Anda di halaman 1dari 41

PENUNTUN PRAKTIKUM FISIOLOGI

BIOMEDIK II

Semester :
Tahun Akademik :
Nama Mahasiswa :
No. Induk :
Fakultas :
Universitas :
Kelompok :
NamaAsisten :
BAGIAN FISIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015/2016
BUKU PENUNTUN
PRAKTIKUM FISIOLOGI
BIOMEDIK II

BAGIAN FISIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2017/2018
KARTU KONTROL KEGIATAN PRAKTIKUM

Nama : ...............................................
No. Induk :
Fakultas :
Universitas :
Instruktur Lab. / Asisten :

BLOK : .
SEMESTER AWAL / AKHIR TAHUN AKADEMIK 20 / 20
Telah
PRAKTIKUM Dilakukan Paraf memasukkan Paraf
NO.
JUDUL Tanggal Asisten Laporan Asisten
pada tanggal

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Makassar, 2016

Koordinator Praktikum
( )
NAMA NAMA DOSEN DAN ASISTEN DOSEN
BAGIAN FISIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR

DOSEN FK UNISMUH

NO. NAMA NO.TLP

1 Dr. Nurmila, M.Kes 085242403336

2 Dr. Ami Febriza, M.Kes 085256655987

3 Dr. Nelly, M.Kes 08124122694

ASISTEN DOSEN FK UNISMUH

NO. NAMA NO. TLP

1 Muhammad Wahyudi B

2 Hardiansyah

3 Moh. Zulkayyan 085242330440

4 Mifta Paramitha

5 Rasi Sallang 085696282900

6 Dinawati Amalia R 08971561448

7 Neno Arismayanti

8 A Ayu Ratnasari

9 Nurul Ratna Sari

10 Muhammad Fadhlan R 082393333503


11 Muhammad Ichsan Lakota 085299497071

12 Suprapto 085299983230

13 Desti Monasari Assagaf 085656675783

14 Nur Insana Dewi

15 Akhsanul Kaffi 085299373395

16 Aril Harfiani 085396722111

17 Risma Ayu Soraya 08114163419

18 Lidiyanti Tianotak 082190637793

19 A Riska Gunawati 081342655593

20 Annisa Nurillah HS 085255965703

21 Nurul Zakinah 085299425526

22 Sucipta Merdeka Utama 082396680837

23 Syahbrina Benhart Kwano 082192867491

24 Windyani Hardi 085283010076

25 Agung Adi Saputra 085240969828

26 Andi Adriana Mappamadeng 085299391071

27 A. Syafaat Zulkarnain SP 081933965969

28 Dody Abdullah Attamimi 085931955055

29 Nur Multazam 085298819219

30 Andi Sri Wulan Purnama 085395869966

31 Fizzilmi Dhahila Mansyur 082313329873

32 Faisyah Febyola 082189463373

33 Andi Suci Setyawati 085796627500


34 Alif Adeyani 085299636481

35 Dzakiyah Nurul Isra 082191346260

36 Muhammad Surya Arma Arsyad 085399901767

Makassar, Oktober 2017

BagianFisiologi
FakultasKedokteran
UniversitasMuhammadiyah Makassar
Sistem Pernapasan
Pernapasan secara harfiah berarti pergerakan oksigen dari atmosfer menuju ke sel dan
keluarnya karbondioksida dari sel ke udara bebas.pemakaian oksigen dan pengeluaran
karbondioksida diperlukan untuk menjalankan fungsi normal sel dalam tubuh.tetapi sebagian
besar sel-sel tubuh kita tidak dapat melakukan pertukaran gas-gas langsung dengan udara,karena
sel-sel tersebut letaknya sangat jauh dari tempat pertukaran gas tersebut.

Respirasi Selular dan Respirasi Eksternal

Istilah respirasi selular merujuk pada proses-proses metabolic intrasel yang dilaksanakan
di dalam mitokondria yang menggunakan oksigen dan menghasilkan CO2 selagi mengambil
energy dari molekul nutrient. Istilah respirasi eksternal merujuk ke seluruh rangkaian kejadian
dalam pertukaran oksigen dan karbondioksida antara lingkungan eksternal dan sel tubuh.

Tekanan dalam Pernapasan

Tekanan atmosfer (barometrik)


adalah tekanan yang ditimbulkan oleh berat udara di atmosfer pada benda di permukaan
bumi.pada ketinggian permukaan laut,tekanan ini sama dengan 760 mmHg.tekanan atmosfer
berkurang seiring dengan penambahan ketinggian di atas permukaan laut karena lapisan-
lapisan udara di atas permukaan bumi juga semakin menipis.

Tekanan intra-alveolus (intra-paru)


adalah tekanan di dalam alveolus.karena alveolus berhubungan dengan atmosfer melalui
saluran napas penghantar,udara cepat mengalir menuruni gradien tekanannya setiap tekanan
intra-alveolus berbeda dari tekanan atmosfer,maka udara terus mengalir sampai kedua tekanan
seimbang (ekuilibrium)

Tekanan intra-pleura (tekanan intra-thorax)


adalah tekanan yang ditimbulkan di luar paru di dalam rongga thorax.tekanan intrapleura
biasanya lebih randah daripada tekanan atmosfer,rerata 756 mmHg saat istirahat. (sherwood)
Tekanan intra-pleura tidak menyeimbangkan diri dengan tekanan atmosfer atau intra-
alveolus karena tidak ada komunikasi langsung antara rongga pleura dan atmosfer atau paru
Pusat respirasi sentral
Pusat pernapasan pada medulla oblogata :

Kelompok Respiratory Dorsal (KRD)


Terutama terdiri dari neuron inspiratorik yang serat-serat desendensnya berakhir di
neuron motorik yang mempersarafi neuron inspirasi. ketika neuron-neuron KRD ini
melepaskan muatan maka terjadi inspirasi. ketika mereka tidak menghasilkan sinyal maka
terjadilah ekspirasi
KRD memiliki hubungan penting dengan kelompok respiratorik ventral

Kelompok Respiratory Ventral


Terdiri dari neuron inspiratorik dan ekspiratorik,yang keduanya tetap inaktif selama
bernapas normal tenang. bagian ini diaktifkan oleh KRD sebagai mekanisme penguat selama
periode-periode saat kebutuhan akan ventilasi meningkat. hal ini terutama penting pada
ekspirasi aktif
Selain itu,neuron-neuron ekspiratorik KRD,memacu aktivitas inspirasi ketika kebutuhan
ventilasi tinggi

Pusat pernapasan pada pons :


