Anda di halaman 1dari 12

PEMBUATAN MINUMAN FUNGSIONAL BERBASIS EKSTRAK KULIT BUAH

NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus), ROSELA (Hibiscus sabdariffa L.) DAN BUAH
SALAM (Syzygium polyanthum wigh walp)

Novitha Herawati1), Sukatiningsih2), Wiwik Siti Windrati2)

1) Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP, Universitas Jember


2) Dosen Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP, Universitas Jember

ABSTRAK

Minuman fungsional harus memenuhi dua fungsi utama pangan yaitu memberikan
asupan gizi serta pemuasan sensori seperti rasa yang enak dan tekstur yang baik. Minuman
fungsional berbasis kulit buah naga merah, rosela dan buah salam secara empiris sudah
banyak diketahui memiliki efek yang menyehatkan bagi tubuh. Tahapan pelaksanaan
penelitian pembuatan minuman fungsional berbasis ekstrak kulit buah naga merah, rosela dan
buah salam ini tersusun atas tiga tahapan. Kandungan kimia betasianin pada kulit buah naga
merah 186,90 mg/100g. Antosianin buah salam 38,00 mg CyE/100g dan rosela 32,3 mg
CyE/100g. Aktivitas antioksidan bahan dasar kulit buah naga 53,71%, rosela 54,30% dan
buah salam 54,85%. Hasil pengujian organoleptik menunjukan sampel p6 (50% kulit buah
naga, 10% rosela dan 40% buah salam) merupakan formulasi terbaik. Karakteristik fisik yang
dimiliki oleh minuman fungsional p6 diantaranya pH sebesar 3,69, kecerahan (L)23,8 dan
o
Hue (oH) 345,76. Kandungan kimia yang dimiliki minuman fungsional ini meliputi
betasianin 350,37 mg/100g, antosianin 54,75mg CyE/100g, vitamin C 242,00 mg/100g dan
aktivitas antioksidan 68,97%. Penurunan mutu betasianin dan aktivitas antioksidan pada
minuman fungsional (50% kulit buah naga, 10% rosela dan 40% buah salam) selama
penyimpanan suhu dingin (5-10oC) dan suhu ruang. Penurunan betasianin penyimpanan suhu
dingin dari 100% turun menjadi 83,21%, sedangkan pada suhu ruang dari 100% menurun
hingga 50,29%. Penurunan aktivitas antioksidan penyimpanan suhu dingin dari 68, 97%
hingga 59, 45% dan pada suhu ruang penurunan dari 68, 97% hingga 37, 86%. Hasil
penelitian menunjukan minuman formulasi kulit buah naga 50%,rosela 10% dan buah salam
40% lebih baik digunakan dalam pembuatan minuman fungsional, karena mengandung
antioksidan dan warna yang lebih menarik serta disukai oleh panelis

Key words: Kulit buah naga, rosela, buah salam, minuman fungsional

PENDAHULUAN berbasis kulit buah naga merah, rosela dan


buah salam secara empiris sudah banyak
Minuman fungsional merupakan diketahui memiliki efek yang menyehatkan
salah satu jenis pangan fungsional. Sebagai bagi tubuh (Chaerul,2003).
pangan fungsional, minuman fungsional Menurut Saati (2009), Kulit buah
tentunya harus memenuhi dua fungsi naga merupakan limbah hasil pertanian
utama pangan yaitu memberikan asupan yang mengandung zat pewarna alami
gizi serta pemuasan sensori seperti rasa betasianin cukup tinggi. Betasianin
yang enak dan tekstur yang baik. Minuman merupakan zat warna yang berperan
fungsional dilengkapi dengan fungsi tersier memberikan warna merah keunguan sangat
seperti probiotik, menambah asupan bermanfaat untuk mencegah penyakit
vitamin dan mineral tertentu, kanker terutama kanker kolon (Erza,
meningkatkan stamina tubuh dan 2009). Kandungan kimia yang dimiliki
mengurangi resiko penyakit tertentu kulit buah naga merah berpotensi untuk
(seperti: antioksidan untuk mengurangi dijadikan suatu alternatif pembuatan
resiko kanker). Minuman fungsional minuman fungsional.

