Anda di halaman 1dari 9

PESANTREN LANSIA SEBAGAI UPAYA MEMINIMALKAN RISIKO

PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA DI BALAI


REHABILITASI SOSIAL LANSIA UNIT II PUCANG GADING
SEMARANG

Tika Handayani, Mitsalina Maulida H, Ns. Nurullya Rachma,S.Kep.,M.Kep,.Sp.Kep.Kom


Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang
mitsalnya@gmail.com

Abstrak
Lansia mengalami penurunan fungsi kognitif seiring dengan pertambahan usia. Penurunan fungsi kognitif
pada lansia dapat dicegah dengan memaksimalkan daya kerja otak, salah satunya melalui peningkatan aktivitas
spiritual. Aktivitas spiritual tersebut meliputi pelaksanaan aktivitas ibadah seperti membaca Al Quran, kajian,
wisata ruhani, shalat sunnah, shalat wajib dan dzikir berjamaah yang dilakukan secara rutin. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh aktivitas spiritual terhadap tingkat kognitif lansia di Balai
Rehabilitasi Sosial Mandiri Unit II Pucang Gading Semarang.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian eksperimental. Desain
penelitian ini adalah desain pre dan post. Penentuan sampel menggunakan tehnik consecutive sampling, dimana
terdapat kriteria inklusi dan ekslusi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah The Short Portable Status
Mental Quessionaire (SPSMQ) untuk mengukur status kognitif dan kuisioner spiritual Khalil A Khavari untuk
mengukur frekuensi ibadah dan nilai spiritual pada lansia. Sampel penelitian berjumlah 30 orang dari 115 lansia
dengan gangguan kognitif ringan hingga sedang.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan selama dua bulan, disimpulkan bahwa terdapat pengaruh aktivitas
spiritual terhadap fungsi kognitif pada lansia. Pada lansia perempuan, peningkatan fungsi kognitif mencapai
31,25 % dan pada lansia laki-laki, peningkatan kognitif mencapai 60%.
Kata kunci : Fungsi kognitif, Aktifitas Spiritual, Pesantren lansia

Pesantren Lansia Sebagai Upaya Meminimalkan Risiko Penurunan Fungsi Kognitif Pada Lansia 1
Di Balai Rehabilitasi Sosial Lansia Unit II Pucang Gading Semarang
Tika Handayani, Mitsalina Maulida H, Nurullya Rachma
Pendahuluan shalat, berdzikir, dan mengaji dapat
Angka pertumbuhan lansia di membantu memperbaiki fungsi kognitif
Indonesia terus meningkat setiap tahun lansia yang meliputi proses belajar,
dengan rata-rata populasi usia lanjut adalah persepsi pemahaman, pengertian, dan
3,9% pertahun. Menurut hasil penelitian perhatian. Pelaksanaan aktivitas spiritual di
(statistik) yang dikemukakan oleh Balai Rehabilitasi Sosial Lansia Unit II
Departemen Kependudukan, total populasi Pucang Gading Semarang masih memiliki
usia lanjut di Indonesia pada tahun 2010 beberapa kendala yang ditunjukkan dengan
mencapai 11,4% (Handayani, 2009). rendahnya motivasi lansia untuk
Peningkatan jumlah lansia di Kota menjalankan ibadah sehingga jarang
Semarang menjadi mencapai 9,36 % pada mendirikan shalat lima waktu dan jarang
tahun 2009 dan menjadi urutan terbesar mengikuti pengajian.
kedua jumlah lansianya (Depsos, 2007). Melihat permasalahan yang ada,
Peningkatan jumlah penduduk lansia harus dibutuhkan suatu program yang akan
diikuti dengan meningkatnya kesejahteraan mendukung pemenuhan kebutuhan
pada lansia namun realitanya hampir 80% spiritual lansia dengan memaksimalkan
lansia memiliki sedikitnya satu masalah fasilitas yang tersedia. Program tersebut
kesehatan kronis dan menurunnya kognitif dapat berupa pesantren lansia. Program ini
serta memori. Hal ini juga dialami pada meliputi pelaksanaan aktivitas ibadah rutin,
lansia di Balai Rehabilitasi Sosial Lansia seperti membaca Al Quran, kajian, wisata
Unit II Pucang Gading Semarang. ruhani, shalat sunnah, shalat wajib dan
Berdasarkan hasil interview dengan pihak dzikir berjamaah, serta pendidikan
Balai Rehabilitasi Sosial Lansia Unit II ketrampilan. Aktivitas tersebut mendorong
Pucang Gading Semarang, jumlah lansia lansia untuk turut berpartisipasi aktif
yang mengalami penurunan fungsi kognitif sehingga dapat memberikan pengaruh
mencapai 50% atau sekitar 55 lansia. terhadap produktivitas, kemampuan
Salah satu upaya untuk meminimalkan mempertahankan harga diri, kemandirian,
risiko penurunan kognitif adalah dengan peningkatan kesehatan fisik dan
meningkatkan spiritual lansia. Melalui psikososial. Selain itu, aktivitas di atas
aktivitas spiritual, secara tidak langsung yang dilakukan secara rutin dapat
fungsi kognitif lansia dapat dilatih membantu lansia untuk melatih fungsi
sehingga penurunan kemampuan ini dapat kognitif sehingga dapat meminimalkan
diminimalkan (Hamid, 2000). Berbagai risiko penurunan kognitif pada lansia di
aktivitas spiritual itu sendiri misalnya

