TUGAS MAKALAH
MATA KULIAH
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
NAMA KELOMPOK 1:
2017
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang maha Esa karena berkat
rahmatNya kami dapat menulis dan menyelesaikan makalah yang berjudul
Pancasila dalam Ketatanegaran Indonesia.Makalah ini disusun sebagai tugas dari
dosen mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang diampu oleh dosen kami ibu
Dra. SUTARTI, SE, MM.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang menganut pancasila sebagai landasan dan
dasar yang mengatur seluruh sistem ketatanegaraan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.Pancasila digunakan sebagai landasan dalam pelaksanaan setiap sistem
pemerintahan di Indonesia.Jadi, menjadi sebuah keharusan bahwa setiap sistem
pemerintahan menganut pancasila.Namun, dewasa ini banyak pemerintahan
maupun kebijkan yang tidak lagi sesuai dengan pancasila.Hal ini kembali
mengingatkan kita untuk kembali memahami tentang sejarah maupun perumusan
dan penetapan pancasila, Undang-undang 1945 maupun pembukaan UUD.
Undang-undang dasar 1945 merupakan konstitusi Negara Republik
Indonesia yang menjadi aturan tertingggi di negara tentang hukum tata negara
dalam sistem penyelenggaraan dan pembagian kekuasaan Negara yang dianut
Indonesia.Didalam Undang-Undang Dasar 1945 memuat tugas dan wewenang
lembaga negara.Selain itu, juga terdapat aturan-aturan bentuk Negara, lembaga,
lagu kebangsaan dan berbagai aspek mengenai seluruh peraturan penyelenggaraan
negara Indonesia.
Undang-Undang Dasar 1945 yang merupakan konstitusi negara bukanlah
sesuatu yang tidak dapat berubah.Artinya, UUD maupun konstitusi tetap dapat
mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman yang bisa mencakup
semua tuntutan mengenai perubahan yang ada.Artinya, aturan yang dibuat oleh
para DPR sebelum disahkan harus melalui proses sosialisasi kepada rakyat.
Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar 1945 telah mengalami beberapa
kali perubahan sebanyak 4 kali amandemen, yang pertama pada tanggal 19
Oktober 1999, lalu pada tanggal 18 Agustus 2000 terjadi amandemen yang kedua,
selanjutnya pada tanggal 10 November 2001 menjadi amandemen ketiga dan
amandemen terakhir terjadi pada tanggal 10 Agustus 2002. Hal ini menunjukkan
bahwa isi Undang-Undang Dasar 1945 harus bisa sesuai dengan perkembangan
zaman, sehingga dapat menjadi dasar hukum yang baik dan tegas.
Setelah UUD 1945 diamandemenkan, ketatanegaraan Indonesia mengalami
perubahan yang cukup signifikan.Hal ini ditandai oleh munculnya lembaga tinggi
negara. Seperti Presiden, MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat), DPR (Dewan
Perwakilan Rakyat), DPD (Dewan Pimpinan Daerah), BPK (Badan Pemeriksa
1
Keuangan), DPA (Dewan Pertimbangan Agung), MA (Mahkamah Agung), MK
(Mahkamah Konstitusi), serta Komisi Yudisial. Semua lembaga tersebut memiliki
tugas dan fungsi masing-masing.
Didalam makalah ini akan membahas mengenai bagaimana pancasila dalam
ketatanegaraan Indonesia dan juga mengenai lembaga negara pasca terjadinya
amandemen pada pancasila.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
merupakan pedoman dalam pembuatan aturan hukum dibawahnya, adalah sebagai
berikut :
1. Undang-Undang Dasar 1945
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Republik Indonesia
3. Undang-Undang
4. Peraturan Pemerintah pengganti undang-undang (perpu)
5. Peraturan pemerintah
6. Keputusan Presiden
7. Peraturan Daerah.
4
3. Nilai Praksis
Nilai Praksis adalah penjabaran dari nilai instrumental dalam
kehidupan.Yaitu, pelaksanaan secara nyata dari nilai-nilai dasar dan nilai
instrumental.Sebagai fungsi penjabaran dari nilai dasar dan instrumental, maka
nilai praksis dijiwai oleh nilai dasar dan nilai instrumental sekaligus tidak
bertentangan dengan kedua nilai tersebut.