Terdiri dari pneumotaxic center pada bagian atas dan apneustic center dibawah
Pusat pernapasan di pons melakukan "penyesuaian halus" terhadap pusat di medulla untuk
membantu menghasilkan inspirasi dan ekspirasi yang lancar dan mulus
Pusat pneumotaxic mengirim impuls ke KRD yang membantu memadamkan neuron-neuron
inspiratorik sehingga durasi inspirasi dibatasi.
Sebaliknya,pusat apnustik mencegah neuron-neuron inspiratorik dipadamkan,sehingga
dorongan inspirasi meningkat
Dengan sistem check-and balance ini,pusat pneumotaxic mendominasi pusat
apnustik,membantu menghentikan inspirasi dan membiarkan ekspirasi terjadi secara normal
Komponen Penyusun Alveolus
Dinding alveolus terdiri dari satu lapisan gepeng sel alveolus tipe 1.setiap alveolus juga
dikelilingi oleh anyaman kapiler pulmonal,yang dindingnya juga hanya memiliki ketebalan
selapis sel.ruang interstisium antara sebuah alveolus dan anyaman kapiler di sekitarnya
membentuk sawar yang sangat tipis,dengan ketebalan hanya 0,5 mikrometer yang memisahkan
udara di alveolus dari darah di kapiler paru.tipisnya sawar ini memudahkan pertukaran gas.

Selain berisi sel alveolus tipe 1 pembentuk dinding yang tipis, 5% epitel permukaan
alveolus diliputi oleh sel alveolus tipe2. Sel ini mengeluarkan surfaktan paru, suatu kompleks
fosfolipoprotein yang mempermudah ekspansi paru. Selain mempermudah ekspansi paru
(dijelaskan kemudian).selain itu mempermudah ekspansi paru .selain itu,terdapat makrofag
alveolus yang berjaga-jaga di dalam lumen kantung udara ini.di dinding antera alveolus yang
berdekatan terdapat pori kohn yang halus.keberadaan pori ini memungkinkan aliran udara antara
alveolus-alveolus yang berdekatan,suatu proses yang dikenal sebagai ventilasi kolateral

Batuk dan mekanismenya

Iritasi
Tahap dimulainya rangsangan batuk dimana iritan yang masuk menstimulasi daerah-
daerah tertentu pada saluran pernapasan

Inspirasi
Fase inspirasi dimulai dengan inspirasi singkat dan cepat dari sejumlah besar udara, pada
saat ini glotis secara refleks sudah terbuka. Volume udara yang diinspirasi sangat bervariasi
jumlahnya, berkisar antara 200 sampai 3500 ml di atas kapasitas residu fungsional.
Penelitian lain menyebutkan jumlah udara yang dihisap berkisar antara 50% dari tidal
volume sampai 50% dari kapasitas vital. Ada dua manfaat utama dihisapnya sejumlah besar
volume ini. Pertama, volume yang besar akan memperkuat fase ekspirasi nantinya dan dapat
menghasilkan ekspirasi yang lebih cepat dan lebih kuat. Manfaat kedua, volume yang besar
akan memperkecil rongga udara yang tertutup sehingga pengeluaran sekret akan lebih
mudah

Kompresi
Setelah udara di inspirasi, maka mulailah fase kompresi dimana glotis akan tertutup
selama 0,2 detik. Pada masa ini, tekanan di paru dan abdomen akan meningkat sampai 50-
100 mmHg. Tertutupnya glotis merupakan ciri khas batuk, yang membedakannya dengan
manuver ekspirasi paksa lain karena akan menghasilkan tenaga yang berbeda. Tekanan yang
didapatkan bila glotis tertutup adalah 10 sampai 100% lebih besar daripada cara ekspirasi
paksa yang lain. Di pihak lain, batuk juga dapat terjadi tanpa penutupan glotis
Penutupan laring dan glotis,dikombinasikan dengan kontraksi otot-otot dinding
dada,diafragma,dan hasilnya dinding perut meningkat akibat tekanan intra-torax
Ekspulsi
Kemudian, secara aktif glotis akan terbuka dan berlangsunglah fase ekspirasi. Udara akan
keluar dan menggetarkan jaringan saluran napas serta udara yang ada sehingga
menimbulkan suara batuk yang kita kenal. Arus udara ekspirasi yang maksimal akan
tercapai dalam waktu 3050 detik setelah glotis terbuka, yang kemudian diikuti dengan arus
yang menetap. Kecepatan udara yang dihasilkan dapat mencapai 16.000 sampai 24.000 cm
per menit, dan pada fase ini dapat dijumpai pengurangan diameter trakea sampai 80%.
Glotis akan terbuka,sehingga alira udara ekspirasi yang tinggi dan mengeluarkan suara
batul.kompresi jalan nafas yang besar terjadi.arus yang tinggi mengeluarkan lendir dari
saluran udara dan memungkinkan pengeluaran dari trakeo-bronkial
SPIROMETRI

Spirometri paling sering digunakan untuk menilai fungsi paru. Dengan kata lain spirometri
adalah alat untuk mengukur volume dan kapasitas paru (kapasitas paru adalah jumlah dua atau
lebih volume paru). Sebagian besar pasien dapat dengan mudah melakukan spirometri setelah
dilatih oleh pelatih atau tenaga kesehatan lain yang tepat. Uji ini dapat dilaksanakan di berbagai
tempat baik ruang praktek dokter, ruang gawat darurat atau ruang perawatan. Spirometri dapat
digunakan untuk diagnosis dan memantau gejala pernapasan dan penyakit, persiapan operasi,
penelitian epidemiologi serta penelitian lain.
Secara rerata, pada orang dewasa sehat, udara maksimal yang dapat ditampung paru
adalah sekitar 5,7 liter pada pria (4,2 liter pada wanita). Ukuran anatomic, usia dan daya regang
paru, serta ada tidaknya penyakit pernapasan mempengaruhi kapasitas paru total ini. Dalam
keadaan normal, sewaktu bernapas tenang volume paru jauh dari volume inspirasi atau akspirasi
maksimal. Karena itu dalam keadaan normal paru mengalami pengembangan moderat sepanjang
siklus pernapasan. Pada akhir ekspirasi tenang normal, paru masih mengandung sekitar 2200 ml
udara. Selama bernapas biasa pada keadaan istirahat, sekitar 500 ml udara masuk dan keluar paru
sehingga selama bernapas tenang volume paru bervariasi antara 2200 ml pada akhir ekspirasi
serta 2700 ml pada akhir inspirasi. Selama ekspirasi maksimal , volume dapat turun menjadi
1200 ml pada pria (1000 ml pada wanita), tetapi paru tidak pernah dapat dikempiskan secara
total karena saluran-saluran alveolus kolaps ketika ekspirasi paksa pada volume paru yang
rendah, menghambat pengeluaran udara lebih lanjut.

