Setya Novanto
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Drs.
Setya Novanto
Ak.
Daftar isi
1 Riwayat hidup
1.1 Awal kehidupan dan pendidikan
1.2 Pendidikan tinggi dan pekerjaan awal
1.3 Bisnis dan politik
1.4 Kehidupan pribadi
2 Kontroversi
2.1 Bank Bali
2.2 KTP Elektronik
2.3 Kasus Akil Mochtar
2.4 PON XVII
2.5 Kasus Pertemuan dengan Calon Presiden Amerika Serikat
2.6 Kasus Freeport
3 Riwayat pendidikan
4 Riwayat pekerjaan
5 Pengalaman Organisasi
6 Publikasi
7 Penghargaan
8 Referensi
9 Pranala luar
Riwayat hidup
Awal kehidupan dan pendidikan
Setya Novanto lahir pada 12 November 1955 di Bandung, Jawa Barat dari pasangan Sewondo
Mangunratsongko dan Julia Maria Sulastri.[6] Pada tahun 1967, ia meninggalkan Bandung dan
bermukim di Jakarta dan melanjutkan sekolah dasarnya di SD Negeri 6 Jakarta.[7][8] Orang tuanya
bercerai saat ia masih duduk di Sekolah Dasar.[1] Di Jakarta ia menempuh pendidikan di SMPN 73
Tebet, Jakarta Selatan.[8] Ia kemudian melanjutkan pendidikan menengah di SMA 9 (kini disebut
SMAN 70)[8] Pada masa SMA ia bertemu dengan Hayono Isman (mantan Menteri Pemuda dan
Olahraga kabinet Presiden Soeharto) yang dikemudian hari menjadi titik tolak upaya politiknya.[2]
Selepas SMA ia melanjutkan kuliah di Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya.[6]
Kehidupan pribadi
Setya menikah dengan Luciana Lily Herliyanti, putri dari Brigadir Jenderal (Pol.) Sudharsono
(mantan Wakil Kepala Kepolisian Daerah Jawa Barat). Dari pernikahan ini ia memiliki dua anak
yaitu Rheza Herwindo dan Dwina Michaella.[2][7] Ia kemudian bercerai dengan Luciana Lily dan
menikah dengan Deisti Astriani Tagor dan memiliki dua anak yaitu Giovanno Farrel Novanto dan
Gavriel Putranto.[7] Deisti mengaku bahwa suaminya begitu sibuknya sehingga saat saat bersama
yang mereka rutin lakukan adalah berdiskusi di kamar mandi.[16] Karena ditempat lain ia kerap
menerima tamu dan telepon.[16]
Kontroversi
Bank Bali
Pada tahun 2001, Setya Novanto menjadi salah satu saksi persidangan kasus hak piutang (cessie)
PT Bank Bali kepada Bank Dagang Nasional Indonesia (BDNI).[17][18][19] Belasan tahun
kemudian (2015), Kasus terhangat, yaitu pembelian cessie milik Bank Tabungan Negara (BTN)
oleh Victoria Securities International Corporation, masih dalam proses penyidikan di Kejaksaan
Agung. Awalnya kisruh cessie Bank BTN kurang mendapat perhatian bila saja Ketua DPR Setya
Novanto tidak memanggil Jaksa Agung M Prasetyo secara pribadi ke ruangannya di Senayan pada
21 Agustus 2015. Intervensi Setya Novanto bukan sebatas memanggil, melainkan juga mendorong
Komisi III DPR membentuk pansus atau panja. Tidak mengherankan bila pertemuan tertutup itu
juga dihadiri Ketua Komisi III Aziz Syamsudin dari Partai Golkar dan Muhammad Nasir Djamil
dari PKS. Setya Novanto berkilah ia memanggil Prasetyo karena ada surat pengaduan dari pihak
Victoria Securities International Corporation.[20]
KTP Elektronik
Nama Setya Novanto pernah disebut oleh mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad
Nazaruddin sebagai salah satu pengendali proyek dalam kasus e-KTP.[17] Setya ikut terseret dalam
kasus pengadaan paket penerapan Kartu Tanda Penduduk berbasis nomor induk kependudukan
secara elektronik (e-KTP) untuk tahun anggaran 2011-2012, salah satu proyek Kementerian Dalam
Negeri.[17] Dalam kasus ini, Nazaruddin menyebutkan ada aliran dana yang mengalir ke sejumlah
anggota DPR salah satunya Setya Novanto. Setya diperkirakan menerima Rp300.000.000.000,00
dari proyek e-KTP.[17] Nazaruddin menuding Novanto membagi-bagi fee proyek e-KTP ke
sejumlah anggota DPR. Novanto juga disebut mengutak-atik perencanaan dan anggaran proyek
senilai Rp 5,9 triliun tersebut. Terkait proyek e-KTP, Novanto membantah terlibat, apalagi
membagi-bagikan fee. Dia mengaku tidak tahu-menahu soal proyek e-KTP.[21]
Pada 17 Juli 2017, Komisi Pemberantasan Korupsi menetapkan Setya Novanto sebagai tersangka
dalam kasus e-KTP.[22][23]
PON XVII
Setya Novanto pernah diperiksa terkait perkara suap pembangunan lanjutan tempat Pekan Olahraga
Nasional XVII.[17] Ruang kerja Setya Novanto juga digeledah oleh Penyidik KPK pada 19 Maret
2013.[17] Tersangka dalam kasus itu adalah mantan Gubernur Riau Rusli Zainal.[17] Terkait kasus
ini, Setya membantah keterlibatannya. Dia juga membantah pernah menerima proposal bantuan
dana APBN untuk keperluan PON Riau atau memerintahkan pihak Dinas Pemuda dan Olahraga
Riau (Dispora Riau) untuk menyerahkan uang suap agar anggaran turun.
