1
Primary Survey:
Airway: bebas
Breathing: spontan, suara nafas vesikuler dengan frekuensi
22x/menit
Circulation: akral hangat dan perfusi baik, TD 200/120 mmHg,
nadi teratur dengan frekuensi 98x/menit
Disability: koma ringan, GCS 6 (E1M4V1)
KU : Buruk
Kes : Koma Ringan
Vital sign :
TD : 200/120 mmHg
RR : 22x/menit
HR : 98x/menit
Temp: 38,1 C
Status Internus
Mata : Pupil isokor 3mm, RCT (+/+), RCTL (+/+)
T/H/M : Normal
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax : Paru I : simetris, retraksi interkostal (-/-)
P : gerakan dinding dada simetris; SF ka =
SF ki
P : sonor (+/+)
A: Vesikuler (+/+), Ronkhi (-/-), wheezing
(-/-);
Jantung: BJ I > BJ II, bising jantung (-)
Abdomen : I : Simetris;
P : Soepel (+), distensi (-), nyeri tekan (-),
hepar, lien, renal tidak teraba
P : Timpani (+); shifting dullnes (-)
A : Peristaltik (N)
Extremitas : Edema tungkai (-/-); pucat (-)
Status Neurologis
Kesadaran : Koma ringan , GCS 6 (E1M4V1)
Tanda Rangsang Meningeal : Kaku kuduk (+)
2
Tanda Peningkatan Tekanan Intrakranial : Muntah proyektil (+)
Nervus Cranialis : Sulit Dinilai
Motorik : Kelemahan anggota gerak kiri, kekuatan otot sulit
dinilai, Refleks fisiologis
++ ++
++ ++
Refleks Patologis : Babinski (+)
Sensorik : Sulit Dinilai
Saraf Otonom : Sulit Dinilai
Fungsi Luhur : Reaksi emosi sulit dinilai
Fungsi Bicara : Kesan Afasia Motorik
8. Pemeriksaan Laboratorium Laboratorium tanggal 14/04/2015
Hemoglobin: 12,6 mg/dL
Eritrosit: 4,45 x 103
Leukosit: 6,0 x 103
Hematokrit: 48%
Trombosit: 345 x 103/L
KGDS: 180 mg/dl
9. Diagnosis : Diagnosis Klinis : Penurunan kesadaran dengan lateralisasi
sinistra , afasia motorik
Diagnosis Topis : Hemisfer serebri dekstra
Diagnosis Etiologis : Stroke Hemoragik
Diagnosis Patologis : Perdarahan
10.Penatalaksanaan Head Up 30 0
O2 Sungkup 7L/i
IVFD RSol 20 gtt/i
Drip Manitol 125 cc/6 jam
Inj. Citicoline 500 mg/ 12 jam
Inj. Ranitidine 1 amp/ 12 jam
Inj. Furosemod 1 amp/ 8 jam
Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam
Inj. Piracetam 1,2 gr/ 12 jam
Drip Paracetamol 1 gr/ 8 jam
Amlodipine tab 1x10 mg
Candesartan tab1x16 mg
KSR 1x1
Neurodex tab 2x1
Catheter Folley
NGT sonde
3
- Pemeriksaan Darah Lengkap
- Head CT SCAN
11. Prognosis Quo ad Vitam : Dubia et malam
Quo ad Functionam : Dubia et malam
Quo ad Sanactionam : Dubia et malam
Hasil Pembelajaran :
1. Stroke Hemoragik
2. Kasus pasien dengan Stroke Hemoragik
3. Penegakan diagnosis Stroke Hemoragik
4. Tatalaksana Stroke Hemoragik
5. Edukasi, pencegahan, dan komplikasi Stroke Hemoragik
1. Subjektif :
Pasien merupakan rujukan dari Puskesmas Labuhan Haji datang ke rumah sakit dengan
penurunan kesadaran sejak 2 jam SMRS. Awalnya Os sedang mengendarai sepeda motor
kemudian tiba-tiba terjatuh dan tidak sadarkan diri. Dalam perjalanan pasien muntah sebanyak
2 kali. Nyeri kepala sebelum penurunan kesadaran disangkal karena Os mngendarai sepeda
motor sendiri. Menurut keluarga Os tidak pernah mengalami kejadian seperti ini sebelumnya.
Os memiliki riwayat hipertensi sejak 10 tahun yang lalu namun tidak teratur kontrol tekanan
darah serta memiliki kebiasaan merokok.