Pada spirometri, dapat dinilai 4 volume paru dan 4 kapasitas paru:

A. Volume paru:
1. Volume tidal (VT, tidal volume), yaitu jumlah udara yang masuk ke dalam dan ke luar
dari paru pada pernapasan biasa.
2. Volume cadangan inspirasi (IRV, inspiratory reserve volume), yaitu jumlah udara yang
masih dapat masuk ke dalam paru pada inspirasi maksimal setelah inspirasi biasa.
3. Volume cadangan ekspirasi (ERV, expiratory reserve volume), yaitu jumlah udara yang
dikeluarkan secara aktif dari dalam paru setelah ekspirasi biasa.
4. Volume residu (RV, residual volume) yaitu jumlah udara yang tersisa dalam paru setelah
ekspirasi maksimal.

B. Kapasitas paru:
1. Kapasitas paru total (TLC, total lung capacity), yaitu jumlah total udara dalam paru
setelah inspirasi maksimal. (TLC = VC + RV)
2. Kapasitas vital (VC, vital capacity), yaitu jumlah udara yang dapat diekspirasi maksimal
setelah inspirasi maksimal. (VC = IRV + TV + ERV)
3. Kapasitas inspirasi (IC, inspiratory capacity), yaitu jumlah udara maksimal yang dapat
masuk ke dalam paru setelah akhir ekspirasi biasa. (IC = IRV + TV)
4.
Kapasitas residu fungsional (FRC, functional residual capacity), yaitu jumlah udara dalam
paru pada akhir ekspirasi biasa. (FRC = ERV + RV).

Batasan volume dan kapasitas paru dapat dilihat pada gambar 2. Nilai normal untuk setiap
volume dan kapasitas paru bervariasi dan dipengaruhi oleh usia, tinggi badan, jenis kelamin,
suku, berat badan dan bentuk tubuh. Volume udara tersebut dapat dinilai dengan alat spirometri.
Spirometri dapat pula mengukur aliran ekspirasi yaitu volume ekspirasi paksa detik pertama
(VEP1/FEV1) dan kapasitas vital paksa (KVP/FVC).1
Interpretasi hasil dari spirometry dapat menemukan keadaan kelainan dalam volume paru dalam
penyakit-penyakit tertentu

Gambar 2. volume dan kapasitas paru normal.

Dari hasil volume dan kapasitas paru yang diukur melalui spirometri ini, kita dapat
menentukan volume ventilasi paru/ventilasi semenit dan ventilasi alveolus dalam semenit.

Ventilasi semenit, yaitu volume udara yang dihirup dan dihembuskan dalam 1 menit. Ventilasi
alveolus, yaitu volume udara yang dipertukarkan antara atmosfer dan alveolus permenit.

1. Ventilasi semenit :

VE = VT x f

2. Ventilasi alveolus

VA = (VT VD) x f

Ket :

VE : ventilasi semenit (ml/mnt)


VA : ventilasi alveolus (ml/mnt)

VT : volume tidal (ml/napas)

f : frekuensi/kecepatan pernapasan (jumlah napas/mnt)

VD : volume ruang rugi (ml) = 150 ml

Contoh :

VE = 500 x 12 = 6000 ml

VA = (500 150) x 12 = 4200 ml

FREKUENSI PERNAPASAN NORMAL3

USIA JUMLAH PERNAPASAN (KALI/MENIT)


bayi baru lahir 40-60
1-11 bulan 30
2 tahun 25
4-12 tahun 19-23
14-18 tahun 16-18
dewasa 12-20
lansia (> 65 tahun) jumlah respirasi meningkat bertahap
PRAKTIKUM

MEKANIKA SISTEM RESPIRASI

Tujuan Praktikum

1. Memahami prinsip-prinsip spirometri dan bagaimana integrasi sinyal aliran memberikan


volume.
2. Memahami mekanika system pernapasan

Exercise 1

In this exercise, you will examine the respiratory cycle and measure changes in volume.

It is important when recording normal respiration that the volunteer is not consciously
controlling breathing. The volunteer should turn away from the computer screen and may have to
stare out a window or read a book to distract themselves.

Procedure

1. Re-zero the Spirometer Pod using the Zero Pod button. Remember that the flow head must be
left undisturbed on the bench during the zeroing process.
2. Click Start. Once recording has started ask the volunteer to replace the nose clip and breathe
normally through the flow head. Record normal tidal breathing for 1 to 2 minutes.
3. During recording add the comment "Normal tidal breathing" to the data.
4. After the tidal breathing period and at the end of a normal tidal expiration, ask the volunteer to
inhale as deeply as possible and then exhale as deeply as possible. Afterwards, allow the
volunteer to return to normal tidal breathing then stop recording.
5. Add the comment "Lung volume procedure" to this deep breath.
Your recording should resemble this. You may want to repeat the Lung volume procedure
several times.

Analysis

Follow the steps below to complete the table.

1. Examine the normal tidal breathing data. Calculate how many breaths there are in a one-minute
period (bpm). Type this into the appropriate cell in the table.
2. Determine the volume of a single tidal inspiration by dragging the Marker from its box to the
Volume channel at the start of a normal tidal inspiration. Move the Waveform Cursor to the next
peak on the Volume channel (this should be 0.5 to 1.5 s to the right of the Marker).
3. Click to place the selected data in the Value panel and drag the value from the Value panel into
the Tidal Volume (VT) cell of the table. Expired minute volume will be calculated by LabTutor
for you.
4. Repeat steps 2-3 to determine the Inspiratory Reserve Volume (IRV) and Expiratory Reserve
Volume (ERV). Note, the Marker should remain at the start of a normal tidal inspiration (trough)
for the ERV procedure, it should be moved to the end of a normal tidal inspiration (peak) for the
IRV procedure.
5. Click on this link and use the calculator to determine predicted values for Residual Volume
(RV).

Study Questions
1. Comment on the differences between the experimental and predicted values for VC, FRC
and TLC in the table above. What could cause these differences, if any?
2. In quiet breathing, muscular effort is used mainly in inspiration, and expiration is largely
passive, due to elastic recoil of the lung. Can you relate this fact to the pattern of
expiratory and inspiratory flow? Hint: the normal pattern of breathing is efficient in that it
requires muscular effort for only a short time.
3. Explain why RV cannot be determined by ordinary spirometry?