2 Jurnal Keperawatan Komunitas . Volume 1, No. 1, Mei 2013; 1-9


Balai Rehabilitasi Sosial Lansia Unit II datang sebanyak 28 orang yang
Pucang Gading Semarang. terdiri dari kepala Rehabilitasi,
Bagian Tata Usaha, Bagian
Metode kesehatan dan pramukti, bagian
1. Assessments Bimbingan sosial dan spiritual
Tahap assessment dilakukan serta bagian Penyantunan.
terhadap lansia guna mengetahui Penyampaian program dilakukan
kondisi mereka, contohnya dengan oleh tim dengan didampingi oleh
mengukur tingkat fungsi kognitif dan dosen pembimbing.
kemampuan berkomunikasi sehingga b. Sosialisasi ke Lansia
terdapat beberapa kondisi yang Sosialisasi dilaksanakan
diutamakan bagi lansia yang dapat pada tanggal 9 Maret 2012.
mengikuti program ini. Semua target peserta lansia dapat
Assessment untuk mengukur diikutsertakan dalam program ini
fungsi kognitif dilakukan dengan yaitu sebanyak 30 orang. Pada
menggunakan instrument SPSMQ saat sosialisasi para lansia
(The Short Portable Mental Status dijelaskan mengenai program
Questioners Test) yang merupakan yang telah disepakati, manfaat
instrument baku dalam mengukur serta beberapa aturan dalam
tingkat kognitif lansia. Hasil penilaian pelaksanaan program
instrument ini merupakan pre-test c. Pembuatan Modul Pesanten
untuk melihat kondisi awal fungsi Lansia
kognitif lansia sehingga didapatkan Modul merupakan panduan
data yang akurat. Selain kemampuan tertulis bagi petugas sebagai
kognitif, kehidupan spiritual lansia gambaran program dan dapat
juga akan dikaji melalui kuesioner digunakan untuk membantu
tersendiri. Kuesioner ini digunakan petugas selama program
untuk melihat frekuensi ibadah dan berlangsung. Modul ini
nilai spiritual para lansia. menerangkan ringkasan materi
2. Preparation pada saat sosialisasi. Isi dari
a. Sosialisasi ke pengurus Balai materi meliputi pesantren lansia,
Rehabilitasi Sosial Pucang Gading kognitif lansia, dan spiritual
Sosialisasi dilaksanakan lansia. Dalam modul juga di
pada tanggal 29 Februari 2012. paparkan nama-nama lansia yang
Pada sosialisasi ini petugas yang

