Anda di halaman 1dari 11

KELAPA SAWIT DAN PERUBAHAN SOSIO-EKOLOGI PEDESAAN DI

KALIMANTAN TIMUR

Oleh: Bayu Eka Yulian

bayuekayulian@gmail.com

Di bawah bimbingan:

Arya Hadi Dharmawan, Endriatmo Soetarto, Pablo Pacheco

LATAR BELAKANG

Permintaan pasar global terhadap minyak kelapa sawit terus mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun, dan diprediksi akan terus meningkat hingga mencapai puncaknya pada tahun
2050 (FAO Statistics, 2012). Dorongan permintaan pasar inilah kemudian direspon oleh
produsen kelapa sawit skala besar yang mendapat dukungan kebijakan pemerintah Indonesia,
misalnya ijin perkebunan dan hak guna usaha di areal peggunaan lain untuk membangun
perkebunan dan pabrik kelapa sawit. Seturut hal itu, menguatnya isu renewable resources
yang hendak menjadikan bio-energi sebagai pengganti bahan bakar fosil turut mendorong
kelapa sawit laku sebagai alternatif bahan baku energi. Kelapa sawit kini menjadi primadona,
bahkan fenomena oil palm boom terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia.

PERMASALAHAN DAN PERTANYAAN PENELITIAN

Patut diakui bahwa kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang turut memberikan
dampak positif terhadap perekonomian nasional dalam skala makro. Namun di sisi lain,
ekspansi perkebunan kelapa sawit memberikan dampak negatif terhadap peri-kehidupan
sosio-ekologi pedesaan. Pada bagian inilah kemudian penelitian ini hadir untuk mengurai
masalah sosio-ekologi pedesaan akibat ekspansi perkebunan kelapa sawit.

Kelapa sawit dalam tulisan ini bukan didudukkan sebagai sebuah komoditas yang bebas nilai
(memiliki arti an sich) sebagai output dari rangkaian proses menamam dalam sistem
perkebunan. Kelapa sawit perlu didudukan sebagai suatu rangkaian proses dalam relasi sosial
masyarakat pedesaan. Pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit memberikan dampak
kepada kondisi sosio-ekologi masyarakat pedesaan. Dari sisi ekologi, ekspansi perkebunan
kelapa sawit menyebabkan perubahan lanskap ekologi menjadi hamparan tanaman
monokultur, misalnya dari ladang/lahan pertanian bahkan hutan menjadi kebun kelapa sawit.
Perubahan lanskap ekologi ini kemudian menyebabkan konsekuensi pada perubahan tata
guna lahan, yang kemudian dari sisi sosial mempengaruhi struktur agraria pedesaan. Pada
akhirnya muara dari proses tersebut memberikan dampak pada perubahan livelihood system
masyarakat pedesaan.

Secara lebih rinci, pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana dampak ekspansi perkebunan kelapa sawit terhadap tata guna lahan dan
struktur agraria pedesaan?
2. Bagaimana tingkat kerentanan (vulnerability) akibat tekanan ekspansi perkebunan
kelapa sawit pada rumah tangga pedesaan?
3. Bagaimana upaya resiliensi rumah tangga pedesaan dalam merespon dampak sosio-
ekonomi dari ekspansi perkebunan kelapa sawit?
4. Bagaimana kebijakan tata kelola sumberdaya alam di Kabupaten Kutai Kartanegara
mampu mengendalikan dan meminimalisir dampak sosio-ekologi dari ekspansi
perkebunan kelapa sawit?

TUJUAN RISET DAN METODOLOGI

Secara lebih rinci, penelitian ini kemudian ditujukan untuk:

1. Memahami dampak sosio-ekologis ekspansi perkebunan kelapa sawit di pedesaan


Kutai Kartanegara.
2. Mengukur tingkat kerentanan (vulnerablity) di tingkat rumah tangga pedesaan akibat
ekspansi perkebunan kelapa sawit.
3. Menganalisa strategi resiliensi rumah tangga pedesaan sebagai bentuk respon adaptif
terhadap ekspansi perkebunan kelapa sawit.
4. Merumuskan kebijakan tata kelola perkebunan kelapa sawit dalam rangka
mewujudkan pedesaan yang bekedaulatan, berkeadilan, dan berkelanjutan.

Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan kombinasi pendekatan kualitatif dan
kuantitatif. Pendekatan kualitatif dilakukan untuk memahami sejarah tenurial, proses
ekspansi, hingga perubahan struktur agraria pedesaan. Kemudian pendekatan kuantitatif
digunakan untuk mengukur dampak ekspansi perkebunan kelapa sawit terhadap livelihood
system pedesaan serta upaya resiliensi yang dilakukan untuk menekan kerentanan.

Lokasi penelitian ini akan dilakukan di empat desa sekitar perkebunan kelapa sawit di Kutai
Kartanegara, Kalimantan Timur. Pemilihan lokasi dilakukan dengan mempertimbangkan
karakteristik agro-ekologi desa (daratan, gambut, dan kawasan hutan), organisasi produksi
kelapa sawit (large scale, PIR-BUN/inti-plasma, dan smallholders plantation) dan populasi
kependudukan (etnisitas, local people dan transmigran).

Pengumpulan data dilakukan dengan menggabungkan teknik wawancara mendalam,


wawancara terstruktur dengan kuesioner, pengisian portofolio nafkah rumah tangga
pedesaan, land tenure assessment, pengamatan terlibat, diskusi kelompok terfokus, dan
Companion Modelling dalam memetakan aktor dan kepentingannya.

...........................................................................

Pernah Berjaya Dengan Kebun Kelapa,


Komoditas Jagung Kini Unggulan
Sukabhakti (Contoh Potensi Desa)
10 Des, 2016 | Potensi & Produk | 0 |
PALAS Wilayah desa yang perbukitan menjadikan Desa Sukabhakti, Kecamatan Palas
kaya akan potensi alam. Selain sektor pertanian yang kuat, desa dengan luas sekitar 1.500
hektar ini juga memiliki potensi perkebunan yang baik.

Dari luas wilayah itu hampir 80 persen lahan yang ada di Sukabhakti merupakan lahan-lahan
produktif pertanian. Rinciannya sawah sebanyak 229 hektar dan jagung sebanyak 869 hektar.
Lalu perkebunan sebanyak 342 hektar. Wajar jika rata-rata penduduk Sukabhakti berprofesi
sebagai petani.

Kepala Desa Sukabhakti Yato Suyanto mengakui potensi pertanian dan perkebunan itu.
Menurut dia, pemerintah desa saat ini terus mengembangkan potensi pertanian. Padahal
sebelumnya hampir seluruh wilayah Sukabhakti merupakan lahan perkebunan kelapa dalam
yang jaya pada eranya. Sekarang ini kelapa-kelapanya banyak ditebang berubah menjadi
lahan-lahan pertanian padi dan jagung, ungkap Yato kepada Radar Lamsel dalam
wawancara di Desa Sukabhakti, Selasa (7/6).

Menurut Yato lahan perkebunan kelapa tetap dipertahankan. Meski tidak seluas dulu
sejumlah wilayah desa masih terdapat perkebunan kelapa. Yato mengungkapkan beralihnya
masyarakat berkebun kelapa ke pertanian sawah dan jagung lantaran harga yang anjlok.

Yang utama karena harga yang tidak sesuai lagi. Belum lagi usia produksi kelapa yang tidak
maksimal. Alhamdulillah, belum lama ini ada peremajaan kelapa, ungkap Yato.

Selain padi dan jagung, Desa Sukabhakti juga mengembangkan potensi perkebunan pisang.
Varian pisang tanduk paling banyak dikembangkan didesa ini. Termasuk beberapa
diantaranya merupakan varian kepok, muli dan jantan. Hampir sama lah kalau pisang
dengan desa lainnya yang ada di Lamsel. Jenis yang banyak memang tanduk, ungkap dia.

Menurut Yato potensi pertanian dan perkebunan ini terus menjadi perhatian desa. Karenanya,
desa terus merencanakan pembangunan desa yang bersinergi dengan kepentingan para petani.
Utamanya dalam menyiapkan akses transportasi angkutan pertanian agar masyarakat mudah
dan cepat mengangkut hasil pertanian. (yan)

.......................