Exercise 2

In this exercise, you will measure parameters of forced expiration that are used in evaluating
pulmonary function

You should use the same volunteer as for exercise 1.

Procedure

1. Re-zero the Spirometer Pod using the Zero Pod button. Remember that the flow head must be
left undisturbed on the bench during the zeroing process
2. Click Start. Once recording has started ask the volunteer to replace the nose clip and breathe
normally through the flow head.
3. Prepare a comment "FVC procedure".
4. Have the volunteer breathe normally for 10 to 20 seconds.
5. Ask the volunteer to inhale and then exhale as forcefully, as fully and for as long as possible,
until no more air can be expired.
6. In the comment box, click Add.
7. Allow the volunteers breathing to return to normal, then click Stop.
Your recording should resemble this.

8. Repeat this procedure twice more, so that you have three separate Forced Vital Capacity
recordings.

Analysis
Follow the steps below to complete the table. Click here for a reminder of the various lung
volumes and capacities.

1. Using the Waveform Cursor and the Marker tool as necessary, examine each of the three Forced
Vital Capacity recordings (FVC).
2. On the Flow channel determine which of the three recordings shows a maximum Peak
Inspiratory Flow (PIF).
3. Click to place this data in the Value panel. Drag this value into the appropriate cell in the table.
4. Repeat this step to determine the maximum Peak Expiratory Flow (PEF), and enter this into the
table also.
5. On the Volume channel determine which of the three recordings shows a maximal FVC.
6. Place the Marker on the peak inhalation in the Volume channel and move the Waveform Cursor
to the maximal expiration also on the Volume channel. Click to place the selected data in the
Value panel, and drag the value from the Value panel into the FVC cell of the table.
7. Using the same recording as gave a maximal FVC measure the Forced Expired Volume in 1
second (FEV1). Place the Marker on the peak inhalation in the Volume channel, move the pointer
to a time 1.0 s from the peak. Click to place the selected data in the Value panel, and drag the
value from the Value panel into the FVC cell of the table.

Study Questions
1. Comment on the differences between the experimental and predicted values for FVC,
FEV1 and the FEV1/FVC ratio in the table above. What could cause these differences, if
any?
2. In you own words describe the physiological significance of the FEV1/FVC ratio?

3. Were your results for forced breathing consistent across all three trials? If not, why not?

Exercise 3

The effects of bronchial obstructions such as asthma can be demonstrated by making the
following modification to the equipment.

Setup

1. Remove the filter attachment from the clean-bore tubing.


2. Cover the end of the filter with duct tape.
3. Use a pen or a sharpened pencil to make a hole in the duct tape over the filter about a half
centimeter in diameter.
4. Reattach the filter to the clean-bore tubing.
Procedure

Repeat the procedures in Exercise 2, as described below.


1. Re-zero the Spirometer Pod using the Zero Pod button. Remember that the flow head must be
left undisturbed on the bench during the zeroing process
2. Click Start. Once recording has started ask the volunteer to replace the nose clip and breathe
normally through the flow head.
3. Prepare a comment "FVC obstructed".
4. Have the volunteer breathe normally for 10 to 20 seconds.
5. Ask the volunteer to inhale and then exhale as forcefully, as fully and for as long as possible,
until no more air can be expired.
6. In the comment box, click Add.
7. Allow the volunteers breathing to return to normal, then click Stop.
8. Repeat this procedure twice more, so that you have three separate Forced Vital Capacity
recordings.

Analysis

Repeat the analysis in Exercise 2, as described below.

1. Using the Waveform Cursor and the Marker tool as necessary, examine each of the three Forced
Vital Capacity recordings (FVC).
2. On the Flow channel determine which of the three recordings shows a maximum Peak
Inspiratory Flow (PIF).
3. Click to place this data in the Value panel. Drag this value into the appropriate cell in the table.
4. Repeat this step to determine the maximum Peak Expiratory Flow (PEF), and enter this into the
table also.
5. On the Volume channel determine which of the three recordings shows a maximal FVC.
6. Place the Marker on the peak inhalation in the Volume channel and move the Waveform Cursor
to the maximal expiration also on the Volume channel. Click to place the selected data in the
Value panel, and drag the value from the Value panel into the FVC cell of the table.
7. Using the same recording as gave a maximal FVC measure the Forced Expired Volume in 1
second (FEV1). Place the Marker on the peak inhalation in the Volume channel, move the pointer
to a time 1.0 s from the peak. Click to place the selected data in the Value panel, and drag the
value from the Value panel into the FVC cell of the table.

Study Questions
1. Based on your data, what values have been affected by simulated airway obstruction and
why?
2. In your own words explain the physiological events that occurred during this simulated
asthma attack. Hint: Think about what it felt like and how that would affect your general
state of well being and activity level.

Exercise 4

In this exercise, you will compare the parameters of forced expiration measured in different
volunteers.
Procedure

Repeat the procedures in Exercise 2, as described below, for up to three more volunteers.

Remember to replace the disposable filter and mouthpiece for each new volunteer.

1. Re-zero the Spirometer Pod using the Zero Pod button. Remember that the flow head must be
left undisturbed on the bench during the zeroing process
2. Click Start. Once recording has started ask the volunteer to replace the nose clip and breathe
normally through the flow head.
3. Prepare a comment "FVC volunteer 2".
4. Have the volunteer breathe normally for 10 to 20 seconds.
5. Ask the volunteer to inhale and then exhale as forcefully, as fully and for as long as possible,
until no more air can be expired.
6. In the comment box, click Add.
7. Allow the volunteers breathing to return to normal, then click Stop.
8. Repeat this procedure up to twice more, so that you have three separate Forced Vital Capacity
recordings.
9. Repeat for up to another two volunteer.

Analysis

Repeat the analysis in Exercise 2 and 3 for each volunteer, as described below.

1. Using the Waveform Cursor and the Marker tool as necessary, examine each of the three Forced
Vital Capacity recordings (FVC).
2. On the Flow channel determine which of the three recordings shows a maximum Peak
Inspiratory Flow (PIF).
3. Click to place this data in the Value panel. Drag this value into the appropriate cell in the table.
4. Repeat this step to determine the maximum Peak Expiratory Flow (PEF), and enter this into the
table also.
5. On the Volume channel determine which of the three recordings shows a maximal FVC.
6. Place the Marker on the peak inhalation in the Volume channel and move the Waveform Cursor
to the maximal expiration also on the Volume channel. Click to place the selected data in the
Value panel, and drag the value from the Value panel into the FVC cell of the table.
7. Using the same recording as gave a maximal FVC measure the Forced Expired Volume in 1
second (FEV1). Place the Marker on the peak inhalation in the Volume channel, move the pointer
to a time 1.0 s from the peak. Click to place the selected data in the Value panel, and drag the
value from the Value panel into the FVC cell of the table.

