Anda di halaman 1dari 12

Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXVII

Dukungan Teknologi Untuk Meningkatkan Produk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat

PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN GIZI BURUK


INA HERNAWATI

Direktur Bina Gizi Masyarakat


Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia

ABSTRAK

Landasan hukum untuk pembangunan kesehatan terdapat pada UUD 1945 Pasal 28 H ayat 1 dan UU Nomer 23
Tahun 1992 . Sementara itu UU Nomer 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak, sedangkan UU Nomer 32 tahun
2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU Nomer 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Daerah . Salah satu sasarannya adalah menurunnya prevalensi gizi kurang menjadi setinggi-tingginya 20%
(termasuk penurunan prevalensi gizi buruk menjadi 5%) pada tahun 2009. Gizi buruk adalah suatu istilah teknis yang
umumnya dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran . Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya
kekurangan gizi menahun. Anak balita sehat atau kurang gizi secara sederhana dapat diketahui dengan membandingkan
antara berat badan menurut umurnya, dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan .
Kata kunci : Gizi buruk, perlindungan anak, MP-ASI, keluarga sadar gizi

PENDAHULUAN kuratif dan rehabilitatif yang optimal sejak dalam


kandungan .
Untuk memenuhi hak-hak dasar anak tersebut
Pembangunan kesehatan merupakan upaya
diperlukan upaya-upaya yang menyeluruh yang
untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu
melibatkan sektor kepemerintahan, dunia usaha/
hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai
swasta dan masyarakat . Dalam undang-undang
dengan UUD 1945 pasal 28 H ayat (1) dan Undang-
nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah
undang nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan .
dan nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan
Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai
keuangan antara pemerintab pusat dan daerah,
investasi untuk peningkatan kualitas sumber daya
telah diatur peranan pemerintah daerah (provinsi
manusia dan sekaligus investasi untuk mendukung
kabupaten/kota) dan pusat dalam penyelenggaraan
pembangunan ekonomi dan pendidikan, serta
pembangunan nasional termasuk dalam pemenuhan
berperan penting dalam upaya penanggulangan
hak-hak dasar anak .
kemiskinan. Oleh karenanya, pembangunan
Kesepakatan global yang dituangkan dalam
kesehatan bukanlah tanggung jawab pemerintah
Millenium Development Goals (MDGs) yang
saja namun merupakan tanggung jawab bersama
terdiri dari 8 tujuan, 18 target dan 48 indikator,
dengan masyarakat termasuk swasta .
menegaskan bahwa tahun 2015 setiap negara
Undang-undang nomor 23 Tahun 2002
menurunkan kemiskinan dan kelaparan separuh dari
tentang Perlindungan Anak menyatakan bahwa
kondisi pada tahun 1990 . Dua dari lima indikator
Pemerintah wajib memenuhi hak-hak anak,
sebagai penjabaran tujuan pertama MDGs adalah
yaitu tentang kelangsungan hidup, pertumbuhan
menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak
dan perkembangannya serta perlindungan demi
balita (indikator keempat) dan menurunnya jumlah
kepentingan terbaik anak . Seluruh komponen
penduduk dengan defisit energi (indikator kelima) .
bangsa (pemerintah, legislatif, swasta dan
Sejalan dengan upaya mencapai kesepakatan
masyarakat) bertanggung jawab dalam pemenuhan
global tersebut dan didasari oleh perkembangan
hak-hak tersebut . Di bidang kesehatan, pemerintah
masalah dan penyebab masalah serta lingkungan
wajib menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan
strategis, Pemerintah telah menyusun Rencana
upaya kesehatan yang komprehensif bagi anak
Pembangunan Jangka Menengah Nasional
melalui upaya kesehatan promotif, preventif,
(RPJMN) 2005-2009 Bidang Kesehatan, yang

20
Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXVII
Dukungan Teknologi Untuk Meningkatkan Produk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat

mencakup program-program prioritas yaitu : prevalensi gizi kurang menjadi 24,7% dan gizi
program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan buruk 7,5% pada tahun 2000 . Terjadi peningkatan
Masyarakat ; program Lingkungan Sehat ; program pada tahun 2003 dimana prevalensi gizi kurang
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit ; dan menjadi 27,5% dan 8,3% diantaranya gizi buruk
program Perbaikan Gizi Masyarakat . Salah satu kemudian pada tahun 2005 terjadi sedikit kenaikan
sasarannya adalah menurunnya prevalensi gizi prevalensi gizi kurang menjadi 28,0% dan 8,5%
kurang menjadi setinggi-tingginya 20% (termasuk diantaranya gizi buruk .
penurunan prevalensi gizi buruk menjadi 5%) pada
tahun 2009 . Penyebab gizi buruk

