Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALITIK II

GOLONGAN ANALGETIK-ANTIPIRETIK

(PARACETAMOL)

(Penetapan kadar sampel paracetamol dengan metode titrasi nitrimetri)

Kelompok 16 :

Ilvan Vania 31112096

Putri Megasari 31112102

Yayu Hendriani 31112114

Farmasi 3B

PRODI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAKTI TUNAS HUSADA

TASIKMALAYA

2015
I. Tujuan :
Mampu mengetahui, memahami cara menganalisis kadar suatu zat
dalam sediaan farmasi dan menentukan nilai kadar suatu zat dalam sediaan
farmasi.
II. No Sampel : 9A
III. Dasar Teori :
Parasetamol (asetaminofen) adalah turunan senyawa sintetis dari
drivat p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik/analgesik. Senyawa
ini mempunyai nama kimia N-asetil-paminofenol atau p-asetamidofenol
atau 4 hidroksiasetanilid, bobot molekul 151,16. (FI Edisi III, hal. 481).
Paracetamol utamanya digunakan untuk menurunkan panas badan
yang disebabkan oleh karena infeksi atau sebab yang lainnya. Disamping
itu, paracetamol juga dapat digunakan untuk meringankan gejala nyeri
dengan intensitas ringan sampai sedang. Ia aman dalam dosis standar,
tetapi karena mudah didapati, overdosis obat baik sengaja atau tidak
sengaja sering terjadi. Obat yang mempunyai nama generik
acetaminophen ini, dijual di pasaran dengan ratusan nama dagang.
Beberapa diantaranya adalah Sanmol, Pamol, Fasidol, Panadol, Itramol
dan lain lain.
Parasetamol termasuk ke dalam kategori NSAID sebagai obat anti
demam, anti pegel linu dan anti-inflammatory. Inflammation adalah
kondisi pada darah pada saat luka pada bagian tubuh (luar atau dalam)
terinfeksi, sebuah imun yang bekerja pada darah putih (leukosit). Contoh
pada bagian luar tubuh jika kita terluka hingga timbul nanah itu tandanya
leukosit sedang bekerja, gejala inflammation lainnya adalah iritasi kulit.
Prinsip Kerja Refluk
Salah satu metode sintesis senyawa anorganik adalah refluks,
metode ini digunakan apabila dalam sintesis tersebut menggunakan pelarut
yang volatil. Pada kondisi ini jika dilakukan pemanasan biasa maka
pelarut akan menguap sebelum reaksi berjalan sampai selesai. Prinsip dari
metode refluks adalah pelarut volatil yang digunakan akan menguap pada
suhu tinggi, namun akan didinginkan dengan kondensor sehingga pelarut
yang tadinya dalam bentuk uap akan mengembun pada kondensor dan
turun lagi ke dalam wadah reaksi sehingga pelarut akan tetap ada selama
reaksi berlangsung. Sedangkan aliran gas N2 diberikan agar tidak ada uap
air atau gas oksigen yang masuk terutama pada senyawa organologam
untuk sintesis senyawa anorganik karena sifatnya reaktif.

Prinsip Kerja Titrasi Nitrimetri

Titrasi nitrimetri merupakan titrasi yang dipergunakan dalam


analisa senyawa-senyawa organik, khususnya untuk persenyawaan amina
primer. Penetapan kuantitas zat didasari oleh reaksi antara fenil amina
primer (aromatic) dengan natrium nitrit dalam suasana asam menbentuk
garam diazonium (Ganiswara, 1995).

