Anda di halaman 1dari 18

Tujuan Pembelajaran Umum

1. Mahasiswa mampu menjelaskan proteksi dan pengendalian korosi dengan metoda coating
bahan organik.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan proteksi dan pengendalian korosi dengan metoda coating
bahan anorganik.

Tujuan Pembelajaran Khusus


1. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan proses pengendalian korosi dengan bahan
organik yang menerapkan pengunaan cat meliput jenis dan komposisi cat dan bahan plastik
untuk proteksi korosi logam.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan dan memahami proteksi korosi dengan bahan anorganik
melalui proses anodisasi, kromatisasai,dan fofatasi.

Pendahuluan
Metode coating organik dan anoerganik merupakan proteksi logam terhadap korosi dengan
cara memberikan lapisan di permukaan logam. Coating organik biasanya menggunakan senyawa
polimer, seperti senyawa yang dicampurkan di dalam cat atau plastik. Bagian ini akan diawali
mendalami cat dan plastik sebagai lapisan pelindung di permukaan logam. Coating anorganik
berupa pembentukan oksida dengan proses anodisasi dan pembentukan senyawa anorganik di
permukaan logam. Oleh karena itu, proses anodisasi aluminium, kromatisasi, dan fosfatasi
merupakan coating anorganik yang diuraikan pada bab ini.

7.1. Coating Organik (cat)


Coating organik terutma bertindak sebagai penghalang antara material dengan lingkungan
korosif. Lapisan organik diterapkan sebagai cairan dengan bantuan kuas, roll atau penyemprotan.
Umumnya, pelapis organik ini disebut cat yang terdiri dari partikel padatan yang terdispersi dalam
media cairan pengikat. Selain iu, cat mengandung juga pelarut dan thinner yang mengendalikan
viskositas dan menyediakan sifat-sifat yang diperlukan pada pemakainya.

7.1.1. Komposisi Cat


Cat mempunyai komposisi sebagai berikut:
Binder (resin): merupakan bahan dasar cat (vehicle), menentukan sifat tahan terhadap
lingkungan dan dipakai sebagai nama jenis cat, misalnya: vinyl, epoksi, akrilat, dan lain-
lain.
Pigmen (zat warna) merupakan padatan pembentuk lapisan pelindung. Contoh: serbuk
seng, seng-kromat, rutile, dan lain-lain.
Solvent (pelarut) mengencerkan bahan cat, contoh: terpentin, air, senyawa hidrokarbon.
Filler merupakan bahan pengisi dan bersifat inert berfungsi untuk menambah padatan
dalam bahan cat. Contoh : CaCo3, barit,clay (lempung), dll.
Additif (anti oxidant, anti settling agent, anti floating, dst)
7.1.2. Sistem Cat
Umumnya, sistem pengecatan tidak hanya dengan satu lapis cat, sedikitnya diperlukan dua
lapis cat untuk mengurangi kemungkinan terbentuknya lubang-lubang halus. Unsur utama
pengecatan adalah priming coat, under coat, dan finishing coat.
Priming coat merupakan pelapis yang diterapkan padapermukaan logam yang akan
dilindungi, tetapi dapat juga diterapkan kepada pelapis logam seperti seng. Primer coat ini
berfungsi sebagai fondasi sistem protektif, sehingga cat ini harus membasahi dan menempel
dengan baik pada permukaan logam. Umumnya, sistem cat tidak ada perbedaan penting antara
primer coat dengan under coat, tetapi di dalam cat yang mengandung natural oil (minyak alam),
pigmen yang ada di dalam cat dapat bersifat inhibitor. Misalnya red-lead (meni) yang dengan
miynyak (oil) bereaksi membentuk sabun (soap) yang bertindak sebagai inhibitor.
Under coat terutama berfungsi untuk membangun ketebalan dari pelapisan adhesi antar
lapisan penting. Pigmen yang digunakan, umumnya, adalah pigmen pada finishing coat. Finishing
coat berfungsi untuk memproteksi lingkungan. Pigmennya bersifat non inhibitif dan inert seperti
titanium oksida, aluminium dan miscaceous iron oxide untuk memberikan warna.

7.1.3. Karakteristik Cat


Jenis pengikat Cara pengeringan Ketahanan terhadap asam

Asam Basa Air Pelarut Udara


Luar

Minyak rami Polimerisasi oksidatif cukup Sangat cukup cukup Buruk/


mentah udara buruk cukup

Minyak rami
masak

Vernis oleoresin Kondensasi pemanasan/ cukup Sangat cukup buruk Cukup


kondensasi udara/ buruk baik
polimerisasi oksidatif

Alkid oil length Polimerisasi oksidatof cukup buruk Cukup cukup Sangat
panjang udara baik baik

Alkid oil length Polimerisasi kondensasi cukup buruk Cukup cukup Sangat
sedang udara/ oksidatif baik baik
pemanasan

Alkid oil length Plomerisasi kondensasi cukup cukup baik Cukup Sangat
pendek pemanasan baik baik
Campuran urea Polimerisasi kondensasi Cukup Cukup Sangat Baik Cukup
formaldehid alkid pemanasan baik baik baik