Tag Archives: Potensi Kabupaten Banggai


Agu 13 2011

Mengenal Potensi Alam dan Potensi SDM


Kabupaten Banggai
A. Gambaran Umum Kabupaten Banggai

Gambaran umum Kabupaten Banggai dapat dilihat dari aspek geografis,


demografis, potensi ekonomi, struktur sosial dan juga budaya. Secara geografis Kabupaten
Banggai terletak antara 122023 124020 Bujur Timur dan 0030 2020 Lintang Selatan
dengan batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Teluk Tomini.

Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Maluku.

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Banggai Kepulauan.

Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tojo Una-una dan Morowali.

Sedangkan luas wilayah Kabupaten Banggai adalah 9.672,70 Km2 dan secara administrasi
pemerintahan merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah. Pada tahun 2008
Kabupaten Banggai dibagi kedalam 13 Kecamatan 23 Kelurahan dan 271 desa dan 2 UPT
(unit pemukiman transmigrasi). Berikutnya, ditahun 2009 dan 2012 telah berlangsung
pemekaran diberbagai tingkat pemerintahan, terutama di kecamatan, desa dan kelurahan
sehingga menjadi 23 Kecamatan, 46 Kelurahan dan 291 desa dan 2 UPT.

Dilihat dari bentang fisik wilayah, daratan daerah ini diapit oleh 8 (delapan) gunung, dengan
tinggi berkisar antara 1.071 m hingga 2.401 m diatas permukaan laut. Juga terdapat 9
(sembilan) sungai besar dengan luas daerah aliran sungai mencapai angka 404.550 Ha.

Kota Air Luwuk

Sementara data-data kependudukan terbaru, seperti yang bersumber dari sensus penduduk
2010, populasi penduduk Kabupaten Banggai berjumlah 323.872 jiwa, terbagi atas laki-laki
165.266 jiwa dan perempuan 158.606 jiwa. Dari data yang telah dipublikasi terdapat fakta
khusus, bahwa tingkat sebaran penduduk belum merata. Konsentrasi populasi masih berada
di Kecamatan Luwuk, dengan prosentase mencapai 22,73 persen. Kemudian diikuti oleh
Kecamatan Toili, dengan prosentase 9,13 persen. Urutan berikutnya ditempati oleh
Kecamatan Pagimana 6,90 %, Kecamatan Toili Barat 6,44 % dan wilayah lainnya yang
sebaran populasinya kurang dari 6 %. Dari sebaran yang tidak merata tersebut terlihat juga
tingkat kepadatan atau densitas yang cukup tinggi. Seperti terlihat di Kecamatan Luwuk,
yang dihuni 73.532 orang dan di Kecamatan Toili yang dihuni oleh 29.573 orang.

Sementara itu, kondisi alam (natural conture), bentang lahan dan karaktristik lingkungan di
Kabupaten Banggai, memiliki corak yang khas. Seperti yang pernah dicatat oleh Ahli
Entomologi Belanda, yaitu Allfred Russel Wallace. Penelitian ini merumuskan istilah yang
popular dengan sebutan Garis Wallace, yang memberikan demarkasi (pemisahan) antara
karakteristik alamiah (flora dan fauna), antara Sulawesi, Jawa dan Papua. Otomatis
karakteristik alamiah Kabupaten Banggai menginduk pada Pulau Sulawesi. Kondisi ini
melimpahkan warisan alam yang hingga kini masih bisa dinikmati, bahkan sebagian besar
belum terolah optimal. Sebagai contoh, Kabupaten Banggai terdapat Suaka Margasatwa
Bakiriang. Areal seluas 12.500 Ha ini adalah tempat perlindungan bagi Burung Maleo. Jenis
unggas berukuran lebih kecil dari ayam biasa dan memiliki cara bertelur mirip penyu ini
diperlakukan khusus oleh masyarakat setempat. Tiap tahunnya, khususnya tiap panen telur
Maleo, mereka selalu mengadakan upacara Tumpe demi menghindari diri dari kutukan
wabah penyakit. Acara-acara seperti itu tentunya sangat unik sebagai daya tarik wisata.
Tempat wisata andalan lainnya adalah Suaka Margasatwa Pati-pati, Panorama Alam Salodik,
Pulau Dua, Pulau Balean, Pantai Km5, Air Terjun Hanga-Hanga dan Lombuyan (suaka
marga satwa bagi Anoa).