Study Questions
1. Comment on the range of results shown in the table for Exercise 4.
2. What factors do you think could contribute to differences in pulmonary parameters
between the volunteers?
PERTANYAAN :

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan inspirasi dan ekspirasi?

2. Mengapa hasil spirometri dari setiap orang berbeda-beda?

3. Jelaskan proses pengontrolan otot-otot respirasi pada saat ekspirasi dan inspirasi normal
dan maksimal serta sebutkan otot-ototnya?

4. Jelaskan cara kerja dari surfaktan sehingga menjaga alveolus tidak kolaps

5. Setelah melakukan pengukuran spirometri, Arsy mendapatkan hasilnya yaitu FRC = 2300
ml, RV = 1200 ml, IC = 3300 ml, TV = 450 ml. Arsy bernapas 15 x/menit. Berapakah
vital capacity, ventilasi semenit dan ventilasi alveolus yang dimiliki Arsy?
SISTEM KARDIOVASKULAR
PRAKTIKUM 1

DASAR BIOLISTRIK PADA EKG

Tujuan praktikum

Setelah melakukan pengamatan dan pembelajaran, mahasiswa diharapkan sudah mampu :

1. Mengetahui elektrofisiologi jantung


2. Mengetahui dasar biolistrik pada EKG

LANDASAN TEORI

1. Dasar ionic aktifitas listrik jantung


Disebabkan oleh pergerakan arus ion dari luar sel kedalam sel atau sebaliknya atau sebaliknya
melalui saluran ion (ion channel). Pergerakan ion terjadi akibat perbedaan konsentrasi ion di
dalam dan di luar sel.

Potensial aksi pada otot jantung mempunyai 5 fase, masing masing :


Fase 0 (upstroke, fast depolarization)
Fase 1 (early repolarization)
Fase 2 (plateau)
Fase 3 (fast repolarization)
Fase 4 (resting membarana potential)

Terdapat 2 jenis potential aksi

Potential aksi cepat ( fast response)


Potential aksi lambat ( slow response)

Dasar ionik potential membran istirahat

Potential membran istirahat berkisar antara -80mV sampai -90mV pada otot
ventrikel, lebih postif pada otot atrium, nodus AV dan nodus SA
Ditentukan oleh pergerakan ion K+ keluar sel, dan aktivitas pompa Na+-K+ (Na+-K+
pump)

Dasar ionik potential aksi fase 0 (depolarisasi cepat)


Disebabkan oleh arus ion Na+ kedalam sel (INa) melalui action gate (m gate)
Pada saat potential membrane (Vm) mencapai 30 mV-40 mV terjadi proses
inaktivasi saluran Na+ dan aktivasi saluran K+
Terjadi pergerakan K+ keluar sel yang berlangsung singkat (Ito, transient outward
current)
Fase ini sangat menonjol pada potential aksi di serabut purkinje
Dasar ionic potential aksi fase 2 (plateau)
Merupakan fase yang paling panjang
Terjadi akibat INa, ICa, IK1 dan Ito
ICa melalui saluran Ca+2 intrasel di reticulum sarkoplasma (Ca+2 induced Ca+2
release )
Modifikasi ICa melalui saluran Ca+2 dengan obat-obatan dapat mengurangi
meningkatkan kontraksi jantung

Dasar ionic potensial aksi fase 3 (repolarisasi cepat)


Merupakan fase yang paling panjang
Fase ini terjadi bila arus K+ keluar sel melebihi masuknya arus Ca2+ (ICa)
Ito menentukan lamanya fase 2 atau awal fase 3, terutama pada atria
IK1 (inwardly rectified), memegang peranan paling penting pada proses
repolarisasi
2. EKG

Gelombang P : depolarisasi atrium

Kompleks QRS : depolarisasi ventrikel

Gelombang T : repolariasasi ventrikel

CARA PEMERIKSAAN

1. Persiapan Alat-alat EKG.

a. Mesin EKG yang dilengkapi dengan 3 kabel, sebagai berikut :

b. Satu kabel untuk listrik (power)

c. Satu kabel untuk bumi (ground)

d. Satu kabel untuk pasien, yang terdiri dari 10 cabang dan diberi tanda dan warna.

e. Plat elektrode yaitu 4 buah elektrode extremitas dan manset

f. 6 Buah elektrode dada dengan balon penghisap.

g. Jelly elektrode / kapas alkohol

h. Kertas EKG (telah siap pada alat EKG) dan kertas tissue

2. Persiapan Pasien
a. Pasien diberitahu tentang tujuan perekaman EKG

b. Pakaian pasien dibuka dan dibaringkan terlentang dalam keadaan tenang selama perekaman

Cara Menempatkan Elektrode

Sebelum pemasangan elektrode, bersihkan kulit pasien di sekitar pemasangan manset, beri jelly
kemudian hubungkan kabel elektrode dengan pasien.

1. Elektrode extremitas atas dipasang pada pergelangan tangan kanan dan kiri searah dengan
telapak tangan.

2. Pada extremitas bawah pada pergelangan kaki kanan dan kiri sebelah dalam.
3. Posisi pada pengelangan bukanlah mutlak, bila diperlukan dapatlah dipasang sampai ke bahu
kiri dan kanan dan pangkal paha kiri dan kanan.
Kemudian kabel-kabel dihubungkan :

Merah (RA / R) lengan kanan

Kuning (LA/ L) lengan kiri

Hijau (LF / F ) tungkai kiri

Hitam (RF / N) tungkai kanan (sebagai ground)

4. Pemasangan electrode dada (sadapan unipolar prekordial), ini ditandai dengan huruf V dan
disertai angka dibelakangnya yang menunjukkan lokasi diatas prekordium, harus dipasang pada :
VI : sela iga ke 4 garis sternal kanan
V2: sela iga ke 4 garis pada sterna kiri
V3: terletak diantara V2 dan V4
V4: ruang sela iga ke 5 pada mid klavikula kiri
V5: garis axilla depan sejajar dengan V4
V6: garis axilla tengah sejajar dengan V4
PRAKTIKUM 2
BUNYI JANTUNG

TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah melakukan pengamatan dan pembelajaran, mahasiswa diharapkan sudah mampu :
1. Memahami prinsip dasar kerja jantung
2. Mengetahui lokasi dan jenis jenis bunyi jantung fisiologis

