Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Upaya penurunan berat badan menjadi trend di era ini sebagai salah satu

cara untuk mempercantik diri. Berbagai macam metodanya, ada yang hanya

mengatur diet, menggunakan obat termasuk golongan herbal sampai ke upaya-

upaya yang lebih memanipulasi tubuh atau biasa disebut poles body kalau di

automotive seperti dengan sistem injeksi lemak ataupun penyedotan lemak

(liposuction). Tapi untuk mereka yang tergolong overweigh atau obesitas, upaya-

upaya di atas tidaklah efektif. Mereka lebih membutuhkan tindakan yang lebih

invasif lagi. Di beberapa negara yang sudah maju teknologi kedokterannya, satu

keterampilan bedah yang menjadi laris saat ini adalah Bariatric Surgery, yaitu

suatu pembedahan untuk menanggulangi baik itu mencegah maupun mengatasi

kondisi berat badan yang di atas normal. WHO menyatakan bahwa obesitas

merupakan salah satu dari 10 kondisi beresiko yang menyebabkan kematian di

seluruh dunia, dan salah satu dari 5 kondisi di Negara berkembang. Di seluruh

dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa mengalami overweight dan lebih dari 300

jutadewasa menderita obesitas. Saat ini terdapat tiga besar penyakit kematian

Indonesia, antara lain stroke (26,9%), hipertensi (12,3%), dan diabetes (10,2%).

Ketiga penyakit tersebut berhubungan dengan obesitas atau kelebihan berat badan.

WHO memprediksi Indonesia menghadapi peningkatan jumlah penderita diabetes

dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi 21,3 juta pada tahun 2030. Menjadi gemuk

1
tidak hanya mempengaruhi penampilan. Yang lebih penting kelebihan berat badan

dapat menyebabkan konsekuensi kesehatan yang serius. WHO mengungkap

bahwa obesitas telah menjadi epidemic yang besar, seperti halnya AIDS dan

penyakit jantung. Merujuk data Federasi Diabetes Internasional (IDF), pada 2014

setidaknya ada 347 juta orang terdiagnosa menderita diabetes. Di Indonesia,

terdata 10 juta penduduk Indonesia berusia 20 tahun hingga 79 tahun mengidap

penyakit ini pada 2015, dengan 185.000 di antaranya meninggal. Dari data yang

sama, mayoritas penderita diabetes adalah warga perkotaan. Lalu, data Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan

menambahkan, lonjakan angka penderita terjadi terutama pada diabetes tipe

2.Diabetes tipe 2 itu karena gaya hidup, olahraga kurang, dan dietnya, ujar

Kepala Balitbangkes Kemenkes, Tjandra Yoga Aditama di Jakarta, seperti

dikutip Kompas.com pada Jumat (14/11/2014).

1.2.Tujuan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan yang diharapkan dari penyusunan

laporan ini yaitu :

Tujuan umum:

1.Mengetahui trend dan issue tentang operasi baypas lambung pada penderita

obesitas

Tujuan khusus

1. Mengetahui definisi Obesitas


2. Mengetahui definisi diabetes mellitus tipe 2

2
1.3.Manfaat

Diharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat secara teoritis untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan dan sebagai sumber informasi bagi

penyusunan laporan selanjutnya di bidang keperawatan.

BAB II

3
PEMBAHASAN

2.1.Anatomi Fisiologi Gaster/Lambung

Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak

terutama di daerah epigaster, lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri

berhubungan dengan esofagus melalui orifisium pilorik, terletak di bawah

diagfragma di depan pancreas dan limpa, menempel di sebelah kiri fundus uteri.