Selain warisan alam, Kabupaten Banggai juga memiliki warisan sejarah yang mengagumkan.
Menurut fakta-fakta sejarah yang terlacak, kerajaan-kerjaan Banggai era silam telah
menghadirkan sistem tata kelola kekuasaan yang relatif modern, yaitu mengenal sistem
monarki konstitusional (seorang raja yang tunduk dan patuh pada peraturan perundang-
undangan). Dulu Kabupaten Banggai merupakan bekas Kerajaan Banggai yang meliputi
wilayah banggai daratan dan banggai kepulauan. Pada tahun 1999 Kabupaten Banggai
dimekarkan menjadi Kabupaten Banggai dan Kabupaten Banggai Kepulauan.

B. Potensi Alam Kabupaten Banggai

Kabupaten Banggai merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah yang
memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, baik berupa kandungan mineral, gas dan
energi di perut bumi, maupun kekayaan hasil alam dipermukaan bumi (seperti kopra, sawit,
coklat, beras, kacang mente, cengkeh, vanili dan lainnya).

1. Potensi Migas

Di Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah, pengelolaan Migas dibagi dalam 2 blok
yaitu blok Senoro dan blok Matindok. Dari dua blok inilah nantinya gas yang dihasilkan akan
dialirkan ke LNG Plant maupun Power Plant. Blok LNG yang ada di Kabupaten Banggai ini
adalah Blok LNG yang keempat di Indonesia dan yang keenam di Asia Tenggara.
Sebelumnya telah beroperasi Arun LNG di Aceh, Badak LNG di Kalimantan Timur dan
Tangguh LNG di Papua. PT Donggi Senoro LNG adalah perusahaan yang mengubah gas dari
sumber gas menjadi LNG. Kilang LNG Donggi Senoro dirancang untuk memproduksi 2,1
juta metrik ton LNG per tahun selama 15 tahun.

2. Potensi Bahan Galian

Kandungan mineral diperut bumi Kabupaten Banggai, menyimpan potensi untuk bisa
dimanfaatkan secara optimal. Kekayaan alam yang terserak dibeberapa titik itu terdiri dari
potensi kekayaan alam yang strategis dan vital, termasuk juga yang mengandung potensi
energi. Beberapa bentuk potensi kekayaan mineral yang terkandung diperut bumi Kabupaten
Banggai, antara lain adalah :

Emas. Berlokasi di Kecamatan Toili dan Kecamatan Bunta. Untuk mengakses lokasi ini bisa
ditempuh dari ibukota Kabupaten Banggai dengan menggunakan kenderaan roda empat dan
roda dua. Jarak tempuh sekitar 170 kilometer.

.........................

3. Potensi Energi

Energi merupakan salah satu sumber daya alam dari sekian banyak potensi yang
dikembangkan untuk mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi, terutama di sektor
energi dan ketenaga listrikan. Beberapa sumber daya energi yang tersedia di Kabupaten
Banggai yang belum dimanfaatkan secara optimal dan sangat potensial untuk dikembangkan
menjadi salah satu sumber daya energi yang berdaya guna tinggi adalah sebagai berikut :
Energi Surya. Merupakan energi yang berasal dari sinar matahari, dengan teknologi yang
tepat guna serta peralatan yang mudah diperoleh dengan harga terjangkau, dapat diubah
menjadi energi listrik yang murah dan sesuai dengan daya beli masyarakat diperdesaan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari stasiun meteorologi Bubung Luwuk, penyinaran
matahari di Kabupaten Banggai memiliki intensitas rata-rata sebesar 53-96 %. Dengan
demikian potensi energi surya di Kabupaten Banggai memiliki prospek untuk dikembangkan.