Campuran Polimerisasi kondensasi Cukup Cukup Sangat Baik Sangat


melamin pemanasan baik baik baik baik
formaldehid alkid

Amino epoksi atau Polimerisasi kondensasi Baik Baik Sangat Sangat Baik
campuran resin pemanasan baik baik
fenolat

Campuran Polimerisasi kondensasi Cukup Baik Cukup Sangat Sangat


polyester/ poliiso- penambahan udara/ baik baik baik baik
sianat pemanasan

Resin venil Evaporasi pelarut udara Sangat Sangat Sangat Buruk Baik
baik baik baik

Karet klorinasi Evaporasi pelarut udara Baik Baik Sangat Buruk Baik
baik

7.1.4. Kegagalan Cat


Beberapa cat boleh diaplikasikan langsung pada permukaan logam, karena komponen cat
mengandung asam fosfat atau asam tanat. Asam ini dengan produk korosi membentuk lapisan yang
melekat di permukaan logam, karena asam ini mengoksidasi ferro menjadi ferri, sehingga cat akan
melekat erat di permukaan yang lembab.
Secara umum, cat diaplikasikan pada permukaan logam yang telah disiapkan. penyiapan
permukaan logam dapat dilakukan seperti perlakuan permukaan yang telah dibahas pada bab
sebelumnya. Penyebab utama kegagalan sistem cat adalah:
penyiapan permukaan logam yang kurang memadai
pengerjaan lapisan cat pada kondisi yang tidak sesuai atau metoda pelapisan yang tidak tepat.
Penyiapan permukaan logam akan memperngaruhi hasil pelapisan. Sebagai contoh, apabila
permukaan terlalu kasar, puncak-puncak mikro yang terjadi akan mendapatkan lapisan yang tipis
atau bahkan tidak terlapisi, akibatnya cat akan mengalami penetrasi awal.
Ketika butiran air berdifusi melaui lapisan cat, larutan garam dari produk korosi dapat
terbentuk pada bagian yang sifat adesinya kurang baik. Apabila konsentrasi larutan garam
meningkat, maka tekanan osmosis akan memaksa air masuk melalui cat agar larutan garam
menjadi encer. Hal ini akan menimbulkan pelepuhan dan memperluas pemisahan cat dengan
logam serta merusak penampilan cat.
Selain hal tersebut di atas, cat harus diaplikasikan pada kondisi udara yang tepat. Misalnya
kelembaban kelembaban relative terlalu tinggi, selaput tipis air yang ada di permukaan logam akan
mempengaruhi daya rekat dan waktu pengeringan cat. Suhu lingkungan juga mempengaruhi wakti
pengeringan, yaitu penguapan pelarut cat dapat lebih lambat pada suhu sangat rendah dan ada cat
kemasan ganda yang tidak dapat mongering bila suhu tidak tepat.
Suhu yang berbeda pada bagian tertentu sebuah komponen terutama apabila cat harus
dipanaskan atau dipanggang dalam oven untuk mempercepat proses pengeringan, dapat
menyebabkan pelarut yang menguap di satu bagian, tetapi di bagian lain (atau sisinya) terjadi
pengembunan. Hal ini menyebabkan cat melarut pada bagian yang terjadi pengembunan pelarut,
sehingga pada bagian ini akan terjadi bekas yang berupa guratan apabila cat sudah mengering.
Kegagalan cat dapat terjadi pada sistem cat kemasan ganda akibat kurang sempurnanya
proses pencampuran dua komponen saat cat digunakan dan proses peneringan untuk membentuk
lapisan akhir bergantung pada polimerisasi silang.

7.1.5. Latihan
Kerjakan soal berikut dengan singkat dan jelas!
1) Apa fungsi pengecatan pada logam?
2) Sebutkan cara pengecatan yang sering dilakukan!
3) Sebutkan kompoisi cat dan jelaskan fungsinya!
4) Jelaskan perbedaan primer coat, under coat, dan finishing coat!
5) Sebutkan jenis cat dan karakterisiknya! (3 macam)
6) Jelaskan penyebab kemungkinan terjadi kegagalan sistem cat!

7.2. Coating Plastik


Coating termoplastik dan elastomer sering dilakukan terhadap logam yang relative mudah
untuk memadukan sifat mekanik logam dan sifat plastik anti korosi. Teknik pelapisan plastik dapat
diterapkan di berbagai lingkungan, misalnya lingkungan asam, basa, lumpur mengalir yang
abrasif, terendam terus-menerus dalam air laut. Metoda pelapisan plastik pada logam dapat
dilakukan dengan:
cara pencelupan
penyemprotan tanpa udara, elektrostatik, panas
pengulasan
Persaingan bahan pelapis plastik seperti persaingan industri cat, maka di pasaran terdapat bahan
dasar yang sama, tetapi merek dagang berbeda-beda. Secara umum, bahan dasar plastik adalah
sebagai berikut.
1) Nilon
Bahan nilon mudah diberi warna, tidak akan pecah, dan tahan terhadap minyak dan pelarut.
Nilon dapat digunakan pada suhu sampai 120C, sehingga bahan ini dapat disterilkan dan
banyak dipakai dalam industri pengolahan makanan. Pelapisan pada baja dan aluminium
menunjukkan keliatan yang baik.
2) Politena (Polietilena)
Bahan ini digunakan untuk melapisi alat rumah tangga, untuk pipa, tangki bahan kimia,
dan rak. Untuk lingkungan tertentu, seperti lingkungan deterjen, alkohol, silikon, cenderung
mengalami peretakan korosi tegang.