Bagian lambung terdiri dari:


a. Fundus ventrikuli, bagian yang menonjol ke atas terletak sebelah kiri osteum

kardium dan biasanya penuh berisi gas.


b. Korpus ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada bagian

bawah kurvatura minor.


c. Antrum pylorus, bagian lambung berbentuk tabung menyerupai otot yang

tebal membentuk spinter pilorus.


d. Kurvatura minor, terdapat sebelah kanan lambung terbentang dari osteum

sampai ke pylorus.
e. Kurvatura mayor, lebih panjang dari kurvatura minor terbentang dari sisi kiri

osteum kardiakum melalui fundus ventrikuli menuju ke kanan sampai ke

pilorus inferior. Ligametum gastro lienalis terbentuk dari bagian atas

kurvatura mayor sampai ke limpa.


f. Osteum kardiakum, merupakan tempat dimnana esofagus bagian abdomen

masuk ke lambung. Pada bagian ini terdapat orifisium pilorik


Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk

cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter

menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan. Lambung

berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk

4
mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung

menghasilkan 3 zat penting :


a. Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap

kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah

kepada terbentuknya tukak lambung.


b. Asam klorida.
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh

pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan

sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.


c. Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein) (Syaifuddin, 2012)

2.2.Definisi Obesitas

Obesitas atau yang biasa dikenal sebagai kegemukan, merupakan suatu

masalah yang cukup merisaukan di kalangan remaja. Obesitas terjadi pada saat

badan menjadi gemuk (obes) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

secara berlebihan. Jadi, obesitas adalah keadaan dimana seseorang memiliki berat

badan yang lebih beart dibandingkan berat badan ideal yang disebabkan terjadinya

penumpukan lemak di tubuhnya. Sedangkan berat badan berlebih adalah

kelebihan berat badan termasuk di dalam otonya, tulang, lemak, dan air.

(Proverawati, 2010)

Obesitas yaitu kelebihan berat badan 20% dari berat badan ideal atau

BMI (Body Mass Index) 27 kg/m2. Obesitas menyebabkan berkurangnya jumlah

reseptor insulin yang dapat bekerja di dalam sel pada otot skeletal dan jaringan

lemak. Hal ini dinamakan resistensi insulin perifer. Obesitas juga merusak

5
kemampuan sel beta untuk melepas insulin saat terjadi peningkatan glukosa darah.

Obesitas menyebabkan respon sel beta pancreas terhadap peningkatan glukosa

darah berkurang. Selain itu, reseptor insulin pada sel di seluruh tubuh termasuk di

otot berkurang jumlah dan keaktifannya (kurang sensitif). (Damayanti, 2015)

2.3.Definisi Diabetes Mellitus Tipe 2

Diabetes tipe 2 atau juga dikenal sebagai Non Insulin Dependent

(NIDDM). Dalam DM tipe 2, jumlah insulin yang di produksi oleh pancreas

biasanya cukup untuk mencegah ketoasidosis tetapi tidak cukup untuk memenuhi

kebutuhan tubuh total. Jumlahnya mencapai 90-95% dari seluruh pasien dengan

diabetes, dan banyak dialami oleh orang dewasa tua lebih dari 40 tahun serta lebih

sering terjadi pada individu obesitas. Kasus DM tipe 2 umumnya mempunyai latar

belakang kelainan yang diawali dengan terjadinya resistensi insulin. Resistensi

insulin awalnya belum menyebabkan DM secara klinis. Sel beta pancreas masih

dapat melakukan kompensasi bahkan sampai overkompensasi insulin disekresi

secara berlebihan sehingga terjadi kondisi hiperinsulinemia dengan tujuan

normalisasi kadar glukosa darah. Mekanisme yang terus menerus menyebabkan

kelelahan sel beta pancreas yang disebut dekompensasi, mengakibatkan produksi

insulin yang menurun secara absolute. Pada kondisi normal, insulin memicu

sintesa trigleserida dan menghambat lipolisis. Pada tipe ini terjadi kehilangan sel

beta pancreas lebih dari 50%. Efek abnormalitas ini akan menyebabkan

peningkatan kadar gula darah secara terus menerus, hal ini disebabkan karena

gangguan pemanfaatan glukosa, menurunnya penyimpanan glukosa sebagai

6
glikogen, gangguan produksi glukosa hepar, meningkatnya glukosa puasa dan

menurunnya pemanfaatan glukosa postprandial. Individu yang beresiko terkena

diabetes tipe 2 ini adalah mempunyai sindroma resisten insulin, kelebihan berat

badan (obesitas), peningkatan lingkar pinggang > 1.0 inci pada pria dan > 0.7 inci

pada wanita, terjadi pada usia > 40 tahun, keturunan. (Damayanti, 2015)

2.4.Trend dan Issue Operasi Baypas Lambung

(gambar baypass lambung)

Pengidap diabetes kini bisa bertahan hidup tanpa harus bergantung pada

obat-obatan. Kemajuan teknologi medis memungkinkan diabetes bisa

disembuhkan, melalui metode operasi yang dikenal sebagai bypass lambung.

