Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) pertama kali dikenal pada tahun
1981 di Amerika Serikat dan disebabkan oleh human immunodeficiency virus (HIV-
1). AIDS adalah suatu kumpulan gejala penyakit kerusakan system kekebalan tubuh,
bukan penyakit bawaan tetapi di dapat dari hasil penularan. Penyakit ini merupakan
persoalan kesehatan masyarakat yang sangat penting di beberapa negara dan bahkan
mempunyai implikasi yang bersifat internasional dengan angka moralitas yang
peresentasenya di atas 80 pada penderita 3 tahun setelah timbulnya manifestasi
klinik AIDS. Pada tahun 1985 Cherman dan Barre-Sinoussi melaporkan bahwa
penderita AIDS di seluruh dunia mencapai angka lebih dari 12.000 orang dengan
perincian, lebih dari 10.000 kasus di Amerika Serikat, 400 kasus di Francis dan
sisanya di negara Eropa lainnya, Amerika Latin dan Afrika (Nursalam, 2005).
Selain itu, berdasarkan data Departemen kesehatan (Depkes) pada periode Juli-
September 2006 secara kumulatif tercatat pengidap HIV positif di tanah air telah
mencapai 4.617 orang dan AIDS 6.987 orang. Menderita HIV/AIDS di Indonesia
dianggap aib, sehingga dapat menyebabkan tekanan psikologis terutama pada
penderitanya maupun pada keluarga dan lingkungan disekeliling penderita. Secara
fisiologis HIV menyerang sistem kekebalan tubuh penderitanya. Jika ditambah
dengan stress psikososial-spiritual yang berkepanjangan pada pasien terinfeksi HIV,
maka akan mempercepat terjadinya AIDS, bahkan meningkatkan angka kematian.
Menurut Ross (1997), jika stress mencapai tahap kelelahan (exhausted stage), maka
dapat menimbulkan kegagalan fungsi system imun yang memperparah keadaan
pasien serta mempercepat terjadinya AIDS (Nursalam, 2005).
Berdasarkan banyaknya angka kejadian diatas kami membuat makalah ini yang
bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dan supaya masyarakat
memahami pentingnya menjaga diri dari penyakit menular.

1.2 Rumusan Masalah:

Penyakit AIDS Page 1


1. Apa yang dimaksud HIV/AIDS?
2. Bagaimana etiologi HIV/AIDS?
3. Bagaimana pathway HIV/AIDS?
4. Bagaimana manifestasi klinis HIV/AIDS?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang HIV/AIDS?
6. Bagaimana penatalaksanaan HIV/AIDS?
7. Apa komplikasi HIV/AIDS?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien HIV/AIDS?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum:
Mahasiswa mampu untuk memahami tentang teori dan asuhan keperawat
HIV/AIDS
1.3.2 Tujuan Khusus:
Mahasiswa mampu memahami definisi HIV/AIDS
Mahasiswa mampu memahami etiologi HIV/AIDS
Mahasiswa mampu memahami pathway HIV/AIDS
Mahasiswa mampu memahami manifestasi klinis HIV/AIDS
Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan penunjang HIV/AIDS
Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan HIV/AIDS
Mahasiswa mampu memahami komplikasi HIV/AIDS
Mahasiswa mampu memahami analisa kasus HIV/AIDS
1.4 Manfaat:
1.4.1 Mahasiswa:
Mahasiswa mampu menyadari pentingnya pengetahuan dan menambah
wawasan tentang HIV/AIDS.
1.4.2 Institusi:
Dengan adanya pengetahuan HIV/AIDS, di harapkan institusi dapat mencetak
mahasiswa yang dapat mengetahui dan mengerti materi tentang HIV/AIDS.
1.4.3 Profesi:
Agar perawat lebih berhati-hati dalam menangani kasus HIV/AIDS.

