ANALISA KASUS
37
38
parasternalis dextra, Kiri bawah : ICS VII 3 jari lateral linea aksilaris anterior.
Auskultasi : sitolik I sistolik II (+) , murmur (-) gallop (-), Ekstremitas :
edema tungkai (-/-).
Dari hasil rontgen thorax didapatkan kesan kardiomegali, hasil interpretasi
EKG : irama sinus aritmia, rate 122x/menit, axis ke kiri, left axis deviation
(LAD), regularitas : ireguler, morfologi gelombang: gelombang p : tidak bisa
dinilai gelombang QRS : normal (0,06-0,12) segmen ST: normal, lain - lain
terdapat ventrikel ekstra sistol (VES) bigimini di lead v1 v4. Interpretasi :
atrial fibrilasi.
Pasien datang dengan keluhan utama sesak saat aktivitas (dyspneu on effort)
yang dirasakan dalam setahun belakangan. Dari keluhan utama tersebut kita dapat
berpikir kemungkinan diagnosis mengarah kepada kelainan pada jantung mulai dari
yang paling sering ditemukan yaitu gagal jantung kongestif (CHF) dan penyakit
jantung koroner (CAD). Sesak pada onset yang lama dan kronis tidak
menggambarkan CAD yang umumnya onset akut dan disertai nyeri dada khas angina,
sedangkan pada pasien ini tidak demikian. Namun tidak menutup kemungkinan
terdapat riwayat dari CAD (sebelum melihat kepada hasil EKG). Pada pasien ini
masih dimungkinkan diagnosa CHF mengingat adanya dyspneu on effort, namun
disangkal adanya gejala pendukung seperti paroxysmal nocturnal dyspneu (PND),
orthostatic dyspneu (OD). Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya
peningkatan tekanan vena jugular, tidak adanya kesan cardiomegaly, tidak adanya
tanda dari edema pulmo (ronkhi basah basal paru) yang mungkin berasal dari CHF.
39
Namun pada pemeriksaan pasien ditemukan irama nadi yang irregular yang
menandakan kemungkinan adanya aritmia jantung (dikonfirmasikan melalui EKG).
Pada auskultasi jantung terdengar adanya bising jantung pada area apex jantung, yaitu
area mitral. Bising jantung terdengar pada fase diastolik pada area apex dengan
kualitas low pitched sound. Bising jantung fase diastolik pada area mitral bisa jadi
menunjukkan adanya mitral valve stenosis. Adanya aritmia dan kelainan katup
jantung bisa jadi merupakan penyebab gejala pada pasien tersebut, karena aritmia dan
kelainan katup juga dapat menurunkan fungsi sistolik/diastolik jantung. Jadi pada
pasien ini kelainan jantung tidak murni hanya CHF.
Dari EKG dikonfirmasikan adanya aritmia dengan assessment EKG meliputi
adanya irama atrial fibrilasi dengan respon ventrikel 60-110x/m. Pada EKG tidak
terlihat gelombang P normal dan jarak RR interval yang irregular, mengarahkan pada
AF. Setelah melihat adanya kemungkinan gangguan katup dan aritmia pada pasien,
dilakukan anamnesis tambahan untuk risiko terjadinya stroke akibat thromboemboli
meliputi adanya riwayat kelemahan anggota gerak. Selain itu dilakukan anamnesis
tambahan mengenai riwayat penyakit metabolisme lainnya serta faktor risiko
pendukung kemungkinan diagnosa (riwayat HT, DM, kolesterol). Pada makalah ini
tidak ditampilkan hasil laboratorium penunjang lengkap, melainkan hanya profil
koagulasi saja. Hal ini disebabkan pemeriksaan dan pengumpulan data dilakukan
pada kunjungan kesekian pasien ke poli jantung dan data laboratorium belum dapat
dilacak dari poli penyakit dalam sebelumnya. Sangat disayangkan karena perlu
penilaian darah rutin dan kimia darah meliputi nilai ureum-kreatinin, nilai elektrolit
(terutama kalium), gula darah sewaktu, profil lipid dan sebagainya.
Pasien ini didiagnosa kerja sebagai Rheumatic Heart Disease Mitral Stenosis
(RHD MS) dengan AF normo.
1. Plan:
Terapi :
40
Furosemide 1 x 10mg
Spironolacton 1 x 25mg
Digoxin 1 x tab (0.125mg)
Warfarin 1 x 2mg, cek INR 1 minggu lagi