Dalam nitrimetri, berat ekivalen suatu senyawa sama dengan berat


molekulnya karena 1 mol senyawa bereaksi dengan 1 mol asam nitrit dan
menghasilkan 1 mol garam diazonium. Dengan alasan ini pula, untuk
nitrimetri, konsentrasi larutan baku sering dinyatakan dengan molitas (M)
karena maloritasnya sama dengan normalitasnya.
Prinsipnya :

1. Pembentukan garam diazonium dari gugus amin aromatic primer


(amin aromatic sekuder dan gugus nitro aromatic)
2. Pembentukan senyawa nitrosamine dari amin alifatik sekunder
3. Pembentukan senyawa azidari gugus hidrazida dan
4. Pemasukan gugus nitro yang jarang terjadi karena sulitnya nitrasi
dengan menggunakan asam nitrit dalam suasana asam.
Contoh zat yang memiliki gugu amin aromatic primer misalnya
benzokain, sulfa; yang mempunyai gugus amin alifatis misalnya Na
siklamat; yang memiliki gugus hidrazida misalnya INH; yang memiliki
gugu amin aromatis sekunder adalah parasetamol, fenasetin, dan yang
memiliki gugus nitroaromatik adalah kloramfenikol. (Tadjuddin, 2001).

IV. Alat dan Bahan :


A. Alat :
1. Alat refluks 8. Pipet tetes
2. Beaker glass 250 9. Plat tetes
3. Labu ukur 100 ml 10. Spatula
4. Timbangan analitik 11. Batang pengaduk
5. Erlenmeyer 12. Bulf
6. Buret 13. Corong
7. Pipet volume 10 ml 14. Termometer

B. Bahan :
1. Asam sulfanilat 6. Etanol
2. HCl 2 N 7. Es batu
3. NaNO2 8. KBr
4. Amonia encer 9. Sampel
5. Indikator kanji- Parasetamol
iodida
V. Prosedur Kerja :

A. Isolasi :

Sampel 9A (Serbuk)

Larutkan dalam etanol 96%

Sentrifuge

Residu Filtrat

Larutkan dalam etanol kemudian Uji Kualitatif


sentrifus dengan FeCl3
+ warna hijau
Filtrat Residu

Uji Kualitatif Laukan hal yang


dengan FeCl3 sama hingga filtrate
yang diperoleh tidak
menghasilkan reaksi
positif ketika
ditambahkan FeCl3

Filtrat keseluruhan di add 50 mL

Tambahkan HCl 4N sampai


pH 1 (10 mL)

Reflux 30 menit

Dinginkan
B. Pembakuan NaNO2 dengan asam sulfanilat :

Masukkan kedalam
Timbang 60 mg erlenmeyer dan larutkan
Asam sulfanilat yang sudah dengan Ammonia encer 20 Tambahkan air 25 mL
di oven tetes (karena asam sulfanilat
sukar larut dalam air)

tambahkan HCl encer dan titrasi dengan NaNO2 pada


cek pH antara 1-2
KBr seujung spatel suhu dibawah 150C

Titik akhir terjadi pada saat


goreskan pada plat tetes yang
ketika terbentuknya warna
berisi indikator kanji-iodida
biru pada plat tetes.

C. Penetapan Kadar Parasetamol :

Parasetamol yang telah masukan kedalam tambahkan HCl encer dan


diencerkan di pipet 10 ml erlenmeyer KBr seujung spatel

goreskan pada plat tetes


titrasi dengan NaNO2 pada
cek pH antara 1-2 yang berisi indikator
suhu dibawah 150C
kanji-iodida

Titik akhir terjadi pada


saat ketika terbentuknya
warna biru pada plat tetes.
VI. Hasil Pengamatan dan Perhitungan :

1. Pembakuan NaNO2 dengan As. Sulfanilat

No. Berat As. sulfanilat Volume NaNO2

1 60 mg 4,2 mL
2 60 mg 4,0 mL
3 60 mg 4,3 mL
Rata - rata 4,2 mL


Pembakuan NaNO2 =
60
= 173,19 4,2

= 0,0825 N
2. Penetapan Kadar Sampel

V Sampel V. Titran (NaNO2) I V. Titran II V. Titran III


10 mL 2,1 mL 2,4 mL 2,1 mL
10 mL 2 mL 2,6 mL 2,5 mL
10 mL 2,3 mL 2,7 mL 2,3 mL
Rata-rata 2,1 mL 2,6 mL 2,3 mL