Energi Air. Peristiwa gaya tarik bumi dengan bulan menyebabkan pasang surut air laut,
seperti banyak terjadi di perairan Asia tenggara. Di daerah Kabupaten Banggai terdapat jenis
pasang surut prevaling diurnal, yaitu terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi
permukaan yang berbeda. Kecepatan arus rata-rata 2,0 knot ke arah utara pada bulan Januari,
Maret, Juli dan Oktober. Sementara angin yang berhembus kearah Selatan terjadi di bulan
April, Juni, November dan Desember. Dengan tinggi gelombang berkisar antara 0,1 1,2 M
(Dishidros, 1997). Selain potensi arus laut ini terdapat pula potensi sungai-sungai yang
meiliki debit air yang cukup untuk dikembangkan menjadi alternatif lain sebagai salah satu
sumber daya energi listrik, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro Hanga-hanga.

Energi Angin. Kekuatan angin yang cukup stabil dengan arah yang tetap memungkinkan
untuk dikembangkannya Pembangkit Listrik Tenaga Angin. Angin bertiup dari Phlipina
dengan kecepatan angin rata-rata di Kabupaten Banggai yang berkisar 3-6 knot dengan arah
angin terbanyak beradius 2700, memungkinkan digunakannya kincir angin sebagai alat
pendukung Energi Listrik Tenaga Angin. Dengan didukung perbedaan suhu maksimum
antara siang dan malam sehingga terjadi tiupan angin yang silih berganti dari daratan dan
lautan memungkinkan daerah Kabupaten Banggai berpotensi untuk dikembangkan sebagai
daerah perkembangan listrik dengan tenaga angin.

4. Kondisi dan Potensi Perkebunan

Komoditas tanaman perkebunan adalah merupakan tanaman perdagangan yang cukup


strategis di Kabupaten Banggai. Karena terbukti menjadi sumber devisa di sektor pertanian.
Tetapi lebih penting lagi adalah rangkaian kegiatan ekonominya, mulai dari produksi,
pengusahaan, serta pemasarannya, membuka kesempatan kerja yang besar. Di Kabupaten
Banggai terdapat potensi perkebunan yang variatif serta dapat diperoleh dibeberapa tempat.
Menurut data dari Direktorat Perkebunan, Kementerian Pertanian, Jakarta (2007), di
Kabupaten Banggai terdapat antara lain :

Kakao. Komoditi kakao yang ditanam di lahan seluas 17.314 hektar dengan kapasitas
produksi mencapai 6.418 ton.

Kopi. Komoditi kopi dengan kapasitas produksi mencapai 17 ton, dengan luas lahan 262
hektar.

Kelapa. Komoditi kelapa dengan kapasitas produksi mencapai 33.058 ton, luas lahan sekitar
32.211 hektar.

Cengkeh. Komoditi cengkeh dengan kapasitas produksi mencapai 272 ton, luas lahan sekitar
1.354 hektar.

Jambu Mente. Komoditi jambu mente kapasitas produksi mencapai 2.205 ton, luas lahan
sekitar 11.117 hektar.
Namun rupanya kondisi komoditi perkebunan belum optimal. Karena produktivitasnya secara
relative masih kecil yaitu rata-rata dibawah 1 ton per hektar, sehingga perlu intensifikasi
dalam meningkatkan produksi masing-masing komoditi perkebunan. Diperlukan penelitian
yang serius terhadap setiap komoditi perkebunan agar diketahui penyebab tingkat produksi
yang cukup rendah, apakah disebabkan oleh kualitas tanaman atau karena kondisi tanaman
yang umurnya relatif telah tua atau dikarenakan oleh pemeliharaan dan penanganan produksi
yang kurang baik sehingga produktivitasnya berkurang.

Untuk lebih jelasnya produktivitas beberapa komoditi perkebunan (ton/Ha) dapat dilihat pada
tabel berikut :

No. Komoditi 2001 2002 2003 2004 2005


1. Kelapa Dalam 1,14 0,46 1,00 1,01 1,06
2. Kelapa Hibrida 0,07 0,21 0,05 0,06 0,06
3. Kopi 0,09 0,25 0,27 0,29 0,30
4. Cengkeh 0,03 0,47 0,53 0,59 0,64
5. Jambu Mente 0,05 0,14 0,10 0,15 0,16
6. Kakao 0,13 0,47 0,49 0,51 0,53
7. Vanili 0,16 0,08 0,11 0,12 0,11
8. Kemiri 0,05 0,24 0,23 0,33 0,41
9. Lada 0,04 0,01 0,02 0,03 0,03
10. Aren 0,75 0,00 0,32 0,36 0,41
11. Sagu 0,09 0,00 0,14 0,17 0,15

Sumber : BPS Kabupaten Banggai.