Kasus Freeport
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kasus PT Freeport 2015
Riwayat pendidikan
Universitas Trisakti Jakarta, Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi Management (1983[1]
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi (1979)
[1]
SMA Negeri 9 Jakarta (1970 - 1973)[1]
SMP Negeri 73 Tebet Jakarta (1967 - 1970)[1]
SD Negeri 5 Bandung[1]
TK Dewi Sartika Bandung[1]
Riwayat pekerjaan
CV. Mandar Teguh - Pendiri
PT. Sinar Mas Galaxi - Sales, Kepala Penjualan mobil wilayah Indonesia Timur
Pendiri pompa bensin
Pendiri PT Obor Swastika (Peternakan)
PT. Era Giat Prima - Direktur Utama
Pedagang Beras (1974-1974)
Tee Box Cafe & Resto Jakarta - Founder & Pemilik (1987-Sekarang)
PT. Nagoya Plaza Hotel, Batam - Presiden Komisaris (19872004)[1]
PT. Dwisetya Indo Lestari, Batam - Komisaris (19872004)[1]
PT. Bukit Granit Mining Mandiri, Batam - Komisaris Utama (1990 - 2004)[1]
PT. Citra Permatasakti Persada - Direktur Umum (1991)
PT. Multi Dwimakmur - Komisaris (1991)
PT. Multi Dwisentosa - Komisaris (1991)
PT. Bina Bayangkara - Komisaris (1991)
PT. Orienta Sari Mahkota - Komisaris Utama (19922003)[1]
PT. Menara Wenang, Jakarta - Komisaris (19922003)[1]
PT. Solusindo Mitra Sejati, Jakarta - Komisaris (199296)[1]
PT. Dwimarunda Makmur, Jakarta - Direktur (19922000)[1]
PT. Bogamakmur Arthawijaya, Jakarta - Komisaris (1996sekarang)[1]
NOVA GROUP, Jakarta - Presiden Komisaris (19982004)[1]
PT. Mulia Intan Lestari, Jakarta - Presiden Direktur (1999 - 2000)[1]
Anggota DPR-RI dari Partai Golkar (19992004, 200409, 200914, 201419)[1]
Badan Anggaran DPR-RI
Ketua Fraksi Partai Golkar (2009sekarang)[1]
Ketua DPR-RI (201415, 2016sekarang)[3].
Pengalaman Organisasi
Sekretaris Koordinator Bidang Pendidikan DPP Partai Golkar
Bendahara Badan Pengendali Pemenangan Pemilu (Bapilu) DPP Partai Golkar
Wakil Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI)
Pembina Golf Putra Putri ABRI
Wakil Ketua Yayasan Ki Hajar Dewantara
Ketua Umum DPP Badan Musyawarah Pengusaha Swasta (Bamusha) Kosgoro
Ketua Umum Yayasan Bina Generasi Bangsa
Ketua DPP GM Kosgoro (199094)
Tim Pokja pertanggungjawaban DPP Golkar (1993-1998)
Anggota Young President Organization (YPO) (1994)
Wakil Sekjen Forum Pertemuan Asosiasi Pengusaha (FPAP) (199498)
Bendahara Masyarakat Telekomunikasi Indonesia (199498)
Anggota Pembina Lapangan Golf di Pulau Batam (199497)
Bendahara Lemkasi (199597)
Anggota Pembinaan Olahraga Generasi Muda Kosgoro (199596)
Ketua Umum Bamuhas Kosgoro (199596)
Bendahara KONI Pusat (199599)
Bendahara Umum SEA Games XXVI (1996)
Wakil Bendahara PON XIV (1996)
Wakil Ketua Umum Ikatan Alumni Trisakti (19962000)
Bendahara Umum Proyek SEA Games XIV (1997)
Bendahara Umum Olympic Games XXVI (1998)
Wakil Bendahara Partai Golkar (19982003)
Wakil Bendahara DPP Partai Golkar (19982004)
Tim 13 Munaslub DPP Golkar (1998)
Bendahara Bappilu DPP Partai Golkar (1999)
Bendahara Tim Olimpiade Atlanta, AS (1999)
Bendahara KONI Pusat (19992003)
Bendahara Umum PPK Kosgoro 1957
Bendahara Umum DPP Partai Golkar (200913)
Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar (2015-2016) (Versi Munas Bali 2015)
Ketua Fraksi Partai Golkar Dewan Perwakilan Rakyat (201516)
Publikasi
Buku: Manajemen Presiden Soeharto: Penuturan 17 Menteri, Yayasan Bina Generasi
Bangsa, Jakarta (1996)
Penghargaan
Indonesian Culture Award on ASEAN Program (1993)
Indonesian Best Dressed Award (1993)
ASEAN Entreprenuer Award (1993)
Indonesian Culture Award on ASEAN Program (1994)
Indonesian Year Books (1998)
Referensi
1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w "Setya Novanto - Profil". Merdeka.com. Diakses
tanggal December 3, 2015.