3) Plovinil Klorida (PVC)


Bahan pelapis jenis ini mudah menguap dan sifatnya bergantung pada kandungan
plasticizer sesuai dengan kondisi penggunaannya. Agar bahan pelapis melekat erat pada
logamnya, logam harus diberi bahan perekat atau cat dasar lebih dahulu.
Bahan ini diaplikasikan dengan cara pencelupan dan penyemprotan, baik ke dalam tepung
PVC halus maupun PVC cair. Pada permukaan yang panas, polimer dan plasticizer saling-
silang menghasilkan endapan seperti gelatin, selanjutnya dikeringkan dengan pemanasan
dengan suhu lebih tinggi untuk mendapatkan lapisan yang kuat. Logam yang dilapisi bahan ini
tidak boleh mengalami suhu lingkungan lebih tinggi dari 60-70C.

4) Politetrafluoroetilena (PTFE)
Bahan ini mempunyai ketahanan korosi yang tinggi, stabil pada suhu sampai 250C, tahan
terhadap asam dan basa dan tidak menyerap air. Namun demikian, perlindungan terhadap
korosi logam tidak dapat dijamin, karena sulit utnuk menghilangkan pori-pori mikro yang
terdapat pada lapisan.

5) Poliuretan
Pelapis bahan ini telah diterapkan untuk melapisi baja dalam lingkungan air laut, minyak
pelumas, deterjen, dan asam atau basa pada konsentrasi rendah. Bahan ini dapat dilapisikan
dengan metoda penyembprotan tanpa udara, pengulasan dan pencelupan.

Latihan
Kejakan soal berikut.
1) Sebutkan jenis plastik yang digunakan sebagai coating!
2) Metode apa yang digunakan untuk aplikasi coating plastik?
3) Sebutkan bahan dasar plastik yang biasa digunakan sebagi coating!

7.3. Coating Oksida


Beberapa logam mempunyai kecenderungan untuk membentuk lapisan tipis (film) oksida
yang stabil di permukaan logam. Lapisan ti[is ini dalam kondisi tertentu dapat protektif. Hal ini
disebut pasivasi yang didefinisikan sebagai kemampuan suatu logam untuk mengadsorpsi inhibitor
korosi yang sesuai secara kimia berfungsi untuk mengurangi laju korosi logam di lingkungan yang
korosif. Zat inhibisi ini meliputi oksigen, oksida logam, produk korosi, adsorban organik, dan
sebagainya. Selanjutnya, pasivasi menunjukkan kestabilan adsorbs kimia dan perawatan film
protektif selama waktu tertentu.
Pasivasi merupakan metoda relative sederhana dari proteksi logam terhadap korosi lunak
atau lingkungan yang spesifik dan mempunyai tiga penerapan, adalah:
1. menstabilkan adanya film oksida terhadap oksidasi atmosfer selanjutnya yang berwarna putih
produk oksidanya, misalnya timah dan seng.
2. meminimalkan perubahan permukaan, misalnya pelapisan timah
3. memperbaiki daya rekat (adesif) cat dan pernis, misalnya coating seng secara galvanisasi atau
pelapisan timah pada kaleng.

Pasivasi dapat dicapai melalui tiga cara:


1. Pasivasi mekanik disebabkan oleh suatu pembentukan lapisan penghalang sebagai produk
korosi antara logam dengan elektrolit dan korosi selanjutnya, misaalnya korosi besi dalam
larutan soda kaustik 40% pada suhu 70C bila bentuk lapisan Fe3O4.
2. pasivasi kimia disebabkan oleh adsorpsi suatu logam atau oksida logam yang membentuk film
permukaan yang stabil, misalnya kromatisasi
3. Anodik atau pasivasi secara elektrokimia bila oksida logam dapat dibentuk dengan pengaturan
kondisi yang dapat dibuat perlakuan akhir secara sederhana.

Keadaan pasif tidak diasumsikan sebagai salah satu kondisi tidak terjadi korosi, tetapi
merupakan reaksi pembentukan fim pasif sebagaipenghalang pengendalian laju difusi, maka laju
pelarutan logamditunjukkan kembali dengan arus sekitar 10-10a/cm2. Pembentukan beberapa
oksida pada logam dapat lebih baik dipasivasikan atau diaktivasi dapat bergantung adanya ion
pengompleks atau depasivasi seperti ion klorida (Cl-). Variabel utama lingkungan adalah pH dan
potensial. Faurbaix telah menggunakan kenyataan ini untuk mengembangkan diagram pH
potensial sebagai suatu indikasi kondisi film pasif terbentuk.
Gambar 7.1. memberikan tiga diagram untukkrom dalam berbagai lingkungan, 1a dalam
lingkungan aqueous pada 25C dan diasumsikan terbentuk hidroksida, 1b krom dalam kondisi
yang sama dengan pembentukan krom oksida, dan 1c adanya ion klorida dan daerah pasif
diperkecil. Diagram tersbut dpat diaplikasikan untuk sifat logam krom, daerah pasif dengan film
pasifnya merupakan campuran oksida.
Gambar 7.1.Diagram Pourbaix untuk Krom

7.3.1. Anodisasi Aluminium


Anodisasi adalah proses pembentukan lapisan tipis (film) oksida pada permukaan benda
kerja. Lapisan ini bertujuan untuk memberikan perlindungan terhadap logam aluminium dari
reaksi korosi. Proses anodisasi ini merupakan proses elektrolisis dengan aluminium ditempatkan
sebagai anoda. produk proses anodisasi ini mempunyai peranan penting dalam industri
manufaktur, seperti industri pesawat terbang, industri mesin dan masih banyak lagi industri yang
memerlukan proses anodisasi.

