a. Fungsi dan Observasi & JT Karang
Lokasi Site Peruntukan Pengamatan Visual Joang
Dokumentasi Foto JT Siantan
b. Status Kepemilikan Observasi &
Tanah Pengamatan Visual
Dokumentasi Foto
c. Potensi Observasi &
Pengembangan Pengamatan Visual
Dokumentasi Foto
6. Lalu lintas Angkutan a. Jumlah kendaraan Penghitungan JT Karang
Darat di jalur jalan angkutan berat yang dengan alat Joang
melalui Site lalu lalang dan yang penghitung sendiri JT Siantan
masuk JT (jenis, Dokumentasi Foto
kapasitas, ukuran,
muatan)
b. Frekuensi Penghitungan
Pelanggaran dengan alat
Kelebihan Muatan penghitung sendiri
Dokumentasi Foto

Selama proses survey di lokasi perencanaan, dilakukan pula penyortiran data


dan informasi, melalui koreksi dan pemilihan data yang relevan. Kemudian data
dan informasi melalui koreksi dan pemilihan data yang relevan tersebut disusun
menurut aspek-aspek bahasan melalui kegiatan tabulasi data, dan untuk
memberikan gambaran kondisi lokasi pada saat pelaksanaan survei dilakukan

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN V-3


DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
Evaluasi Kinerja dan DED Peningkatan/ Rehabilitasi
UPPKB Pulau Kalimantan UPPKB
Laporan Pendahuluan

pengambilan gambar (foto-foto). Dengan demikian pada saat selesai kegiatan


survey, data-data yang sudah matang dan lengkap serta akurat telah siap
untuk dilakukan analisis yang relevan.

b. Pengumpulan Data Sekunder


Pengumpulan data sekunder adalah pengumpulan data dan informasi melalui
survei ke instansi atau lembaga-lembaga yang terkait dengan kepentingan
studi, baik dalam bentuk laporan, rujukan maupun keterangan dari petugas
instansi yang bersangkutan.

Untuk mempermudah dalam pengarahan pengumpulan data dan informasi,


maka data dan informasi tersebut akan disusun dalam suatu check list data.
Untuk memperoleh data sekunder dilaksanakan dengan menghubungi instansi-
instansi yang memiliki kepentingan dengan dengan studi ini.
Jenis Data yang Dikumpulkan
Jenis data yang dibutuhkan mengikuti lingkup studi perencanaan yang
membutuhkan data terkait evaluasi terhadap operasionalisasi Jembatan
Timbang eksisting di lokasi perencanaan yang telah ditetapkan.
Selain itu jenis data yang dikumpulkan juga meliputi data rencana
pengembangan kawasan regional dan kota, yang diperkirakan akan dapat
berimbas pada keberadaan, eksistensi serta lingkup kapasitas pelayanan
utama maupun pendukung yang dapat diakomodir oleh Jembatan Timbang
yang akan direncanakan. Walaupun tidak wajib ada, namun bilamana
memungkinkan dapat diperoleh data-data yang terdiri dari data
kebijaksanaan dan program pembangunan daerah, data fisik dasar, sarana
dan prasarana, data kependudukan, ekonomi, dan dokumen rencana
sektoral, seperti :
a. Rencana Tata Ruang Kota dan Tata Ruang Kawasan perencanaan
serta keterkaitannya dengan rencana pengembangan bangunan dan
lingkungan di kawasan perencanaan.
b. Informasi tentang tingkat kebutuhan penanganan lokasi perencanaan
antara lain memuat tentang perlunya pengendalian pembangunan

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN V-4


DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
Evaluasi Kinerja dan DED Peningkatan/ Rehabilitasi
UPPKB Pulau Kalimantan UPPKB
Laporan Pendahuluan

yang ketat, program pembangunan yang sedang dan akan


dilaksanakan di dalam kawasan perencanaan, kecenderungan
pembangunan yang ada saat ini dan karakteristik kawasan.
c. Data lingkungan, antara lain akan mencakup data fisik bangunan
dalam kawasan perencanaan, data fisik lingkungan termasuk rincian
mengenai kondisi alam kota pada umumnya dan kawasan
perencanaan khususnya.
d. Data sosial, ekonomi dan budaya, antara lain mencakup aspek
kependudukan, struktur sosial-ekonomi masyarakat dan budaya yang
berkembang datam kawasan perencanaan khususnya dan wilayah
kota.