Masalah gizi buruk Gizi buruk dipengaruhi oleh banyak faktor yang
saling terkait . Secara langsung dipengaruhi oleh 3
Berita munculnya kembali kasus gizi buruk di hal, yaitu ; anak tidak cukup mendapat makanan
Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur bergizi seimbang, anak tidak mendapat asupan gizi
seperti diberitakan oleh KoiPAS (26/5 dan 27/5 yang memadai dan anak mungkin menderita infeksi
2005) dan media massa lainnya, menunjukkan penyakit . Ketiga penyebab langsung tersebut
bahwa masalah kekurangan gizi di negeri tercinta diuraikan sebagai berikut :
ini masih "tersembunyikan" . Kejadian sekarang ini Pemberian makanan bergizi seimbang . Bayi
mirip seperti kejadian tahun 1998, ketika dilaporkan dan balita tidak mendapat makanan yang bergizi,
meningkatnya kejadian gizi buruk di berbagai dalam hal ini makanan alamiah terbaik bagi bayi
media massa (KOMPAS, 13/10/98) "Kasus Bayi- yaitu Air Susu Ibu (ASI), dan sesudah usia 6 bulan
HO Pertanda Beratnya Kemiskinan" ; MERDEKA, anak tidak mendapat Makanan Pendamping ASI
13/10/98 "Fungsikan kembali Posyandu" . (MP-ASI) yang tepat, baik jumlah dan kualitasnya .
Gizi buruk adalah suatu istilah teknis yang MP-ASI yang baik tidak hanya cukup mengandung
umumnya dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan energi dan protein, tetapi juga mengandung zat besi,
dan kedokteran . Gizi buruk adalah bentuk terparah vitamin A, asam folat, vitamin B serta vitamin dan
dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun . mineral lainnya . MP-ASI yang tepat dan baik dapat
Anak balita sehat atau kurang gizi secara sederhana disiapkan sendiri di rumah . Pada keluarga dengan
dapat diketahui dengan membandingkan antara tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah
berat badan menurut umurnya, dengan rujukan seringkali anaknya harus puas dengan makanan
(standar) yang telah ditetapkan . Apabila berat seadanya yang tidak memenuhi kebutuhan gizi
badan menurut umur sesuai dengan standar, anak balita karena ketidaktahuan .
disebut gizi baik . Kalau sedikit di bawah standar Pola pengasuhan anak . Suatu studi "positive
disebut gizi kurang . Apabila jauh di bawah standar deviance" mempelajari mengapa dari sekian banyak
dikatakan gizi buruk . Gizi buruk adalah salah satu bayi dan balita di suatu desa miskin hanya sebagian
bentuk kekurangan gizi tingkat berat . Gizi buruk kecil yang gizi buruk, padahal orang tua mereka
yang disertai dengan tanda-tanda klinis disebut semuanya petani miskin . Dari studi ini diketahui
marasmus atau kwashiorkor, di masyarakat lebih pola pengasuhan anak berpengaruh pada timbulnya
dikenal sebagai "busung lapar" . gizi buruk . Anak yang diasuh ibunya sendiri dengan
Anak gizi kurang, berarti kekurangan gizi pada kasih sayang, apalagi ibunya berpendidikan,
tingkat ringan atau sedang, belum menunjukkan mengerti soal pentingnya ASI, manfaat posyandu
gejala sakit . Dia seperti anak-anak lain, masih dan kebersihan, meskipun sama-sama miskin,
bermain dan sebagainya, tetapi bila diamati dengan ternyata anaknya lebih sehat . Unsur pendidikan
seksama badannya mulai kurus . Berdasarkan data perempuan berpengaruh pada kualitas pengasuhan
DEPKES-SUSENAS, (1998) prevalensi gizi kurang anak . Sebaliknya sebagian anak yang gizi buruk
balita sebesar 29,5% dan 10,1% diantaranya ternyata diasuh oleh nenek atau pengasuh yang
menderita gizi buruk. Selanjutnya terjadi penurunan juga miskin dan tidak berpendidikan . Banyaknya

21
Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XYb71
Dukungan Teknologi Untuk Meningkatkan Produk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Afasyarakat

perempuan yang meninggalkan desa untuk mencari pendidikan, penyuluhan kesehatan dan gizi,
kerja di kota bahkan menjadi tenaga kerja Indonesia dukungan pelayanan di Pos Pelayanan Terpadu
(TKI), kemungkinan juga dapat menyebabkan anak (POSYANDU), penyediaan air bersih, kebersihan
menderita gizi buruk . lingkungan dan sebagainya . Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan, terutama imunisasi, yang lemah dan tidak memuaskan masyarakat baik
penanganan diare dengan oralit, tindakan
karena tidak terjangkau maupun mutunya .
cepat pada balita yang tidak naik berat badan,

1998 1999 2000 2001 2002 2003 205


Tahun O Gizi Kurang
Gizi Buruk

Gambar 1 . Prevalensi gizi kurang dan buruk di Indonesia tahun 1998 - 2005
Sumber: S(ISENAS (2005) dan UNDP REPORT (2004)