40
Minuman Fungsional Berbasis Herbal (Novita Herawati, dkk.)

Kelopak bunga rosela mempunyai buah salam. Tahap ke tiga yakni tahap
rasa yang menyegarkan dan warna yang lanjutan yang bertujuan untuk mengetahui
menarik karena kandungan vitamin C dan penurunan kandungan antioksidan dan
antosianin yang dimiliki. Selain betasianin minuman fungsional selama
menyegarkan dan memiliki warna menarik penyimpanan.
rosela mampu meningkatkan daya tahan
tubuh dan dapat mencegah penuaan dini Tempat dan Waktu Penelitian
(Daryanto, 2008).
Buah salam memiliki rasa yang Penelitian ini dilakukan di
masam dan warna merah yang menarik, Laboratorium Kimia dan Biokimia Hasil
hal ini di karenakan buah salam Pertanian dan Rekayasa Bahan Hasil
mengandung senyawa fitokimia berupa Pertanian Jurusan Teknologi Hasil
antosianin, vitamin C, antioksidan dan Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian
senyawa lainnya. Aktivitas antioksidan Universitas Jember. Waktu penelitian
buah salam lebih besar daripada alfa- dimulai pada bulan juni 2012 sampai
tokoferol (Musanif et al, 2008). dengan November 2012.
Menurut Chaerul (2003)
penggunaan kulit buah naga merah, rosela Bahan dan Alat
dan buah salam dalam pembuatan
minuman fungsional secara bersamaan Bahan
mampu menguatkan warna merah dan Bahan utama yang digunakan adalah
meningkatkan nilai fungsionalnya. kulit buah naga merah yang diperoleh dari
Pembutan minuman fungsional Perkebunan buah naga Rembangan,
perlu dilakukan penambahan beberapa Jember. Kondisi bahan dalam keadaan
bahan seperti sorbitol, asam sitrat dan cmc. masak, bewarna merah dan tidak cacat.
Penambahan bahan bahan tersebut Buah salam di peroleh dari perkebunan
berguna untuk menghambat aktivitas air warga Sumbersari, Jember. Kondisi buah
dan memberikan rasa dari minuman masak, bewarna merah kegelapan dan
fungsional. Walaupun demikian belum tidak cacat. Bunga rosela di peroleh dari
diketahuinya formulasi yang tepat untuk kelompok kerja bina sehat, Banyuwangi.
mendapatkan nilai fungsional yang tinggi Sorbitol, asam sitrat,air, karboksil metil
serta diminati oleh konsumen dari selulosa (CMC). Bahan kimia yang
minuman fungsional berbasis ekstrak kulit digunakan adalah Bufer pH 6.5 (asam
buah naga, rosela dan buah salam. sitrat dan Na2HPO42H2O), DPPH
(Diphenyl Picril Hydrazil), aquadest,
METODE PENELITIAN larutan pati 1%, iodin 0.01 N, bufer
potasium clorida (pH 1), bufer sodium
Pelaksanaan Penelitian asetat (pH 4.5), etanol.
Tahapan pelaksanaan penelitian
pembuatan minuman fungsional berbasis Alat
ekstrak kulit buah naga merah, rosela dan Alat yang digunakan adalah neraca
buah salam ini tersusun atas tiga tahapan analitik (Mettler Toledo), hotplate, stirer
yaitu, tahap pertama,tahap kedua dan tahap (Gerhardt), buret, spektrofotometer
ketiga. Tahapan pertama sebagai penelitian (Genesys), pH-meter (JenWay), colour
pendahuluan bertujuan untuk mengetahui reader (minolta model CR-10),
karakteristik fisiko kimia bahan dasar kulit mikropipet, vortek, ball pipet, oven, kulkas
buah naga merah, rosela dan buah salam. (LG) dan alat gelas.
Tahap kedua merupakan tahapan penelitian
utama yang bertujuan untuk mengetahui Rancangan Percobaan
formulsi yang tepat (dua formulasi terbaik) Rancangan percobaan penelitian
dan karakteristik fisiko kimia pada pembuatan minuman fungsional berbasis
pembuatan minuman fungsional berbahan ekstrak kulit buah naga merah, rosela dan
dasar kulit buah naga merah, rosela dan buah salam:

41
AGROTEK Vol.6, No. 1, 2012:407-50

Tahap Pertama Penentuan formulasi yang tepat


Pembuatan ekstrak masing dilakukan dengan menggunakan analisa
masing bahan dasar (kulit buah naga, organoleptik (uji hedonik). Uji hedonik
rosela dan buah salam) kemudian, yang di amati adalah warna, aroma, rasa
dilakukan analisa karakteristik kimia bahan dan kesukaan keseluruhan sehingga, di
dasar yang meliputi kandungan antosianin hasilkan dua formulasi minuman
(Prior et al, 1998), kandungan betacianin fungsional yang paling di sukai. Parameter
(Stintzing et al,2003) dan aktivitas yang diamati pada dua formulasi minuman
antioksidan (Yamaguchi et al ,1998). fungsional ini adalah karakteristik fisik dan
kimia. Karakteristik fisik yang diamati
Tahap Kedua yaitu warna (Hutching, 1999) dan Ph,
Pembuatan minuman fungsional Karakteristik kimia yang diamati yaitu
dilakukan dengan beberapa perlakuan kandungan antosianin (Prior et al, 1998),
kombinasi seperti dalam Tabel.3.1 kandungan betacianin (Stintzing et
al,2003), vitamin C (Sudarmadji, 1989)dan
Tabel 3.1 Formulasi bahan baku pembuatan aktivitas antioksidan (Yamaguchi et
minuman fungsional
al,1998).
Faktor A Faktor
Faktor
Perla (Kulit C (Buah
B (Bunga
kuan Buah naga Salam
rosela(%))
merah(%)) (%))
p1 100 - -
p2 90 10 -
p3 80 10 10
p4 70 10 20
p5 60 10 30
p6 50 10 40
Dengan pengulangan sebanyak 3 kali.

ulit buah naga merah keri Bunga rosela kering Buah salam kering

nambahan CMC 0,05% per liter


bitol 6,4% ml per liter,Air 500 ml Pencampuran sesuai
Asam sitrat0,02% per liter formulasi

Pemanasan

penyaringan

Minuman alami dari ekstrak kulit buah naga


merah, rosela dan buah salam

Gambar 3.1 Diagram alir pembuatan minuman fungsional dari ekstrak kulit buah naga
merah, rosela dan buah salam.
Tahap Ketiga aktivitas antioksidan. Dua perlakuan yang
Tahap ketiga bertujuan untuk terpilih dari uji organoleptik dilakukan
mengetahui penurunan mutu selama penyimpanan. Penyimpanan dihentikan
penyimpanan di lakukan selama 24 hari. apabila kandungan betasianin dan aktivitas
Penyimpanan dilakukan pada suhu dingin antioksidan mencapai dari kandungan
(suhu 5 10oC) dan suhu kamar, parameter awal. Pengamatan dilakukan tiap 3 hari.
yang diamati adalah betasianin dan
42
Minuman Fungsional Berbasis Herbal (Novita Herawati, dkk.)

Metode Analisis c. Aktivitas Antioksidan


Parameter yang diamati dalam Hasil analisa antioksidan ekstrak
penelitian ini meliputi: ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus
A. Sifat Organoleptik (uji hedonik) yang polyrhizus), rosela(Hibicus sabdariffa L.)
meliputi: warna, aroma, rasa dan dan buah salam ( Syzygium polyanthum
kesukaan keseluruhan (Mabesa, 1986). wigh walp) dapat di lihat pada Tabel 4.1
B. Karakteristik fisik
Warna (Hutching,1999) Tabel 4.1 Aktivitas antioksidan ekstrak
Ph (Sudarmadji,1989) kulit buah naga merah,buah salam
C. Karakteristik Kimia dan rosela.
betasianin ( Stinzing et al. 2003) Bahan Persen
No SD
antosianin (Prior et al 1998) Dasar penghambaatan(%)
antioksidan (Yamaguchi,1998) 1 Kulit 53,71 0,14
buah
vitamin c (Sudarmadji,1989)
naga
2 Buah 54,85 0,21
HASIL DAN PEMBAHASAN salam
3 Bunga 54,30 0,21
Penelitian Tahap Pertama rosela
Penelitian tahap pertama
merupakan penelitian pendahuluan. Penentuan aktivitas antioksidan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ditentukan untuk mengetahui seberapa
kandungan kimia bahan yang dapat besar aktivitas antioksidan sebagai
berpotensi sebagai bahan dasar pembuatan penghambat radikal bebas. Metode yang
minuman fungsional. di gunakan untuk mengetahui aktivitas
Kandungan Betasianin antioksidan adalah metode DPPH yang
Hasil penelitian menungjukan penggunaannya di dasarkan pada
kandungan betasianin yang dimiliki oleh kemampuan antioksidan untuk
ekstrak kulit buah naga sebesar 186,90 menghambat radikal bebas dengan cara
0,88 mg /100g. Kandungan betasianin mendonorkan atom hidrogen. Perubahan
yang cukup tinggi dibanding dengan dari ungu DPPH menjadi ungu kemerahan
betasianin pada berbagai tanaman dimanfaatkan sebagai indikator untuk
Amaranthus yang berkisar antara 46 98 mengetahui aktivitas senyawa antioksidan.
mg/100g (Retno, 2010) . Hasil tersebut Aktivitas antioksidan yang dimiliki ketiga
dapat diartikan ,kulit buah naga bahan dasar tersebut lebih tinggi
berpotensi untuk dijadikan suatu alternatif dibanding standart aktivitas antioksidan
pembuatan minuman fungsional. dalam 500mg/L vitamin C yaitu 36,2%
(Ananda, 2009). Dengan demikian ketiga
Kandungan Antosianin Buah Salam dan bahan tersebut dapat dijadikan alternatif
Rosela pembuatan minuman fungsional yang
Hasil penelitian diperoleh bahwa mengandung antioksidan yang dapat
kandungan antosianin buah salam berfungsi sebagai anti radikal.
38,000,09 mg CyE/100gr dan rosela
32,35 0,10 mg CyE/100gr. Kandungan Penelitian Tahap Kedua
antosianin dari buah salam dan rosela lebih Penelitian kedua ini merupakan
berpotensi di banding buah duwet. penelitian utama yang bertujuan untuk
Kandungan antosianin buah duwet dengan mendapatkan dua formulasi terbaik dari
tingkat kematangan tinggi sebesar beberapa minuman fungsional. Formulasi
29,390,36 mg CyE/100g (lestario et terbaik diperoleh dari analisa organoleptik
al.2003). Hasil analisa yang diperoleh dengan uji hedonik. Dua formulasi tebaik
menunjukan bahwa rosela dan buah salam dilanjutkan dengan penganalisaan
berpotensi sebagai alternatif bahan baku karakteristik fisiko kimianya.
pembuatan minuman fungsional.