4
2. Objektif :
Hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik sangat mendukung diagnosis Stroke Hemoragik. Pada
kasus ini diagnosis ditegakkan berdasarkan:
Gejala Klinis: penurunan kesadaran saat beraktifitas, muntah proyektil, riwayat hipertensi
lama yang tidak terkontrol
5
menyebabkan mudah pecah dan menimbulkan perdarahan otak.
3. Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan penebalan dan degenerasi
pembuluh darah.
Jenis-Jenis Stroke
Berdasarkan kelainan patologis :
a. Stroke non-hemoragik (stroke iskemik, infark otak, penyumbatan)
1) Stroke akibat trombosis serebri
2) Emboli serebri
3) Hipoperfusi sistemik
b. Stroke hemoragik
1) Perdarahan intra serebral
2) Perdarahan ekstra serebral (subarakhnoid)
6
1. Perdarahan intra cerebral
Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam
jaringan otak, membentuk massa atau hematom yang menekan jaringan otak dan menimbulkan
oedema di sekitar otak. Peningkatan TIK yang terjadi dengan cepat dapat mengakibatkan kematian
yang mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intra cerebral sering dijumpai di daerah putamen,
talamus, sub kortikal, nukleus kaudatus, pon, dan cerebellum. Hipertensi kronis mengakibatkan
perubahan struktur dinding permbuluh darah berupa lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid.
7
kekurangan aliran darah otak walau sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula
dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20 mg%
karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan glukosa
tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala disfungsi serebral.
Pada saat otak hipoksia, tubuh berusaha memenuhi O2 melalui proses metabolik anaerob,yang dapat
menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak.
8
9
Gejala Klinis
Terjadinya perdarahan bersifat mendadak, terutama sewaktu melakukan aktivitas dan dapat
didahului oleh gejala prodromal berupa peningkatan tekanan darah yaitu nyeri kepala, mual,
muntah, gangguan memori, bingung, perdarahan retina, dan epistaksis.
Penurunan kesadaran yang berat sampai koma disertai hemiplegia/hemiparese dan dapat
disertai kejang fokal / umum.
Tanda-tanda penekanan batang otak, gejala pupil unilateral, refleks pergerakan bola mata
menghilang dan deserebrasi
Dapat dijumpai tanda-tanda tekanan tinggi intrakranial (TTIK), misalnya papil edema dan
perdarahan subhialoid.
4. Plan :
10
Diagnosis:
1. Angiografi cerebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti perdarahan arteriovena atau
adanya ruptur dan untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurism atau malformasi vaskular.
2. Lumbal pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal menunjukkan adanya
hemoragi pada subarakhnoid atau perdarahan pada intrakranial.
3. MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar terjadinya perdarahan
otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.
4. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang infrak
sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.
Computed Tomography (CT-scan) merupakan pemeriksaan paling sensitif untuk PIS dalam
beberapa jam pertama setelah perdarahan. CT-scan dapat diulang dalam 24 jam untuk menilai
stabilitas. Bedah emergensi dengan mengeluarkan massa darah diindikasikan pada pasien sadar yang
mengalami peningkatan volume perdarahan. Magnetic resonance imaging (MRI) dapat menunjukkan
perdarahan intraserebral dalam beberapa jam pertama setelah perdarahan. Perubahan gambaran MRI
tergantung stadium disolusi hemoglobinoksihemoglobin-deoksihemogtobin-methemoglobin-ferritin
dan hemosiderin.
Gambar 3
Pengobatan:
Penatalaksanaan untuk stroke hemoragik, antara lain:
Menurunkan kerusakan iskemik cerebral
Infark cerebral terdapat kehilangan secara mantap inti central jaringan otak, sekitar daerah itu
11
mungkin ada jaringan yang masih bisa diselematkan, tindakan awal difokuskan untuk menyelematkan
sebanyak mungkin area iskemik dengan memberikan O2, glukosa dan aliran darah yang adekuat
dengan mengontrol / memperbaiki disritmia (irama dan frekuensi) serta tekanan darah.
Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang berlebihan
Anti koagulan: Heparin untuk menurunkan kecederungan perdarahan pada fase akut.
Obat anti trombotik: Pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa trombolitik/emobolik.
Diuretika : untuk menurunkan edema serebral
Penatalaksanaan Pembedahan
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memeperbaiki peredaran darah otak. Penderita yang
menjalani tindakan ini seringkali juga menderita beberapa penyulit seperti hipertensi, diabetes dan
penyakit kardiovaskular yang luas. Tindakan ini dilakukan dengan anestesi umum sehingga saluran
pernafasan dan kontrol ventilasi yang baik dapat dipertahankan.