Mekanisme Pembentukan Oksida


Mekanisme pembentukan lapisan oksida belum diketahui dengan pasti, tetapi reaksi oksidasi
aluminium adalah sebagai berikut:
4Al + 3O2 = Al2O3
Kemungkinan tahap reaksi anodisasi
Tahapan reaksi anodisasi oksidasi elektrolitik yang mengubah logam aluminium menjadi ion.
Tahapan reaksi ion dengan oksigen yang dibawa dalam bentuk ion (OH- atau O2) pada antar
muka sehingga membentuk lapisan aluminium oksida yang menempel pada permukaan anoda.
Tahapan terakhir merupakan peristiwa pelarutan kembali sebagian oksida tersebut oleh asam
sehingga membentuk lapisan akhir yang terlapisi.
Secara skematis tahapan reaksi diatas dapat dijabarkan sebagai berikut:
OH- pelarutan
Al Al 3+
Al2O3 lapisan Al2O3 akhir
O2
Reaksi elektrodik, apabila proses anodisasi menggunakan larutan elektrolit H2SO4 yaitu:
H2SO4 = 2H+ + SO42-
Pada katoda (Pb, Al, anoda tak larut):
2H+ + 2e = H2 E= 0,0 Volt
2H2O + 2e + O2 = 4OH- E= 0,4 Volt
Pada anoda Al:
2H2O = O2 + 4H+ + 4e
Al = Al3+ + 3e E= 1,66 Volt
Reaksi pembentukan oksida:
2Al3+ + 3OH- = Al2O3 + 3H+ G = -33,985 kkal
Reaksi total:
2Al + O2 + H2O = Al2O3 + H2 G = -320,080 kkal
H = -260,536 kkal

Proses anodisasi aluminium menggunakan elektrolit yang melarutkan oksida logam,


sehingga akan terbentuk suatu lapisan oksida yang hamper tidak berpori dan sangat tipis. Lapisan
oksida semacam ini disebut lapisan penghalang arus. Apabila lapisan penghalang ini sudah
terbentuk, maka lapisan ini akan semakin menebal dan mengakibatkan aliran arus listrik terbentuk,
tetapi bila lapisan oksidanya banyak porinya, maka hal tersebut tidak akan terjadi. Lapisan oksida
yang banyak porinya, ketebalannya hanya perpuluhan mikrommeter, yaitu dapat mencapai 0,17
mm.
Kerapatan porositas bervariasi tergantung pada kondisi anodisasi, tetapi porositas terbesar
mempunyai jarak 6-80.109 pori/cm2, diameter pori sekitar 100-300 A. Komposisi film terutama
adalah Al2O3, meskipun telah sealing dalam air mendidih komposisinya menjadi 70% Al2O3, 17%
H2O, 13% sisa anodisasi seperti sulfat atau kromat. Untuk proteksi, ketebalan film dibutuhkan 5-
25m. Teori struktur film oksida bergantung pada observasi percobaan
ketebalan film oksida hanya dapat terbentuk dalam elektrolit tertentu
total porositas film digambarkan kembali sekitar 45% dari volum film
film awal adalah rapat, tetapi menjadi kurang rapat pada pertumbuhan film
ketebalan film pada awalnya bertambah sesuai dengan jumlah secara teori, kemudian turun
dengan waktu akibat efisiensi arus turun dan tegangan naik
Secara skematis, lapisan oksida di permukaan logam aluminium dapat ditunjukkan seperti Gambar
7.2. berikut.
Gambar 7.2. Lapisan oksida dari aluminium

Pembentukan aluminium oksida pada permukaan anoda aluminium akan semakin besar, bila arus
dan waktu proses cukup lama, secara kuantitatif massa lapisan iksida yang terbentuk dapat
dirumuskan:
Mr.Al2O3.i .t
m=
nF

dengan: I = rapat arus


n = jumlah mol electron yang terlibat
t = waktu dalam detik
Mr = masa rumus relatif
F = bilangan Faraday
m = massa lapisan dalam gram

Proses Anodisasi
Secara sederhana proses anodisasi dapat ditunjukkan seperti diagram pada Gambar 7.3 berikut.
Pencucian lemak (Degreasing)

Pembilasan (Rinsing)

Pengetsaan (Etching)
asam dan alkali

Pembilasan (Rinsing)

Brightener Dip
(Pembersihan secara kimia)

Pembilasan (Rinsing)

Proses Anodisasi

Pembilasan

Pewarnaan

Sealing

Pengemasan
Gambar 7.3. Diagram Proses Anodisasi

Peralatan Proses Anodisasi


Peralatan yang digunakan dalam proses anodisasi meliputu hal berikut:
Rectifier merupakan sumber arus listrik searah (DC).
Katoda dan anoda, katoda berfungsi sebagai penghantar listrik dan tidak larut selama proses.
Katoda yang dapat digunakan adalah Pb dan Grafit, SS, baja dan Al tergantung elektrolit.
Rak merupakan tempat prosuk hasil anodisasi, biasanya dari Al, paduan Al, Ti dan Ti yang
dilapisi Al.
Bak (tangki) merupakan tempat larutan elektrolit, larutan pencuci.
Secara sederhana peralatan proses anodisasi dapat ditunjukkan seperti Gambar 7.4. berikut.