Nilai praksis dalam kehidupan ketatanegaraan dapat ditemukan dalam
undang-undang organic, yaitu semua perundang-undangan yang berada
dibawah UUD 1945 sampai kepada peraturan pelaksana yang dibuat oleh
pemerintah.Apabila dilihat dari Ketetapan MPR No. III/MPR/2000 tentang
Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-Undangan, dinyatakan
bahwa tata urutan peraturan perundang-undangan merupakan pedoman dalam
pembuatan aturan hukum dibawahnya, yaitu sebagai berikut :
Undang-Undang Dasar 1945
Ketetapan MPR-RI
Undang-Undang
Peraturan Pemerintah pengganti undang-undang (Perpu)
Peraturan Pemerintah
Keputusan Presiden
Peraturan Daerah
Apabila dikaitkan dengan nilai-nilai yang telah dibahas diatas, maka
nilai dasar terdapat dalam UUD 1945, yaitu dalam pembukaannya, sedangkan
nilai instrumental dapat ditemukan dalam pasal-pasal UUD 1945 dan juga
didalam Ketetapan MPR. Nilai praksis dapat ditemukan dalam peraturan
perundang-undangan sampai dengan peraturan dibawahnya.
Kandungan nilai-nilai Dasar, Instrumental dan praksis dalam nilai-nilai
Pancasila:
1. Ketuhanan yang maha Esa
Nilai Instrumental
Pasal 29 ayat 2 , Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agama
dan kepercayaan masing-masing.
5
Nilai Praksis
Beribadah, taqwa, beriman kepada Tuhan, toleransi antar umat beragama,
tidak berbuat atheism dan tidak mencela agama lain.
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Nilai Instrumental
Hal-hal yang mengenai warganegara dan penduduk diatur dengan undang-
undang Pasal 27 ayat 2 tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
Pasal 28 kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran
dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
Pasal 30 ayat 1, setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.
Nilai Praksis
- Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban
antar sesama manusia.
- Saling mencintai sesama manusia
- Mengembangkan sikap tenggang rasa
- Tidak semena-mena terhadap orang lain
- Menjungjung tinggi nilai kemanusiaan
- Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan
3. Persatuan Indonesia
Nilai Instrumental
Pasal 1 ayat 1, Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk
republik.
Pasal 32 ayat 2, Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah
sebagai kekayaan budaya nasional
Pasal 36, Bendera Negara Indonesia ialah sang merah putih
Nilai Praksis
- Menjaga persatuan dan kesatuan negara Republik Indonesia
- Rela berkorban demi bangsa dan Negara
- Cinta akan Tanah Air
- Berbangga sebagai bagian dari Indonesia
- Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-
Bhineka Tunggal Ika
6
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan Perwakilan
Nilai Instrumental
Pasal 1 ayat 2, kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut
undang-undang dasar.
Nilai Praksis
- Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat
- Tidak memaksakan kehendak orang lain
- Mengutamakan budaya musyawarah dalam mengambil keputusan
bersama
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Nilai Instrumental
Pasal 27 ayat 1, segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam
hukum dan pemerintah dan wajib menjungjung hukum dan pemerintah itu
tidak ada pengecualiannya.
Pasal 33 ayat 3, Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung
didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
Pasal 34 ayat 3, Negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.
Nilai Praksis
- Bersikap adil terhadap sesama
- Menghormati hak-hak orang lain
- Menolong sesama
- Menghargai orang lain.
7
lembaga yang lain, dalam melaksanakan tindakannya harus dilandasi oleh
hukum atau dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.