43
AGROTEK Vol.6, No. 1, 2012:407-50

Pembuatan Minuman Fungsional yang ditimbulkan pada sampel p6 lebih


Minuman fungsional berbasis baik dimungkinkan karena senyawa folatil
ekstrak kulit buah naga merah, rosela dan yang terkandung di dalam rosela dan buah
buah salam dengan beberapa perlakuan salam lebih kuat, di banding sampel p3
formulasi dalam Gambar 4.1 dan lainnya

(a)p1, (b)p2, (c)p3, (d)p4, (e)p5, (f)p6 Gambar 4.3 Hasil uji organoleptik aroma
minuman fungsional
Gambar 4.1 Minuman fungsional berbasis
ekstrak kulit buah naga merah,
Rasa
rosela dan buah salam dengan
berbagai formulasi. Pengamatan uji organoleptik
dengan penilaian rata rata kesukaan
Sifat Organoleptik Minuman fungsional untuk rasa terhadap minuman fungsional
Sifat organoleptik yang dianalisa tersaji dalam Gambar 4.4 dimana pada
meliputi warna, aroma, rasa dan kesukaan gambar menunjukan bahwa sampel p3 dan
keseluruhan. Berikut adalah penilaian sampel p6 memiliki rasa yang banyak
terhadap rata rata kesukaan terhadap sifat diminati oleh panelis.hal ini dapat dilihat
organoleptik. dari nilai persentase yang di hasilkan pada
sampel p3 adalah 21,14% dan sampel p6
Warna adalah 20,56%. Rasa yang di hasilkan
Hasil pengamatan terhadap rata sampel p3 memiliki rasa yang lebih
rata penilaian organoleptik kesukaan diminati dari pada sampel p6 hal ini
terhadap warna. Warna minuman dikarenakan sampel p6 memiliki rasa yang
fungsional yang paling disenangi para lebih masam di banding p3. Rasa yang
panelis adalah sampel p6 (kulit buah naga lebih masam ini dikarenakan persentase
50%: rosela 10%: buah salam40% )dengan buah salam yang terkandung pada sampel
persentase kesukaan 22% dan sampel p3 p6 lebih banyak dibanding sampel p3.
(kulit buah naga 80%: rosela 10%: buah 14,68% 10,38% p1
14,86%
salam10%) dengan persentase kesukaan
p2
21%. Sampel p6 lebih disenangi karena 18,38%
warna yang dihasilkan lebih menarik dan 20,56% p6
21,14%
lebih merah Hasil pengamatan disajikan p3
dalam Gambar 4.2 berikut.
14,68% 10,38% p5
12% 11% p1 14,86% p1
18% 16% p2 18,38% p2
20,56%
21% 22% p6 21,14% p6
Gambar 4.2 Hasil uji organoleptik warna p3
minuman fungsional
Gambar 4.4 Hasil uji organoleptik rasa
Aroma minuman fungsional
Data yang tersaji pada Gambar 4.3 Kesukaan Keseluruhan
dapat di ketahui bahawa aroma pada Hasil pengamatan dan perhitungan
minuman fungsional yang paling diminati kesukaan keseluruhan dengan penilaian
atau di gemari oleh panelis terdapat pada rata rata dapat diketahui sampel p6 dan
sampel p6 dan p3 dengan persentase nilai p3 memiliki nilai persentase yang tinggi di
berturut turut yaitu 20% dan 19%. Aroma
44
Minuman Fungsional Berbasis Herbal (Novita Herawati, dkk.)