Pesantren Lansia Sebagai Upaya Meminimalkan Risiko Penurunan Fungsi Kognitif Pada Lansia 3
Di Balai Rehabilitasi Sosial Lansia Unit II Pucang Gading Semarang
Tika Handayani, Mitsalina Maulida H, Nurullya Rachma
mengikuti program serta jadwal menekankan pada aktivitas
yang telah disepakati. spiritual terkait dengan pesantren
3. Execution lansia. Setelah disampaikan
a. Penyepakatan Jadwal kepada petugas, terdapat beberapa
Langkah awal yang perubahan jadwal di balai
dilakukan dalam tahap ini adalah sehingga harus ada penyesuaian
sosialisasi program pesantren jadwal kembali.
lansia kepada petugas balai. b. Bimbingan Kader
Sosialisasi yang telah diadakan Setelah sosialisasi dan
pada tanggal 29 Februari 2012 jadwal telah disepakati, tim
dihadiri oleh 28 petugas balai menunjuk empat lansia sebagai
yang terdiri dari petugas kader. Keempat kader tersebut
kesehatan, pramukti, tata usaha, diberi tanggung jawab yaitu
dan bimbingan, serta 1 dosen memonitor lansia yang lainnya
pembimbing. Dalam sosialisasi dalam pelaksanaan program
kali ini, tim menyampaikan pesantren lansia. Selain itu, kader
program yang merupakan diharapkan dapat memotivasi dan
kombinasi antara program yang mengajak lansia-lansia lainnya
telah dicanangkan oleh balai agar lebih tanggap dan semangat
dengan program baru yang dalam pelaksanaan program

c. Target kurikulum
Kegiatan Target Tujuan
1. Shalat - Shalat 5 waktu dalam - Meningkatkan ibadah kepada
berjamaah sehari (minimal 3 kali Tuhan Yang Maha Esa
berjamaah) dalam sehari - Proses menghapal bacaan-
bacaan dalam shalat.
2. Doa Harian - Doa masuk Rumah - Meningkatkan aktivitas
- Doa masuk/keluar WC spiritual lansia.
- Doa makan - Peningkatan kognitif (daya
(doa harian lainnya) ingat) terhadap kegiatan
sehari-hari.
3. Keterampila - Membuat tasbih - Melatih konsentrasi para
n - Membuat kerajinan dari lansia.
kain flanel
- Merangkai bunga

4. Monitoring dijalankan melalui lembar harian yang


Monitoring dilakukan setiap satu telah dibagikan kepada 4 kader lansia.
minggu sekali dengan cara memantau Setiap hari para kader ini memantau
keberlangsungan program yang perkembangan tiap lansia lain yang

4 Jurnal Keperawatan Komunitas . Volume 1, No. 1, Mei 2013; 1-9


mengikuti program. Hal ini diperlukan grafik perbandingan antara pre-test
agar program dapat diselenggarakan dan post-test.
secara continue oleh para lansia dan
para pengurus yang terlibat di Hasil
dalamnya. Selain itu, monitoring juga Luaran dari program pesantren lansia
dilakukan dengan tujuan ketika dalam adalah meminimalisir penurunan fungsi
pelaksanaan program ini mengalami kognitif pada lansia dengan aktivitas-
kesulitan maka baik para lansia aktivitas spiritual. Kebanyakan para lansia
maupun pengurus dapat bertanya dan yang tidak memiliki kegiatan penunjang
menemukan solusi. akan mengalami proses penurunan kognitif
5. Evaluation secara bertahap dan menyebabkan
Evaluation dilaksanakan setiap meningkatnya resiko demensia (pikun).
satu bulan dari masa kerja Melalui kegiatan ini, fungsi kognitif pada
keberlangsungan program dan evaluasi lansia dapat meningkat. Ketercapaian lain
akhir pada akhir program. Pada yaitu peningkatan aspek spiritual pada
evaluasi satu bulanan para lansia dan lansia. Peningkatan tersebut dapat
pengurus berbagi pengalamannya diperoleh melalui aktivitas spiritual seperti
selama kurang lebih satu bulan shalat berjamaah, belajar iqra dan doa-
menjalani program. Terdapat pula doa. Peningkatan ini diukur melalui
pembahasan mengenai evaluasi serangkaian post-test yang dilakukan setiap
program yang kurang maksimal agar bulan dan pada akhir program pesantren
diubah menjadi lebih relevan dan lansia. Hasil dari post test yang berupa
aplikatif. Pada evaluasi bulanan ini kuesioner SPSMQ guna mengukur tingkat
juga dilakukan pre-test untuk kognitif lansia dan kuesioner spiritual
mengetahui tingkat perkembangan Khalil A Khavari dibuat grafik sehingga
kognitif dan spiritual lansia. terlihat kemajuan tingkat kognitif dan
Evaluasi akhir program spiritual yang signifikan.
dilakukan pada akhir pelaksanaan. Sejak awal, tim pelaksana
Evaluasi ini berupa post- test terhadap berkoordinasi dengan kepala bagian
tingkat kemampuan fungsi kognitif bimbingan sosial di Balai Rehabilitasi
dan kegiatan spiritual lansia. Sosial Unit II Pucang Gading Semarang
Pengujian post-test menggunakan dalam menentukan target tiga puluh lansia
SPSMQ dan kuesioner spiritual yang yang akan mengikuti pre-test program
sama dengan pre-test sebelumnya pesantren lansia dengan
Hasil kemudian akan dilihat melalui mempertimbangkan kriteria yang telah

