KELOMPOK IV :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Surabaya, 18 Oktober
Penyusun
ii
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan......................................................................... 4
b. Peramalan ............................................................................ 14
c. Rekomendasi ........................................................................ 15
d. Pemantauan .......................................................................... 16
e. Evaluasi ................................................................................. 17
a. Kesimpulan .......................................................................... 18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
perhatian yang besar dan penanganan pemerintah yang cepat namun juga
akurat agar persoalan-persoalan yang begitu kompleks dan berat yang
dihadapi oleh pemerintah segera dapat diatasi. Kondisi seperti ini pada
akhirnya menempatkan pemerintah dan lembaga tinggi Negara lainnya
berada pada pilihan-pilihan kebijakan yang sulit.Kebijakan yang diambil
tersebut terkadang membantu pemerintah dan rakyat Indonesia keluar dari
krisis, tetapi dapat juga terjadi sebaliknya, yakni malah mendelegitimasi
pemerintah itu sendiri.
Dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang muncul diperlukan
pengambilan kebijakan yang tepat, sehingga kebijakan tersebut tidak
menimbulkan permasalahan baru. Pengambilan suatu kebijakan tentunya
memerlukan analisis yang cukup jeli, dengan menggunakan berbagai model
serta pendekatan yang sesuai dengan permasalahan yang akan
dipecahkan. Untuk bisa mengambil kebijakan yang sesuai dengan
permasalahan yang ada, dipandang sangat perlu bagi pengambil kebijakan
untuk mengerti serta memahami berbagai model dan pendekatan yang dapat
digunakan sebagai dasar dalam pengambilan suatu kebijakan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud analisis kebiajkan menurut William N Dunn?
2. Apa saja lingkup dari analisis kebijakan menurut William N Dunn?
3. Bagaimana proses tahapan analisis kebijakan menurut William N Dunn?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari analisis kebiajkan menurut William
N Dunn
2. Untuk mengetahui ruang lingkup analisis kebijakan menurut William N
Dunn
3. Untuk mengetahui tahapan analisis kebijakan menurut William N Dunn
5
BAB II
PEMBAHASAN
a. Carl W. Patton dan David S. Savicky. Menurut kedua pakar tersebut analisis kebijakan
adalah tindakan yang diperlukan untuk dibuatnya sebuah kebijakan, baik kebijakan yang
baru sama sekali atau kebijakan yang diubah sebagai konsekuensi dari kebijakan yang
lama.
b. William Dunn, yang menyatakan bahwa analisis kebijakan adalah disiplin Ilmu Sosial
terapan yang menerapkan beberapa metode analisis, dalam konteks argumentasi dan
debat publik untuk menciptakan secara kritis kegiatan penaksiran, serta
pengkomunikasian pengetahuan yang relevan dengan kebijakan tersebut.
c. Quade (1982) yang mendefinisikan analisis kebijakan sebagai bentuk aplikasi penelitian
yang ditujukan untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam terhadap isu-isu
sosial-teknis dan diarahkan untuk memeroleh pemahaman yang lebih baik.
d. Grindle dan Thomas (1991) memberikan pengertian yang cenderung bersandar pada
aktor (pelaku kebijakan) dengan menyatakan bahwa analisis kebijakan pada dasarnya
berfokus pada (aspek) kenegaraan-pada sektor pemerintahan atau publik pada politisi,
6
biokrat dan kelompok yang memiliki kepentingin (Hogwood dan Gunn,1984; Grindle
dan Thomas, 1991).
e. Kunt (1971), dalam Solichin (2012), yang memberikan batasan tentang analisis
kebijakan sebagai : the kind of systematic disciplined analytical, scholarship, creative
study where primary motivation is to produce well-supported recommendation for
actions dealing with concrete political problems (sejenis studi yang sistematis,
berdisiplin, analitis, cerdas, dan kreatif yang dilakukan dengan maksud untuk
menghasilkan rekomendasi kebijakan andal, beberapa tindakan untuk memecahkan
masalah-masalah politik yang konkret).
Analisis kebijakan pada bidang kesehatan juga meruapakan satu bentuk riset
terapan yang dilaksanakan untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
mengenai masalah kesehatan masyarakat secara utuh sehingga dengan pemahaman
tersebut dapat mengarahkan pada alternatif solusi untuk masalah tersebut. Sebagai
aktivitas intelektual, analisis kebijakan dilakukan dengan menciptakan, menilai, dan
mengomunikasikan pengetahuan (yang relevan dengan kebijakan) dalam satu atau lebih
tahapan proses pembuatan kebijakan.
Karena merupakan suatu riset terapan, salah satu aspek penting dalam analisis
kebijakan adalah enyediaan informasi yang relevan terkait masalah dan unsur sistem
dalam kebijakan. Informasi yang dimaksud menjadi data yang disiapkan,
dikomunikasikan dan lalu digunakan oleh para pembuat kebijakan untuk memahami
permasalahan serta mencari alternatif solusi untuk permasalahan tersebut.
