Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Entrepreneur merupakan potensi pembangunan, baik dalam jumlah maupun dalam suatu
mutu wirausaha itu sendiri. Jumlah wirausaha di Indonesia masih sedikit dan mutunya masih
rendah sehingga pembangunan wirausaha merupakan persoalan yang mendesak bagi
suksesnya pembangunan. Pengembangan kewirausahaan pada perguruan tinggi dipandang
penting mendapat perhatian dengan sasarannya yaitu memantapkan penerapan visi dan misi,
menata sistem kelembagaan akademik menjadi lembaga akademik yang mandiri.

Seorang wirausaha dituntut memiliki keahlian baik dalam bidang keuangan, manajerial
maupun yang lainnya. Wirausaha atau entrepreneur tidak dituntut memiliki suatu bakat
khusus yang harus dimiliknya. Seorang wirausahawan adalah seseorang yang memiliki
keahlian untuk menjual, mulai dari menawarkan ide hingga komoditas, baik berupa produk
atau jasa. Dengan kreativitasnya, wirausahawan mampu beradaptasi dengan berbagai situasi
dan kondisi lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana pengertian Vocational Entrepreneurship?

1.2.2 Bagaimana berbagai bidang keahlian kejuruan dan hubungannya dengan jenis
usaha?

1.2.3 Bagaimana pengertian intrapreneurship?

1.2.4 Bagaimana iklim organisasi pendorong intrapreneurship?

1.2.5 Bagaimana karakteristik kepemimpinan intrapreneurship?

1.3 Tujuan

1.3.1 Mengetahui pengertian Vocational Entrepreneurship.

1.3.2 Mengetahui berbagai bidang keahlian kejuruan dan hubungannya dengan jenis
usaha.

1.3.3 Mengetahui pengertian intrapreneurship.

1
1.3.4 Mengetahui iklim organisasi pendorong intrapreneurship.

1.3.5 Mengetahui karakteristik kepemimpinan intrapreneurship.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Vocational Entrepreneurship

Kata entrepreneur berasal dari bahasa Prancis, entreprendre, yang sudah dikenal
sejak abad ke 17, yang berarti berusaha. Dalam hal bisnis, maksudnya adalah memulai
sebuah bisnis. Kamus Merriam-Webster menggambarkan definisi entrepreneur sebagai
seseorang yang mengorganisir dan menanggung risiko sebuah bisnis atau usaha.

Menurut Thomas W. Zimmerer (2008) entrepreneurship (kewirausahaan) adalah


penerapan kreativitas dan keinovasian untuk memecahkan permasalahan dan upaya
memanfaatkan peluang-peluang yang dihadapi orang setiap hari.

Menurut Andrew J. Dubrin (2008) entrepreneur adalah seseorang yang mendirikan


dan menjalankan sebuah usaha yang inovatif. Istilah entrepreneurship (kewirausahaan)
pada dasarnya merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai,
kemampuan (ability) dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk
memperoleh peluang dengan berbagai risiko yang mungkin dihadapinya.
Entrepreneurship adalah segala shal yang berkaitan dengan sikap, tindakan dan proses
yang dilakukan oleh para entrepreneur dalam merintis, menjalankan dan
mengembangkan usaha mereka.

Entrepreneurship merupakan gabungan dari kreativitas, inovasi dan keberanian


menghadapi resiko yang dilakukan dengan cara kerja keras untuk membentuk dan
memelihara usaha baru. Dari pandangan para ahli dapat 6 disimpulkan bahwa
entrepreneurship adalah kemampuan dalam berfikir kreatif dan berperilaku inovatif yang
dijadikan sebagai dasar, sumber daya, tenaga penggerak, tujuan siasat, kiat dan proses
dalam menghadapi tantangan hidup.

Entrepreneurship secara historis sudah dikenal sejak diperkenalkan oleh Richard


Castillon pada tahun 1755. Di luar negeri, istilah entrepreneurship sendiri telah dikenal
sejak abad ke-17, sedangkan di Indonesia istilah entrepreneurship baru dikenal pada
akhir abad ke-20.

Beberapa istilah entrepreneurship seperti di Belanda dikenal dengan ondernemer,


dalam bahasa Prancis dikenal dengan istilah entreprendre, dalam bahasa jerman

3
entrepreneur disebut dengan unternehmer, turunan dari kata unternehmen yang diartikan
menjalankan, melakukan dan berusaha.

Pendidikan entrepreneurship mulai dirintis sejak 1950-an di beberapa negara seperti


Eropa, Amerika, dan Kanada. Bahkan sejak 1970-an banyak universitas yang
mengajarkan entrepreneurship atau manajemen usaha kecil. Pada tahun 1980-an, hampir
500 sekolah di Amerika Serikat memberikan pendidikan entrepreneurship.

Di Indonesia, entrepreneurship dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah atau


perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan tantangan seperti
adanya krisis ekonomi, pemahaman entrepreneurship baik melalui pendidikan formal
maupun pelatihan-pelatihan di segala lapisan masyarakat entrepreneurship menjadi
berkembang.