Pesantren Lansia Sebagai Upaya Meminimalkan Risiko Penurunan Fungsi Kognitif Pada Lansia 5
Di Balai Rehabilitasi Sosial Lansia Unit II Pucang Gading Semarang
Tika Handayani, Mitsalina Maulida H, Nurullya Rachma
ditetapkan. Hasil dari koordinasi tersebut dari balai, dan satu lansia perempuan
adalah didapatkan 13 lansia laki-laki dan beragama Kristen sehingga pada akhirnya
17 lansia perempuan yang memenuhi hanya terdapat 26 lansia yang berhasil
kriteria dan dapat dijadikan peserta mengikuti pre-test. Berikut ini adalah
pesantren lansia. Namun sebelum grafik hasil perbandingan pre-test dan
melakukan pre-test, terdapat satu lansia post-test tingkat kognitif dan spiritual
laki-laki wafat, dua lansia laki-laki keluar lansia.

7 10
6 Laki-laki
8
5
4 6
3 4 Perempuan
2 Laki-laki
1 2
0 Perempuan 0

Grafik 1. Hasil Pre-test Grafik 2. Hasil Post-test


Tingkat Kognitif Lansia Tingkat Kognitif Lansia

12 14
10 12
8 10
8
6
6
4 4 Laki-laki
2 Laki-laki 2
0 Perempuan 0
Perempuan

Grafik 3.Hasil Pre-Test Grafik 4. Hasil Post-Test


Tingkat Spiritual Lansia Tingkat Spiritual Lansia

Berdasarkan grafik di atas, dapat perempuan, peningkatan fungsi kognitif


disimpulkan adanya peningkatan tingkat mencapai 31,25 % (5 orang mengalami
spiritual dan fungsi kognitif pada lansia peningkatan fungsi kognitif) dan
setelah mengikuti program pesantren peningkatan spiritual mencapai 50% (8
lansia selama dua bulan. Pada lansia orang mengalami peningkatan spiritual).