Gambar 7.4. Peralatan Proses Anodisasi

Proses Persiapan Benda Kerja


Persiapan benda kerja dapat dilakukan dengan metode berikut.
a. Pembersihan Lemak untuk Logam Aluminium
Surface active agent : soap, soapless-soap, T (20-80C), t seperlunya
Proses asam sulfat : asam sulfat (5-20%), T (60-80), t (30-180 detik)
Electronic degreasing : NaOH (1-2%), suhu kamar, t (30 detik), rapat arus (4-8 A/dm+),
kemudian lakukan netralisasi dengan HNO3 10-15%.
Alkali : NaOH (5-20%), T (40-80C), t (15-60 detik), kemudian netralisasi dengan HNO3
10-15%.
Garam-alkali : soda ash [Na2CO3 (10%), Na2SiO3 (2%), NaCN (2%)] atau [Na2CO3 (5%),
Na2HPO4 (15%), T (30-80C), t (30-180 detik)

b. Proses Pengetsaan
b.1. Etsa dengan asam
Asam nitrat-hidrofluorat : HNO3 (5-25%), HF (1-5%), CuSO4 (0,25%), T (20-35C), t
(2-5 menit).
Asam sulfat : asam sulfat (90 gpl), T (70-90C), t (1-5 menit).
Asam sulfat-kromat : H2SO4 (3-15%), CrO3 (2-10%), T (60-75C), t (0,5-2 menit).
Asam-sulfat nitrat : H2SO4, (10%), HNO3 (10%), T suhu kamar, t (20-40 detik).
b2. Etsa dengan alkali
Natrium hidroksida : NaOH (10-25%), T (50-90C), t (20-120 detik), kemudian
dinetralisasi dengan HNO3 15-50%.
Soda kaustik-pospat : NaOH (3-8%), Na3PO4 (5-10%), T (55-80C), t seperlunya.
Kaustik kromat : NaOH (7,50%), natrium silicon fluoride (2%), NaCrO4 (0,50%), T
(50-70C), t (1-10 menit).

Larutan Elektrolit untuk Proses Anodisasi


Larutan elektrolit untuk proses anodisasi dapat menggunakan larutan berikut ini.
Larutan kromat (banyak dipakai untuk menganodisasi alat pesawat terbang dan lapisan
oksidanya lebih tahan korosi dibandingkan dengan proses asam sulfat).
Larutan kromat-sulfat : CrO3 (50,25 -100,50 gpl), NaCl (0,20 gpl), asam sulfat (0,50 gpl),
Kondisi operasi: T (35C), rapat arus (0,1-0,54 A/dm2), t (1-10 menit), V (40 volt).
Larutan asam kromat : CrO3 (100 gpl), Kondisi operasi: T (35C), rapat arus (0,1-1,8 A/dm2),
t (30 menit), V (40 volt), agitasi udara.
Larutan asam sulfat : asam sulfat (15-18%), Kondisi operasi: T (20-28C), rapat arus (0,2-1,4
A/dm2), t (10-30 menit), V (14-24 volt), agitasi udara. Produk oksidanya lebih transparan dan
keras.
Nikel-sulfat: asam sulfat (200 gpl), Ni-sulfat (10 gpl). Kondisi operasi: T (20C), rapat arus
(1,2 A/dm2), t (20 menit).
Asam fosfat : asam orthofosfat (108,7 gpl). Kondisi operasi: T (20-28C), rapat arus (1,2-1,5
A/dm2), t (10-40 menit).

Pengerasan Lapisan Oksida


Lapisan oksida yang terbentuk di permukaan logam aluminium dapat dilakukan pengerasan
dengan metoda berikut ini.
a. Dengan air panas
Pengerasan lapisan oksida pada aluminium yang telah mengalami proses anodisasi dilakukan
dengan air panas. Aluminium oksida akan bereaksi dengan air membentuk bochmat.
Al2O3 + H2O = 2AlOOH
Reaksi ini akan berjalan baik pada pH 5,5- 6,5. Agar pH air dapat dikontrol, perlu ditambahkan
natrium asetat dan asam asetat.
b. Dengan uap air panas
Pengerasan lapisan oksida dapat juga dilakukan dengan uap air panas. Dengan cara ini
terbentuk selaput bochmat pada lapisan oksidanya. Cara pengerasan lapisan oksida dengan uap
air panas dapat menghindari terlarutnya kembali sebagian zat pewarna.
c. Dengan zat lain
Pengerasan lapisan oksida dapat juga dilakukan dengan larutan elektrolit seperti natrium asetat,
bikromat, silikat, dan sebagainya.