2. Sistem Konstitusional
Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar) tidak bersifat
absolutisme (kekuasaan tidak terbatas). Sistem konstitusional memberikan
ketegasan cara pengendalian pemerintah negara yang dibatasi oleh ketentuan
dalam konstitusi dan sekaligus dengan perundang-undangan lain sebagai
produk konstitusi, seperti ketetapan MPR, undang-undang, dan lain-lainnya.
Sistem konstitusional sekaligus memperkuat sistem negara hukum. Oleh
karena itu kedua sistem tersebut diibaratkan dua sisi mata uang yang dapat
memperlancar pelaksanaan pencapain cita-cita nasional.
3. Kekuatan Negara yang Tertinggi di Tangan Majelis Permusyawaratan
Rakyat.
Dalam hal ini kedaulatan rakyat dipengang oleh MPR, maka segala keputusan
yang diambil haruslah mencerminkan keinginan dan aspirasi seluruh rakyat.
4. Presiden ialah Penyelenggara Pemenrintah Negara yang Tertinggi di
Bawah Majelis
Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan, Dibawah MPR,
Presiden ialah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi. Dalam
menjalankan pemerintahan negara, kekuasaan dan tanggung jawab adalah di
tangan presiden.
5. Presiden Tidak Bertanggung Jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat
Dalam penjelasan UUD 1945 dinyatakan bahwa disamping presiden adalah
dewan perwakilan rakyat (DPR) dalam pembentukan Undang-Undang dan
Menetapkan APBN Presiden Perlu mendapatkan persetujuan dari DPR.
6. Menteri Negara ialah Pembantu Presiden, Menteri Negara Tidak
Bertanggung Jawab Kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Dalam penjelasan UUD 1945 dinyatakan presiden mengangkat dan
memberhentikan menteri-menteri negara. Menteri-menteri tidak bertanggung
jawab kepada DPR. Kedudukannya tidak bergantung kepada DPR, tetapi
tergantung kepada Presiden.
8
7. Kekuasaan Kepala Negara Tidak Tak Terbatas
Dalam penjelasan UUD 1945 dinyatakan meskipun kepala negara tidak
bertanggungjawab kepada DPR, ia bukan diktator artinya kekuasaan tidak
terbatas.
selain dijelaskan didalam tujuh kunci pokok sistem pemerintahan negara juga
dijelaskan didalam pasal-pasal Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945.
2.5 Periode Amandemen UUD 1945 di Indonesia
Pada awal reformasi, telah dilakukan amandemen terhadap UUD 1945. Hal
itu dilakukan agar undang-undang yang beralaku sesuai dengan kehidupan
masyarakat dan mendukung pencapaian tujuan nasional. UUD 1945 telah
mengalami amandemen sebanyak 4 kali yang ditetapkan dalam Sidang Umum
dan Sidang Tahunan MPR yaitu :
1. Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 Oktober 1999. Perubahan
pertama UUD 1945.
2. Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18 Agustus 2000. Perubahan
kedua UUD 1945.
3. Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November 2001. Perubahan
ketiga UUD 1945.
4. Sidang Tahunan MPR 2002,tanggal 1-11 Agustus 2002. Perubahan
keempat UUD 1945.
Susunan lembaga-lembaga negara dalam sistem ketatanegaraan indonesia
telah dilakukan penyempurnaan setelah UUD 1945 diamandemen sesuai dengan
aspirasi rakyat, sehingga mengalami perubahan. Sebelum UUD 1945
diamandemen, kedudukan lembaga negara tertinggi adalah MPR. Namun setelah
UUD 1945 diamandemen kedudukan MPR tidak lagi sebagai lembaga negara
namun sejajar dengam lembaga tinggi lainnya. Selain itu juga dibentuk lembaga
tinggi lainnya yaitu DPD, Mahkamah Konstitusi(MK), dan Komisi Yudisial(KY).