banding sampel yang lain. Persentase yang kandungan asam yang tinggi dibanding
dihasilkan berturut turut adalah 22,47% kulit buah naga. Dapat dilihat dari
dan 21,58%. Penilaian p6 lebih tinggi di komposisi sampel p6 dimana kandungan
banding p3 dikarenakan warna, rasa dan kulit buah naga 50% dan buah salam
aroma yang di tawarkan pada sampel p6 40%, sedangakan sampel p3 mengandung
dan p3 lebih memikat panelis sehingga, 80% kulit buah naga dan 10% buah salam.
banyak panelis yang menyukai secara Berikut gambar 4.7 menyajikan perbedaan
menyeluruh terhadap sampel p6 dan p3 kandungan pH dari sampel minuman
dibanding dengan sampel yang tersaji fungsional.
lainnya. Gambar 4.5 menyajikan data
organoleptik kesukaan menyeluruh 3,75
3,76
minuman fungsional.
3,74

pH
17,66% 15,24% 3,7 3,69
p2
3,68
21,58% 22,47% p6 3,66
p3 p6 p3
Sampel
p5 Gambar 4.7 Perbedaan pH sampel minuman
fungsional
Gambar 4.5 Hasil uji organoleptik kesukaan
keseluruhan minuman
fungsional b. Analisis Warna
Pengukuran warna dilakukan untuk
Setelah diketahui dua sampel mengetaui perbedaan warna dan kecerahan
minuman fungsional yang paling di sukai minuman fungsional anatara sampel p6
maka dilanjutkan dalam analisa kandungan dan sampel p3. Hasil penelitian di sajikan
fisik dan kimia dari dua sampel terbaik dalam Tabel 4.2.
tersebut. Gambar sampel dua minuman
fungsional terbaik yang diminati oleh Tabel 4.2 Nilai L,a,b dan 0H minuman
panelis tersaji pada Gambar 4.6 fungsional sampel p6 dan p3
Sampel Parameter warna
Minuman 0
alami L a b H
p6 25,8 09,00 35,47 345,76
p3 31,4 07,63 35,43 347,85

Tabel 4.2 terlihat bahawa sampel


p3 memiliki nilai L lebih tinggi di banding
Gambar 4.6 Sampel (p3 dan p6) terbaik yang p3. Hal ini menggambarkan bahwa
diminati oleh panelis minuman fungsional p6 memiliki warna
yang lebih gelap dibanding p3. Winarno
Karakteristik fisik minuman fungsional (2004) menjelaskanbahwa nilai L
a. pH (lightness) menunjukan gelap teangnya
Hasil pengamatan dapat diketahui warna. Buah salam memiliki warna merah
bahwa pH dari sampel p6 adalah 3,69 keunguan atau warna L gelap. Sehingga
sedangkan pH dari sampel p3 adalah 3,75. semakin banyak penambahan buah salam
Perbedaan pH tersebut dikarenakan maka nilai L yang di hasilkan semakin
perbedaan komposisi kulit buah naga rendah atau gelap.
merah dan buah salam dimana, kandungan Nilai 0H (Hurching,1999) yang di
pH akan semakin rendah apabila peroleh sampel p6 dan p3 yaitu sebesar
komposisi buah salam yang di berikan 345,76 dan 347,85 yang berada pada
lebih tinggi. Buah salam memiliki warna Red Purpel (RP). Warna red purpel