Kemiskinan dan gizi buruk penyebab kekurangan gizi di atas, tetapi untuk
mencegah gizi buruk tidak harus menunggu
Data Indonesia dan negara lain menunjukkan berhasilnya pembangunan ekonomi sampai
bahwa adanya hubungan timbal balik antara kurang masalah kemiskinan dituntaskan . Masalahnya
gizi dan kemiskinan . Kemiskinan merupakan berapa lama kita harus menunggu perbaikan
penyebab pokok atau akar masalah gizi buruk . ekonomi, dan membiarkan anak-anak mati akibat
Proporsi anak yang gizi kurang dan gizi buruk gizi buruk . Kita tahu pembangunan ekonomi
berbanding terbalik dengan pendapatan (Tabel 1) . rakyat dan menanggulangi kemiskinan memakan
Makin kecil pendapatan penduduk, makin tinggi waktu lama. Pengalaman selama ini menunjukkan
persentasi anak yang kekurangan gizi, makin tinggi bahwa diperlukan waktu lebih dari 20 tahun untuk
pendapatan makin kecil persentasinya . Kurang Gizi mengurangi penduduk miskin dari 40% (1976)
berpotensi sebagai penyebab kemiskinan melalui menjadi 11% (1996) . Data empirik dari dunia
rendahnya pendidikan dan produktivitas . Lebih menunjukkan bahwa program perbaikan gizi dapat
dari separuh (54%) kematian anak balita didasari dilakukan tanpa harus menunggu rakyat menjadi
oleh kekurangan gizi . Kemiskinan menyebabkan makmur, tetapi menjadi bagian yang eksplisit
anak tidak mendapat makanan bergizi yang cukup dari program pembangunan untuk memakmurkan
sehingga kurang gizi . rakyat (SOEKIRMAN, Pidato Pengukuhan Guru Besar
Kemiskinan merupakan penghambat keluarga IPB,1991) .
untuk memperoleh akses terhadap ketiga faktor

22
Seminar Nasional Hari Pangan SeduniaXXV11
Dukungan Teknologi Untuk Meningkatkan Produk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Mas 'arakat

I S(atus Gizi
I
INFEKSI Penyebab
PI , ;N) AIsII LANGSUNG

Krl rsnliaen Penyebab


Perilakuiasuhan Pelayanan TAK
1'angan tinglta(
Ihu din Anal: kesehatan L4,NGSUNG
Runah Tangga

1 I tIISKCS VN, PI .sDO)IK \,V REND UI,


KPIPRSFDI~NIN PAM ; XN I ,S[A ' .] .N
Ma salah
UTAMA
K:ER.I %

asalah
I KW Stti PUt I UK D AN UK, )`<,nrr
I I
D SAR

Gambar 2 . Penyebab masalah gi


Sumber : UNICEF (1998)

Gizi dan kualitas sumber daya manusia kesehatan penduduk . Hal ini terlihat dengan masih
tingginya angka kematian bayi, angka kematian
Pencapaian pembangunan manusia diukur balita serta angka kematian ibu . Gambaran IPM
dengan Indek Pembangunan Manusia (IPM), di Indonesia menurut provinsi tahun 2003, dapat
dimana IPM Indonesia belum menggembira-kan . dilihat pada Tabel 2 .
IPM merupakan indeks komposit yang terdiri Berbagai penelitian membuktikan bahwa lebih
dari umur harapan hidup, tingkat melek huruf dari separuh kematian bayi dan balita disebabkan
dan pendapatan perkapita . Pada tahun 2003, IPM oleh keadaan gizi yang kurang baik . Risiko
Indonesia sangat rendah, berada di peringkat 112 meninggal dari anak yang bergizi buruk 13 kali
dari 174 negara, lebih rendah dibanding negara lebih besar dibandingkan anak yang normal .
tetangga . Rendahnya 1PM di Indonesia sangat
dipengaruhi oleh rendahnya status gizi dan

CampaL, 7

Gambar 3 . Peran gizi kurang terhadap kematian bayi dan balita


Sumber : WHO (2002)

WHO memperkirakan bahwa 54% penyebab kurang juga berdampak terhadap pertumbuhan,
kematian bayi dan balita didasari oleh keadaan perkembangan intelektual dan produktivitas . Anak
gizi anak yang tidak baik . Di samping dampak yang kekurangan gizi pada usia balita akan tumbuh
langsung terhadap kesakitan dan kematian, gizi pendek, dan mengalami gangguan pertumbuhan

23

Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXVII


Dukungan Teknologi Untuk Meningkatkan Produk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat

dan perkembangan otak yang berpengaruh pada berat badannya naik


rendahnya tingkat kecerdasan, karena tumbuh b . Meningkatnya cakupan pemberian ASI
kembang otak 80% terjadi pada masa dalam eksklusif sampai 6 bulan
kandungan sampai usia 2 tahun . Dampak lain dari c . Semua anak 6-24 bulan meng-konsumsi
gizi kurang ad&lah menurunkan produktivitas, yang Makanan Penguat-Air Susu Ibu (MP--
diperkirakan antara 20-30% . ASI) yang bergizi
d . Semua keluarga mendapatkan
TUJUAN DAN SASARAN penyuluhan makanan sehat dan bergizi
seimbang
e . Semua balita gizi kurang dari keluarga
Tujuan
miskin mendapat makanan tambahan
yang bergizi seimbang
Sejalan dengan sasaran Rencana Pembangunan
f. Meningkatnya cakupan distribusi kapsul
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Bidang
vitamin A pada ibu nifas, bayi dan balita
Kesehatan (2005-2009), tujuan umum Pencegahan
menjadi sekurangnya 80%
dan Penanggulangan Gizi Buruk adalah tercapainya
g . Semua Puskesmas dan Rumah Sakit
sasaran penurunan prevalensi gizi kurang pada balita
mampu melakukan tatalaksana
menjadi setinggi-tingginya 20% dan prevalensi gizi
penanggulangan gizi buruk dan faktor
buruk menjadi setinggi-tingginya 5% pada tahun
risikonya (penyakit infeksi) sesuai
2009 .
dengan standar
Tujuan tersebut dijabarkan ke dalam 5 tujuan
h . Semua kabupaten maupun kota
khusus sebagai berikut ;
melaksanakan sistem kewaspadaan
a . Meningkatnya cakupan deteksi dini gizi
pangan dan gizi .
buruk melalui penimbangan balita bulanan
di Posyandu, Pusat Kesehatan Masyarakat
(PUSKESMAS) dan jaringannya . Indikator keberhasilan
b . Meningkatnya cakupan tatalaksana kasus
gizi buruk di Rumah Sakit, Puskesmas dan Penerapan berbagai indikatorkeberhas ilan untuk
Rumah Tangga. mengurangi gizi buruk pada balita, diantaranta
c . Meningkatnya kualitas tatalaksana kasus adalah :
gizi buruk di Rumah Sakit, Puskesmas dan 1 . Indikator dampak
Rumah Tangga . a . Prevalensi Gizi Kurang
d . Meningkatnya kemampuan serta b . Prevalensi Gizi Buruk
ketrampilan keluarga dalam menerap-kan 2 . Indikator keluaran
norma keluarga sadar gizi , a . Balita yang ada dan di data (S)
e . Meningkatnya fungsi sistem kewas-padaan b . Balita yang didaftar dan memiliki KMS
pangan dan gizi . (K)
Balita yang datang dan ditimbang (D)
d . Balita ditimbang dan berat badannya
Sasaran
Naik (N)
e . Balita berat badan 2 kali Tidak Naik dan
Sasaran 2005-2009 adalah sebagai berikut ;
Bawah Garis Merah (BGM) pada KMS
1 . Sasaran dampak ;
dirujuk
a. Prevalensi gizi kurang turun menjadi
f. Balita gizi buruk dirawat sesuai dengan
setinggi-tingginya 20%
standar
b . Prevalensi gizi buruk turun menjadi
g . Keluarga yang menerapkan nonna
setinggi-tingginya 5%
keluarga sadar gizi (KADARZI) ;
2 . Sasaran :
Menimbang berat badan secara
a. Semua balita ditimbang setiap bulan dan
teratur terutama balita

24

Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXVII


Dukungan Teknologi Untuk Meningkatkan Produk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat

Memberikan ASI eksklusif kepada (1). Berpihak kepada rakyat


bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan (2). Bertindak cepat dan tepat
Menggunakan garam beryodium (3) . Kerjasama tim
Mengkonsumsi makanan yang (4) . Integrasi yang tinggi
bergizi seimbang (5) . Transparan dan akuntabilitas
Memberikan suplementasi gizi Strategi utama dengan menerapkan nilai-nilai
kepada anggota keluarga yang tersebut di atas sebagai berikut :
memerlukan. (1) . Menggerakan dan memberdayakan
3 . Indikator masukan masyarakat untuk hidup sehat.
a. Jumlah Posyandu Aktif. Merujuk SE (2) . Meningkatkan akses masyarakat
Mendagri No. 411 .3/1116/SJ tanggal terhadap pelayanan kesehatan yang
13 Juni 2001 tentang Pedoman Umum berkualitas
Revitalisasi Posyandu, maka Posyandu (3) . Meningkatkan sistem surveilans,
aktif minimal mampu melaksanakan monitoring dan informasi kesehatan
pemantauan berat badan balita dengan (4) . Meningkatkan pembiayaan kesehatan
Kartu Menuju Sehat (KMS) dengan
baik dan benar sehingga nilai SKDN KEBIJAKAN
dapat dimanfaatkan dengan maksimal .
Selama masa krisis gizi buruk, fungsi Berbagai kebijakan diformulakan guna
Posyandu diutamakan untuk memantau mendapatkan alternatif solusi gizi buruk balita .
pertumbuhan berat badan anak balita 1 . Penanggulangan masalah gizi buruk
dengan baik dan benar dilaksanakan dengan pendekatan
b. Jumlah Posyandu Binaan . Adanya komprehensif, dengan mengutamakan
keberadaan Posyandu Binaan yang upaya pencegahan dan upaya peningkatan,
dilaksanakan dengan kerjasama antara yang didukung upaya pengobatan dan upaya
pemerintah, swasta, lembaga swadaya pemulihan . (Bagan 1- lampiran) .
masyarakat peduli kesehatan (LSM), 2 . Penanggulangan masalah gizi buruk
pekerja sosial masyarakat (PSM) dan dilaksanakan oleh semua kabupaten/ kota
kelompok masyarakat . secara terus menerus, dengan koordinasi
lintas instansi/dinas dan organisasi
masyarakat .
KEBIJAKAN DAN STRATEGI
3 . Penanggulangan masalah gizi buruk
Untuk mempercepat peningkatan derajat diselenggarakan secara demokratis dan
kesehatan dan status gizi, Departemen Kesehatan transparan melalui kemitraan di tingkat
telah melakuan revitalisasi kesehatan dengan kabupaten/kota antara pemerintahan daerah,
menetapkan Visi dan Misi . Nilai-nilai yang hares dunia usaha dan masyarakat .
4 . Penanggulangan masalah gizi buruk
selalu dilaksanakan dan Strategi utama sebagai
acuan gerak langkah jajaran kesehatan dalam upaya dilakukan dengan pendekatan pemberdayaan
upaya kearah perbaikan kesehatan masyarakat yang masyarakat yaitu dengan meningkatkan
optimal . akses untuk memperoleh informasi dan
Visi : Masyarakat yang mandiri untuk kesempatan untuk mengemukakan pendapat,
hidup sehat serta keterlibatan dalam proses pengambilan
Misi : Membuat Rakyat Sehat keputusan .
Masyarakat yang telah berdaya diharapkan
Nilai-nilai :
berperan sebagai pelaku/pelaksana, melakukan
Departemen Kesehatan menjunjung tinggi
advokasi dan melakukan pemantauan untuk
nilai-nilai :
peningkatan pelayanan publik.