Berikut susunan lembaga negara sebelum dan sesudah diamandemen UUD 1945
Susunan Lembaga Negara RI sebelum Amandemen UUD 1945
UUD 1945
MPR
9
DPR PRESIDEN BPK DPA MA
Susunan Lembaga Negara RI sesudah Amandemen UUD 1945
UUD 1945
10
3. Badan Yudikatif adalah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-
undang. Fungsi ini dilaksanakan oleh Mahkamah Agung (MA) dan Mahkamah
Kontitusi (MK).
Pada awal reformasi telah dilakukan amandemen terhadap UUD 1945. Hal
ini dilakukan agar undang-undang yang berlaku tetap sesuai dengan kehidupan
masyarakat dan mendukung pencapaian tujuan nasional. Hasil amandemen UUD
1945 antara lain dengan dibentuknya beberapa lembaga negara yang baru yaitu
Mahkamah Konstitusi (MK), Komisi Yudisial (KY), dan Dewan perwakilan
Daerah (DPD). Keberadaan Dewan Pertimbangan Agung (DPA) sebagai
penasihat presiden dihapuskan sejak amandemen UUD 1945.
Lembaga-lembaga negara hasil amandemen UUD 1945 dijabarkan sebagai berikut :
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Perubahan mendasar akibat amandemen UUD 1945 adalah perubahan
kedudukan, tugas dan kewenangan yang dimiliki oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR). Sebelum amandemen, MPR merupakan lembaga tertinggi negara
bahkan kedudukan presiden sebagai mandataris MPR. Selain itu MPR memegang
penuh kendali kedaulatan rakyat.
Namun setelah amandemen UUD 1945, kedudukan MPR menjadi sejajar
atau setingkat dengan lembaga-lembaga tinggi lainnya. Dengan demikian, MPR
bersifat saling bekerja sama dan melengkapi dengan lembaga negara yang lain.
Berdasarkan pasal 2 ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa anggota MPR
terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD yang dipilih melalui pemilu secara
langsung untuk masa jabatan selama lima tahun. Berdasarkan keanggotaannya,
MPR menggunakan sistem bicameral atau dua kamar. Hal ini mengingat
keanggotaan MPR terdiri dari anggota DPR dan DPD, sehingga sidangnyapun
disebut sebagai joint session antara kedua lembaga tersebut. Ketentuan tentang
keanggotaan MPR ini diatur dalam UU No. 23 Tahun 2003 tentang susunan dan
kedudukan MPR, DPR, DPD, dan DPRD. Masa jabatan anggota MPR dalam satu
periode adalah lima tahun dan melaksanakan sidang sedikitnya sekali dalam lima
tahun tersebut di ibu kota negara.
2. DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)
Dewan perwakilan rakyat (DPR) merupakan tempat bergabungnya wakil-
wakil rakyat dan mengemban amanat seluruh rakyat untuk mengawasi jalannya
pemerintahan. Kedudukan DPR sebagai lembaga negara diatur dalam Bab VII
11
pasal 19 UU 1945 hasil amandemen. Keanggotaan DPR berasal dari partai politik
yang dipilih melalui Pemilu setiap lima tahun sekali. DPR menjadi saran penting,
karena melaui lembaga negara ini rakyat dapat menyalurkan segala aspirasi dan
kehendak rakyat.
Lembaga ini tidak hanya sebagai penampung aspirasi rakyat, tetapi juga
sebagai penjelmaan dari kedaulatan rakyat dalam kehidupan bernegara. Selain
DPR, ada pula DPRD. DPR berkedudukan di tingkat pusat, sedangkan yang berada
di tingkat provinsi disebut DPRD provinsi dan yang berada di kabupaten/kota
disebut DPRD kabupaten/kota.
12
Presiden atas usul DPR. Hakim Agung yang diusulkan oleh DPR berasal dari
usulan Komisi Yudisial.
7. MK (Mahkamah Konstitusi)
Mahkamah Konstitusi merupakan lembaga negara yang baru dibentuk setelah
amandemen UUD 1945. Mahkamah Konstitusi beranggotakan sembilan hakim
konstitusi yang ditetapkan oleh presiden. Yang mana, tiga orang diajukan oleh MA,
tiga orang diajukan oleh DPR, dan tiga orang lagi diajukan oleh presiden.