Tabel 4.2. Daftar Jenis Data Sekunder yang Dibutuhkan Saat Survey Instansional

Instansi/ Lembaga
Jenis Data Rincian Data Metode Pelaksanaan Rujukan
No.
Koordinasi
1. Rencana Tata a. Peruntukan/Tata Wawancara Bappeda Provinsi
Ruang Wilayah Guna Lahan Studi produk Kalbar
Kabupaten/Kota RTRW Kab/Kota Bappeda Provinsi
b. Positioning lokasi Wawancara Kaltim
perencanaan Studi produk
dengan Pusat- RTRW Kab/Kota
pusat Kegiatan
Strategis Kab/Kota
c. Aturan Wawancara
Pembangunan di Studi Produk RDTR
Kawasan lokasi Kab/Kota dan
perencanaan (GSB, Zonasi
KDB, KLB, KDH,
dan sebagainya)
d. Rencana Wawancara
Pengembangan Studi Produk RDTR
jalur transportasi Kab/Kota dan
darat di kawasan Zonasi
perencanaan
e. Data dan rencana Wawancara
pembangunan Studi Data Potensi
Sosial,Ekonomi Industri,
dan Budaya yang Perdagangan,
mungkin berkaitan Manufactur, dan
potensi dampaknya sebagainya
dengan pola dan
volume angkutan
barang melalui jalur
jalan darat.
2. Kondisi Non a. Permasalahan Wawancara JT Karang Joang

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN V-5


DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
Evaluasi Kinerja dan DED Peningkatan/ Rehabilitasi
UPPKB Pulau Kalimantan UPPKB
Laporan Pendahuluan

Teknis dalam Kuesioner Post JT Sintang


Pelaksanaan operasionalisasi Ocupancy
Operasionalisasi kegiatan, tugas Evaluation
Jembatan pokok untuk (bilamana
Timbang penimbangan dan diperlukan)
penindakan
b. Kebutuhan standar Wawancara
keamanan, Kuesioner Post
kesehatan dan Ocupancy
kenyamanan Evaluation
kegiatan formal (bilamana
tugas dan fungsi diperlukan)
pokok sehari-hari
c. Kebutuhan standar Wawancara
keamanan, Kuesioner Post
kesehatan dan Ocupancy
kenyamanan Evaluation
kegiatan non formal (bilamana
sehari-hari diperlukan)

5.3.2.7 Tahap Analisis dan Konsep Rancangan


Tahap analisis bertujuan memahami kondisi unsur-unsur pembentuk tata ruang lingkungan
dan hubungan kausal antar unsur tersebut. Mendahului analisis, akan dilakukan
pengolahan data dan informasi yang telah dikumpulkan pada tahap sebelumnya. Kegiatan
pada tahap ini meliputi :

a. Kompilasi dan tabulasi data, yaitu menstrukturkan data dalam klasifikasi dan
kelompok-kelompok tertentu dan menyusunnya dalam format-format tabel, gambar,
grafik dan tulisan yang disesuaikan dengan kebutuhan untuk analisis (berdasarkan
setiap aspek kajian).
b. Menginterpretasi hasil perhitungan, peta, tabel, dan grafik yang telah distrukturkan dan
dihitung, untuk mendapatkan gambaran tentang struktur dan pola-pola hubungan yang
hendak digambarkan dan perkiraan perkembangannya ke depan.

Secara garis besar pada tahap analisa data ini akan meliputi:

a. Analisis data keadaan lokasi


Analisis terhadap keadaan lokasi
Analisis pencapaian lokasi
Analisis situasi dan rencana tapak, meliputi :
- Analisis blok massa bangunan yang direncanakan.
- Analisis dan pembuatan alternatif rencana arsitektur
- Analisis rencana struktur konstruksi

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN V-6


DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
Evaluasi Kinerja dan DED Peningkatan/ Rehabilitasi
UPPKB Pulau Kalimantan UPPKB
Laporan Pendahuluan

- Analisis skematik sub sistem mekanikal dan elektrikal


- Analisis skematik utilitas bangunan

b. Analisis kebutuhan utilitas bangunan


Air bersih
- Kebutuhan air bersih (sekarang dan proyeksi mendatang)
- Kebutuhan sanitasi
- Kebutuhan AC
- Kebutuhan pemadam kebakaran
- Sumber yang ada dan debitnya.
Analisis sistem air hujan dan air buangan
Analisis sitem air kotor dan sampah

c. Analisis permasalahan
Analisis permasalahan memiliki peran penting dalam memberikan arah perencanaan
dan perancangan. Dari analisis diperoleh beberapa alternatif konsep perencanaan.