BAB 2

Penyakit AIDS Page 2


PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Aids adalah kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan
tubuh oleh virus yang disebut HIV yang di tandai dengan menurunnya system
kekebalan tubuh sehingga pasien AIDS mudah diserang oleh infeksi oportunistik
dan kanker ( Djauzi dan Djoerban, 2003).
Acquired Immune Defiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala
penyakit yang dapat disebabkan oleh Human Immuno Deficiency Virus (HIV).
Virus dapat ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada darah, cairan vagina,
cairan sperma, cairan Air Susu Ibu. Virus tersebut dapat merusak system kekebalan
tubuh manusia dengan mengakibatkan turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh
sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi (Pedoman Nasional Perawat, Dukungan
Dan Pengobatan Bagi ODHA, Jakarta, 2003, Hal: 1).
Human Immuno Deficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem
kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah
satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih
tersebut termasuk limfosit yang disebut sel T-4 atau disebut juga sel CD-4 (100
Pertanyaan Seputar HIV / AIDS Yang Perlu Anda Ketahui, Medan, 2006, Hal: 1).
Aids diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan
ringan dalam respon imun tanpa dan gejala yang nyata hingga keadaan
imunosupresi dan berkaitan dengan berbagai infeksi yang dapat membawa kematian
dan dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi (Center for Disease Control and
Prevention).
2.2 Etiologi
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency
virus (HIV). Aids disebabkan oleh virus yang mempunyai beberapa nama HTL II,
LAV, RAV, yang berupa agen viral yang dikenal dengan virus retro yang ditularkan
oleh darah yang punya afinitas yang kuat terhadap limfosit T, jarum suntik yang
terkontaminasi virus retro, hubungan seksual yang sering berganti pasangan dan air
susu ibu.
HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut
HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama

Penyakit AIDS Page 3


HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkan dengan HIV-1.
Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV. Transmisi infeksi HIV dan AIDS
terdiri dari lima fase yaitu :
a. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada
gejala.
b. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes
illness.
c. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
d. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat
malam hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi
mulut.
AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system
tubuh, dan manifestasi neurologist. AIDS dapat menyerang semua golongan umur,
termasuk bayi, pria maupun wanita, yang ditularkan melalui:
a) Hubungan seksual ( resiko 0,1 1%)
b) Darah
1. Transfuse darah yang mengandung HIV ( resiko 90 98).
2. Tertusuk jarum yang mengandung HIV ( resiko 0,3).
3. Terpapar mukosa yang mengandung HIV (resiko 0,09).
c) Transmisi dari ibu ke anak (rusak 25 45 %).
1. Selama kehamilan (rusak 7%)
2. Saat persalinan (rusak 18 %)
3. Air susu ibu (rusak 14 %)
d) Transmisi vertikel HIV
e) Tanpa intervensi : (resiko total 35 %)
f) Selama kehamilan ( resiko 7%).
g) Melahirkan (resiko 18 %).
h) Sesudah persalinan ( resiko 13 %).

2.3 Pathway
Tertusuk jarum yang terkontaminasi virrus retro, hubungan seksual yang berganti
pasangan,air susu ibu.

Masuk kedalam tubuh manusia melalui aliran darah

Mikroorgani
Menginfeksi sel yang mempunyai molekul CO4 (limfosit T4 monosit, sel dendrite sel langerhans)
sme masuk
ke dalam
Penyakit AIDS Mengikat molekul CO4 Kerusakan Page 4
Ganguan pertukaran Peradangan pada saluran Peradangan Peningkatan
Mengaktivasi
jaringan
Masuknya Sistem
O2virus
dan pernafasan
2Infeksi opurtunistik
Mengaktifkan
CO Memiliki
limfosit
Masuknya mukosa B Sistem
Sel
(mikroba
sel
virusKurangnya
dan
mulut limfosit
jamurpencernaan
HIV-AIDS
target
yang
oleh Tjamur
4 hancur
danberasal
memproduksi Sistem
dari dalam
virus
Menstimulasi
pencernaan atauintegumen
luar
Masuknya
limfosit tubuh)
pada
T kulit
virus
sitotoksik Sistem neurologi
termoregulasi
Masuknya ssp
hipotalamus
Imunitas tubuh
Peradangan
menurunjaringan paru Kandidiasis
informasi tentang pemeriksaan
Ganguan Peradangan pada Mikroorganisme Kerusakan Peningkatan
pertukaran O2 mukosa mulut masuk ke dalam jaringan termoregulasi
Ansietas
dan CO2 saluran
pencernaan Integritas
Sulit menelan Proses inflamasi
Pola nafas kulit menurun
Sistem neurologi
tidak efektif Nyeri demam
Mual, muntah