2. ^ a b c d e f g h i j Tempo.co: Setya Novanto, Penjual Madu yang Menikahi Anak Jenderal
3. ^ a b Setya Novanto Akhirnya Mundur dari Jabatan Ketua DPR Tempo.co, tanggal 16
Desember 2015. Diakses tanggal 16 Desember 2015.
4. ^ Vivanews: Siapa Setya Novanto, Ketua DPR RI Terpilih. Setya Novanto terpilih dalam
rapat paripurna DPR RI2 Oktober 2014
5. ^ a b Sah! Setya Novanto Ketua Umum Baru Partai Golkar Arah.com, tanggal 17 Mei 2016.
Diakses tanggal 17 Mei 2016.
6. ^ a b c d Setya Novanto Ternyata Pernah Jadi Pria Tertampan Surabaya Selasa, 17 November
2015
7. ^abcd TokohIndonesia.com: Setya Novanto: Janji Respon Tuntutan Rakyat
8. ^ a b c d Batam Pos: Mengenal Setya Novanto, Ketua DPR RI yang Disebut-Sebut Catut
Nama Presiden di itu bermukim di Kota Kembang.
9. ^ a b c d e f g Majalah SWA SWA - Sajian Khusus 02: Setya Novanto, Episode Kelabu Setya.
Edisi 16 Tahun 19999
10.^ "Sah! Setya Novanto Cs Jadi Pimpinan DPR". detikNews. 2 Oktober 2014. Diakses
tanggal Oktober 2014.
11.^ "Setya Novanto Terpilih Aklamasi Sebagai Ketua DPR". beritasatu. 2 Oktober 2014.
Diakses tanggal Oktober 2014.
12.^ "Ade Komarudin 173 suara, Setya Novanto raih 277 suara"
13.^ "Idrus Marham dan Nurdin Halid masuk Kepengurusan Setya Novanto"
14.^ "Setya Novanto mundur dari Ketua Fraksi"
15.^ "Setya Novanto tegaskan kini dukung Pemerintahan Jokowi"
16.^ a b Setya Novanto dan Deisti Astriani Tagor: Rutin Berdiskusi di Kamar Mandi
17.^ a b c d e f g N., Basuki Rahmat (17 November 2015). "Jejak Kontroversi Ketua DPR Setya
Novanto". cnnindonesia.com. Diakses tanggal 3 Desember 2015.
18.^ Utami, Ranny Virginia (15 Mei 2015). "Jokowi Tak Jelaskan Pertemuan dengan Kerabat
Buron Bank Bali". Diakses tanggal 3 Desember 2015.
19.^ Dalam cnnindonesia.com tertulis Bank Dagang Negara Indonesia, namun di artikel lain
yaitu Bank Dagang Nasional Indonesia
20.^ "Jejak Kaki Setya Novanto"
21.^ a b "Setya Novanto, si Licin Penuh Kontroversi: Akrab dengan KPK"
22.^ Setyawan, Feri Agus (17 Juli 2017). "KPK Tetapkan Setya Novanto Tersangka Korupsi e-
KTP". CNN Indonesia. Diakses tanggal 18 Juli 2017.
23.^ Fatmawati, Nur Indah (17 Juli 2017). "KPK Tetapkan Setya Novanto Jadi Tersangka Baru
Kasus e-KTP". Detik.com. Diakses tanggal 18 Juli 2017.
24.^ "Ada apa dibalik pertemuan Setya Novanto-Donald Trump serta bisnis Harry Tanoe-
Trump"
25.^ "Kronologi Pimpinan DPR temui Donald Trump versi Setya"
26.^ "Bertemu Donald Trump, Setya Novanto dan Fadli Zon diberi sanksi teguran"