Siklus mekanik jantung terdiri atas satu periode relaksasi yang disebut diastolic, yaitu
periode pengisian jantung oleh darah, yang diikuti oleh satu periode kontraksi yang disebut
sistolik. Siklus ini lebih rinci terdiri atas 4 periode yaitu :

1. Fase pengisian
Selama fase sistolik ventrikel, sejumlah besar darah berkumpul di atrium kiri dan kanan
karena katup AV tertutup. Oleh Karena itu, segera sesudah sistolik selesai dan tekanan
ventrikel turun lagi sampai nilai diastoliknya yang rendah, teknanan yang cukup tinggi
yang terbentuk di atriuk segera mendorong katup av agar terbuka sehingga darah
dengan cepat mengalir kedalam ventrikel. Keadaan ini disebut sebagai periode pengisian
cepat pada ventrikel.
2. Periode kontraksi isovolemik
Segera sesudah ventrikel terisi, ventrikel mulai berkontraksi, tekanan ventrikel
meningkat dengan tiba tiba sehingga menyebabkan katup AV menutup. Penutupan
katup AV menyebabkan getaran pada darah disekitarnya dan akhirnya merambat ke
dinding dada, sehingga jika kita meletakkan stetoskop di daerah apeks jantung kita bisa
mendengar bunyi jantung pertama (BJ I)
3. Periode ejeksi
Bila tekanan ventrikel kiri menigkat sedikit diatas 80 mmhg maka tkanan ventrikel ini
akan mendorong katup aorta dan katup pulmonalis agar terbuka. Segera setelah itu,
darah mulai mengalir keluar dari ventrikel, sekitar 70% dari proses pengosongan darah
terjadi selama sepertiga pertama dari periode ejeksi dan 30% sisa pengosongan terjadi
selama duapertiga berikutnya.
4. Periode relaksasi isovolumetrik
Pada akhir sistolik, relaksasi ventrikel mulai terjadi secara tiba-tiba, sehingga tekanan
ventrikel kiri maupun kanan menurun dngan cepat. Peninggian tekanan dalam arteri
besar yang berdilatasi yang baru sajaj diisi dengan darah dari ventrikel yang berkontraksi
segera mendorong darah kembali ke ventrikel sehingga aliran drah ini akan menutup
katup aorta dan pulmonalis dengan keras maka terdengarlah bunyi jantung II (BJ II).
Selama 0,03-0,06 detik berikutnya, otot ventrikel terus bereleksasi mekipun volume
ventrikel tidak berubah. Selama periode ini, tekanan intravnetrikel menurun dngan
cepat ke tekanan diastoliknya yang rendah. Selanjutnya katup A-V akan terbuka untuk
memulai siklus pemompaan ventrikel yang baru atau mengawali periode pengisian
ventrikel.

PERALATAN YANG DIBUTUHKAN


Stetoskop

DESKRIPSI KEGIATAN
1. Instruktur memberikan penjelasan tentang materi praktikum
2. Instruktur memberikan pemahaman konsep dasar kerja jantung dengan menggunakan alat
simulasi yang telah disediakan
3. Masing masing membentuk pasangan untuk melakukan pemeriksaan bunyi jantung

CARA KERJA

1. Beberapa praktikan dalam satu kelompok menjadi orang coba/pasien


2. Persilahkan orang coba untuk membuka pakaian atasnya
3. Ambil stetoskop lalu pasangkan ke telinga pemeriksa
4. Letakkan diafragma stetoskop ke daerh daerah sekitar dada org coba untuk mendengarkan
bunyi jantung fisiologis
PRAKTIKUM 3

PRINSIP PENGUKURAN TEKANAN DARAH

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah melakukan pengamatan dan pembelajaran, mahasiswa diharapkan sudah mampu :

1. Memahami prinsip dasar pemeriksaan tekanan darah


2. Mengetahui cara pemeriksaan tekanan darah

LANDASAN TEORI

Tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh aliran darah pada dinding pembuluh darah. Alat
untuk mengukur tekanan darah adalah stethoscope dan sphygmomanometer. Sphygmomanometer
diletakkan di lnganatas (2,5-3 cm diatas antecubiti) kemudian dipompa. Apabila tekanan pada manset
sphygmomanometer meningkat sampai di atas tekanan sistolik pada arteri brachialis, maka arteri
tekanan dan arteri radialis menjadi tidak teraba lagi.Bila tekanan manset diturunkan perlahan, darah
memaksa masuk melalui obstruksi untuk kemudian ikut siklus jantung. Hal ini menghasilkan bunyi yang
dapat didengarkan dengan stethoscope yang diletakkan pada arteri brachialis di siku. Suara ini disebut
dengan Korotkoff Sound.Apabila tekanan pada manset terus menurun, Korotkoff sound menjadi lebih
keras dan beberapa saat kemudian suaranya mendadak menjadi kecil (Fase 4), selanjutnya semua suara-
suara menghilang (Fase 5). Fase 4 dan fase 5 digunakan untuk menentukan tekanan diastolic.

ALAT YANG DIBUTUHKAN :

1. Spoit
2. Selang / NGT
3. Stetoskop
4. Sphygmomanometer

DESKRIPSI KEGIATAN

1. Instruktur memberikan penjelasan tentang materi praktikum


2. Instruktur memberikan pemahaman prinsip dasar pemeriksaan tekanan darah serta dengan
menggunakan alat simulasi yang telah disediakan.
3. Masing-masing membentuk pasangan untuk melakukan pengukuran tekanan darah

CARA KERJA

A. Pemahaman prinsip dasar pemeriksaan tekanan darah


1. Masukkan air kedalam spoit hingga penuh dan sambungkan selang ke spoit
2. Instruktur menjelaskan secara singkat proses pengukuran tekanan darah.
3. Tunjukkan kepada praktikan dengan alat simulasi saat tekanan manset melebihi tekanan
maksimal padaarteri (sistol) sehingga arteri tertutup sempurna dan aliran darah tidak dapat
masuk, dengan cara:
a. Jepitlah ujung selang sehigga tertutup sempurna
b. Cobalah untuk memompa spoit
c. Aliran yang tidak keluar sama halnya dengan aliran yang tidak masuk melalui A.
Brachialis pada lengan.
4. Setelahitu, tunjukkan fase dimana bunyi korotkoff pertamater dengar dimana tekanan
manset berada diantara tekanan maksimal dan minimal arteri (antara tekanan sistol dan
diastole) sehingga pembuluh arteri, dengan cara:
a. Jepitlah selang hingga lubang selang tertutup sebagian atau partial
b. Cobalah untuk memompa spoit hingga air keluar
c. Aliran air yang berupa semburan akan mengalami turbulensi sehingga timbul getaran
pada dinding selang. Getaran inilah yang akan terdengar ketika menggunakan stetoskop
pada pengukuran tekanan darah.
5. Kemudian, fase akhir diastole dimana suara korotkoff tidak terdengar lagi dan pembuluh
darah akan terbuka sempurna, dengan cara:
a. Biarkan selang terbuka sempurna
b. Pompolah spoit
c. Aliran yang luminar merupakan aliran normal tanpa turbulensi dan getaran.