45
AGROTEK Vol.6, No. 1, 2012:407-50

dihasilkan karena dalam sampel dan sampel p3(80% kulit buah naga merah,
mengandung senyawa betasianin dan 10% rosela, 10% buah salam) sebesar
antosianin. 168,67 7,34 mg/100g. Dari hasil tersebut
dapat diketahui bahwa sampel p6 memiliki
Karakteristik kimia minuman fungsional kandungan vitamin C lebih tinggi
a. Betasianin sampel minuman fungsional dibanding p3. Hal ini di karenakan
Betasianin merupakan salah satu komposisi buah salam yang lebih banyak
pigmen alami. Betasianin adalah zat warna dan rasa yang lebih asam di banding p3
alami yang berwarna merah. Zat warna Kandungan vitamin C pada minuman
betasianin ini bersifat polar sehingga larut fungsional lebih tinggi dibanding
dalam pelarut polar (Soewandi, 1993). kandungan vitamin C pada jambu biji yaitu
Dari hasil pengamatan yang telah di 108 mg/100g.
lakukan kandungan betasianin pada sampel d. Aktivitas antioksidan sampel minuman
p6 sebesar 350,370,88 (mg/100g D) dan fungsional
sampel p3 sebesar 338,66 0,88 Hasil penelitian menunjukan bahwa
(mg/100g). Kandungan betasianin pada aktivitas antioksidan untuk menghambat
sampel minuman fungsional lebih tinggi di radikal bebas pada sampel p6 adalah
banding bahan dasar kulit buah naga 68,97% dan pada sampel p3 adalah
merah(186,90 0,88 mg /100g) dan 57,27%. Sampel p6 menunjukan persen
tanaman Amaranthus (46 98 mg/100g) penghambatan radikal bebas lebih tinggi di
(Retno, 2010). banding p3. Perbedaan ini dikarenakan
b.Antosianin sampel minuman fungsional kandungan betasianin, antosianin, vitamin
Analisis antosianin bertujuaan untuk C dan lainlain merupakan senyawa yang
mengetahui kandungan antosianin dalam mampu menangkal radikal bebas.
suatu bahan. Kandungan antosianin pada
sampel minuman fungsional p6 dan p3 Penelitian Tahap Ketiga
sebesar 54,750,12 mgCyE/100g dan Penelitian ini merupakan penelitian
54,060,15 mgCyE/100g. Hasil tersebut lanjutan yang bertujuan untuk nmengetahui
dapat diketahui bahwa konsentrasi penenururan mutu selama dilakukannya
antosianin sampel p6 lebih tinggi di penyimpanan.
bandingkan dengan sampel p3 hal ini
dikarena pada sampel p6 memiliki Penurunan betasianin
komposisi buah salam yang lebih banyak. Analisis pengukuran penurunan
Buah salam merupakan bahan yang betasianin pada minuman fungsional
mengandung antosianin, sehingga mampu dengan penyimpanan selama 24 hari.
mempengaaruhi banyaknya kandungan Analisis ini bertujuan untuk mengetahui
antosianin pada sampel minuman kerusakan betasianin selama penyimpanan
fungsional. Kandungan antosianin yang suhu dingin dan suhu ruang . Dari gambar
dimiliki minuman fungsional lebih tinggi yang tersaji (Gambar 4.8 dan Gambar
di banding kandungan antosianin pada 4.9) menunjukan bahwa kandungan sampel
buah duwet yaitu 29,390,36 mg pada penyimpanan suhu dingin dan suhu
CyE/100g (Lestario et al.2003). ruang mengalami penurunan.
c. Kandungan vitamin c sampel minuman
fungsional
Analisis kandungan vitamin C
digunakan untuk mengetahui besarnya
kandungan vitamin C yang ada di dalam
minuman alami. Dari hasil analisa
kandungan vitamin C pada masing- masing
sampel, dapat diketahui bahwa sampel p6
(50% kulit buah naga merah,10% rosela,
40% buah salam) memiliki kandungan
vitaminC sebesar 242,007,33mg/100g
46
100,00 97,41 95,10 92,89 90,78 88,76
100,00 97,71 86,83 84,98 83,21
90,00 95,38 93,16

% penurunan betasianin
91,04 89,02
80,00 87,09 85,23 83,46
70,00
60,00
50,00
40,00
30,00
20,00
10,00
0,00
sampel p6 ke0 ke3 ke6 ke9 ke12 ke15 ke18 ke21 ke24
Lama penyimpanan
sampel p3

Gambar 4.8 Penurunan betasianin selama penyimpanan suhu dingin

Besarnya penurunan sampel p6 sampel p3 penyimpanan suhu dingin 100%


selama penyimpanan suhu dingin berkurang hingga 83,46% dan sampel p3
menurun dari 100% menjadi 83,21%, dan pada penyimpanan suhu ruang 100%
sampel p6 penyimpanan suhu ruang dari menjadi 50,07%.
100% menjadi 50,29%. Sedangkan pada
100,00
100,00 88,95
% penurunan betasianin

79,94
80,00 100,00 72,67
66,57 61,48
88,72 57,12 53,78
60,00 79,85 72,63 50,29
66,77
40,00 61,05 57,44 53,53 50,07
20,00

0,00
ke0 ke3 ke6 ke9 ke12 ke15 ke18 ke21 ke24
Lama penyimpanan

Gambar 4.9 Penurunan betasianin selama penyimpanan suhu ruang

Diagram batang diatas menunjukan


lama penyimpanan mengakibatkan
kerusakan pada senyawa betasianin,
semakin lama penyimpanan maka semakin
banyak kerusakan senyawa betasianin yang
terjadi. Selain itu suhu juga dapat
mempengarui penurunan kandungan
betasianin pada saat peyimpanan. Semakin
tinggi suhu maka kerusakan akan semakin
cepat.