Fakta ini tentu menghidupkan asa sekitar 347 juta penderita diabetes di seluruh

dunia saat ini, merujuk data Organisasi Kesehatan Dunia (World Health

Organization/WHO) pada 2013. Dari jumlah itu, menurut, sekitar 90% di

antaranya merupakan pasien diabetes tipe 2.

7
Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) tahun 2013,

Indonesia menduduki peringkat ke-7 dunia dari 10 besar negara dengan jumlah

penderita diabetes mellitus tertinggi. Populasi penderita diabetes di Indonesia

pada 2013 mencapai 5,8%, atau sekitar 8,5 juta penduduk, dengan rentang usia

20-79 tahun. Dari jumlah itu, didominasi oleh kaum perempuan dengan total

sebesar 4,9 juta penderita, sedangkan pasien kaum pria sebanyak 3,6 juta

penderita.

Jika tanpa upaya konkret, diperkirakan pada 2035, jumlah penderita

diabetes di Tanah Air akan meningkat sebesar 165% pada masing-masing

kelompok gender. Saat ini, jumlahnya diperkirakan sudah bertambah menjadi

lebih dari 9 juta orang. Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan, karena diabetes

dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler yang sangat berpotensi

menjadi penyebab kematian. WHO memprediksi, diabetes akan menjadi penyebab

utama kematian ke-7 pada tahun 2030. Meningkatnya ancaman penyakit diabetes

dipicu pola makan dan perubahan gaya hidup manusia. Hal ini merupakan gejala

umum akibat perkembangan teknologi, dan kemajuan ekonomi.

Penderita diabetes tipe 2 di seluruh dunia, meskipun menjalani terapi obat

dan kontrol gula darah yang ketat, umumnya tetap dibayangi kekhawatiran

mengidap komplikasi penyakit ikutan, seperti stroke, gagal fungsi ginjal, penyakit

jantung, dan gangguan penglihatan hingga kebutaan.

Ancaman penyakit diabetes inilah yang memacu para ahli kesehatan

berinovasi mencari terapi yang paling efektif untuk menyembuhkannya.

8
Metode bypass atau pemotongan lambung kini dianggap salah satu terapi efektif

mengatasi diabetes.

Dokter Wu Liang Ping (45), salah satu pakar bypass lambung di RS

Jinshazhou, Guangzhou, Tiongkok, menjelaskan, bypass lambung pada intinya

mengurangi volume lambung dan mengatur kembali alurnya ke usus halus. Hal ini

bertujuan untuk mengurangi konsumsi makanan yang masuk ke lambung, dan

dengan sendirinya memperkecil penyerapan gula darah dan lemak oleh tubuh.

Inilah yang membuat metode ini efektif selain bagi penderita diabetes, juga bagi

penderita obesitas. Teknik bypass lambung dilakukan dengan teknik minimal

invasive atau tanpa sayatan.

Selain minim luka, penyembuhan melalui bypass lambung tergolong

singkat. Lamanya operasi sekitar 100 menit, jelas Wu.

Pada pertengahan Maret lalu, beberapa jurnalis asal Indonesia diundang Norgen

Healthcare International ke Guangzhou, untuk melihat secara langsung kemajuan

jasa medis di Tiongkok. Norgen merupakan perusahaan platform kesehatan yang

mengusung misi memasarkan jasa medis di Tiongkok ke seluruh dunia. Saat ini,

Norgen telah membuka cabang di Jakarta, yang merupakan cabang pertama di

luar Tiongkok.