B. Pemeriksaan tekanan darah


1. Bebaskan lengan dari pakaian ketat
2. Pasang manset dengan benar (2,5-3 cm diatas fossa antecubiti)
3. Tentukan tekanan sistolik palpatoir dengan cara raba denyut nadi A. Radialis/ Brachialis dan
pompa manset sampai denyut nadi tidak teraba kemudian turunkan tekanan manset sampai
denyut nadi teraba lagi, ketika denyut nadi teraba lagi merupakan tekanan sistolik palpatoir
4. Cari A. Brachialis dan tempatkan stetoskop
5. Pompa manset sampai 20-30 mmHg diatas tekanan sistolik palpatoir
6. Turunkan tekanan manset perlahan sekitar 2-3 mmHg/detik
7. Bunyi pertama : tekanan sistolik
8. Saat bunyi tidak terdengar lagi : tekanan diastolic
9. Lepaskan alat sphygmomanometer dari lengan dan bereskan alat

PERTANYAAN

1. Apa yang dimaksud dengan tekanan darah?

2. Jelaskan apa yang dimaksud tekanan sistol dan diastol!

3. Sebutkan faktor faktor yang mempengaruhi tekanan darah!

4. Jelaskan prinsip bunyi korotkoff pada pengukuran tekanan darah!


5. Seorang ibu memiliki tekanan darah 120/80 mmHg, apa yang terjadi pada arteri brachialis ibu
ketika tekanan manset mencapai
a. 130 mmHg
b. 100 mmHg
c. 60 mmHg
SISTEM GASTROINTESTINAL

Fungsi utama sistem pencernaan adalah memindahkan nutrien, air, dan elektrolit dari
makanan yang kita telan ke dalam lingkungan internal tubuh. Makanan yang ditelan merupakan
sumber energi atau bahan bakar yang esensial. Bahan bakar tersebut digunakan oleh sel untuk
menghasilkan ATP untuk melaksanakan berbagai aktivitas yang memerlukan energi, misalnya
transport aktif, kontraksi, sintesis dan sekresi. Makanan juga merupakan sumber bahan baku
untuk memperbarui dan menambah jaringan tubuh
Disepanjang traktus gastrointestinal, kelenjer sekretoris mempunyai 2 fungsi utama :
enzim-enzim pencernaan disekresi pada sebagian besar daerah saluran pencernaan, dari
rongga mulut sampai ujung distal ileum. Kedua, kelenjar mukus, dari rongga mulut sampai ke
anus, mengeluarkan mukus untuk melumaskan dan melindungi semua bagian saluran
pencernaan.kebanyakan sekresi pencernaan terbentuk hanya sebagai respon terhadap
keberadaan makanan didalam saluran pencernaan, dan jumlah yang disekresi pada setiap
segmen traktus hampir sama dengan jumlah yang dibuutuhkan untuk pencernaan yang sesuai.
Terdapat empat proses pencernaan dasar: motilitas, sekresi, pencernaan, dan
penyerapan.

ORGAN MOTILITAS SEKRESI PENCERNAAN PENYERAPAN


PENCERNAAN

Mulut & kelenjar Mengunyah Liur Karbohidrat Makanan tdk ;


liur dimulai obat misal
Amilase
nitrogliserin
Mukus
Lisozim

Faring & esofagus Menelan Mukus - -

Lambung Relaksasi Getah lambung KH (Corpus Makanan tidak;


reseptif; lambung) bhn larut lemak,
HCL
misalnya alkohol
Peristalsis Pepsin Protein
& aspirin
Mukus (antrum
Faktor lambung)
intrinsik

Pankreas eksokrin - Enzim Enzim pankreas -


pencernaan ini
menyelesaikan
Tripsin,
pencernaan di
kimotripsin,
lumen
karboksipep
duodenum
tidase
Amilase
Lipase
Hati - Empedu Garam empedu -
mempermudah
Garam
pencernaan &
empedu
penyerapan
Sekresi basa
lemak di
Bilirubin
lumen
duodenum

Usus halus Segmentasi ; Sukus enterikus Di lumen, di Semua nutrien,


migrating bawah sebagian besar
Mukus
motility pengaruh elektrolit, dan air
Garam
complex enzim pankreas
& empedu,
pencernaan kh
& protein
berlanjut,
lemak tuntas;
di brush
boredr, kh &
lemak selesai

Usus besar Kontraksi Mukus - Garam & air,


haustra, mengubah isi
pergerakan menjadi feses
massa
PRAKTIKUM I : MEKANISME PENCERNAAN
Tujuan :
mengetahui mekanisme pencernaan normal
fungsi sekresi saluran cerna
Alat dan bahan:
Video mekanisme pencernaan normal
Deskripsi kegiatan:
Memperlihatkan dan menjelaskan mekanisme fisiologi pencernaan..
Menjelaskan fungsi sekresi saluran cerna.
PRAKTIKUM 2 : MOTILITAS SALURAN CERNA
Tujuan:
mengetahui jenis dan mekanisme fisiologis motilitas otot-otot saluran cerna
Alat dan bahan:
Video motilitas saluran cerna
Plastik
Spons
Deskripsi kegiatan:
Memperlihatkan dan menjelaskan mekanisme motilitas otot-otot saluran cerna.
Memperagakan mekanisme motalitas otot-otot saluran cerna.

PERTANYAAN:
1. Jelaskan gerakan fungsional pada saluran pencernaan?

2. Apa perbedaan refleks saliva sederhana dan refleks saliva didapat ?

3. Sebutkan dan jelaskan enzim-enzim pencernaan pada saluran pencernaan?


4. Jelaskan secara singkat atau dapat berupa Bagan proses pencernaab karbohidrat, protein
dan lemak!

5. Jelaskan mengenai refleks defekasi?


SISTEM ENDOKRIN DAN METABOLIK

Sistem endokrin, bersama sistem saraf memungkinkan komunikasi antara bagian-bagian


yang terletak jauh di dalam tubuh.Terdapat tiga komponen dalam sistem endokrin ; kelenjar
endokrin yang menyekresi pembawa pesan kimia ke dalam aliran darah ; pembawa pesan kimia
itu sendiri, yang disebut Hormon ; dan sel atau organ target yang berespons terhadap hormone
tersebut.

