Tata
Ruang
Provinsi
Jawa Tengah
Sebagai langkah awal dari upaya untuk memahami dengan baik isu penataan ruang di
pusat dan di derah tersebut, dibutuhkan data dan informasi yang handal, valid dan dapat
dipertanggungjawabkan. Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
melakukan upaya untuk mendokumentasikan seluruh data dan informasi penataan
ruang yang akan disajikan dalam bentuk Buku Profil Tata Ruang. Diharapkan
pemahaman tehadap isu secara baik akan mampu meningkatkan kinerja para pemangku
kepentingan di Bidang Tata Ruang dan Pertanahan.
DaftarGambar
Gambar 1 Peta Rencana Struktur Ruang Provinsi 3
Jawa Tengah
Gambar 2 Peta Rencana Pola Ruang Provinsi Jawa 5
Tengah
Gambar 3 Status Penetapan Perda RTRW di Provinsi 9
Jawa Tengah
Gambar 4 Status Penetapan BKPRD di Provinsi Jawa 12
Tengah
Gambar 5 Kebutuhan dan Kesediaan Penyidik Pegawai 14
Negeri Sipil di Provinsi Jawa Tengah
Gambar 6 Kebutuhan dan Kesediaan SDM Penataan 15
Ruang di Provinsi Jawa Tengah
iv Daftar Isi
Profil Tata Ruang
Provinsi
Jawa Tengah
Profil Penataan Ruang
I Kondisi Eksisting
P rovinsi Jawa Tengah terdiri dari 29 Kabupaten dan 6 Kota, 573 Kecamatan
yang meliputi 7.809 Desa dan 769 Kelurahan (Gambar 11). Luas wilayah
Provinsi Jawa Tengah adalah 3.254.412 hektar atau 25,04 persen dari luas
Pulau Jawa dengan batas wilayah sebagai berikut:
Wilayah Provinsi Jawa Tengah memiliki ketinggian yang beraneka ragam, yaitu
pegunungan dan dataran tinggi yang membujur di bagian tengah dan dataran
rendah yang tersebar di hampir seluruh wilayah yang umumnya adalah wilayah
pantai. Sekitar 53 persen wilayah Provinsi Jawa Tengah berada pada ketinggian 0-
99 mdpl. Berdasarkan Indeks Rawan Bencana Indonesia BNPB Tahun 2011, Provinsi
Jawa Tengah memiliki Skor Indeks Rawan Bencana tertinggi di Indonesia dengan 34
kabupaten/kota memiliki Skor Indeks Rawan pada kategori tinggi. Bencana yang
dimaksud termasuk banjir, kekeringan, tanah longsor, gempa bumi, gelombang
pasang/tsunami, abrasi, angina topan, gas beracun dan letusan gunung api. Jumlah
gunung di Jawa Tengah relatif banyak, beberapa diantaranya masih aktif sehingga
sewaktu-waktu masih mengeluarkan lava/gas beracun. Terdapat 6 (enam) gunung
berapi yang aktif di Jawa Tengah yang rata-rata mempunyai tingkat kerentanan
terhadap bahaya bencana vulkanik tinggi, sehingga memerlukan pengawasan terus
menerus.
2 Jambi
Gambar 1. Peta Rencana Struktur Ruang Provinsi Jawa Tengah
Sumber: Lampiran Perda Provinsi Jawa Tengah Nomor 4 Tahun 2011 Tentang RTRW Provinsi Jawa Tengah
Sumber: Hasil Analisis Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2013-2018 Provinsi Jawa tengah
Salah satu kekuatan besar yang dimiliki Jawa Tengah dalam mendukung
pembangunan adalah jumlah penduduk yang cukup banyak (urutan ke-4
terbanyak secara nasional), yang tersebar di seluruh wilayah Jawa Tengah.