Infeksi ssp
Hipertermi
Diare kronis Nyeri akut
Intake menurun
Cairan output Mengaktivasi
sepsis
Nutrisi kurang dari meningkat hipotalamus
kebutuhan tubuh
Syok sepsis
dehidrasi Peningkatan
termoregulasi

Kekurangan volume cairan


Proses inflamasi

demam

Hipertermi

Penyakit AIDS Page 5


2.4 Manifestasi Klinis
Gejala dini yang sering dijumpai berupa eksantem, malaise, demam yang
menyerupai flu biasa sebelum tes serologi positif. Gejala dini lainnya berupa
penurunan berat badan lebih dari 10% dari berat badan semula, berkeringat malam,
diare kronik, kelelahan, limfadenopati. Beberapa ahli klinik telah membagi beberapa
fase infeksi HIV yaitu :
1. Infeksi HIV Stadium Pertama
Pada fase pertama terjadi pembentukan antibodi dan memungkinkan juga terjadi
gejala-gejala yang mirip influenza atau terjadi pembengkakan kelenjar getah
bening.
2. Persistem Generalized Limfadenopati
Terjadi pembengkakan kelenjar limfe di leher, ketiak, inguinal, keringat pada
waktu malam, dehidrasi, turgor kulit menurun, hipertermi, hiperpigmentasi,
diare kronis, nafsu makan menurun, mual muntah atau kehilangan berat badan
tanpa penyebab yang jelas dan sariawan seluruh mukosa mulut oleh jamur
kandida di mulut.
3. AIDS Relative Complex (ARC)
Virus sudah menimbulkan kemunduran pada sistem kekebalan sehingga mulai
terjadi berbagai jenis infeksi yang seharusnya dapat dicegah oleh kekebalan
tubuh. Disini penderita menunjukkan gejala lemah, lesu, demam, diare, yang
tidak dapat dijelaskan penyebabnya dan berlangsung lama, kadang-kadang lebih
dari satu tahun, ditambah dengan gejala yang sudah timbul pada fase kedua.
4. Full Blown AIDS.
Pada fase ini sistem kekebalan tubuh sudah rusak, penderita sangat rentan
terhadap infeksi sehingga dapat meninggal sewaktu-waktu. Sering terjadi radang
paru pneumocytik, sarcoma kaposi, herpes yang meluas, tuberculosis oleh
kuman opportunistik, gangguan pada sistem saraf pusat, sehingga penderita
pikun sebelum saatnya. Jarang penderita bertahan lebih dari 3-4 tahun, biasanya
meninggal sebelum waktunya.

2.5 Pemeriksaan Penunjang


A. Pemeriksaan Laboratorium yang terdiri dari:

Penyakit AIDS Page 6


a) Serologis: Tes Antibody Serum, Tes Western Blot, Sel T Limfosit, Sel T4
Helper, T8 (sel supresor sitopatik), P24, Kadar Ig, Reaksi Rantai
Polimerasi dan Tes PHS
b) Neurologis: EEG, MRI, CT Scan otak, EMG
c) Tes Lainnya: Sinar X Dada, Tes Fungsi Pulmonal, Scan Gallium dan
Biopsi.
B. Tes Antibody
Tes antibody serum: Jika seseorang terinfeksi Human Immunodeficiency
Virus (HIV), maka system imun akan bereaksi dengan memproduksi antibody
terhadap virus tersebut. Antibody terbentuk dalam 3-12 minggu setelah
infeksi atau bisa sampai 6-12 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa orang yang
terinfeksi awalnya tidak memperlihatkan hasil tes positif. Tapi antibody
ternyata tidak efektif, kemampuan mendeteksi antibody Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah memungkinkan skrining produk
darah dan memudahkan evaluasi diagnostic. Pada tahun 1985, Food And
Drug Administration (FDA) memberi lisensi tentang uji kadar HIV bagi
semua pendonor darah atau plasma, tes tersebut adalah:
a) ELISA (Enzyme-Linked ImmunoSorbent Assay) adalah metode yang
digunakan menegakkan diagnosis HIV dengan sensitivitasnya yang tinggi
yaitu sebesar 98,1-100%. Biasanya tes ini memberikan hasil positif 2-3
bulan setelah infeksi.
b) Western Blot Assay adalah metode yang digunakan menegakkan diagnosis
HIV dengan sensitivitasnya yang tinggi yaitu sebesar 99,6-100%.
Pemeriksaanya cukup sulit, mahal, dan membutuhkan waktu sekitar 24
jam.
c) PCR (polymerase Chain Reaction), digunakan untuk :
Tes HIV pada bayi, karena zat antimaternal masih ada pada bayi yang
dapat menghambat pemeriksaan secara serologis. Seorang ibu yan
menderita HIV akan membentuk zat kekebalan untuk melawan
penyakit tersebut. Zat kekebalan itulah yang diturunkan pada bayi
melalui plasenta yang akan mengaburkan hasil pemeriksaan, seolah-
olah sudah ada infeksi pada bayi tersebut. (Catatan: HIV sering
merupakan deteksi dari zat anti-HIV bukan HIV-nya sendiri).
Menetapakan status infeksi individu yang seronegatif pada kelompok
berisiko tinggi.