Dalam kunjungan ke Guangzhou, jurnalis Indonesia berkesempatan

menyaksikan melalui monitor, operasi yang dilakukan dokter Wu terhadap pasien

pria berusia 35 tahun yang menderita obesitas dengan berat badan 125 kg.

Metode yang digunakan adalah Loop Duodenojejunal Bypass (LDBP),

yakni memotong sebagian lambung, untuk memperkecil ukuran atau volumenya.

9
Melalui teknik minimal invasive, dokter Wu dan timnya membuat empat lubang

kecil di lambung pasien.

Selanjutnya, kateter dimasukkan ke tubuh pasien melalui lubang-lubang

tersebut yang berdiameter masing-masing sekitar 4 cm. Kateter itu berfungsi

untuk memasukkan selang yang di ujungnya dipasang kamera untuk menuntun

dokter melakukan operasi, dan juga gunting untuk memotong lambung, serta alat

untuk menjahit lambung yang dipotong. Jika dengan operasi konvensional,

dokter menyayat perut pasien sekitar 20 cm panjangnya, ujar dokter Dai Xiao

Jiang, yang memberi penjelasan selama operasi. Dalam operasi tersebut, lambung

pasien tersisa 15%. Tujuannya adalah mengurangi kapasitas lambung, sehingga

pasien cepat merasa kenyang. Konsumsi makanan pun otomatis berkurang.

Dai menjelaskan, pasien obesitas dan diabetes, selain melakukan terapi

obat, umumnya juga melakukan diet dan olahraga. Biasanya hal itu tidak efektif

dalam jangka panjang, seperti kebergantungan pada obat seumur hidup, ujarnya.

Bahkan, dua pertiga penderita diabetes tipe 2 berkembang ke penyakit tahap

lanjut. Akibatnya, kualitas hidup menurun, tuturnya.

Bypass lambung selama ini lebih dikenal sebagai prosedur operasi untuk

menurunkan berat badan berlebih. Akan tetapi, operasi ini ternyata juga efektif

mengatasi penyakit diabetes.

Ahli bedah dari Rumah Sakit Jinshazhou-Kedokteran Universitas

Guangzhou, China Wu Liang Ping mengatakan, operasi bypass lambung

(memangkas sebagian lambung), pada penyandang diabetes bisa menyebabkan

gula darah selalu stabil. Dengan begitu, penyandang diabetes atau dikenal dengan

10
sebutan diabetesi, tidak perlu minum obat-obatan pengontrol gula darah seumur

hidup.

"Operasi bypass akan mengurangi penyerapan makanan di usus.

Penyerapan gula dan lemak di usus jadi lebih rendah jadi gula darahnya

terkontrol," terang Wu di Guangzhou, Rabu (9/3/2016).

Dokter yang menangani Sihol, Profesor Wu Liang Ping mengatakan Sihol

menjalani operasi Roux en-Y Gastric Bypass (RYGB) yang memang ditujukan

untuk mereka yang gemuk dan mengidap diabetes. Prosedur ini membantu

meredakan gula darah. Dengan menggunakan teknologi tinggi, RYGB dilakukan

dengan membuat tusukan dan luka kecil di perut. RYGB mengubah aliran

makanan di lambung dengan memotong bagian atas lambung yang kemudian

disambungkan dengan sebagian usus halus. Kemudian, sisa bagian lambung yang

ditinggalkan tetap ada untuk sekresi enzim pencernaan yang nantinya akan

bertemu dengan makanan di bagian usus halus lainnya. Dalam jangka panjang,

metode ini sebenarnya jauh lebih murah, ketimbang harus mengonsumsi obat

seumur hidup. Apalagi, metode ini memberi harapan hidup lebih lama, jelasnya.

Menurut CEO Norgen Healthcare International, Lin Junxiong, biaya untuk

menjalani operasi bypass lambung sekitar 100.000 yuan atau Rp 200 juta.