Analisis kebijakan juga dapat dipandang sebagai proses beraumentasi dan debat
untuk mengkaji secara kritis permaslahan kebijakan. Itulah sebabnya, analisis kebijakan
sering kali juga didefinisikan sebagai pengkomunikasian dan penilaian kritis,
pengetahuan (yang relevan dengan kebijakan). Kualitas analisis kebijakan
(pengetahuan, informasi, penilaian kritis) adalah penting untuk memperbaiki kebijakan
dan hasilnya. Namun di sisi lain terdapat pernyataan Dunn yang menarik sebagai
berikut.
7
.............................tetapi analisis kebijakan yang baik (berkualitas) belum tentu
dimanfaatkan oleh pemakainya, dan jikapun analisis kebijakan digunakan belum
menjamin kebijakan yang lebih baik. Pada kenyataannya, ada jarak yang amat lebar
antara pembuatan analisis kebijakan dan pemanfaatannya dalam proses pembuatan
kebijakan.
Dengan demikian, analisis kebijakan pada dasarnya adalah awal, bukan akhir,
dari upaya untuk meningkatkan proses pengembangan kebijakan.
8
Analisi prospektif acapkali menimbulkan jurang pemisah yang besar
antara pemecahan masalah yang di unggulkan dan upaya-upaya pemerintah
untuk memecahkannya. Misalnya pakar ilmu politik Graham Alison
memperkirakan mungkin tidak lebih dari 10 persen dari kerja yang di perlukan
untuk mencapai seperangkat hasil kebijakan yang di kendaki di peroleh sebelum
aksi kebijakan di mulai:
Itu bukan berarti bukan berarti bahwa kita mempunyai terlalu banyak
solusi analitis yang baik terhadap masalah. Melainkan, kita mempunyai lebih
banyak solusi yang baik ketimbang mempunyai aksi yang analis kebijakan
berbeda dengan macam-macam pertanyaan yang secara tradisional di tanyakan.
9
yang mungkin dapat dimanipulasikan untuk mencapai tujuan dan
sasaranpeningkatan program UKS oleh puskesmas.
c. Analisis beriorientasi Aplikasi, menjelaskan hubungan kausalitas, lebih
tajam untuk mengidentifikasi tujuan dan sasaran dari kebijakan dan para
pelakunya. Informasi yang dihasilkan dapat digunakan untuk mengevaluasi
hasil kebijakan khusus, merumuskan masalah kebijakan, membangun
alternatif kebijakan yang baru, dan mengarah pada pemecahan masalah
praktis. Contoh: analis dapat memperhitungkan berbagai faktor yang
mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan pelayanan KIA di Puskesmas.
Informasi yang diperoleh dapat digunakan sebagai dasar pemecahan
masalah kebijakan KIA di puskesmas.Tentu saja ketiga tipe analisis
retrospektif ini terdapat kelebihan dan kelemahan.
10
Analisis yang terintegrasi dapat digambarkan dengan mempertentangkan
antara evaluasi-evaluasi retrospektif terhadap kebijakan publik, dan eksperimen-
eksperimen program kebijakan. Evaluasi restrospektif terhadap kebijakan dan
program di dalam sejumlah bidang seperti pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan
sosial secara khusus menilai kinerja kebijakan dan program-program yang sedang
berjalan. Sebaliknya eksperimen kebijakan dan program menilai kinerja program
dan kebijakan baru dalam hal hasil nyatanya. Untuk menilai bentuk-bentuk baru
dari aksi kebijakan di bawah kondisis politik dan administrasi yang realistis, perlu
sekali untuk menciptakan informasi pada setiap tahap analisis kebijakan:
perumusan masalah, peramalan, rekomendasi, pemantauan dan evalusi. Anilisis
kebijakan prospektif dan retrospektif, meskipun memulai dan mengakhiri analisis
pada waktu yang berbeda, mengharuskan analis melengkapi bagian dari lingkaran
analisis.
11
2.4 Proses Analisa Kebijakan
1. Perumusan Masalah
Perumusan masalah (definisi) menghasilkan informasi mengenai kondisi-kondisi
yang menimbulkan masalah kebijakan. Masalah kebijakan adalah kebutuhan, nilai-
nilai, atau kesempatan-kesempatan yang tidak terealisasi tetapi dapat dicapai
melalui tindakan publik. Memahami masalah kebijakan merupakan hal yang
penting, karena para analis kebijakan terlihat lebih sering gagal karena
memecahkan masalah yang salah. Ciri-ciri masalah adalah interdependence,
subjectivity, artificiality, dynamics. Langkah awal dalam perumusan masalah
12
adalah dengan mengenali situasi atau mengenali masalah. Pengenalan
situasi ini akan menghasilkan situasi masalah. Dari situasi masalah
kemudian dikembangkan dengan proses pencarian masalah yang lebih detil
dan membentuk sebuah meta masalah.