5. Potensi Perikanan

Perikanan Laut

Potensi perikanan di wilayah Kabupaten Banggai cukup besar terutama pada sektor perikanan
laut. Banyak rumah tangga yang menggantungkan hidupnya disektor ini. Pada tahun 2007
terdapat Rumah Tangga Perikanan (RTP) sebanyak 6.955 rumah tangga, yang tersebar
diseluruh kecamatan. Dari RTP inilah bahan baku industri perikanan dan konsumsi
masyarakat dihasilkan, dengan keterbatasan alat penangkapan dan sarana sehingga potensi
perikanan laut ini belum digarap secara optimal, ini dapat dilihat dari masih kecilnya hasil
yang diharapkan karena sebagian besar sektor perikanan laut menggunakan alat penangkap
ikan yang sederhana dan tradisional. Salah satu andalan Kabupaten Banggai adalah sektor
perikanan, namun pemanfaatannya belum optimal. Potensi lestari sumber daya ikan
Kabupaten Banggai adalah sebesar 48.627,1 ton/tahun yang terdiri dari ikan pelagis 39.387,9
ton/tahun dan ikan demersal 9.239,2 ton/tahun. Pemanfaatannya per tahun hanya 28,7 % atau
13.922,9 ton (DKP Kabupaten Banggai, 2005).

Sarana dan prasarana perikanan. Untuk menunjang operasionalisasi kegiatan


penangkapan, pembudidayaan, penanganan pasca panen, dan penyaluran hasil-hasil
perikanan telah dibangun beberapa prasarana perikanan antara lain :

a. Pelabuhan perikanan, telah dibangun di daerah Bonebobakal untuk mendukung


kegiatan penangkapan di wilayah Teluk Tolo dan Teluk Tomini.
b. Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI atau TPI), terdapat lima PPI/TPI yang terletak di
Luwuk, Lamala, Rata, Bualemo dan Pagimana.

c. Pelabuhan Umum, selain pelabuhan perikanan juga terdapat pelabuhan umum yang
letaknya di tengah kota Luwuk dan dapat disandari kapal Pelni maupun kargo laut sehingga
memudahkan transportasi hasil perikanan ke luar daerah.

d. Pabrik Es, Di beberapa PPI/TPI yang telah dibangun dilengkapi dengan pabrik es, yaitu
Bualemo, Bunta, Luwuk dan Pagimana. Selain itu juga terdapat pabrik es dikelola swasta
dengan kapasitas rata-rata 5 10 ton per hari.

Kabupaten Banggai memiliki sumber daya ikan laut yang cukup besar. Dengan melihat
besarnya potensi perikanan tangkap yang dimiliki tentunya memerlukan penanganan serius,
profesional dan bertanggung jawab. Kalau melihat produksi dan nilai produksi ikan, tercatat
sektor perikanan tangkap yang dapat memberikan kontribusi bagi pendapatan nelayan dan
pendapatan asli daerah Kabupaten Banggai.

Perikanan Darat

Potensi perikanan darat cukup menjanjikan, karena masih terdapat banyak areal
pengembangan perikanan darat. Jenis ikan dan udang yang dapat dikembangkan adalah ikan
nila, ikan nila gips, ikan bandeng, ikan gurame, ikan mujair, budi daya kepiting, dan udang
windu. Pengembangan potensi ini sangat menjanjikan mengingat dimungkinkan
dikembangkan oleh masyarakat secara tradisional sebagai upaya memberdayakan masyarakat
terutama mereka yang kurang mampu.