Bukan hanya jumlah penduduk yang besar, namun didukung dengan kualitas
dan kapasitas penduduk yang baik, yang ditunjukkan dengan IPM yang
semakin meningkat dari tahun ke tahun, dapat menjadi kekuatan strategis
untuk mewujudkan tujuan dan sasaran pembangunan Jawa Tengah juga
mengahadapi pasar bebas 2015. Namun jumlah ini tidak diiringi dengan
penyebaran penduduk secara merata, yang dapat menjadi kelemahan Jawa
Tengah dalam proses pembangunan ke depan. Kondisi ini dapat dilihat
dengan tingkat kepadatan penduduk yang tidak merata pada 35
kabupaten/kota se-Jawa Tengah. Selain itu penyebaran penduduk yang
lebih terfokus di daerah perkotaan, juga menjadi kendala dalam proses
pembangunan Jawa Tengah. Situasi tersebut dapat menggambarkan
tumbuhnya kantong-kantong ekonomi yang tidak seimbang antara
perkotaan dan pedesaan.
8 Jawa Trngah
III Pelaksanaan Penataan Ruang
A. Penetapan Perda RTRW
Belum ditetapkan
35
Sumber: Kuesioner Profil Penataan Ruang Jawa Tengah 2015
35
Provinsi Jawa Tengah telah menyusun dan menetapkan RTRW Provinsi dengan Peraturan
Daerah Nomor 6 Tahun 2010. RTRW Provinsi ini telah mengakomodir Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan (LP2B) namun belum mengakomodir Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS).
Sedangkan Rencana Zonasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K) diakomodir dalam
peraturan daerah terpisah yakni Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4 Tahun
2014. Ada pula beberapa Isu yang terdapat dalam Perda RTRW Jawa Tengah, antara lain:
Penetapan Kawasan Budidaya yang dikendalikan,
Penetapan kawasan budidaya yang didorong perkembangannya
Penetapan peraturan zonasi
Perizinan,
Pemberian Insentif dan Disinsentif
Provinsi Jawa Tengah memiliki konflik penataan ruang yang harus diselesaikan
secara nasional yakni Konflik Kawasan Budidaya tentang pembangunan
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Kabupaten Batang yang menuai
protes dari para petani. Selain itu, provinsi ini juga belum memiliki sistem
insentif/disinsentif dan peta rencana skala 1:5.000 sehingga sulit untuk
menyelenggarakan pengendalian pemanfaatan ruang secara rinci. Penyediaan
peta rencana skala 1:5.000 terkendala karena belum tersedianya peta dasar
skala 1:5.000 dan masih digunakan peta skala 1:25.000 dan 1:50.000 sebagai
gantinya.
Dalam kasus konflik pemanfaatan ruang lainnya di Jawa Tengah, yakni kasus
pembangunan perumahan Star Regency yang berbatasan langsung dengan
kawasan lindung Rawa Pening S. Tuntang di Kabupaten Semarang,
Pemerintah Daerah Jawa Tengah berhasil menyelesaikan konflik tersebut
melalui Best Practices sesuai Surat Gubernur Jawa Tengah kepada Bupati
Semarang Nomor 660/10685 tanggal 20 Mei 2010 dengan hasil sebagai
berikut:
Mencabut atau membatalkan seluruh perizinan pembangunan perumahan
Star Regency yg telah diterbitkan oleh KPPT Kabupaten Semarang, dan
memproses kembali penerbitan perizinan setelah menyusun Dokumen
AMDAL.
10 Jawa Tengah
1. Penyelesaian Permasalahan Kawasan Lindung
Gubernur menghimbau kepada Bupati Banyuwangi untuk menyusun rencana rinci kawasan
strategis kabupaten atau RDTR beserta PZ yang berfungsi sebagai operasionalisasi pada
bagian wilayah tersebut.Selain itu dilakukan pula penilaian kembali terhadap kawasan hutan
produksi sesuai dengan kriteria hutan lindung sebagai pengganti Kawasan Hutan Lindung
yang diubah menjadi kawasan pertambangan mineral logam emas. Selanjutnya hasil penilaian
kembali tersebut digunakan sebagai salah satu substansi revisi RTRW Banyuwangi dan RTRW
Provinsi 5 Tahunan dalam rangka mewujudkan kelestarian kawasan hutan lindung di Jawa
Timur.