2,1+2,6+2,3
Rata-rata V titran NaNO2 =
3

7
=
3

= 2,3 mL

Normalitas sampel

V sampel N sampel = V NaNO2 N NaNO2

10 N sampel = 2,3 mL 0,0825 N

2,3 0,0825
= = 0,0190 N
10
Gram = BE N V

= 151,16 0,0190 0,1

= 0,2872 gram


% Kadar = 100%

0,2872
= 100%
0,6

= 47,86%
VII. Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan penetapan kadar parasetamol yaitu
analisis sampel dalam bentuk serbuk. Dalam sediaan tablet terdiri atas zat
aktif dan exipiennya, dimana exipien tablet kemungkinan adanya
magnesium staerat, amylum, dan talk. Ketiga exipien tersebut tidak larut
dalam air, etanol, dan eter. Sedangkan zat aktifnya yaitu parasetamol
mudah larut dalam etanol, larut dalam natrium hidroksida, dan larut dalam
air mendidih. Untuk mendapatkan parasetamol dalam bentuk murni tanpa
exipien harus dilakukan isolasi terlebih dahulu. Cara isolasi nya
berdasarkan kelarutannya yaitu dengan cara serbuk dilarutkan dalam
etanol karena parasetamol akan mudah larut dalam etanol, kemudian
sentrifuga selama 10 menit. Pemisahan sentrifuga menggunakan prinsip
dimana objek diputar secara horizontal pada jarak tertentu. Apabila objek
berotasi di dalam tabung atau silinder yang berisi campuran cairan dan
partikel, maka campuran tersebut dapat bergerak menuju pusat rotasi,
namun hal tersebut tidak terjadi karena adanya gaya yang berlawanan yang
menuju kearah dinding luar silinder atau tabung, gaya tersebut adalah gaya
sentrifugasi. Gaya inilah yang menyebabkan partikel-partikel menuju
dinding tanbung dan terakumulasi membentuk endapan. Sehingga
parasetamol akan berada dalam fase larutan yaitu dalam etanol dan zat
tambahan akan mengendap sehingga proses selanjutnya yaitu dekantasi ,
dan didapatlah parasetamol murni.
Pengujian kualitatif untuk parasetamol digunakan pereaksi FeCl3,
di mana saat di reaksikan menunjukkan hasil yang positif yaitu berwarna
hijau. Warna tersebut terjadi karena adanya senyawa kompleks antara
gugus fenol dengan ion logam Fe3+.
H
H3C N

O
OH

Dilihat dari struktur kimianya bahwa parasetamol memiliki amin


aromatis primer tersubtistusi sehingga jika akan ditetapkan kadarnya
dengan metode titrasi nitrimetri perlu adanya hidrolisis agar menjadi amin
aromatis primer. Sebelum ditentukan kadarnya, parasetamol dalam etanol
tersebut direfluks terlebih dahulu dengan penambahan HCl 4N, tujuan dari
refluks tersebut untuk menghidrolisis senyawa amin aromatis primer
tersubtitusi menjadi amin aromatis primer yang kemudian dapat bereaksi
dengan asam nitrat sehingga terbentuk garam diazonium. Penambahan
HCl 4N ini agar suasana menjadi asam karena titrasi nitrimetri harus
dilakukan dalam keadaan asam untuk mengubah NaNO2 menjadi HNO2
dan pembentukan garam diazonium dan apabila keasaman kurang maka
titik akhir titrasi tidak jelas dan garam diazonium yang terbentuk tidak
sempurna karena garam diazonium tidak stabil pada suasana netral atau
basa.