25

Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXVII


Dukungan Teknologi Untuk Meningkatkan Produk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat

STRATEGI pencatatan
5 . Penyediaan biaya operasional
1 . Menggerakkan serta memberdayakan 6 . Penyediaan modal usaha Kader baik
masyarakat untuk hidup sehat : melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE)
Pencegahan dan penanggulangan gizi buruk maupun Usaha Kecil Menengah (UKM) dan
dilaksanakan di seluruh kota/ kabupaten mendorong partisipasi swasta .
di Indonesia sesuai dengan kewenangan
wajib dan Standar Pelayanan Minimal
Revitalisasi Puskesmas
(SPM) memperhatikan besaran dan luasnya
masalah setiap daerah
Revitalisasi Puskesmas bertujuan
Meningkatkan kemampuan petugas, dalam
meningkatkan fungsi dan kinerja Puskesmas
manajemen dan melakukan tatalaksana gizi
terutama -dalam pengelolaan kegiatan gizi di
buruk untuk mendukung fungsi Posyandu
Puskesmas, baik penyelenggaraan upaya kesehatan
yang dikelola oleh masyarakat melalui
perorangan maupun upaya kesehatan masyarakat .
revitalisasi Puskesmas
Pokok kegiatan revitalisasi Puskesmas
Menanggulangisecaralangsungmasalahgizi
meliputi ;
yang terjadi pada kelompok rawan melalui
1 . Pelatihan manajemen program gizi di
pemberian intervensi gizi (suplementasi),
puskesmas bagi pimpinan dan petugas
seperti kapsul Vitamin A, MP-ASI dan
puskesmas dan jaringannya
makanan tambahan
2 . Penyediaan biaya operasional bagi
2 . Meningkatkan akses masyarakat terhadap
Puskesmas untuk pembinaan Posyandu,
pelayanan kesehatan yang berkualitas :
pelacakan kasus, kerjasama Pekerja Sosial
3 . Mengaktifkan kembali adanya Sistem
Masyarakat/Lembaga Swadaya Masyarakat
Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) melalui
tingkat kecamatan, dll
revitalisasi SKPG dan Sistem Kewaspadaan
3. Pemenuhan sarana antropometri dan KIE
Dini (SKD) Gizi Buruk
bagi Puskesmas dan jaringannya
4 . Meningkatkan Sistem Surveilans, Monitoring
4 . Pelatihantatalaksana gizi buruk bagi petugas
dan Informasi Kesehatan :
Rumah Sakit, Puskesmas perawatan maupun
5 . Meningkatkan Pembiayaan Kesehatan termasuk
Kader Posyandu .
Perbaikan Gizi Masyarakat :

Inventarisasi gizi dan kesehatan


POKOK-POKOK KEGIATAN
Intervensi gizi dan kesehatan bertujuan
memberikan pelayanan langsung kepada balita .
Revitalisasi Posyandu Ada dua bentuk pelayanan gizi dan kesehatan,
yaitu pelayanan perorangan dalam rangka
Revitalisasi Posyandu bertujuan untuk menyembuhkan dan memulihkan anak dari kondisi
meningkatkan fungsi dan kinerja Posyandu gizi buruk, dan pelayanan masyarakat yaitu
terutama dalam pemantauan pertumbuhan balita . dalam rangka mencegah timbuhiya gizi buruk di
Pokok kegiatan revitalisasi Posyandu meliputi ; masyarakat .
1 . Pelatihan/orientasi petugas Puskesmas, Pokok kegiatan intervensi gizi dan kesehatan
petugas sektor lain dan kader yang berasal adalah sebagai berikut ;
dari masyarakat I . Perawatan/pengobatan gratis di Rumah
2 . Pelatihan ulang petugas dan kader Sakit dan Puskesmas balita gizi buruk dari
3 . Pembinaan dan pendampingan kader keluarga miskin (GAKIN)
4 . Penyediaan sarana terutama dacin, KMS/ 2. Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
Buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), berupa MP-ASI bagi anak usia 6-23 bulan
panduan Posyandu, media KIE, sarana dan PMT pemulihan pada anak usia 24-59