Pewarnaan Lapisan Oksida


Pewarnaan hasil proses anodisasi bertujuan untuk dekoratif, sehingga permukaan logam menjadi
lebih indah dan menarik. Zat warna dapat diserapkan ke dalam pori-pori lapisan oksida. Hal ini
dimaksudkan supaya lebih tahan lama dan tidak mudah hilang akibat sinar matahari. Zat wana
yang digunakan dapat berupa zat warna organik maupun anorganik.
a. Zat warna organik
Setelah proses anodisasi dan dicuci dengan air, lapisan oksidasi pada permukaan aluminium
dapat diberi warna dengan mencelupkan ke dalam larutan zat warna organik pada temperatur
65C.
Pelarut zat warna ini tidak harus air tetapi dapat juga pelarut organik seperti alcohol, benzene,
dst. Kadar zat warna dan pH larutan disesuaikan dengan jenis zat yang diinginkan.
b. Zat warna anorganik
Beberapa zat warna anorganik dapat diserap ke dalam pori-pori oleh larutan lainnya. Karena
itu, ada dua tahap dalam proses pewarna ini.
Tahap 1 : menyerapkan zat warna organik dalam pori-pori lapisan oksida.
Tahap 2 : mengendapkan zat organik dalam pori-pori dengan larutan pengendapnya.
Contoh: tahap 1 dalam larutan kalium ferrosianida, tahap 2 dalam larutan ferri nitrat, makan
akan diperoleh endapan ferri-ferro sianida yang berwarna biru.
c. Pengendapan logam
Pewarnaan dapat juga dilakukan dengan menggunakan garam logam. Garam-garam ini
diserapkan ke dalam pori-pori lapisan oksida. Logam garam tersebut diendapkan secara
elektrolitik. Logam-logam yang dapat diendapkan dengan cara ini adalah nikel, kobalt, timah,
besi, tembaga, dst. Logam aluminium yang dikerjakan secara ini akan lebih tahan terhadap
panas dan keadaan.
Tabel 7.2 Zat Warna Organik
Bahan Pewarna Kode BP Kont. (gpl) pH Tebal Lap. (m)

Golden orange 2RL 5 4 - 5,5 67


Orange GL 6 58 67
Brass Yellow NGW 0,20 58 8
Gold MO 0,30 5,5 6,5 46
Copper 2RLW 5 5,5 6,5 9 10
Red RLW 6 4 8,5 78
Violet CLW 1,5 3,3 4 78
Blue 4LW 5,5 3 4,5 78
Green GLW 8 4,5 5,5 10 12
Olive Brown 2RW 5 5,5 6 9 10
Bronze LLW 3 5,5 6 9 10
Black LLW 10 3,5 4,5 15 20
Deep Black MLW 10 3,5 4,5 15 20

7.3.2. Kromatisasi
kromatisasi melibatkan pembentukan lapisan tipis (film) campuran logam-kromoksida yang pasif.
Komposisi lapisn tipis (film) dapat sangat tidak terbatas, tetapi dapat mendekati krom oksida hidrat
(Cr2O3.xH2O) atau krom hidroksida [Cr(OH)3. Cr(OH).CrO4] dan biasanya, berwarna kuning atau
dapat berwarna lain jika mengandung kromat basa. Pembentukan film kromat diawali dengan
pelapis permukaan benda kerja (logam dan oksida logam) dan masuk permukaan pelarutan.
Larutan kromatisasi biasanya berisi suatu anion aktivasi seperti klorida dan sulfat. Proses ini
adalah sesuai untuk logam Al, Cu, Zn, Mg, Ag yang ketebalan filmnya mulai 0,1 sampai 10-3 mm
dapat dikembangkan atau tanpa lapisan pasif. Hal ini tidak tahan terhadap korosi, tetapi dapat
digunakan sebagai pretreatment finishing organic.

Aluminium
Proses pasivasi Aluminium melibatkan pelarutan logam dan mengacu pada diagram
Paurbaix Gambar 7.1. Hal tersebut dapat menjadi jelas bahwa kromatisasi kemungkinan melalui
kedua elektrolit asam dan alkali, meskipun lapisan tipis (film) pasif harus didasarkan pada bohmit.
Secara normal, film pasif berpori, tetapi kedua larutan kromat dan fosfat, film dapat terbentuk
tidak berpori dengan pemanasan sampai temperatur diatas 70C bayerit dihidrat menjadi bohmit.
Film dengan ketebalan 1-2 m dapat tumbuh selama waktu 15-30 menit dengan
penambahan NaOH. Suhu operasi dapat ditutunkan (misalnya untuk 65C untuk 3,5 gpl atau 35C
untuk 7,0 gpl). Penggunaan silikat dan fosfat memperkecil porositas dan bertindak sebagai
pengaktif yang efektif, dengan penambahan natrium hidrofosfat (Na2HPO4).
PH operasi adalah kritik karena secara awal membentuk hidroksida dan mengendap pada
permukaan logam sebagai bayerit.
Al + 3H2O = Al (OH)3 + 3/2 H2
Al(OH)3 = Al2O3.3H2O
Kelebihan ion hidroksil akan bereaksi dengan hidroksida membentuk ion kompleks aluminat.
Al(OH)3 + OH- = Al(OH)63-
Pelarutan Al dapat dipercepat dengan penambahan oksidator yang terpolarisasi secara efektif,
tetapi hydrogen diperlukan untuk mengendapkan basa kromat.
3/2 H2 + CrO42- = CrO.OH + 2 OH-
atau
3/2 H2 + CrO42- + H2O = Cr(OH)3 + 2OH-
Film yang dihasilakn merupakan 75% bohmit dan 25% basa kromat.
Larutan asam seperti tipe kromat-fluorida atau kromat-fosfat menghasilkan film tipis,
transparan dengan ketebalan 0,1-1,0 m, sedangkan dengan ketebalan 1-5 m berwarna hijau
gelap. Secara umum, larutan kromat-fluorida dapat diaplikasikan dengan pencelupan atau
penyemprotan dengan warna film diatur oleh waktu dan temperatur operasi, yang juga
mempengaruhi ketebalan lapisan (Gambar 7.5). Komposisi larutan tidak kritik, tetapi kelebihan
activator dalam larutan, seperti fluoride dapat terjadi pembentukan tepung film meskipun dapat
menghibisi kromatisasi. Pengaruh fluoride adalah untuk memungkinkan aluminium larutan awal
bila dioksidasi, oksidator masuk ke dalam pembentukan kembali Al2O3.
Dalam larutan alkali, pembentukan film kromat tergantung pada pmbebasan gas hydrogen,
maka tahap pertama harus ada pelarutan aluminium. Film tidak keras atau tahan aus, tetapi
memberikan ikatan adesif yang bagus untuk coating cat dan pernis. Film lebih tebal dapat dicapai
dengan penambahan konsentrasi ion hidroksil dan kromat, tetapi untuk larutan yang mengandung
fosfat menyebabkan AlPO4 yang dapat memperbaiki sifatnya.