47
Penurunan aktivitas antioksidan

68,9765,41
70 63,9 63,0262,2261,26 60,46
59,6259,45

% penghambatan
57,27 56,1 55,1453,96
60 52,9651,9550,5749,64
48,39

40
30 sampel p6
20 sampel p3
10
0
ke0 ke3 ke6 ke9 ke12 ke15 ke18 ke21 ke24
Lama penyimpanan

Gambar 4.10 Aktivitas antioksidan selama penyimpanan suhu dingin


Keterangan
p6 (kulit buah naga 50%: rosela 10%: buah salam40%)
p3 (kulit buah naga 80%: rosela 10%: buah salam10%)

80,00%
68,97% sampel p6
70,00% 64,99% sampel p3
61,13%
57,27% 57,36%
60,00% 53,41%
% penghambatan

51,95% 49,35%
50,00% 46,62% 45,66%
41,30% 41,59%
35,90% 37,86%
40,00%
30,57%
30,00% 25,24%
19,83%
20,00% 14,55%
10,00%
0,00%
ke0 ke3 ke6 ke9 ke12 ke15 ke18 ke21 ke24
Lama penyimpanan

Gambar 4.11 Aktivitas antioksidan selama penyimpanan suhu ruang

Hasil pengamatan selama penyimpanan suhu dingin. Berikut


penyimpanan pada suhu ruang aktivitas merupakan gambar sampel minuman
antioksidan sampel p6 menurun dari fungsional selama penyimpanan:
64,99% menjadi 37,86% begitu pula pada
sampel p3 terjadi penurunan dari 51,95%
menjadi 14,55%. Aktivitas antioksidan
yang di simpan pada suhu dingin memiliki
penurunan 65,41% hingga 59,45 %pada
sampel p6 dan pada sampel p3 penurunan
aktivitas antioksida dari 56,10% hingga
48,39%. Daya hambat radikal bebas yang
dimili oleh sampel p6 lebih besar di
banding sampel p3. perbedaan ini
dikarenakan kandungan antioksidan di
dalam sampel dan kandungan betasianin,
antosianin, vitamin C serta senyawa lain
(merupakan senyawa antiradikal) pada
sampel p6 lebih banyak di banding p3.

48
Minuman Fungsional Berbasis Herbal (Novita Herawati, dkk.)

penyimpanan suhu dingin dari 100% turun


menjadi 83,21%, sedangkan pada suhu
ruang dari 100% menurun hingga 50,29%.
Penurunan aktivitas antioksidan
penyimpanan suhu dingin dari 68, 97%
hingga 59, 45% dan pada suhu ruang
penurunan dari 68, 97% hingga 37, 86%.
Hasil penelitian menunjukan
minuman formulasi kulit buah naga
50%,rosela 10% dan buah salam 40% lebih
baik digunakan dalam pembuatan
minuman fungsional, karena mengandung
antioksidan dan warna yang lebih menarik
Gambar 4.12 Sampel minuman fungsional serta disukai oleh panelis.
selama penyimpanan
Saran
Penyimpanan suhu dingin (refrigasi) Perlu dilakukan penelitian lebih
dengan rasio jumlah ekstrak kulit buah lanjut mengenai minuman fungsional
naga merah 50%, rosela 10% dan buah berbasis ekstrak kulit buah naga, rosela
salam 40% lebih baik di gunakan dalam dan buah salam dalam bentuk instan
pembuatan dan penyimpanan minuman ataupun eferfesen.
fungsional.