6. Kehutanan

Luas wilayah hutan di Kabupaten Banggai (data tahun 2009) berupa kawasan lindung dan
kawasan budidaya. Dari kawasan hutan lindung terluas adalah hutan lindung seluas 169.669
hektar atau 18,04 % dari luas total hutan. Pada kawasan budi daya adalah hutan produksi
terbatas seluas 309.113 hektar atau 32,86 % terluas kedua adalah hutan produksi tetap seluas
55.526 hektar atau 5,90 persen dari total hutan yang ada.

7. Industri

Sebagaimana telah diamanatkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional,


pengembangan sektor industri ditujukan untuk memperluas kesempatan kerja, pemerataan
kesempatan usaha, meningkatkan ekspor dan menunjang pembangunan di daerah dengan
memanfaatkan ketersediaan sumber daya alam dan sumber daya manusia. Perusahaan yang
bergerak dibidang industri, terdiri dari industri besar, menengah, dan industri rumah tangga.
Pengelompokkan tersebut semata-mata dibedakan atas banyaknya penggunaan tenaga kerja.
Perusahaan industri skala besar menyerap tenaga kerja lebih dari seratus orang, sementara
perusahaan industri menengah menyerap lebih dari dua puluh orang, dan industri skala kecil
menyerap tenaga kerja antara 5 sampai 20 orang. Sedangkan industri rumah tangga
menggunakan tenaga kerja dibawah lima puluh orang. Dari kategori ini, dapat disimpulkan
bahwa jenis industri yang berada di Kabupaten Banggai sebagian besar adalah industri kecil
dan industri rumah tangga. Sementara variasi jenis industri yang terdapat di Kabupaten
Banggai, sebagaimana tercantum dalam data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Banggai, tahun2007 adalah sebagai berikut :
1. Industri makanan, minuman dan tembakau.
2. Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit.
3. Idustri kayu dan barang dari kayu termasuk perabot rumah tangga.
4. Industri kertas dan barang dari kertas, percetakan dan penerbitan.
5. Industri barang galian bukan logam.
6. Industri pengolahan lainnya.

C. Potensi Sumber Daya Manusia Kabupaten Banggai

Potensi sumber daya manusia di Kabupaten Banggai sudah cukup banyak dan memadai, baik
dari sisi kuantitas maupun kualitas. Namun proporsi SDM yang ada dan tersedia di
Kabupaten Banggai masih berkisar pada kalangan terbatas. Belum menjangkau seluruh
lapisan masyarakat. Kondisi ini menyulitkan dalam program optimalisasi dan pemanfaatan
sumber daya alam di daerah. Dengan demikian, butuh ikhtiar serius dan berkelanjutan untuk
melakukan terobosan-terobosan baru dalam pengembangan SDM di Kabupaten Banggai.

Sebagai gambaran catatan dari Biro Pusat Statistik untuk tahun 2009, di Kabupaten Banggai
terdapat 223.426 penduduk usia kerja. Bagian dari tenaga kerja yang aktif dalam kegiatan
ekonomi disebut angkatan kerja. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan
ukuran yang menggambarkan jumlah angkatan kerja untuk setiap 100 penduduk usia kerja.
TPAK di Kabupaten Banggai pada tahun 2009 tercatat sebesar 72,23 persen.

Menghadapi fenomena ini, muncul berbagai usulan cerdas dan merupakan aspirasi kalangan
publik luas. Misalnya untuk memperbanyak aneka jenis kursus ketrampilan. Pendayagunaan
Balai Latihan Kerja (BLK). Ataupun gagasan mengirim SDM lokal untuk mengikuti magang
kerja di luar negeri, sebagai upaya menyerap kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Aspirasi dan gagasan cerdas seperti ini tak akan berguna bila berbenturan dengan karakter
kepemimpinan yang miskin visi dan tak memiliki program yang jelas dalam peningkatan
standar SDM di Kabupaten Banggai. Karenanya, kata kunci untuk menjemput solusi terbaik
berada ditangan seorang pemimpin yang visioner, intelektual dan cerdas. Dalam konteks ini
Kabupaten Banggai memerlukan pemimpin yang berpengalaman, santun dan bersahaja.

Sumber : Visi dan Misi Bupati Banggai, 2011-2016 dan sumber lainnya.

Anda mungkin juga menyukai