Penyakit AIDS Page 7


Tes pada kelompok berisiko tinggi sebelum terjadi serokonversi.
Tes konfirmasi untuk HIV-2, sebab ELISA mempunyai sensitivitas
rendah untuk HIV-2.
C. Pelacakan HIV
Penentuan langsung ada dan aktivitasnya Human Immunodeficiency
Virus (HIV) untuk melacak perjalanan penyakit dan responnya. Protein
tersebut disebut protein virus p24, pemerikasaan p24 antigen capture assay
sangat spesifik untuk HIV=1. tapi kadar p24 pada penderita infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) sangat rendah, pasien dengan titer p24
punya kemungkinan lebih lanjut lebih besar dari menjadi AIDS.
Pemeriksaan ini digunakan dengan tes lainnya untuk mengevaluasi efek
anti virus. Pemeriksaan kultur Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau
kultur plasma kuantitatif dan viremia plasma merupakan tes tambahan
yang mengukur beban virus (viral burden) AIDS muncul setelah benteng
pertahanan tubuh yaitu sistem kekebalan alamiah melawan bibit penyakit
runtuh oleh virus HIV, dengan runtuhnya atau hancurnya sel-sel limfosit T
karena kekurangan sel T, maka penderita mudah sekali terserang infeksi
dan kanker yang sederhana sekalipun, yang untuk orang normal tidak
berarti. Jadi bukan AIDS nya sendiri yang menyebabkan kematian
penderita, melainkan infeksi dan kanker yang dideritanya. HIV biasanya
ditularkan melalui hubungan seks dengan orang yang mengidap virus
tersebut dan terdapat kontak langsung dengan darah atau produk darah dan
cairan tubuh lainnya. Pada wanita virus mungkin masuk melalui luka atau
lecet pada mulut rahim atau vagina. Begitu pula virus memasuki aliran
darah pria jika pada genitalnya ada luka atau lecet. Hubungan seks melalui
anus berisiko tinggi untuk terinfeksi, namun juga vaginal dan oral. HIV
juga dapat ditularkan melalui kontak langsung darah dengan darah, seperti
jarum suntik (pecandu obat narkotik suntikan), transfusi darah/produk
darah dan ibu hamil ke bayinya saat melahirkan. Tidak ada bukti penularan
melalui kontak sehari-hari seperti berjabat tangan, mencium, gelas bekas
dipakai penderita, handuk atau melalui closet umum, karena virus ini
sangat rapuh.
Masa inkubasi atau masa laten sangat tergantung pada daya tahan tubuh
masing-masing orang, rata-rata 5-10 tahun. Selama masa ini orang tidak

