A. PENGERTIAN ARGENTOMETRI
Argentometri adalah suatu proses titrasi yang menggunakan garam
argentum nitrat (AgNO3) sebagai larutan standard. Dalam titrasi
argentometri, larutan AgNO3 digunakan untuk menetapkan garam-garam
halogen dan sianida karena kedua jenis garam ini dengan ion Ag+ dari
garam standard AgNO3 dapat memebentuk suatu endapan atau suatu
senyawa kompleks sesuai dengan persamaan reaksi berikut ini :
NaX + Ag+ AgX + Na+ ( X = halida )
KCN + Ag+ AgCN + K+
KCN + AgCN K{Ag(CN)2}
Setelah semua ion klorida dalam analit habis maka kelebihan ion perak
akan bereaksi dengan indicator. Indikator yang dipakai biasanya adalah
ion kromat CrO42- dimana dengan indicator ini ion perak akan
membentuk endapan berwarna coklat kemerahan sehingga titik akhir
titrasi dapat diamati. Inikator lain yang bisa dipakai adalah tiosianida dan
indicator adsorbsi. Berdasarkan jenis indicator dan teknik titrasi yang
dipakai maka titrasi argentometri dapat dibedakan atas Argentometri
dengan metode Mohr, Volhard, atau Fajans. Selain menggunakan jenis
indicator diatas maka kita juga dapat menggunakan metode potensiometri
untuk menentukan titik ekuivalen. Ketajaman titik ekuivalen tergantung
dari kelarutan endapan yang terbentuk dari reaksi antara analit dan titrant.
Endapan dengan kelarutan yang kecil akan menghasilkan kurva titrasi
argentometri yang memiliki kecuraman yang tinggi sehingga titik
ekuivalen mudah ditentukan, akan tetapi endapan dengan kelarutan rendah
akan menghasilkan kurva titrasi yang landai sehingga titik ekuivalen agak
sulit ditentukan. Hal ini analog dengan kurva titrasi antara asam kuat
dengan basa kuat dan anatara asam lemah dengan basa kuat.
Reaksi yang terjadi pada penentuan ion klorida dengan cara titrasi kembali
mencegah disosiasi AgCl oleh ion tiosianat. Halogen yang terikat dengan
C. METODE FAJANS
Metode ini dipakai untuk penetapan kadar halida dengan
menggunakan indikator adsobsi. Jika AgNO3 ditambahkan ke NaCl yang
mengandung zat berpendar fluor, titik akhir ditentukan dengan berubahnya
warna dari kuning menjadi merah jingga.Jika didiamkan, tampak endapan
berwarna, sedangkan larutan tidak berwarna disebabkan adanya adsobsi
indikator pada endapan AgCl. Warna zat yang terbentuk dapat berubah
akibat adsorpsi pada permukaan.
Dalam titrasi fajans digunakan indikator adsorpsi. Indikator
adsorpsi ialah zat yang dapat diserap pada permukaan endapan dan
menyebabkan timbulnya warna. Penyerapan ini dapat diatur agar terjadi
pada titik ekuivalen, antara lain dengan memilih macam indikator yang
dipakai dan pH.
Indikator ini ialah asam lemah atau basa lemah organic yang dapat
membentuk endapan dengan ion perak. Misalnya flouresein yang
digunakan dalam titrasi ion klorida. Dalam larutan, flouresein akan
mengion (untuk mudahnya ditulis HFI) :
HFI H+ + FI-
Ion FI- inilah yang diserap oleh endapan AgX dan menyebabkan
endapan berwarna merah muda.
Flouresein sendiri dalam larutan berwarna hijau kuning, sehingga titik
akhir dalam titrasi ini diketahui berdasar tiga macam perubahan, yakni (i)
endapan yang semula putih menjadi merah muda dan endapan terlihat
menggumpal, (ii) larutan yang semula keruh menjadi lebih jernih, dan (iii)
larutan yang semula kuning hijau hampir tidak berwarna lagi.
1. Penetapan Titik Akhir Dalam Reaksi Pengendapan
a. Pembentukan suatu endapan berwarna
Ini dapat diilustrasikan dengan prosedur mohr untuk penetapan
klorida dan bromide. Pada titrasi suatu larutan netral dari ion klorida
dengan larutan perak nitrat, sedikit larutan kalium kromat
ditambahkan untuk berfungsi sebagai indikator. Pada titik akhir, ion
kromat ini bergabung dengan ion perak untuk membentuk perak
kromat merah yang sangat sedikit sekali dapat larut. Titrasi ini
hendaknya dilakukan dalam suasana netral atau sangat sedikit sekali
basa, yakni dalam jangkauan pH 6,59. (Bassett, 1994)
Cara kerja indikator adsoprsi ialah indikator ini asam lemah atau
basa lemah organik yang dapat membentuk endapan dengan perak.
Misal Flurescein (HFl) pada penetapan Cl-. Dalam larutan
Fluorescein akan mengion :
Ion Fl- inilah yang diserap oleh endapan AgX dan menyebabkan
berwarna merah muda. Karena Penyerapan terjadi pada permukaan
dalam titrasi ini diusahakan agar permukaaan endapan itu seluas
mungkin supaya perubahan warna juga tampak sejelas mungkin
Maka endapan harus berukuran koloid. Penyerapan terjadi apabila
endapan yang koloid itu bermuatan positif, dengan perkataan lain
setelah sedikit kelebihan titrant ( ion Ag+ ).
Pada tahap-tahap pertama dalam titrasi, endapan terdapat dalam
lingkungan dimana masih ada kelebihan ion X- dibanding dengan
Ag+ ; maka endapan menyerap ion-ion X- sehingga butiran-butiran
koloid menjadi negatif. Makin lanjut titrasi dilakukan, makin kurang
kelebihan ion X- ; pada titik ekivalen semua X- diikat oleh Ag+,
sehingga koloid jadi netral. Setetes titrant menyebabkan kelebihan
ion Ag+, sehingga koloid jadi positif, dan menarik ion Fl- yang
menyebabkan warna endapan mendadak menjadi merah muda. Pada
waktu bersamaan terjadi penggumpalan koloid, maka larutan yang
semula keruh menjadi jernih atau lebih jernih.
Titik akhir titrasi ini diketahui berdasarkan tiga macam perubahan,
yaitu :
Endapan yang semula putih menjadi merah muda dan endapan
kelihatan menggumpal,
Mg NaCl
NAgNO3 =
Fp ml BE NaCl