Edukasi:
Rehabilitasi Stroke
Pendekatan tim untuk rehabilitasi stroke, mulai dari unit pemulihan stroke dengan physiatrists
berpengalaman dan ahli terapi fisik, telah terbukti bermanfaat untuk pemulihan pasien yang optimal.
Pendekatan ini sangat membantu dalam mencegah berbagai komplikasi dari stroke seperti infeksi,
kontraktur, dan decubiti, dan memaksimalkan kebebasan pasien dengan hemiplegia/paresis dengan
mengajarkan mereka untuk berpindah secara efektif dari tempat tidur ke kursi roda. Kegiatan hidup
sehari-hari dapat dioptimalkan dengan kebersihan pribadi, berpakaian, dan juga makan. Depresi
adalah kondisi yang sering ada pada stroke, sebagian karena adanya ketidakmampuan secara fisik
tetapi juga karena ada perubahan kimia otak, yang dapat merespon dengan baik untuk inhibitor selektif
serotonin-reuptake (SSRI) dan antidepresan trisiklik. Terapis untuk kemampuan bicara harus
dikonsultasikan untuk membantu pasien meningkatkan keterampilan komunikasi mereka dan
keterampilan ADL (activities of daily living).
Pencegahan Stroke
Pencegahan stroke tergantung pada sindrom stroke dan patologinya, seperti aterosklerosis,
arteritis, penyakit jantung, pembedahan, dan sebagainya, tetapi karena aterosklerosis merupakan
penyebab paling umum dari stroke iskemik, sindrom stroke primer, hanya intervensi untuk mencegah
aterosklerosis yang akan dibahas di sini.
12
Faktor risiko untuk aterosklerosis yang terkenal dan membutuhkan keterlibatan aktif dari
dokter untuk membantu pasien mengembangkan pengendalian motivasi untuk mengontrol atau
menghentikan faktor risiko tersebut, yang meliputi hipertensi, merokok, diabetes melitus, kolesterol
tinggi, atau lebih tepatnya, peningkatan low-density lipoprotein (LDL), obesitas, hidup menetap, dan
tingkat stres negatif. Untuk hipertensi, dokter harus membiasakan diri dengan laporan Komisi
Nasional Bersama Pencegahan dan Pengobatan Hipertensi VII (JNC7), yang diterbitkan pada tahun
2003, yang membuat rekomendasi pada tujuan tekanan darah yang optimal, dengan perubahan gaya
hidup untuk membantu proses ini. JNC7 mencatat bahwa untuk setiap peningkatan 10 mmHg sistolik
atau tekanan darah diastolik tekanan darah di atas 115/75, terjadi peningkatan 10% dalam risiko
vaskular untuk penyakit arteri koroner, stroke, dan penyakit pembuluh darah perifer. Meskipun tidak
ada konsensus, studi ALLHAT (anti hipertensi & Terapi Penurunan Lipid untuk Pengobatan serangan
jantung), yang terutama sebuah studi di Amerika Utara lebih dari 42.000 subyek dengan hipertensi
sedang, yang masih berusia 55 tahun atau lebih tua dan memiliki salah satu faktor risiko lain untuk
penyakit arteri koroner, dipilih secara acak untuk pengobatan dengan diuretik, sebuah inhibitor
angiotensin converting enzyme (ACE) dan inhibitor saluran kalsium, (masing-masing, chlorthaladone,
lisinopril dan amlodipin). Diuretik se-efektif atau lebih daripada dua obat lain dalam mencegah
komplikasi vaskular termasuk stroke, meskipun untuk mencapai tekanan darah yang optimal,
kebanyakan pasien membutuhkan pengobatan dengan 2 atau lebih obat antihipertensi. Studi ALLHAT
menyimpulkan bahwa diuretik tidak hanya yang paling mahal, tetapi juga se-efektif yang lain. Dokter
harus yakin dengan obat yang diresepkan dan secara khusus mewaspadai interaksi obat dan
komplikasi lain yang berkaitan dengan pengobatan. Perlu diingat bahwa mengurangi asupan garam
harian untuk 2 gram yang setara dalam hasil untuk setiap salah satu agen antihipertensi. Merokok
merupakan hal yang adiktif, tetapi upaya agar pasien berhenti harus dibuat dan diperlukan konseling
psikologis dan bantuan medis, seperti patch nikotin.