26
Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXVII
Dukungan Teknologi Untuk Meningkatkan Produk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat

bulan kepada balita gizi kurang dari keluarga e . Peningkatan Pendapatan Petani Kecil
miskin
2 . Pemberdayaan di bidang pendidikan
3 . Pemberian suplementasi gizi (kapsul vitamin
A, tablet/sirup Fe) a . Bea siswa
b . Kelompok belajar
c. Pendidikan anak dini usia (PADU)
Promosi keluarga sadar gizi (KADARZI)
3 . Pemberdayaan di bidang kesehatan
a. Kartu Sehat
Promosi keluarga sadar gizi bertujuan
b. Pelayanan gratis bagi GAK1N di Rumah
dipraktekkannya norma keluarga sadar gizi bagi
seluruh keluarga di Indonesia, untuk mencegah Sakit pemerintah kelas III
c . Kader keluarga
terjadinya masalah kurang gizi, khususnya gizi
d . Penyediaan percontohan sarana air
buruk . Kegiatan promosi keluarga sadar gizi
minum dan jamban keluarga.
dilakukan dengan memperhatikan aspek-aspek
sosial budaya (lokal spesifik) . 4 . Pemberdayaan di bidang ketahanan pangan
Pokok kegiatan promosi keluarga sadar gizi a. Mensyaratkan arti ketahanan pangan
meliputi ; yang tidak terbatas pada aspek persediaan
1 . Menyusun strategi (pedoman) promosi pangan, tetapi juga aspek konsumsi
keluarga sadar gizi dan status gizi anggota keluarga,
2 . Mengembangkan, menyediakan dan terutama balita, ibu hamil (BUMIL) dan
menyebarluaskan materi promosi pada menyusui .
masyarakat, organisasi kemasyarakatan, b . Pemanfaatan pekarangan dan lahan
institusi pendidikan, tempat kerja, dan tidur
tempat-tempat umum c . Lumbung pangan .
3 . Melakukan kampanye secara bertahap,
tematik menggunakan media efektif terpilih
4 . Menyelenggarakan Advokasi dan pendampingan
diskusi kelompok
terarah melalui DASAWISMA dengan
Ada 2 tujuan dari kegiatan advokasi dan
dukungan petugas/Kader Posyandu .
pendampingan . Pertama, meningkatkan komitmen
para penentu kebijakan, termasuk legislatif, tokoh
Pemberdayaan keluarga masyarakat, tokoh agama, pemuka adat dan
media massa agar peduli dan bertindak nyata di
Pemberdayaan keluarga bertujuan lingkungannya untuk memperbaiki status gizi anak .
meningkatkan kemampuan keluarga untuk Kedua, meningkatkan kemampuan teknis petugas
mengetahui potensi ekonomi keluarga dan dalam pengelolaan program Gizi .
mengembangkannya untuk memenuhi kebutuhan Pokok kegiatan advokasi dan pendampingan
gizi seluruh anggota keluarga . Keluarga miskin adalah sebagai berikut ;
yang anaknya menderita kekurangan gizi perlu 1 . Diskusi dan rapat kerja dengan DPR, DPD,
diprioritaskan sebagai sasaran penanggulangan dan DPRD secara berkala
kemiskinan . 2 . Melakukan pendampingan di kota/
Pokok kegiatan pemberdayaan keluarga adalah kabupaten .
sebagai berikut ;
1 . Pemberdayaan di bidang ekonomi ; Revitalisasi sistem kewaspadaan pangan dan
a. Modal usaha, industri kecil (KUBE) gizi (SKPG)
b . UpayaPeningkatanPendapatanKeluarga
(UP2K) Revitalisasi SKPG bertujuan meningkatkan
c . Padat karya untuk pangan kemampuan masyarakat dan pemerintah daerah
d . Beras gratis untuk keluarga miskin melakukan pemantauan yang terus menerus
(RASKIN) terhadap situasi pangan dan keadaan gizi masyarakat

27

Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXVII


Dukungan Teknologi Untuk Meningkatkan Produk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat

setempat, untuk dapat melakukan tindakan dengan kelaparan dan kurang gizi, khususnya gizi buruk
cepat dan tepat untuk mencegah timbuh ya bahaya pada tingkat desa, kecamatan dan kabupaten .

Tabel 1 . Prevalensi gizi buruk dan gizi kurang menurut provinsi di Indonesia tahun 2003

Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih Gizi Buruk Status
No Provinsi
(%) (%) (%) (%) Gizi Kurang (%) provinsi

I Bali 3,58 12,60 80,84 2,99 16,18 Rendah


2 DI Yogyakarta 4,04 12,46 81,08 2,42 16,49 Rendah
3 Jambi 2,75 18,37 77,06 1,82 21,12 Tinggi
4 DKI-Jaya 5,93 15,60 72,77 5,70 21,53 Tinggi
5 Sulawesi Tenggara 5,93 16,60 74,63 2,84 22,52 Tinggi
6 Jawa Timur 5,88 17,05 74,71 2,36 22,92 Tinggi
7 Jawa Barat 5,46 17,74 73,38 3,42 23,20 Tinggi
8 Sulawesi Utara 8,37 16,40 70,23 5,00 24,77 Tinggi
9 JawaTengah 5,80 19,12 73,28 1,80 24,91 Tinggi
10 Maluku Utara 8,89 16,48 66,88 7,75 25,36 Tinggi
11 Sumatera Barat 7,03 18,39 73,02 1,56 25,42 Tinggi
12 Kalimantan Timur 8,47 17,64 72,89 1,00 26,11 Tinggi
13 Bengkulu 7,52 18,68 70,62 3,19 26,20 Tinggi
14 Banten 8,17 18,37 70,74 2,72 26,54 Tinggi
15 Riau 9,86 17,23 70,95 1,96 27,09 Tinggi
16 Lampung 7,40 20,39 69,72 2,48 27,79 Tinggi
17 KalimantanTengah 9,05 19,16 68,11 3,68 28,21 Tinggi
18 Bangka Belitung 9,30 20,00 67,04 3,66 29,30 Tinggi
19 Sumatera Selatan 10,15 19,59 66,78 3,48 29,75 Tinggi
20 Maluku 8,89 21,20 68,89 1,03 30,09 Sangat tinggi
21 Sulawesi Tengah 9,34 21,27 65,88 3,51 30,61 Sangat tinggi
22 Sulawesi Selatan 10,07 20,59 67,97 1,37 30,66 Sangat tinggi
23 Papua 14,32 16,44 64,13 5,11 30,76 Sangat tinggi
24 Sumatera Utara 12,35 18,59 66,49 2,57 30,94 Sangat tinggi
25 Kalimantan Selatan 9,35 22,72 64,92 3,01 32,07 Sangat tinggi
26 Nusa Tenggara Barat 10,43 23,83 63,51 2,23 34,26 Sangat tinggi
27 Kalimantan Barat 13,28 24,13 60,54 2,05 37,41 Sangat tinggi
28 Nusa Tenggara Timur 12,52 25,93 60,10 1,46 38,44 Sangat tinggi
29 Gorontolo 21,48 24,62 52,01 1,88 46,11 Sangattinggi
Rata-rata 8,31 19,19 70,04 2,46 27,50