13
Haluan Negara) presiden.
3. Memilih dan memberhentikan 3. Memutuskan usul DPR berdasarkan
presiden dan wakil presiden putusan MK untuk memberhentikan
presiden atau wakil presiden dalam
masa jabatannya setelah presiden
atau wakil presiden diberi
kesempatan untuk menyampaikan
penjelasan dalam sidang paripurna
MPR.
14
presiden pemerintah Presiden, maka DPR
berhak mengajukannya kepada
Mahkamah Konstitusi.
Menurut (Pasal 20A UUD 1945) DPR mempunyai hak-hak sebagai berikut.
1. Hak Interpelasi adalah hak untuk meminta keterangan kepada presiden.
2. Hak Angket adalah hak untuk mengadakan penyelidikan atas suatu kebijakan
pemerintah atau presiden.
3. Hak Inisiatif adalah hak untuk mengajukan rancangan undang-undang kepada
pemerintah atau presiden.
4. Hak Amandemen adalah hak untuk menilai atau mengadakan perubahan atas
RUU (Rancangan Undang-Undang).
5. Hak Budget adalah hak untuk mengajukan RAPBN (Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara).
6. Hak Petisi adalah hak untuk mengajukan pertanyaan atas kebijakan pemerintah
atau presiden.
7. Hak menyatakan pendapat adalah hak DPR untuk menyatakan pendapat
terhadap kebijakan pemerintah mengenai kejadian yang luar biasa yang
terdapat di dalam negeri disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya atau
sebagai tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket.
3. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
Fungsi dan Peran DPD sebelum Fungsi dan Peran DPD sesudah
Amandemen Amandemen
1. Mengajukan rancangan undang-
Sebelum amandemen lembaga negara undang kepada DPR yang berkaitan
DPD belum dibentuk dengan otonomi daerah, hubungan
pusat dan daerah, pembentukan,
pemekaran, serta penggabungan
daerah.
2. Memberi pertimbangan DPRatas
rancangan undang-undang APBN
dan rancangan undang-undang yang
berkaitan dengan pajak, pendidikan,
15
dan agama.
3. Melakukan pengawasan yang
berkaitan dengan pelaksanaan
undang-undang otonomi daerah
serta menyampaikan hasil
pengawasannya kepada DPR untuk
ditindaklanjuti.
16
4. Mengangkat duta dan konsul.
5. Memberi grasi, rehabilitasi,
amnesti, dan abolisi.
1. Grasi adalah pengampunan yang diberikan oleh kepala negara kepada orang
yang dijatuhi hukuman.
2. Rehabilitasi adalah pemulihan nama baik atau kehormatan seseorang yang
telah dituduh secara tidak sah atau dilanggar kehormatannya. .
3. Amnesti adalah pengampunan atau pengurangan hukuman yang diberikan
oleh negara kepada para tahanan, terutama tahanan politik.
4. Abolisi adalah pembatalan tuntutan pidana.
17
Grasi dan rehabilitasi diberikan dengan memperhatikan pertimbangan
Mahkamah Agung. Sedangkan amnesti dan abolisi diberikan dengan
memperhatikan pertimbangan DPR.
Dalam menjalankan pemerintahan, presiden dibantu oleh wakil presiden
dan beberapa menteri yang tergabung dalam kekuasaan. Menteri-menteri
tersebut merupakan implementasi dari hak prerogatif presiden, sehingga yang
berhak mengangkat dan memberhentikannya juga presiden. Menteri-menteri
tersebut harus mempertanggung jawabkan tugasnya kepada presiden.