Gambar 7.5. Variasi berat dan warna coating dengan waktu dan temperatur untuk perlakuan Al
dalam larutan kromat-fluorida

Magnesium
Seperti dalam kasus Al, kromatisasi mentsbilkan fim oksida pada permukaan magnesium
dan telah diterapkan untuk tuang dan dibuat paduan. Pembersihan permukaan adalah cukup
penting. Pembersihandan kromatisasi tuang menghasilkan pengukuran kerak yang signifikan,
yang dapat dikurangi dengan penerapan coating cat.
Larutan dikromat (misalnya Na2Cr2O7 75 gpl dan SeO2 30 gpl) adalah paling baik, tetapi
harus digunakan dalam kondisi panas selama 1 menit. Sehingga untuk tuang, larutan dingin adalah
lebih baik, dan didasarkan pada asam nitrat (misal : HNO3 25 mL/L, CrO3 280 gpl, dan HF 8
mL/L). Untuk ketahanan korosi dalam air laut, larutan dasar klorida dapat digunakan (NaCl 20-
120 gpl, NaNO3 10 gpl dan pH <1).

Seng dan Kadmium


Perlakuan kromat dapat diaplikasikan untuk pengendapan secara listrik dan tuang pada
seng untuk mencegah pengusaman menjadi abu-abu di industri atmosfer dan mengurangi
pembentukan oksida di lingkungan laut. Dalam kasus cadmium, yang dapat menempatkan kembali
seng seperti coating untuk aplikasi dekoratif, perawatan kilapan, penampakan daya tarik. Secara
umum, keperluan memperoleh sifat adesif yang baik untuk vernis dan coat tidak penting karena
perlakuan fosfatasi adalah lebih baik.
Perlakuan terbaik adalah proses Cronak yang didasarkan pada kromat (Na2Cr2O7 200 gpl
dan H2SO4 5-6 ml/L) yang menghasilkan film kuning coklat setelah perlakuan 1-10 detik. Larutan
asam tipe ini digunakan pada pH 1-4, maka laju pelarutan seng turun dan laju coating kromat
diminimalkan (Gambar 7.6). Hal ini disebabkan pelarutan seng merupakan tahap awal cukup
penting dengan pH optimum 1,2-1,6 dan mekanismenya melalui tiga tahap.
1. Seng larut oleh asam dikromat, kemudian pH naik di sekitar permukaan logam.
Zn + 2H2Cr2O7 = Zn2+ + 2HCr2O7- + H2
2. Kenaikan pH berikut beberapa pengendapan hidroksida menyebabkan ion kromat menjadi
lebih stabil
2HCr2O7- + 3H2 = 2Cr(OH)3 + OH-
2HCr2O7- + H2O = 2CrO4 + 3H+
3. Film krom basa kromat terbentuk di permukaan logam
2 Cr(OH)3 + CrO42- + 2H+ = Cr(OH)3.CrOH.CrO4 + 2H2O

Gambar 7.6. Pengambilan logam dan berat coating bertambah selama kromatisasi seng sebagai
fungsi pH
Serangan awal permukaan seng digambarkan kembali dalam suatu lapisan kira-kira dua
lapisan, maka secara jelas proses tidak dapat diterapkan untuk pengendapan secara listrik karena
lapisan sangat tipis. Mekanisme tersebut menjelaskan hasil pengamatan bahwa ada sedikit atau
tidak ada seng klorida di permukaan film, hal ini menunjukkan perbedaan karakter dari film kromat
pada aluminium, meskipun mereka dapat mengandung hidrat air cukup besar. Perlakuan kromat
menghasilkan film kunign, tetapi hasil film yang tidak berwarna lebih menguntungkan.
Penggunaan larutan asam komat (CrO3 5-15 gpl dan H2SO4 3-5 gpl) memungkinkan film
transparan untuk menghasilakn film yang seperti pelangi, tetapi film seperti ini adalah untuk
dekoratif daripada protektif.