Sumber : DEPARTEMEN KESEHATAN (2004), Aceh tidak dikumpulkan data antropometri

Memfungsikan sistem isyarat dini dan intervensi, analisis data Susenas) .


serta pencegahan Kejadian Luar Biasa (KLB)
dengan :
KOORDINASI DAN
KT PERAN LINTAS
1 . Memfungsikan sistem pelaporan, diseminasi
S EKTOR
informasi dan pemanfaatan-nya
2 . Penyediaan data gizi secara reguler
Masalah gizi buruk merupakan masalah yang
(pemantauan status gizi, untuk semua
kompleks karenapenyebabnya multi faktordan multi
kelompok umur, pemantauan konsumsi gizi,
dimensi . Penanganannya memerlukan pendekatan

28
Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXVII
Dukungan Teknologi Untuk Meningkatkan Produk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat

yang menyeluruh, meliputi penyembuhan dan upaya promosi dan pencegahan untuk mencegah
pemulihan anak-anak yang sudah menjadi gizi kembali terulangnya kejadian gizi buruk . Oleh
buruk, serta pencegahan dan peningkatan untuk sebab itu, pencegahan dan penanggulangan gizi
menjaga/ mempertahankan anak yang sehat tetap buruk memerlukan keterlibatan berbagai sektor
sehat . dengan melakukan koordinasi antar sektor termasuk
Kasus gizi buruk yang terjadi pada balita, dengan masyarakat dan dunia usaha di setiap tingkat
pada hakekatnya merupakan fenomena gunung es, administratif dengan prinsip kemitraan .
yang menggambarkan keadaan gizi masyarakat, Memperhatikan luasnya lingkup penyebab
dan bahkan keadaan kesejahteraan masyarakat masalah gizi, diidentifikasi kegiatan yang
pada umumnya, seperti daya beli, pendidikan diperlukan untuk mencegah dan menang-gulangi
dan perilaku serta lingkungan dan pemeliharaan gizi buruk, masalah gizi secara menyeluruh . Dari
kesehatan . Dari gambaran tersebut, pencegahan kegiatan tersebut diindentifikasi sektor, LSM dan
dan penanggulangan masalah gizi tidak bisa Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) serta dunia usaha
ditangani oleh salah satu sektor saja, tidak dapat yang terlibat.
dipecahkan melalui pendekatan kesehatan yaitu Gambar 4 menyajikan uraian kegiatan
upaya penyembuhan dan pemulihan seperti yang pencegahan dan penanggulangan gizi buruk, yang
banyak dipersepsikan umum . Anak yang sudah secara indikatif dicantumkan sektor yang terlibat .
terpulihkan harus didukung secara terpadu dalam

Tabel 2 . Status indeks pembangunan manusia di Indonesia tahun 2003


Provinsi IPM Urutan Provinsi IPM Urutan Provinsi IPM Urutan

Jakarta 75 .6 1 Banten 66.6 I1 Sulawesi Selatan 65 .3 21

Sulawesi Utara 71 .3 2 Maluku 66.5 12 Sulawesi Tengah 64.4 22


Yogyakarta 70.8 3 Jawa Tengah 66.3 13 Kalimantan Selatan 64 .3 23
Kalimantan Timur 70.0 4 Bengkulu 66.2 14 Sulawesi Tenggara 64 .1 24

Riau 69.1 5 Nangroe Aceh Darussalam 66 .0 15 Jawa Timur 64 .1 25


Kalimantan Tengah 69 .1 6 Sumatera Selatan 66 .0 16 Gorontalo 64 .1 26

Sumatera Utara 68 .8 7 Maluku Utara 65 .8 17 Kalimantan Barat 62 .9 27

Summatera Barat 67 .5 8 Jawa Barat 65 .8 18 Nusa Tenggara Timur 60 .3 28


Bali 67 .5 9 Lampung 65 .8 19 Papua 60 .1 29

Jambi 67 .1 10 Bangka Belitung 65 .4 20 Nusa Tenggara Barat 57 .8 30

Sumber : UNDP REPORT (2004)

PEMANTAUAN DAN EVALUASI merupakan sumber utama untuk pemantauan .