Provinsi Jawa Timur sejauh ini sudah melakukan penyerasian antara RTRW, RPJPD dan RPJMD
yang dilakukan melalui:
Penyerasian Perda RTRW Provinsi Jawa Timur telah disinkronisasi dan disesuaikan dengan
kebijakan sektoral dalam RPJP Nasional dan RPJP Provinsi Jawa Timur berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008. RPJPD Provinsi Jawa Timur dengan visi
agrobisnis, diserasikan dengan RTRW Jawa Timur dalam bentuk kebijakan, strategi,
rencana struktur ruang, pola pemanfaatan ruang, dan kawasan strategis. Sehingga RTRW
Provinsi Jawa Timur menjadi matra ruang dari arahan kebijakan pembangunan Jawa Timur
yang tertuang pada RPJPD Jawa Timur.
Penyusunan Perda No. 3 Tahun 2014 tentang RPJMD Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 2019
secara hierarki mengacu pada RPJPD. Pengaplikasian matra keruangan RTRWP tertuang
dalam kebijakan kluster kewilayahan dengan program yang disinkronisasikan dengan
indikasi program 5 tahunan RTRWP.
Sinkronisasi muatan RTRW dengan rencana sektoral mengingat rencana sektoral tertuang
dalam Perda No. 3 Tahun 2014 tentang RPJMD Provinsi Jawa Timur Tahun 20142019
dengan pengaplikasian matra keruangan RTRWP tertuang dalam kebijakan kluster
kewilayahan dengan program yang disinkronisasikan dengan indikasi program 5 tahunan
RTRWP.
Sudah ditetapkan
Belum ditetapkan
35
35
12 Jawa Tengah
Provinsi Jawa Tengah merupakan Provinsi yang telah menyusun dan menetapkan
BKPRD Provinsi dengan Surat Keputusan No.650/27/2010. Badan Koordinasi
Pembangunan Regional Daerah (BKPRD) di Jawa Tengah sudah mencakup koordinasi ad-
hoc antar SKPD untuk penyelesaian masalah tata ruang dan sudah memiliki mekanisme
koordinasi antara BKPRD Provinsi dengan Kabupaten/Kota. Namun belum ditetapkan
pedoman terkait mekanisme tersebut. Berikut adalah status penetapan BKPRD di
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah
Jumlah tersebut tentu belum mampu mendukung kinerja PPNS dalam pengendalian
pemanfaatan ruang di Jawa Tengah. Ada pula kendala lainnya dalam kinerja PPNS di Jawa
Tengah yakni:
24
40
Gambar 5. Kebutuhan dan Kesediaan PPNS di
Provinsi Jawa Tengah
14 Jawa Tengah
C. Jumlah Sumber Daya Manusia
3
5
Berdasarkan informasi yang didapatkan dari pemerintah daerah Jawa Tengah, jumlah
tenaga ahli bidang penataan ruang di provinsi ini berjumlah tiga orang, sedangkan
idealnya Provinsi Jawa Tengah memiliki sekurang-kurangnya lima orang ahli. Jumlah ideal
ini merupakan usulan dari pemerintah daerah yang lebih mengetahui kondisi lapangan
Provinsi Jawa Tengah. Sehingga dapat diketahui bahwa ketersediaan SDM bidang tata
ruang di Jawa Tengah hampir Tercukupi
Masyarakat Provinsi Jawa Tengah telah ikut berpartisipasi dalam pemanfaatan dan
pengendalian pemanfaatan ruang di Jawa Tengah melalui kegiatan Forum Komunitas Hijau
yang berkonsentrasi pada penyediaan dan pemenuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Namun
belum ada partisipasi dari dunia usaha dalam pemanfaatan dan pengendalian tata ruang
Jawa Tengah. Belum diketahui alasan/kendala yang menyebabkan sikap pasif dunia usaha
ini.
Provinsi Jawa Tengah sudah memiliki Sistem Informasi Penataan Ruang (SITR) yang
mencakup informasi aspek perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian tata ruang.
Namun SITR ini belum terintegrasi antara pusat dan daerah dikarenakan belum adanya
infrastruktur penunjang dan Sumber Daya Manusia yang khusus menangani Sistem
Informasi Penataan Ruang.