Kelenjar endokrin adalah organ yang menyintesis, menyimpan dan menyekresi hormone
kedalam aliran darah. Terdapat banyak kelenjar endokrin di dalam tubuh, termasuk pancreas,
tiroid, paratiroid dan sebagian sel usus dan ginjal.

Fungsi keseluruhan sistem endokrin :

1. Mengatur metabolisme organic serta keseimbangan H2O dan elektrolit, yang secara
kolektif penting dalam mempertahankan lingkungan internal yang konstan
2. Menginduksi perubahan adaptif untuk membantu tubuh menghadapi situasi stress
3. Mendorong tumbuh kembang yang lancer dan berurutan
4. Mengontrol reproduksi
5. Mengatur produksi sel darah merah
6. Bersama sistem saraf otonom, mengontrol dan mengintegrasikan sirkulasi dan
pencernaan serta penyerapan makanan.
Fungsi Endokrin Pankreas

Pankreas adalah organ abdomen difus dan besar yang berfungsi sebagai kelenjar
eksokrin dan endokrin.Diantara sel-sel eksokrin diseluruh pankreas tersebar kelompok-kelompok
atau pulau sel endokrin yang dikenal sebagai pulau Langerhans. Fungsi endokrin pankreas
adalah memproduksi dan melepaskan hormone insulin, glukagon dan somatostatin.

Insulin adalah hormone yang diproduksi oleh sel pancreas. Hormon ini sangat penting
dalam hal mengatur kadar gula darah karena insulin memungkinkan sel untuk menyerap glukosa
yang ada dalam aliran darah. Glukosa yang diserap akan disimpan didalam hati dan sel otot
dalam bentuk glikogen.Ketika kadar gula darah meningkat maka Insulin merangsang proses
Glikogenesis dan menghambat glikogenolisis, penguraian glikogen menjadi glukosa. Tubuh
menyerap mayoritas karbohidrat sebagai glukosa. Dengan meningkatnya glukosa setelah makan, pancreas
melepaskan insulin yang membantu membawa gula darah kedalam sel untuk digunakan sebagai bahan
bakar

Glukagon adalah hormone yang dihasilkan oleh sel pancreas yang berfungsi sebagai
respon terhadap kadar gula darah yang rendah dengan cara merangsang glikogenolisis dan
glukoneogenesis. Fungsi-fungsi tersebut bekerja untuk meningkatkan kadar glukosa
darah.Secara umum kerja glukagon berlawanan dengan kerja insulin.Glukagon merupakan hasil
dari sel-sel yang mempunyai prinsip aktivitas fisiologis meningkatkan kadar glukosa darah. Glukagon
melakukan hal ini dengan mempercepat konversi dari glikogen dalam hati, asam amino gliserol dan asam
laktat menjadi glukosa. Kemudian hati mengeluarkan glukosa kedalam darah, dan kadar gula dalam darah
pun meningkat. Sekresi dari glucagon secara langsung dikontrol oleh gula darah melalui system feed back
negative.

Kadar gula darah dalam tubuh setiap individu berbeda-beda, tinggi rendahnya kadar gula darah
dipengaruhi sekresi hormone insulin dan glucagon sebagai peranan terpenting dalam metabolisme.Insulin
dan Glukagon hormon yang bekerja secara antagonis dalam mengatur konsentrasi glukosa dalam darah.
Hal ini merupakan suatu fungsi bioenergetik dan homeostasis yang sangat penting karena glukosa
merupakan bahan bakar utama untuk respirasi seluler dan usmber kunci untuk sintesis senyawa organic
lainnya.
PRAKTIKUM I

PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH

a. Tujuan Praktikum
1.Mengetahui metabolisme glukosa dalam darah
2.Mengukur kadar gula darah saat puasa dan setelah makan

b. Alat dan Bahan


Glukometer
Strip
Lancet
Kapas alcohol
Darah probandus

c. Cara kerja
1. Siapkan peralatan yang dibutuhkan
2. Cuci dan keringkan kedua tangan sebelum pengambilan sampel
3. Melakukan puasa minimal 8 jam sebelum pengambilan darah
4. Menyiapkan glukometer dan strip glukotest
5. Letakkan ujung jari yang akan ditusuk
6. Membersihkan ujung jari dengan kapas alcohol
7. Menusuk ujung jari dengan menggunakan lancet steril dan membiarkan darah keluar
8. Memasukkan strip glukotest pada glukometer
9. Meneteskan darah pada tempat reagen di strip glukotest
10. Tempelkan alcohol swab pada jari yang tertusuk untuk mengentikan pendarahan
11. Membaca kadar glukosa darah
PERTANYAAN

1. HORMON APA SAJA YANG DIHASILKAN OLEH PANKREAS ?

2. JELASKAN MENGENAI EFEK INSULIN TERHADAP METABOLISME KARBOHIDRAT!

3. JELASKAN MENGENAI MEKANISME SEKRESI INSULIN!

4. JELASKAN MENGENAI EFEK GLUKAGON TERHADAP METABOLISME GLUKOSA!

5. JELASKAN SECARA RINGKAS TENTANG PENGATURAN KADAR GLUKOSA DALAM


DARAH!

6. FAKTOR APA SAJA YANG MENYEBABKAN KADAR GLUKOSA MENINGKAT DALAM


DARAH ? JELASKAN !

7. BAGAIMANA PENGELUARAN KADAR GLUKOSA DARAH SAAT BERPUASA ?

8. JELASKAN DEFINISI DIABETES MELITUS BERDASARKAN TIPENYA!


DAFTAR PUSTAKA
1. West JB. Test of pulmonary function. In: Remsberg C ed. Pulmonary physiology the
essentials. 2nd ed. Baltimore:Williams & Wilkin;1979.p.153-60.
2. Sherwood, Lauralee. Fisiologi manusia dari sel ke system.Ed. 6. Jakarta : EGC, 2012. P.
517, 519, 520.
3. Bagian fisiologi FK UNHAS.2012.Penuntun Fisiologi Biomedik I.Makassar: FK
UNHAS.
4. 4. Pierce R. Spirometry: the measurement and interpretation of ventilator function in
clinical practice. In: Rob P, ed. Spirometry. 1st ed. Tasmania: PJ David; 2004. p. 1-24.

Anda mungkin juga menyukai