Reaksi ini dikenal dengan reaksi diazotasi, dengan persamaan yang


berlangsung dalam dua tahap seperti dibawah ini :

NaNO2 + HCl NaCl + HONO

Ar- NH2 + HONO + HCl Ar-N2Cl + H2O

Selanjutnya yaitu proses penetapan kadar parasetamol dengan


menggunakan titrasi nitrimetri. Metode ini didasarkan pada reaksi
diazotasi yakni reaksi antara gugus amin aromatis primer yang terdapat
pada parasetamol dengan asam nitrit sehingga akan terbentuk garam
diazonium dalam suasana asam yaitu dengan penambahan HCl 4N 10mL
dan pH larutan menjadi 1. Pengecekan pH tersebut menggunakan pH
universal.
Pada titrasi nitrimetri pentiternya adalah NaNO2, yang pertama
dilakukan pembakuan terlebih dahulu dengan asam sulfanilat karena
natrium nitrit termasuk larutan baku sekunder yang konsentrasinya mudah
berubah-ubah sehingga tidak akan stabil atau konsentrasinya tidak
diketahui secara pasti. Titrasi nitrimetri ini menggunakan suhu dibawah
15oC karena reaksi tersebut tidak stabil dalam suhu kamar, karena garam
diazonium yang terbentuk mudah terdegradasi membentuk senyawa fenol
dan gas nitrogen. Sehingga reaksi dilakukan pada suhu dibawah 15oC.
Pada titrasi ini serbuk KBr ditambahkan sebagai katalis karena pada reaksi
pembentukan garam diziazonium berjalan lambat dan KBr ini akan
mengikat nitrit sehingga nitrit tidak akan mudah menguap.
Pada titrasi nitrimetri ini digunakan indikator luar yaitu pasta kanji-
iodida, ketika larutan digoreskan pada pasta, adanya kelebihan asam nitrit
akan mengoksidasi iodida menjadi iodium dengan adanya kanji akan
menghasilkan warna biru segera. Titik akhir titrasi tercapai apabila pada
penggoresan larutan yang dititrasi pada pasta kanji-iodida akan terbentuk
warna biru segera sebab warna biru juga terbentuk beberapa saat setelah
dibiarkan diudara, hal ini disebabkan karena oksidasi iodida oleh udara
(O2) menurut reaksi :
4 KI + 4 HCl + O2 2H2O + 2I2 + 4 KCl
I2 + kanji kanji iod (biru)
Setelah ditetapkan kadarnya , didapat kadar parasetamol adalah
47,86%. Mekanisme reaksi yang terjadi dalam pembentukan garam
diazonium pada parasetamol adalah amina aromatis termetilasi dihidrolisis
dalam suasana asam menjadi asetil klorida dan para aminofenol.
VIII. Kesimpulan
Dari hasil praktikum tersebut dapat disimpulkan bahwa :
1. Penentuan kadar parasetamol ini dilakukan dengan metode titrasi
nitrimetri dengan terlebih dahulu dihidrolisis menjadi amin aromatis
primer dengan cara di refluks.
2. Penetapan parasetamol memakai indikator pasta kanji dan di tandai
dengan perubahan warna dari bening menjadi biru.
3. Kadar normalitas NaNO2 yang didapat adalah 0,0825 N
4. Kadar sampel yang didapat dari hasil analisi adalah 47,86%

IX. Daftar Pustaka


Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan
RI. Jakarta
Florey, Klaus.1984.Analytical Profiles of Drugs Substances Vol 7.
Academic Press; London
Higuchi, Takeru and E.B. Hanssen. 1961. Pharmaceutical Analysis. New
York: London.
Gholib Gandjar, Ibnu dan Abdul Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Roth, Hermann dan Gottfried Blaschke. 1994. Analisis Farmasi.
Yogyakarta: UGM press.
Khopkar, S.M., (1990), Konsep Dasar Kimia Analitik.Jakarta: UI press.

Anda mungkin juga menyukai