Penyakit AIDS Page 8


memperlihatkan gejala-gejala, walaupun jumlah HIV semakin bertambah
dan sel T4 semakin menururn. Semakin rendah jumlah sel T4, semakin
rusak sistem kekebalan tubuh. Pada waktu sistem kekebalan tubuh sudah
dalam keadaan parah, seseorang yang mengidap HIV/AIDS akan mulai
menampakkan gejala-gejala AIDS.
2.6 Penatalaksanaan
a. Non Farmakologi
Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah terpajannya Human
Immunodeficiency Virus (HIV), bisa dilakukan dengan :
1. Melakukan abstinensi seks atau melakukan hubungan kelamin dengan
pasangan yang tidak terinfeksi.
2. Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan seks
terakhir yang tidak terlindungi.
3. Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak jelas
status Human Immunodeficiency Virus (HIV) nya.
4. Tidak bertukar jarum suntik, jarum tato, dan sebagainya.
5. Mencegah infeksi kejanin atau bayi baru lahir.
6. Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti
interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan
keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian untuk menunjang
pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.
7. Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-makanan
sehat, hindari stress, gizi yang kurang, alcohol dan obat-obatan yang
mengganggu fungsi imun.
8. Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan
mempercepat reflikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV).
b. Farmokologi
Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka
pengendaliannya yaitu :
1. Pengendalian Infeksi Opurtunistik

Penyakit AIDS Page 9


Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi
opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tindakan pengendalian infeksi yang
aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis
harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.
2. Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif
terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik
traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3 .
Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency
Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3
3. Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan
menghambat replikasi virus atau memutuskan rantai reproduksi virus pada
prosesnya. Obat-obat ini adalah :
1) Didanosine
2) Ribavirin
3) Diedoxycytidine
4) Recombinant CD 4 dapat larut

2.7 Komplikasi
a. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,
peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi,
dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat.
b. Neurologik
a) Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human
Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan
kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi
social.
b) Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis atau ensefalitis. Dengan efek: sakit
kepala, malaise, demam, paralise, total atau parsial.

Penyakit AIDS Page 10


c) Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler, hipotensi sistemik, dan
maranik endokarditis.
d) Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human
Immunodeficienci Virus (HIV)
c. Gastrointestinal
a) Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma,
dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia,
demam, malabsorbsi dan dehidrasi.
b) Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma, sarcoma kaposi, obat illegal,
alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik, demam
atritis.
c) Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal
yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri
rectal, gatal-gatal dan siare.
d. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza,
pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek, batuk, nyeri,
hipoksia, keletihan dan gagal nafas.

e. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus: virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena
xerosis, reaksi otot, lesi scabies atau tuma, dan dekobitus dengan efek
nyeri,gatal,rasa terbakar, infeksi skunder dan sepsis.
f. Sensorik
a) Pandangan: Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
b) Pendengaran: otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran
dengan efek nyeri.

Penyakit AIDS Page 11


BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIV/ AIDS
3.1 Dasar Data Pengkajian Pasien
A. Anamnese
1. Biodata
Dapat terjadi pada semua umur, namun pada herpes simpleks sering terjadi
pada remaja dan dewasa muda dan pada herpes zoster sering terjadi pada usia
dewasa dari pada anak-anak. Jenis kelamin: dapat terjadi pada pria maupun
wanita. Pekerjaan seks komersial berisiko tinggi pada penjajak seks
komersial.
2. Keluhan utama
Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ke tempat pelayanan
kesehatan adalah nyeri pada lesi yang timbul.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang:
Kembangkan pola PQRST pada setiap keluhan klien. Pada beberapa kasus,
timbul lesi/vesikel perkelompok pada penderita yang mengalami demam

Penyakit AIDS Page 12


atau penyakit yang disertai peningkatan suhu tubuh atau pada penderita
yang mengalami trauma fisik maupun psikis. Penderita mengalami nyeri
yang hebat, terutama pada area kulit yang mengalami peradangan berat
dan vesikulasi yang hebat.
b. Riwayat penyakit dahulu:
Sering terjadi pada orang yang pernah mengalami penyakit herpes atau
memiliki riwayat penyakit seperti ini. Terjadi juga pada pasien denagan
penurunan sistem kekebalan tubuh (HIV/AIDS) sebagai komplikasi.
c. Riwayat keluarga:
Ada anggota keluarga atau teman dekat yang terinfeksi virus herpes.
d. Riwayat psikososial