5.3.2.8 Tahap Pengembangan Rancangan


Pengembangan rancangan dari konsep yang telah disusun sebelumnya untuk setiap
sarana dan bangunan di Area Jembatan Timbang akan meliputi 2 tahap pekerjaan, yaitu:

1. Rencana Umum
Merupakan kriteria dan arahan rencana wujud bangunan dan lingkungan yang
mencakup :

a. Rencana peruntukan lahan mikro dan makro, termasuk rencana perpetakan dan
rencana tapak.
b. Rencana wujud bangunan meliputi : ketinggian bangunan, kedalaman bangunan,
garis sempadan bangunan (GSB), KDB / KLB, gubahan masa, orientasi, bentuk
dasar, facade bangunan, dan bahan eksterior bangunan.
c. Rencana sistem pergerakan / sirkulasi dan parkir, baik parkir khusus penindakan,
parkir istirahat maupun parkir kendaraan pribadi dan staf karyawan.
d. Rencana ruang terbuka (open space) pertamanan dan perkerasan jalan /
pedestrian termasuk di dalamnya perabot jalan (street furniture).
e. Rencana perletakkan sclupture sebagai nodes ruang luar atau RTH

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN V-7


DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
Evaluasi Kinerja dan DED Peningkatan/ Rehabilitasi
UPPKB Pulau Kalimantan UPPKB
Laporan Pendahuluan

f. Pendukung aktifitas dan kegiatan umum, termasuk di dalamnya keterpaduan


kegiatan yang direncanakan dalam kawasan perencanaan yang saling
mendukung dan melengkapi.

2. Rencana Detail
Arahan rencana detail dari elemen-elemen bangunan dan lingkungan yang bersifat
spesifik untuk masing-masing lingkungan, yaitu bangunan utama dan pendukung
dalam Area Jembatan Timbang, detail dari rencana wujud bangunan, ruang terbuka,
wujud sclupture, rencana umum lainnya seperti facade bangunan, signage (tata
informasi), street furniture dan pedestrian.

5.3.2.9 Tahap Detail Engineering Design


Pada tahapan ini, secara khusus untuk perencanaan DED akan terbagi lagi menjadi
beberapa rencana detail antara lain :

Finalisasi Rencana arsitektur, beserta uraian konsep dan visualisasi atau dengan
perhitungan struktur harus ditandatangani oleh tenaga ahli yang mempunyai izin/
sertifikat keahlian.
Finalisasi Rencana struktur, beserta uraian konsep dan perhitungannya.
Finalisasi Rencana utilitas (mekanikal dan elektrikal) beserta uraian konsep dan
perhitungannya.
Finalisasi perkiraan biaya yang lebih rinci

Pada tahap ini pula produk DED yang dihasilkan merupakan pedoman pelaksanaan
pembangunan di lapangan. Setiap gambar secara jelas mencantumkan notasi
gambar, hubungan antar pekerjaan sehingga mudah dibaca dan dimengerti.

Gambar-gambar yang dihasilkan meliputi:

Gambar kerja arsitektur lengkap dengan detail-detailnya.


Gambar kerja struktur/kontruksi lengkap dengan detail-detailnya.
Gambar kerja elektrikal lengkap dengan detail-detailnya.
Gambar kerja mekanikal lengkap dengan detail-detailnya.
Gambar kerja eksterior / lansekap lengkap dengan detail-detailnya.

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN V-8


DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
Evaluasi Kinerja dan DED Peningkatan/ Rehabilitasi
UPPKB Pulau Kalimantan UPPKB
Laporan Pendahuluan

Sebagian detail sparing-sparing utilitas yang sesuai dengan gambar rencana yang
telah disetujui (semua gambar harus ditandatangani oleh penanggung jawab
perusahaan dan tenaga ahli yang mempunyai izin / sertifikat keahlian).
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
Rincian volume pelaksanaan pekerjaan, Rencana Anggaran Biaya pekerjaan
konstruksi (EE).
Laporan perencanaan.

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN V-9


DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

Anda mungkin juga menyukai