Anda di halaman 1dari 2

Dari Meja Redaksi

Beberapa tahun belakangan ini ada fenomena menarik tentang perbankan di negeri kita.
Yaitu pesatnya pertumbuhan bank-bank syariah, baik berupa bank syariah penuh
maupun unit syariah dari bank konvensional. Mengapa ramai-ramai berkecimpung di
bidang ini? Jawabnya tentu saja karena bank-bank jenis ini menarik dan menguntungkan
secara ekonomis. Bandingkan. Antara tahun 1997 hingga tahun 2003 pertumbuhan
penghimpunan dana masyarakat oleh perbankan secara nasional adalah sebesar 152%,
sementara pada kurun waktu yang sama pertumbuhan penghimpunan dana oleh bank
syariah besarnya adalah 1.135%. Antara tahun 1997 sampai tahun 2003 pertumbuhan
dana yang dikucurkan oleh perbankan nasional untuk kredit besarnya 16%, untuk bank-
bank syariah besarnya 1.104%! Non Performing Loan tahun 2003 untuk perbankan
nasional 6,77% sedangkan untuk bank-bank syariah dibawah 4%!
Disebut bank syariah atau bank Islam, tentunya karena cara operasinya didasarkan
atas prinsip-prinsip syariah Islam. Sebelum kita menikmati berbagai tulisan yang
berkenaan dengan perbankan syariah, keuangan syariah ataupun ekonomi syariah, ada
baiknya kita menyamakan persepsi kita tentang apa itu syariah?
Kata syariah berasal dari kata syirah, artinya jalan, yaitu jalan kehidupan yang
baik, nilai-nilai agama yang diungkapkan secara fungsional, ditujukan untuk
mengarahkan kehidupan manusia. Dr. Salim Al Jufri, Ketua Pusat Konsultasi Syariah
(Syariahonline.com) mengibaratkan syariah sebagai peta dunia yang mampu
menyelamatkan manusia dari tipu daya dunia, juga peta akhirat yang mampu
menyelamatkan manusia dari siksa akhirat.
Syariah memiliki ciri komprehensif dan universal. Komprehensif artinya bahwa ia
merangkum seluruh aspek kehidupan, baik ibadah ritual maupun hubungan sosial
(muamalah). Sedangkan universalitas syariah nampak terutama pada hubungan sosial.
Sebagaimana dikatakan dalam Al Quran bahwa misi utama diutusnya Rasul adalah
untuk membawa dan menyebarkan kasih sayang bagi seluruh alam semesta (rahmatan lil
alamin). Dalam kaitannya dengan hubungan antara muslim dengan non muslim, Sayidina
Ali r.a., sahabat Rasulullah saw pernah mengatakan: Dalam bidang hubungan sosial
kewajiban mereka adalah kewajiban kita dan hak mereka adalah hak kita.
Hakikat keberadaan syariah atau yang dikenal dengan istilah maqashid asy-
syariyah sebagaimana dikemukakan oleh seorang ulama bernama Asy-Syatibi, pada
dasarnya terdiri atas lima hal.
Pertama, syariah ditujukan untuk memelihara hak spiritual umat manusia. Setiap
orang memiliki kepercayaan dan beribadah sesuai dengan kepercayaannya masing-
masing dan setiap orang harus dilindungi dalam menjalankan ibadah dan kepercayaannya
tersebut. Tidak diperkenakan untuk memaksa orang lain berpindah kepercayaan. Salah
satu contoh dari pemeliharaan hak spiritual dalam aktivitas perekonomian adalah
keharusan untuk menanamkan modal hanya dalam proyek-proyek usaha yang halal.
Karena diyakini bahwa kehalalan rizki akan menentukan tingkat spiritualitas seseorang.
Doa kepada Tuhan tidak akan diterima bila kita berdoa sementara segala yang kita
konsumsi berasal dari sumber-sumber yang tidak halal.
Kedua, keberadaan syariah adalah untuk memelihara hak hidup manusia. Jiwa
manusia harus dipelihara, tidak diperkenankan untuk dicederai ataupun dihilangkan tanpa

1
alasan yang jelas. Oleh karena itu pengembangan proyek-proyek usaha haruslah
memperhatikan kemaslahatan bagi orang banyak, dalam arti tidak menimbulkan dampak
kerusakan lingkungan baik itu lingkungan udara, air maupun tanah. Karena hal itu akan
berdampak pada kerusakan atau bahkan penghilangan jiwa manusia maupun harta benda.
Sebagaimana yang akhir-akhir ini kita saksikan pada berbagai bencana lingkungan,
dampak buruknya telah terasa baik secara sosial, ekonomi dan bahkan politik.
Ketiga yaitu memelihara hak intelektual. Kemampuan berpikir manusia perlu
dijaga dari segala bentuk kerusakan sehingga dapat diarahkan untuk pengembangan ilmu
pengetahuan dan peradaban, menghasilkan produk-produk yang bermanfaat bagi
kehidupan umat manusia. Larangan untuk mengembangkan usaha pada bidang-bidang
yang diharamkan seperti minuman keras, narkoba ataupun perjudian merupakan upaya
menutup jalan masuk bagi kearah perusakan akal manusia.
Keempat ialah memelihara hak ekonomi. Akses ke sumber-sumber ekonomi harus
diberikan secara luas kepada setiap orang untuk diupayakan dengan sebaik-baiknya, agar
dapat memberi kesejahteraan bersama secara adil. Harta milik pribadi harus dilindungi
dari segala bentuk perusakan, pencurian ataupun perampokan, sehingga insentif untuk
mempertahankan dan meningkatkan kemakmuran senantiasa terpelihara. Namun harus
disadari bahwa dalam harta pribadi tersebut mengandung hak-hak orang lain, sehingga
dengan penuh kesadaran pemilik harta bersedia menyisihkan sebahagian hartanya untuk
tujuan-tujuan sosial.
Yang terakhir adalah memelihara hak sosial. Yang dimaksud dengan hak sosial
disini adalah hak berkumpul, berserikat, berkeluarga dan membangun komunitas. Etika
hubungan sosial serta kehormatan setiap individu yang berinteraksi didalamnya harus
selalu diperhatikan dan dijaga. Dengan demikian diharapkan akan terjadi keharmonisan
sosial sehingga para pengusaha akan memiliki peluang lebih besar dalam
mengembangkan bisnisnya pada situasi yang lebih pasti dan stabil.
Kelima spirit syariah inilah yang menjadi landasan bagi pengembangan wacana
dalam berbagai tulisan yang kami sajikan pada edisi kali ini. Semoga sajian kami kali ini
akan menambah wawasan Anda, dan selamat menikmati!

Anda mungkin juga menyukai