Evaluasi merupakan upaya untuk mengetahui
Pemantauan dan evaluasi merupakan bagian keberhasilan rencana aksi dalam mencapai
yang sangat pentng dan tak terpisahkan dari Rencana tujuan umum yang telah ditetapkan, yaitu terjadi
Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan penurunan prevalensi gizi kurang pada balita
Gizi Buruk . Pemantauan diharapkan dapat menjadi setinggi-tingginya 20%, dan gizi buruk
memberikan informasi bahwa kegiatan-kegiatan menjadi setinggi-tingginya 5% pada tahun 2009 .
telah dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, yang Evaluasi dilakukan dalam 2 tahap, yaitu : Evaluasi
meliputi aspek masukkan, proses dan keluaran . Pertengahan (Midterm evaluation) dan Evaluasi
Pemantauan dilaksanakan secara terus menerus Akhir (Summative evaluation) .
dengan memanfaatkan sistem informasi yang Evaluasi Pertengahan direncanakan akan
telah ada . Secara sistematik, informasi yang dilaksanakan pada tahun 2007 dengan tujuan
dikembangkan melalui sistem kewaspadaan gizi untuk menilai jalannya kegiatan yang telah

29
Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXVII
Dukungan Teknologi Untuk Meningkatkan Produk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat

dilakukan pada tiga tahun pertama (2005-


2007) dengan mengacu pada indikator yang
telah ditetapkan, jika perlu, dapat dilakukan Sebagai bagian dari Rencana Aksi ini perlu
perubahan pada strategi, kebijakan dan dilakukan serangkaiankegiatan advokasi, sosialisasi
pokok-pokok kegiatan . kepada seluruh pemeran untuk meningkatkan
Evaluasi akhir dilaksanakan pada tahun komitmen . Lebih jauh diperlukan jejaring yang
2009, yang bertujuan untuk menilai melibatkan LSM, Perguruan Tinggi, media baik
keberhasilan pelaksanaan rencana aksi cetak maupun elektronik, lokal maupun nasional .
secara keseluruhan .
Evaluasi pertengahan ataupun evaluasi akhir DAFTAR PUSTAKA
dilakukan melalui survei baik dilakukan secara
khusus maupun diintegasikan dengan survei yang I . DEPARTEMEN KESEHATAN. 2004 . Data antropometri
telah ada, seperti SUSENAS . prevalensi gizi buruk dan kurang menurut
provinsi di Indomesia .
PENUTUP 2. MARTORELL . 1992 . Kaitannya Antara Perbaikan
Gizi Peningkatan Sumber Daya Manusia dan
Masalah gizi buruk mempunyai dimensi yang Kemiskinan .
sangat luas, baik dari konsekuensinya terhadap 3. SOEKIRMAN . 1991 .Pidato Pengukuhan Guru Besar.
penurunan kualitas sumberdaya manusia maupun Institut Pertanian Bogor.
faktor penyebab . Gizi buruk secara langsung maupun
4. SUSENAS. 2005 . Prevalensi gizi kurang dan buruk di
tidak langsung akan menurunkan kecerdasan anak,
Indonesia tahun 1998 - 2005 .
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan serta
menurunkan produktivitas . Dari aspek penyebab, 5. UNDP REPORT. 2004 . Status indeks pembangunan
gizi buruk sangat terkait dengan kondisi daya beli manusia di Indonesia .
keluarga, tingkat pendidikan dan pola asuhan gizi 6. UNICEF. 1998 . Penyebab Masalah Gizi .
keluarga serta keadaan kesehatan .
7. WHO . 2002 . Peran gizi kurang terhadap kematian
Seringkali Rencana Aksi tidak dilaksana- bayi dan balita .
kan secara baik . Beberapa masalah yang sering
disampaikan antara lain lemahnya dukungan
pembiayaan dari pemerintah pusat, provinsi dan
kabupaten/kota . Pencegahan dan penang-gulangan
gizi buruk memerlukan komitmen bersama antara
unsur kepemerintahan, masyarakat serta dunia
usaha . Oleh karena itu perlu dikembangkan
komunikasi antar unsur yang terlibat .

30

Sistem Kewaspadaan pangan dan gizi

MASYARAKAT dan LINTAS SEKTOR PELAYANAN


KEL RGA KESEHATAN

SMART IH KFIAJARGA

1 . Penyuluhan/Konseling Gizi ; 4- Sellat, 88 Nail: 01 )


Intervensi a . ASI eksklusif dan MP -ASI
jangka b. Gizi seimbang
menengah/ c. Pola asuh ibu dan anak
pmn jangl 2 . Pemantauan perturihuhan anal
POSYANI)U
Penggunaan garam beryodium
Penimban,,.-, ,m balita
Mawn pekarangan
ningkatan daya beli

UARGA MISKIN nseling


intervensi ntuan panggan darurat I3alita BB Tidak
Suplenrntasi gizi naik (T),
jangka mmoc sw PN4T bahto ibu hamil Punya
I Pelayman Gizi
pendek, b. Raskin
darurat 'S kesehatan dasar

Sernbuh, tidak perlu PMT

Sistem Kewaspadaan pangan dan gizi

Gambar 4 . Strategi pencegahan dan penanggulangan gizi buruk

Anda mungkin juga menyukai