6 Jurnal Keperawatan Komunitas . Volume 1, No. 1, Mei 2013; 1-9


Pada lansia laki-laki, peningkatan maksimal ke otak. Artinya, otak
kognitif mencapai 60% (6 orang mendapatkan pasokan darah kaya oksigen
mengalami peningkatan kognitif) dan yang memacu kerja sel-selnya. Dengan
peningkatan spiritual mencapai 60% (6 melakukan gerakan sujud secara rutin,
orang mengalami peningkatan spiritual). pembuluh darah di otak terlatih untuk
menerima banyak pasokan oksigen. Hal ini
Diskusi
juga dapat memicu peningkatan
Hasil penelitian ini menunjukkan
kecerdasan seseorang dan daya pikir
bahwa pesantren lansia merupakan upaya
seseorang, termasuk lansia. Pesantren
yang terbukti dapat meminimalkan risiko
lansia mendorong lansia untuk
penurunan fungsi kognitif pada lansia. Hal
mengerjakan ibadah solat berjamaah
ini dibuktikan dengan lansia yang
sehingga frekuensi gerakan shalat yang
mengalami peningkatan fungsi kognitif
berfungsi untuk meningkatkan fungsi
setelah mengikuti program pesantren lansia
kognitif menjadi lebih sering dilakukan
selama tiga bulan secara rutin. Program
dan dapat meningkatkan fungsi
pesantren lansia merupakan program
kognitifnya. Di dalam aktivitas shalat pun
inovasi dengan menerapkan teori-teori
terdapat aktivitas membaca dan mengingat.
yang sebelumnya ada untuk meningkatkan
Kedua aktivitas tersebut dapat
fungsi kognitif pada lansia dan dikemas
meningkatkan fungsi kognitif. Hal ini
dalam serangkaian kegiatan rutin yang
berdasarkan beberapa hasil penelitian yang
khusus diaplikasikan untuk lansia, yaitu
menyatakan bahwa kemampuan lansia
ibadah bersama (sholat, membaca Al-
untuk belajar dan mengingat dapat
Quran). Program pesantren lansia ini
dipertahankan seperti sebelumnya jika
belum pernah diterapkan oleh unit
diberikan perhatian khusus berupa aktivitas
rehabilitasi sosial lainnya dan merupakan
yang dapat memaksimalkan kerja otak
terobosan baru untuk meningkatkan
(Bastable, 2002).
kesejahteraan lansia.
Keterbatasan penelitian ini adalah
Program pesantren lansia ini
tidak adanya grup kontrol sebagai
dilaksanakan berdasarkan hasil penelitian
pembanding dari grup lansia yang
sebelumnya tentang manfaat gerakan solat
mendapatkan intervensi berupa pesantren
dan manfaat membaca. Dalam penelitian
lansia. Hal ini menyebabkan peneliti hanya
yang dilakukan oleh Prof. Sholeh gerakan
fokus pada lansia yang menjadi target
sholat memiliki banyak manfaat, termasuk
intervensi dan tidak dapat membandingkan
gerakan sujud (Sagiran, 2007). Pada saat
sejauh mana perbedaan fungsi kognitif
sujud, posisi jantung berada di atas kepala
lansia yang mengikuti pesantren lansia dan
yang memungkinkan darah mengalir
Pesantren Lansia Sebagai Upaya Meminimalkan Risiko Penurunan Fungsi Kognitif Pada Lansia 7
Di Balai Rehabilitasi Sosial Lansia Unit II Pucang Gading Semarang
Tika Handayani, Mitsalina Maulida H, Nurullya Rachma
tidak mengikuti pesantren lansia. dilatih sehingga penurunan kemampuan ini
Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya dapat diminimalkan.
adalah dengan penambahan grup kontrol Program pesantren lansia melalui
sehingga dapat diketahui tingkat perbedaan pelaksanaan aktivitas ibadah rutin, seperti
fungsi kognitif pada lansia yang rutin dan membaca Al Quran, kajian, wisata ruhani,
tidak rutin melaksanakan kegiatan ibadah shalat sunnah, shalat wajib dan dzikir
secara jelas dan akurat. berjamaah, serta pendidikan ketrampilan
akan membantu pemenuhan kebutuhan
Kesimpulan spiritual dan melatih fungsi kognitif lansia
Populasi lanjut usia di dunia untuk mencapai masa lansia yang sejahtera
bertambah dengan cepat dibanding dan tujuan menua sehat lansia di Balai
penduduk dunia seluruhnya, bahkan relatif Rehabilitasi Sosial Lansia Unit II Pucang
akan lebih besar di negara-negara sedang Gading Semarang. Program pesantren
berkembang, termasuk Indonesia. Angka lansia yang berjalan selama dua bulan
pertumbuhan lansia di Indonesia terus melibatkan 26 lansia di Balai Rehabilitasi
meningkat setiap tahun dengan rata-rata Sosial Lansia Unit II Pucang Gading
populasi usia lanjut adalah 3,9% pertahun. Semarang. Peningkatan fungsi kognitif dan
Peningkatan jumlah penduduk lansia spiritual lansia mengikuti program
berbanding lurus dengan meningkatnya pesantren lansia diukur dengan instrument
harapan hidup dan kesejahteraan suatu SPSMQ (The Short Portable Mental Status
populasi. Namun, hampir 80% lansia Questioners Test) yang merupakan
memiliki sedikitnya satu masalah instrument baku dalam mengukur tingkat
kesehatan kronis. Seseorang dengan kognitif lansia sedangkan kehidupan
penyakit kronis sering menderita gejala spiritual lansia dikaji melalui kuesioner
yang melumpuhkan dan mengganggu spiritual Khalil A Khavari untuk melihat
kemampuan untuk melanjutkan gaya hidup frekuensi ibadah dan nilai spiritual para
normal mereka. Kondisi yang lansia. Hasil pelaksanaan program
menyebabkan peningkatan ketergantungan pesantren lansia yang berjalan selama dua
pada lansia adalah adanya penurunan bulan menunjukkan adanya peningkatan
fungsi kognitif. Salah satu upaya untuk fungsi kognitif mencapai 31,25 % dan
meminimalkan risiko penurunan kognitif peningkatan spiritual mencapai 50% pada
dengan meningkatkan spiritual lansia. lansia perempuan serta peningkatan
Melalui aktivitas spiritual, secara tidak kognitif mencapai 60% dan peningkatan
langsung fungsi kognitif lansia dapat spiritual mencapai 60% pada lansia laki-
laki.