Diabetes terkontrol dengan hemoglobin A1c mendekati 6% akan mengurangi kejadian
microangiopathy, seperti diabetic retinopathy dan renal nephropathyl, tetapi pasien sering memiliki
kolesterol tinggi dan trigliserida plus hipertensi atau resistensi insulin dengan apa yang disebut
sindrom metabolik, dan perlu juga memperhatikan resiko lainnya, tidak hanya untuk kontrol glukosa
ketat. Kolesterol tinggi, atau LDL meningkat atau mengurangi densitas tinggi lipoprotein (HDL) yang
aterogenik, meskipun masalah ini telah menjadi kontroversi selama bertahun-tahun karena pasien
stroke lansia menampilkan kolesterol total dalam kisaran "normal". Namun, LDL dan HDL--omset
studi dan polimorfisme lipoprotein menunjukkan hubungan antara pola lipoprotein dan stroke
atherothrombotik. Selain itu, penggunaan obat untuk menurunkan kolesterol pada subyek dengan
penyakit jantung koroner dikaitkan dengan penurunan titik akhir primer dan sekunder untuk penyakit
13
arteri koroner serta stroke iskemik. Penelitian pertama adalah Simvastatin 4S, atau Studi
Kelangsungan Hidup Skandinavia, dari 4.444 subyek dengan penyakit arteri koroner. Selanjutnya,
sejumlah studi tersebut telah diverifikasi pada temuan awal, yang mendukung kesimpulan tentang
peran kolesterol dalam stroke atherothrombotik, dengan manfaat tambahan dari peran
antiimflammatori, eNOS upregulation , dan tindakan lainnya dari statin. Tingkat LDL yang optimal
untuk pasien stroke iskemik harus sama dengan pasien dengan penyakit arteri koroner, yaitu,
pengurangan LDL kurang dari 100 mg / dL. Karena HDL penting untuk membalikkan transportasi
kolesterol dalam mengambil kolesterol dari plak dan memberikan kepada hati untuk produksi empedu,
tingkat rendah (kurang dari 35 mg / dL) harus ditingkatkan dengan obat-obatan seperti niacin atau
turunan asam fibric. Karena obat asam fibric dan statin meningkatkan risiko myoglobinuria, mereka
harus digunakan dengan hati-hati, namun beberapa turunan asam fibric tampaknya memiliki risiko
rendah dalam komplikasi ini. Obat asam fibric meningkatkan kadar Reseptor Proliferator peroxisomal
Activated (PPAR-y), dan ini meningkatkan apo-AI sintesis, lipoprotein utama yang terkait dengan
HDL, sehingga meningkatkan kadar HDL, ditambah paroxonase, yang dikaitkan dengan HDL dan
mencegah oksidasi LDL, bentuk yang sangat aterogenik LDL. Upaya untuk menghambat kelancaran-
otot proliferasi sel mungkin memiliki relevansi klinis dalam mengurangi aterosklerosis tetapi
kebutuhan dalam bukti vivo.
Obesitas, gaya hidup menetap, dan stres merupakan faktor yang membuat dokter kemungkinan
membutuhkan bantuan asisten yang konsultatif dari spesialis kesehatan yang memiliki keahlian
dibidang ini. Obesitas morbid mungkin memerlukan intervensi bedah, seperti rekonstruksi lambung.
Mengembangkan keterampilan untuk mengatasi stres mungkin memerlukan konsultasi kejiwaan atau
psikologis.
DAFTAR PUSTAKA
Becker KJ, Creutzfeldt, Johnson VL, Khot SP, Kim LJ, Sekhar NL, Tirrschwell DL,
Weinstein JR. Intracerebral Hemorrhage. http://uwmedicine.washington.edu/Patient-
Care/Our-Services/Medical-Services/Stroke-Center/Pages/ArticleView.aspx?subId=79
14
[diakses pada tanggal 19 Mei 2016]
Caplan ER. 2006. Stroke. New York: AAN Press Quality of Life Guides. P:10-20.
Faisal H. 1991. Hasil Pemeriksaan CT Scanning Pada Penderita Stroke. Berkala Ilmu
Kedokteran Jilid XXIII No. 4. p: 133-40.
Indiyarti R. 2011. Perbandingan Kadar Gula Darah Sewaktu Pada Kedua Jenis Stroke. Jurnal
Kedokteran Trisakti Vol, 23 No. 4. p: 115-21.
Setyopranoto L. 2011. Stroke: Gejala dan Penatalaksanaan. Cermin Dunia Kedokteran Vol.
34 No. 4. p: 247-50.
15