2.5.Kelebihan dan Kekurangan Baypass Lambung

2.5.1.Kelebihan

a. Mengontrol dan menurunkan berat badan

11
Karena daya tampung lambung menjadi lebih kecil, jumlah makanan yang bisa

disantap pasien menjadi terbatas. Demikian juga dengan tingkat pencernaannya,

sehingga berat badan lebih terkontrol. Selain mengontrol berat badan, operasi ini

juga dapat menurunkan berat badan bagi orang yang mengalami obesitas atau

kegemukan.

b. Menurunkan risiko penyakit berbahaya.

Obesitas banyak berhubungan dengan berbagai penyakit berbahaya, seperti

jantung, tekanan darah tinggi, diabetes, stroke, kanker dan penyakit berbahaya

lainnya. Oleh karena itu, menurunkan berat badan dengan melakukan operasi

bypass lambung juga menjauhkan dari penyakit berbahaya.

2.5.2.Kekurangan

a. Anemia dan osteoporosis

Dalam bypass lambung, bagian dari usus yang banyak dan paling mudah

menyerap mineral dan vitamin dilewati. Karena itu, orang mungkin akan

mengalami kekurangan zat besi, kalsium, magnesium atau vitamin. Hal ini dapat

menyebabkan masalah jangka panjang, seperti anemia (kurang darah) dan

osteoporosis.

b. Infeksi perut

Kebocoran dari perut ke dalam rongga perut atau usus tempat sambungun dapat

mengakibatkan infeksi yang disebut peritonitis.

c. Dumping syndrome
Bypass lambung juga dapat menyebabkan sindrom dumping, yaitu kondisi yang

mana isi perut bergerak terlalu cepat melalui usus kecil, sehingga menyebabkan

mual, muntah, pusing, diare dan berkeringat.

12
d. Darah menggumpal di paru-paru (pulmonary embolism)
e. Batu empedu
f. Dehidrasi
g. Pendarahan perut
h. Hernia di lokasi sayatan
i. Intoleransi terhadap makanan tertentu
j. Batu ginjal
k. Gula darah rendah (hipoglikemia)
Karena merupakan operasi besar dan memiliki risiko tertentu, tidak semua

orang bisa melakukan operasi bypass lambung. Hanya orang-orang yang masuk

kategori tertentu saja yang bisa melakukannya, yaitu:


a. Diet dan olahraga tidak berhasil menurunkan berat badan
b. Memiliki indeks masa tubuh (IMT) di atas 40 atau obesitas ekstrem
c. Memiliki IMT antara 35 hingga 39,9 namun disertai masalah kesehatan

serius seperti diabetes dan tekanan darah tinggi.

BAB III

PENUTUP

3.1.Simpulan

Lambung merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling

banyak terutama di daerah epigaster, lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri

berhubungan dengan esofagus melalui orifisium pilorik, terletak di bawah

diagfragma di depan pancreas dan limpa, menempel di sebelah kiri fundus uteri.

Obesitas atau yang biasa dikenal sebagai kegemukan, merupakan suatu masalah

yang cukup merisaukan di kalangan remaja. Obesitas terjadi pada saat badan

menjadi gemuk (obes) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose secara

berlebihan. Diabetes tipe 2 atau juga dikenal sebagai Non Insulin Dependent

(NIDDM). Dalam DM tipe 2, jumlah insulin yang di produksi oleh pancreas

13
biasanya cukup untuk mencegah ketoasidosis tetapi tidak cukup untuk memenuhi

kebutuhan tubuh total. Jumlahnya mencapai 90-95% dari seluruh pasien dengan

diabetes, dan banyak dialami oleh orang dewasa tua lebih dari 40 tahun serta lebih

sering terjadi pada individu obesitas.

3.2.Saran

Dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan, oleh karena itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, S. (2015). Diabetes Mellitus dan Penatalaksanaan Keperawatan. Yogyakarta:


Nuha Medika.

Proverawati, A. (2010). Obesitas dan Gangguan Perilaku Makan Pada Remaja.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Syaifuddin.(2012).Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan.Jakarta:CV SAGUNG

SETO

http://lifestyle.kompas.com/read/2016/06/13/092900223/diakui.dunia.bypass.lamb

ung.metode.standar.pengobatan.diabetes.tipe.2.

14

Anda mungkin juga menyukai