8 Jurnal Keperawatan Komunitas . Volume 1, No. 1, Mei 2013; 1-9


Saran demikian, penerapan program pesantren
Program pesantren lansia yang lansia yang baik di Balai Rehabilitasi
telah dilaksanakan memiliki kendala yaitu Sosial Lansia Unit II Pucang Gading
realisasi jadwal yang tidak sesuai Semarang dapat dijadikan percontohan
perencanaan. Meskipun jadwal telah bagi balai rehabilitasi sosial lansia lainnya.
disepakati sebelum pelaksanaan program
pesantren lansia, terdapat beberapa Daftar pustaka
perubahan karena adanya agenda Depsos. 2007. Konsekuensi peningkatan
mendadak di Balai Rehabilitasi Sosial populasi lansia dari tahun ke tahun.(
Lansia Unit II Pucang Gading Semarang, http://www.depsos.go.id/modules.php
seperti tertundanya pelaksanaan Festival ?name=News&File=article&sid=774),
Pesantren Lansia. Oleh karena itu, perlu diakses pada 17 Agustus 2012.
adanya peningkatan koordinasi antara tim Hamid, A. Y. 2000. Buku Ajar Aspek
pelaksana dengan pengurus balai. Spiritual dalam Keperawatan.Jakarta:
Program pesantren lansia memiliki Hart, J.A. 2002. Spirituality and
esensi yang tinggi dalam peningkatan Palliative Care. http://cancer-
aktivitas spiritual dan fungsi kognitif pada research.umaryland.edu/spirituality.ht
lansia. Program ini diharapkan dapat m
berlanjut dan dikembangkan di Balai Handayani, Hermina. 2009. Rumah Sakit
Rehabilitasi Sosial Lansia Unit II Pucang Khusus Lansia Di Semarang. Fakultas
Gading Semarang. Adapun upaya untuk Teknik Universitas Diponegoro.
mencapai harapan tersebut antara lain Sagiran. 2007. Mukjizat Gerakan Shalat.
meningkatkan hubungan kerjasama dan Jakarta : Qultummedia
ekspansi jaringan dengan mitra penunjang Susan Bastable. 2002. Perawat Sebagai
(Departemen Agama, pondok pesantren, Pendidik : Prinsip-Prinsip Pengajaran
Lembaga Swadaya Masyarakat). Dengan dan Pembelajaran. EGC : Jakarta.

Pesantren Lansia Sebagai Upaya Meminimalkan Risiko Penurunan Fungsi Kognitif Pada Lansia 9
Di Balai Rehabilitasi Sosial Lansia Unit II Pucang Gading Semarang
Tika Handayani, Mitsalina Maulida H, Nurullya Rachma

Anda mungkin juga menyukai