7.3.3. Fosfatasi pada Baja


Logam besi atau baja karbon merupakan logam yang rentan terhadap korosi. Untuk
menanggulanginya, maka logam besi atau baja sebelum dilakukan pengecatan lebih dahulu
dilakukan proses fosfatasi. Fosfatasi adalah pembentukan lapisandi permukaan logam untuk
melindungi korosi. Lapisan ini sering digunakan sebagai lapisan primer pada pengecatan. Proses
fosfatasi dapat dilakukan pada logam besi, seng, aluminium dan mangan. Umumnya, penerapan
proses fosfatasi adalah untuk benda kerja besi atau baja, dan penerapan yang penting untuk seng
adalah proses galvanisasi.
Perlakuan fosfatasi yang paling sederhana adalah menggunakan asam fosfat encer untuk
permukaan besi dan baja. Baja ayau besi yang akan difosfatasi, perlu dilakukan pretreatment
dengan larutan kromat. Proses fosfatasi dikembangkan pertama kali menggunakan seng fosfat
(Cosletizing), mangan hidrofosfat (Parkerizing). Sesuai dengan perkembangan proses fosfatasi
ditambahkan zat yang berfungsi untuk memperpendek waktu proses, yaitu dengan menambahkan
tenaga atau nitrat. Penambahan nitrat pada larutan untuk proses fosfatasi dapat memperpndek
waktu dari 30 menit menjadi 5 menit. Proses operasi fosfatasi dapat diturunkan temperaturnya
dengan menambahkan ester asam lemak dan garam ke dalam larutan proses.
Proses fosfatasi untuk baja dan seng dapat menggunakan larutan proses yang sama, tetapi
untuk aluminium perlu ditambahkan bahan pengompleks seperti fluorida. Lapisan (coating) yang
dihasilkan pada proses fosfatasi merupakan seng fosfat atau kromat-fosfat yang pada pretreatment
ditambahkan asam fluoride pada larutan proses.
Mekanisme pembentukan coating di permukaan logam pada proses fosfatasi melalui tiga tahap.
1. Proses pelarutan logam sesuai persamaan reaksi:
M + 2 H3PO4 = M(H2PO4)2 + H2
Tahap ini, proses dapat berlangsung baik pada pH 2-4. Dengan adanya oksidator akan
mempercepat depolarisasi reaksi tersebut (H2H2O) dan pembentukan senyawa fosfat primer
yang larut sebagai pengendali laju reaksi. Oksidator yang dapat terlibat antara lain: klorat,
nitrat, perklorat, peroksida dan ion logam. Hal ini dapat mempercepat pelarutan dengan
pengendapan galvanik.
2. Proses pengendapan senyawa fosfat sekunder yang diakibatkan oleh kenaikan pH larutan
M (H2PO4)2 = MHPO4 + H3PO4
3. Proses pembentukan fosfat tersier, yang disebabkan oleh pH larutan yang terus naik
3M (H2PO4)2 = M3(PO4)2 + 4H3PO4
atau
3MHPO4 = M3(PO4)2 + H3PO4

Pada kesetimbangan terjadi perbandingan antara total zat : asam bebas = 7 : 1. Apabila larutan
berada pada kondisi ini, maka reaksi berlangsung dengan cepat, tetapi oksidator dapat
mengoksidasi ferro menjadi ferri, sehingga ferri fosfat yang terbentuk dapat mengendap secara
langsung. Dengan demikian, produk coatingnya antara lain Fe3(PO4)2.8H2O dan Fe3O4. Untuk
logam seng atau mangan, produknya antara lain adalah Zn2Fe(PO4)2.4H2O dan Zn3(PO4)2.4H2O
fosfat tidak akan terbentuk di permukaan logam.
3 Zn (H2PO4)2 = x H3PO4 + (4 + x) Fe
= Zn3 (PO4)2 + (4 + x) FePO4 + 3/2 (4 + x) H2
Fosfatasi bertujuan untuk dasar cat, pelumasan saat proses [enarikan barang, dan tahan korosi.
Oleh karena itu proses fosfatasi banyak digunakan pada industri konstruksi sampai automotif,
misalnya untuk car bodise, refrigenerators, office furniture, sepeda dan sebagainya.

7.3.4. Latihan
Jawablah pertanyaan berikut.
1. Jelaskan apa perbedaan antara proses anodisasi dengan electroplating!
2. Apa yang dimaksud dengan a). anodisasi; b). kromatisasi; c). fosfatasi?
3. Jelaskan mekanisme pembentukan oksidasi pada proses anodisasi Al!
4. Jelaskan tahapan proses anodisasi Al!
5. Jelaskan fungsi sealing pada proses anodisasi Al!
6. Jelaskan proses kromatisasi!
7. Jelaskan mekanisme pembentukan lapisan kromat di permukaan logam!
8. Jelaskan proses fosfatasi pada baja karbon!
9. Jelaskan mekanisme pembentukan lapisan fosfat di permukaan logam!
10. Jelaskan fungsi asam nitrat pada proses fosfatasi!

Anda mungkin juga menyukai