5. Badan Pengawas Keuangan (BPK)
Badan pengawas keuangan merupakan lembaga pemeriksa keuangan
yang bersifat bebas dan mandiri. BPK berperan sebagai lembaga audit keuangan
negara. Tugas BPK sebelum amandemen maupun sesudah amandemen tugasnya
sama yaitu memeriksa dan mengawasi penggunaan keuangan. Hasil kerja dari
BPK kemudian diserahkan kepada DPR/DPRD, atau DPD sesuai dengan
kewenangannya.
6. Mahkamah Agung (MA)
Sebelum amandemen maupun sesudah tugas dan peran MA sama yaitu:
a. Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-
undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang, dan
mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang.
b. Mengajukan tiga orang anggota hakim konstitusi.
c. Memberikan pertimbangan dalam hal presiden memberi grasi dan
rehabilitasi.
7. Mahkamah Konstitusi
Mahkamah konstitusi merupakan lembaga negara yang baru dibentuk
setelah amandemen UUD 1945. Fungsi dan perannya sebagai berikut :
a. Mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final
untuk menguji undang-undang terhadap undang-undang dasar.
b. Memutuskan sengketa kewenanngan lembaga negara yang kewenangannya
diberikan oleh Undang-Undang Dasar.
c. Memutuskan perselisihan hasil pemilu.
d. Membubarkan partai politik.
e. Memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh
presiden dan wakil presiden menurut UUD.
18
8. Komisi Yudisial (KY)
Komisi Yudisial merupakan lembaga negara yang baru dibentuk setelah
amandemen UUD 1945. Fungsi dan peran komisi yudisial menurut UUD 1945
pasal 24 B yaitu mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai tugas
yang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran
martabat, serta perilaku hakim.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
19
pelaksanaan dari nilai dasar. Dan Nilai Praksis adalah penjabaran dari nilai
instrumental dalam kehidupan. Yaitu, pelaksanaan secara nyata dari nilai-nilai
dasar dan nilai instrumental.
4. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 kelembagaan negara telah dijelaskan dalam
tujuh kunci pokok sistem pemerintahan negara Republik. Susunan lembaga-
lembaga negara dalam sistem ketatanegaraan indonesia telah dilakukan
penyempurnaan setelah UUD 1945 diamandemen sesuai dengan aspirasi rakyat.
Sebelum UUD 1945 diamandemen, kedudukan lembaga negara tertinggi adalah
MPR. Namun setelah UUD 1945 diamandemen kedudukan MPR tidak lagi sebagai
lembaga negara namun sejajar dengam lembaga tinggi lainnya. Selain itu juga
dibentuk lembaga tinggi lainnya yaitu DPD, Mahkamah Konstitusi(MK), dan
Komisi Yudisial(KY).
5. Periode amandemen UUD 1945 : Sidang Umum MPR 1999 tanggal 14-21 Oktober
1999, Sidang Tahunan MPR 2000 tanggal 7-18 Agustus 2000, Sidang Tahunan
MPR 2000, Sidang Tahunan MPR 2001 tanggal 1-9 November 2001 dan Sidang
Tahunan MPR 2002 tanggal 1-11 Agustus 2002.
6. Posisi kelembagaan negara berdasarkan Undang-undang Dasar 1945 sebelum
amandemen ada 6 yaitu MPR, Presiden dan wakil Presiden, DPA, DPR, BPK dan
MA.
7. Posisi kelembagaan negara setelah amandemen Undang-Undang Dasar 1945 ada 8
yaitu MPR, DPR, DPD, Presiden dan Wakil Presiden, BPK, MA, MK dan KY.
8. Fungsi dan peran dari masing-masing lembaga negara sebelum di amandemen
kedaulatan tertinggi berada ditangan MPR sedangkan, setelah amandemen
kelembagaan negara kedaulatan tertinggi berada ditangan rakyat.
20
DAFTAR PUSTAKA
Khanza Aulia, 2016 lembaga negara sebelum dan sesudah menurut UUD 1945,
http://www.juraganles.com/2016/12/lembaga-negara-sebelum-dan-sesudah-
amademen-uud-1945.html?m=1/
21