3.1. Diagnosa Keperawatan


1. Pola nafas tidak efektif b.d sesak nafas
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake menurun
3. Kekurangan volume cairan b.d cairan output meningkat
4. Nyeri akut b.d timbul lesi
5. Integritas kulit menurun b.d timbul lesi
3.2. Intervensi
Dx 1: Pola nafas tidak efektif b.d sesak nafas
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam, diharapkan pola
nafas pasien kembali efektif dengan skala 4.
Kriteria hasil NOC:
TTV dalam batas normal
Ventilasi tidak terganggu
Frekuensi pernafasan dalam rentang normal
Fungsi paru dalam batas normal
Pasien mampu mendeskripsikan rencana untuk perawatan di rumah.
Intervensi NIC:

Penyakit AIDS Page 13


a. Mandiri :
Lakukan pengkajian TTV
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan napas buatan.
b. Monitoring :
Monitor respirasi dan status oksigen.
Lakukan fisioterapi dada jika perlu.
c. Pendidikan Kesehatan :
Ajarkan tekhnik relaksasi
d. Kolaborasi :
Rundingkang dengan ahli terapi pernafasan jika perlu
Berikan udara atau oksigen yang telah dihumidifikasi (dilembabkan)
sesuai dengan kebijakan institusi.

Dx 2 : Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake menurun


Tujuan :setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam, diharapkan BB
pasien kembali normal dengan ditandai adanya nafsu makan meningkat.
Kriteria hasil NOC :
BB bertambah
Pasien bisa menjelaskan komponen diet bergizi yang adekuat
Pasien melaporkan tingkat energi yang adekuat
Intervensi NIC :
a. Mandiri :
Tanyakan makanan kesukaan pasien
Berikan asupan makanan rendah serat dengan frekuensi sedikit tapi
sering
Berikan asupan makanan dan cairan rendah serat untuk mendukung
proses metabolic
Lakukan higine oral sebelum memberikan makan kepada pasien
b. Monitoring :

Penyakit AIDS Page 14


Timbang pasien pada interval yang tepat
Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan
c. Pendidikan Kesehatan :
Ajarkan metode untuk perencaan dalam pemberian makanan
Ajarkan pasien/keluarga tentang makanan yang bergizi dan tidak
mahal
Ajarkan pasien/keluarga untuk membersihkan mulut untuk menjaga
kebersihan mulut.
d. Kolaborasi :
Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan makanan
yang rendah serat.

Dx 3 : Kekurangan volume cairan b.d cairan output meningkat


Tujuan :setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam, diharapkan
kekurangan volume cairan pasien teratasi.
Kriteria hasil NOC :
Konsentrasi urine kembali normal
Tidak mengalami haus yang tidak normal
Keseimbangan asupan dan haluaran yang seimbang dalam 2x24 jam
Menampilkan hidrasi yang baik
Intervensi NIC:
a. Mandiri :
Kaji TTV
Observasi terhadap kehilangan cairan yang tinggi elektrolit
b. Monitoring :
Pantau status hidrasi
c. Pendidikan Kesehatan :

Penyakit AIDS Page 15


Ajarkan pasien/keluarga untuk membersihkan mulut untuk menjaga
kebersihan mulut
d. Kolaborasi :
Laporkan dan catat haluaran jika kurang/lebih dariml
Laporkan abnormalitas elektrolit
Minum air yang banyak
Berikan terapi IV sesuai program

Dx 4 : Nyeri akut b.d timbul lesi


Tujuan :setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam, diharapkan nyeri
yang di rasakan pasien berkurang atau lesi sembuh.
Kriteria hasil NOC :
Pasien tampak kembali tenang
Memperlihatkan pengendalian nyeri
Nyeri berkurang atau hilang
Intervensi NIC :
a. Mandiri :
Kaji skala nyeri dengan pengkajian skla nyeri PQRST
Bantu pasien mengidentifkasi tindakan kenyamanan yang efektif
seperti distraksi, relaksasi.
Berikan perawatan dengan tidak terburu-buru, dengan sikap yang
mendukung