Dengan demikian, meta masalah adalah masalah diatas masalah,
atau dikenal juga sebagai tumpukan masalah yang belum terstruktur. Dari
meta masalah ini dilakukan pendefinisian atau pengklasifikasian masalah,
sehingga menghasilkan masalah substantif. Dari sejumlah masalah
substantif yang ada, kemudian ditentukan beberapa masalah yang akan
segera ditangani sesuai dengan kemampuan pemerintah.
13
2. Peramalan
Forecasting (Dunn,1994b)
14
3. Rekomendasi
Rekomendasi merupakan proses rasional dimana para analis memproduksi
informasi dan argumen-argumen yang beralsan tentang solusi-solusi yang
potensial dari maslah publik. Prosedur analisis kebijakan dari rekomendasi
memungkinkan analis menghasilkan informasi tentang kemungkinan
serangkaian aksi di masa mendatang untuk menghasilkan konsekuensi yang
berharga bagi individu, kelompok, atau masyarakat seluruhnya. Prosedur
rekomendasi meliputi transformasi informasi mengenai kebijakan yang
akan membuahkan hasil yang bernilai. Untuk merekomendasikan suatu
tindakan kebijakan khusus perlu adanya informasi tentang konsekuensi-
konsekuensi di masa datang setelah dilakukannya berbagai alternative
tindakan, sementara itu, membuat rekomendasi kebijakan juga
mengharuskan kita menentukan alternative man yang paling baik dan
mengapa. Oleh karenanya prosedur analisis kebijakan dari rekomendasi
terkait erat dengan persoalan etika dan moral.
15
Dalam membuat rekomendasi, analisis kebijakan secara khusus
menjawab berbagai persoalan tentang sasaran, biaya, hambatan-hambatan,
eksternalitas waktu, risiko dan ketidakpastian. Pilihan public dan swasta
berbeda dalam tiga hal: hakikat proses kebijakan public, hakikat tujuan
kebijakan publik yang bersifat kolektif, arti barang-barang public.
1. Efektifitas
2. Efesiensi
3. Kecukupan
4. Pemerataan
5. Responsifitas
6. Kelayakan
4. Pemantauan
Pemantauan merupakan prosedur analisis kebijakan guna menghasilkan
informasi tentang penyebab dan konsekuensi dari kebijakan-kebijakan
public. Pemantauan bermaksud memberikan pernyataan yang bersifat
penandaan dan terutama yang berkepentingan untuk menetapkan premis-
premis factual tentang kebijakan public. Pemantauan menghasilkan
pernyataan yang bersifat penandaan setelah kebijakan dan program
diadopsi, lalu diimplementasikan, sebelum tindakan dilakukan. Informasi
yang dihasilkan melalui pemantauan memiliki setidak-tidaknya empat
fungsi, yaitu ketundukan, pemeriksaan, akuntasi, dan eksplanasi.
Ada dua jenis hasil kebijakan yaitu keluaran dan dampak. Tindakan
daei kebijakan terdiri dari masukan dan proses. Sementara itu, kebijakan
memiliki dua tujuan utama yaitu, regulasi dan alokasi.
16
Pemantauan (Dunn, 1994b)
5. Evaluasi
Evaluasi mempunyai beberapa karakteristik yang membedakannya dari
metode-metode analisis kebijakan yang lain: titik berat kepada nilai hubungan
ketergantungan antara nilai dan fakta, orientasi masa kini dan masa lalu, dan
dualitas nilai. Kriteria evaluasi kebijakan: efektivitas, estimasi, kecukupan,
kesamaan, daya tanggap dan kelayakan. Tiga pendekatan utama evaluasi dalam
analisis kebijakan adalah: evaluasi semu, evaluasi formal dan evaluasi teoretis
keputusan.
Evaluasi memainkan sejumlah fungsi utama dalam analisis kebijakan. 1).
Yang paling penting, evaluasi memberi informasi yang valid dan dapat
dipercaya mengeni kinerja kebijakan, yaitu, seberapa jauh kebutuhan, nilai dan
kesempatan telah dapat dicapai melalui tindakan public. Dalam hal ini evaluasi
mengungkapkan seberapa jauh tujuan-tujuan tertentu(misalnya, perbaikan
kesehatan) dan target tertentu(sebagai contoh, 20% pengurangan penyakit
kronis pada tahun 1990) telah dicapai. 2). Evaluasi memberi sumbangan pada
klarifikasi dan kritik terhdap nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan
target. Nilai diperjelas dengan mendefinisikan dan mengoperasikan tujuan dan
target.
17
KESIMPULAN
18
Daftar Pustaka
Dunn, W. N., 1994. Public Policy Analysis. 2 ed. New Jersey: Prentice Hall .
MARS, D. D. A., 2014. Kebijakan Kesehatan Prinsip dan Kesehatan. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada.
Nugroho, D. R., 2014. Public Policy. 5 ed. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
19
20