PENUTUP DAFTAR PUSTAKA


Kesimpulan
Ananda (2009). Kandungan Vitamin C dan
Kandungan kimia bahan dasar
Aktivitas Antioksidan Ekstrak
meliputi betasianin, antosianin dan
Jambu Biji. UNBRA.Malang
aktivitas antioksidan. Betasianin pada kulit
buah naga merah 186,90 mg/100g. Astawan M dan Andreas LK (2008). kasiat
Antosianin buah salam 38,00 mg warna warni makanan..penerbit
CyE/100g dan rosela 32,3 mg CyE/100g. PT Gramedia Pustaka Utama.
Aktivitas antioksidan bahan dasar kulit Jakarta
buah naga 53,71%, rosela 54,30% dan Cai YZ, Xing J, Sun M and Corke H
buah salam 54,85%. (2000). Rapid identification of
Hasil pengujian organoleptik betacyanins from Amaranthus
menunjukan sampel p6 (50% kulit buah tricolor, Gomphrena globosa and
naga, 10% rosela dan 40% buah salam) Hylocereus polyrhizus by matrix-
merupakan formulasi terbaik. Karakteristik
assisted laser desorption/
fisik yang dimiliki oleh minuman
ionization quadrupole ion trap
fungsional p6 diantaranya pH sebesar 3,69,
time-of-flight mass spectrometry
kecerahan (L)23,8 dan oHue (oH) 345,76. (MALDI-QITTOF MS). J. Agric.
Kandungan kimia yang dimiliki minuman Food Chem. 54(18): 6520-6526.
fungsional ini meliputi betasianin 350,37
mg/100g, antosianin 54,75mg CyE/100g, Cai YZ, Sun M dan H Corke. (2005).
vitamin C 242,00 mg/100g dan aktivitas Characterization and application of
antioksidan 68,97%. betalain pigments from plants of
Penurunan mutu betasianin dan the Amaranthaceae. Trends Food
aktivitas antioksidan pada minuman Sci. & Technol. 16(9):370-376.
fungsional (50% kulit buah naga, 10% Chairul dan Azhar (2003). Uji Aktivitas
rosela dan 40% buah salam) selama Antioksidan Ekstrak Etanol Daun
penyimpanan suhu dingin (5-10oC) dan Sisik Naga. UNSRI. Sumatra
suhu ruang. Penurunan betasianin Selatan.
49
AGROTEK Vol.6, No. 1, 2012:407-50

Dalimartha S (2006). Atlas Tumbuhan Stintzing FC, Schieber and A Carle R.


Obat Indonesia. www. (2002). Betacyanins in fruits from
pdpersi.co.id [diakses tanggal 05 redpurple pitaya, Hylocereus
september 2012] polyrhizus (Weber) Britton and
Daryanto (2008). Rosela Merah Rose. Foodn Chem. 77: 101-106.
Berkhasiat. http://www.agrina- Sudarmadji S, Bambang H, dan Suhardi.
online.com id [diakses tanggal 05 (1989). Analisa Bahan Makanan
september 2012] dan Pertanian. Cetakan Pertama.
Herbach KM, Stintzing FC & Carle R Liberty. Yogyakarta
(2004a). Impact of thermal Wikipedia (2009). Asam Sitrat.
treatment on colour and pigment http://www.wikipedia.com. [diakses
pattern of red beet (Beta vulgaris tanggal 4 Februari 2013]
L.) preparations. Journal of Food
Winarno FG (2004). Kimia pangan dan
Science, 69, C491C498.
Gizi. PT Gramedia, Jakarta.
Kimball JW (1993). Biologi. Terjemahan.
Winarsi dan Hery (2007) .Antioksidan
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Alami dan Radikal
Kristianto. (2008). Bertanam Buah Naga. Bebas.Yogyakarta. Percetakan
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Kanisius.
Lestario LN, Suparmo, Raharjo S, dan Woodroof JG. dan GF. Phillips. (1974).
Tranggono (2003). Perubahan Beverages Carbonated and
Aktivitas Antioksidan, Kadar Noncarbonated. The AVI
Antosianin dan Polifenol pada Publishing Company Inc.,
Beberapa Tingkat Kematangan Westport, Connecticut. Di dalam
Buah Duwet (Syzygium cumini). skripsi nuzul wahyuni.
Agritech J 25(4), 169-172.
Yamahuchi T, Takamura H, Matoba T.,
Li Chen Wu, Hsiu-Wen Hsu, Yun- Chen dan Terao, J (1998). HPLC method
Chen, Chih-Chung Chiu, Yu-In Lin for evaluation of the free radical-
and Annie Ho . (2005). Antioxidant scavenging activity of food by using
And Antiproliferative Activities Of 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl.
Red Pitaya . Department of Applied Bioscience Biotechnology
Chemistry, National Chi-Nan Biochemistry, 62, 1201 12
University, Nomor 1 University
Road, Puli, Nantou, 545
TaiwaMohd Adzim Khalili, R.,
Norhayati, A. H, Rokiah, M. Y.,
Asmah, R., Siti.
Mabesa IB (1986). Sensory Evaluation of
Foods Principles and Methods.
College of Agriculture, Laguna
Prior RL, Cao G, Martin A, Sofic E,
McEwan J OBrien, C Lischner, N,
Ehlenfeldt, M Kalt, W Krewer G,
dan Mainland CM Antioxidant
capacity as influenced by total
phenolic and anthocyanin content,
maturity and variety of Vaccinium
species. J. Agric. Food Chem.
1998, 46, 2686- 2693

50

Anda mungkin juga menyukai