Penyakit AIDS Page 16


Bantu pasien untuk lebih berfokus dalam beraktivitas dari pada nyeri
dan rasa tidak nyaman dengan melakukan pengalihan misalnya
menonton televise, mendengarkan radio.
b. Monitoring :
Kaji skala nyeri dengan pengkajian skla nyeri PQRST
c. Pendidikan Kesehatan :
Instruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika
peredaan nyeri tidak dapat di capai.
Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesic narkotik.
d. Kolaborasi :
Berikan obat anti nyeri atau analgesic sesuai anjuran

Dx 5 : Integritas kulit menurun b.d timbul lesi


Tujuan :setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam, diharapkan
Menunjukkan integritas kulit dan membrane mukosa dengan indicator skala 4.
Kriteria hasil NOC :
Tidak ada gejala infeksi
Tidak terjadi nekrosis.
Lesi sembuh.
Intervensi NIC :
a. Mandiri :
Anjurkan pasien untuk melakukan tirah baring untuk mencegah
terjadinya ulkus dekubitus
Bersihkan luka untuk mencegah komplikasi luka atau untuk mencegah
infeksi dan meningkatkan penyembuhan luka.
Memelihara dan meningkatkan higine diri.

Penyakit AIDS Page 17


b. Monitoring :
Pantau area insisi
c. Pendidikan Kesehatan :
Ajarkan pasien untuk meningkatkan higine diri
d. Kolaborasi :
Berikan zat topical sesuai interuksi dari ahli farmakologi untuk
meningkatkan integritas kulit dan meminimalkan kerusakan kulit.

BAB 4
PENUTUP

d.1 Kesimpulan
AIDS disebabkan oleh virus yang bernama HIV, Human Immunodeficiency
Virus. Apabila anda terinfeksi HIV, maka tubuh anda akan mencoba untuk
melawan infeksi tersebut. Tubuh akan membentuk antibodi, yaitu molekul-
molekul khusus untuk melawan HIV.
Tes darah untuk HIV berfungsi untuk mencari keberadaan antibodi tersebut.
Apabila anda memiliki antibodi ini dalam tubuh anda, maka artinya anda telah
terinfeksi HIV. Orang yang memiliki antibodi HIV disebut ODHA.
Menjadi HIV-positif, atau terkena HIV, tidaklah sama dengan terkena AIDS.
Banyak orang yang HIV-positif tetapi tidak menunjukkan gejala sakit selama
bertahun-tahun. Namun selama penyakit HIV berlanjut, virus tersebut secara

Penyakit AIDS Page 18


perlahan-lahan merusak sistem kekebalan tubuh. Apabila kekebalan tubuh anda
rusak, berbagai virus, parasit, jamur, dan bakteria yang biasanya tidak
mengakibatkan masalah dapat membuat anda sangat sakit. Inilah yang disebut
infeksi oportunistik.
d.2 Saran
Agar kita semua terhindar dari AIDS, maka kita harus berhati-hati memilih
pasangan hidup, jangan sampai kita menikah dengan pasangan yang mengidap
HIV/ AIDS, karena selain dapat menular kepada diri kita sendiri juga dapat
menular kepada janin dalam kandungan kita. Kita juga harus menghindari dalam
pemakaian jarum suntik secara bergantian dan tranfusi darah dengan darah yang
sudah terpapar HIV.
Dan dengan di susunnya makalah ini, di harapkan kepada semua pembaca agar
dapat menelaah dan memahami apa yang telah ada dalam makalah ini sehingga
sedikit banyak bisa menambah pengetahuan pembaca. Di samping itu, kami juga
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca agar kami bisa berorientasi lebih
baik lagi dalam penyusunan makalah kami selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular Dan Penyehatan Lingkungan


Departemen RI. 2006. Buku Pedoman Untuk Petugas Kesehatan Dan Petugas
Lainnya. Jakarta :EGC.
Judith M, Wilkinson, Nancy R. Ahern. 2009. Buku Saku Diagnosa Kepeawatan
Edisi 9. Jakarta :EGC.
Suzanne C Smeltzer. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :EGC.
Umar Zein. 2006. 100 Pertanyaan Seputar HIV / AIDS Yang Anda Ketahui.
Medan :USU Press.

Penyakit AIDS Page 19


Penyakit AIDS Page 20

Anda mungkin juga menyukai