2.2 Berbagai Bidang Keahlian Kejuruan dan Hubungannya dengan Jenis Usaha

a. Akuntansi

Akuntansi adalah suatu proses mencatat, mengklasifikasi, meringkas, mengolah


dan menyajikan data, transaksi serta kejadian yang berhubungan dengan keuangan.
Dalam jurusan ini, kita dituntut dapat bekerja sama dengan relasi lain, bekerjasama
dengan sosial yang berbeda.

b. Administrasi Perkantoran/ Sekretaris

Jurusan ini akan selalu dibekal dengan keterampilan yang baik seperti mengetik
sepuluh jari buta tanpa lihat di keyboard, stenografi, k3, kearsipan, korespondensi,
dengan ditunjang oleh penguasaan bahasa Inggris dan kepribadian yang baik secara
professional di bidangnya.

c. Multimedia

Lulusan dalam jurusan ini diharapkan dapat menjadi tenaga programmer tingkat
menengah dengan penguasaan software pemrograman berbasis database dan internet.
Dengan penguasaan bidang teknologi informasi, kita dapat lebih mudah mencari
pekerjaan dalam lapangan kerja.

4
d. Pemasaran

Mempersiapkan jiwa yang kuat untuk menjadi tenaga-tenaga PR yang dibekali


dengan pengetahuan dan keterampilan bidang PR dan Marketing, komunikasi
negosiasidan transaksi serta mampu mengoperasikan penjualan dilokasi.

e. Usaha Jasa Perjalanan

Keberhasilan pariwisata Indonesia akan sangat ditentukan oleh adanya kelancaran


transportasi, akomodasi, dan kenyamanan para pengguna (wisatawan lokal dan
mancanegara) selama melakukan perjalanan wisatanya. Dalam jurusan ini
mempersiapkan tenaga professional dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan
dalam membuat perencanaan dan manajemen perjalanan wisata, reservasi, marketing,
pemanduan wisata, dengan dibekali penguasaan teknologi informasi, bahasa Inggris
dan Jepang.

f. Produksi Grafika

Program keahlian yang mempersiapkan siswa menjadi terampil di bidang teknik


produksi grafika (percetakan) mencakup penguasaan berbagai jenis mesin dalam
industri percetakan.

2.2.1 Hubungan antara Bidang Keahlian dan Bakat dengan Jenis Usaha
Dalam setiap bidang pasti selalu mengaitkan keahlian seseorang dengan bakat. Jika
seseorang mampu melakukan sesuatu hal dengan baik, maka orang tersebut akan
berpendapat bahwa yang bersangkutan memang berbakat dalam bidang tersebut dan bisa
di aplikasikan ke dalam jenis usaha, maka orang tersebut akan sukses untuk
mengembangkan bisnisnya, sedangkan jika sesorang tidak mampu menunjukan kualitas
karyanya, maka orang akan berpendapat bahwa yang bersangkutan tidak mempunyai
bakat.
Pengertian Keahlian Kewirausahaan
Keahlian kewirausahaan adalah kemampuan yang akan menyukseskan atau
menggagalkan bisnis anda. Memiliki keahlian ini sejak dari awal akan mengurangi
rintangan anda dalam memulai karir baru sebagai seorang pengusaha. Keahlian
kewirausahaan harus dimiliki oleh seorang yang akan memulai suatu usaha, agar

5
kegiatan usahanya teratur dan bisa berhasil. Karena keberhasilan suatu usaha tergantung
oleh keahlian manajer dalam perusahaan tersebut.
Berikut ini adalah beberapa keahlian wirausaha yang perlu anda miliki untuk
kesuksesan bisnis anda:
1. Jadilah seorang generalis
Anda tidak harus menguasai satu bidang secara tuntas, tapi kita harus cukup
fleksibel untuk mengetahui setiap aspek dari dasar-dasar bisnis dan bagaimana setiap
hal saling berhubungan satu sama lain.
2. Kemampuan manajerial dan kemampuan administrative
Kebanyakan bisnis besar mempekerjakan ratusan dan bahkan ribuan karyawan
dengan spesialisasi mereka masing-masing. Lupakan dulu hal tersebut jika anda
memulai bisnis dari nol seperti kebanyakan pengusaha sukses memulai bisnis mereka.
Bahkan menyewa seorang asisten adalah cukup mahal bagi anda yang baru memulai
bisnis. Jadi dasar keahlian wirausaha yang perlu anda miliki pertama kali adalah
keahlian administratif untuk mengelola pendapatan dan pengeluaran bisnis. Selain itu,
kita memerlukan keahlian manajerial untuk mengendalikan setiap situasi yang terjadi
ketika kita mulai menjalankan bisnis kita.
3. Keahlian perencanaan
Perencanaan adalah keahlian penting yang harus anda miliki sebagai seorang
pengusaha. Diantaranya adalah mengelola manajemen waktu sehingga waktu tidak
terbuang percuma ketika banyak hal yang harus diselesaikan.
4. Keahlian manajemen keuangan
Saat kita memutuskan untuk menjalankan bisnis bukan hanya sebagai suatu
sarana mewujudkan keinginan menjadi seorang pengusaha tapi juga untuk
mendapatkan sejumlah uang, tentunya harus mengasah keahlian manajemen
keuangan. Salah satu keahlian penting yang harus dimiliki oleh seorang pengusaha
adalah kemampuan untuk mengelola keuangan agar kita mempunyai cukup uang
untuk membiayai bisnis dan memperoleh sisanya sebagai keuntungan kita.
5. Keahlian berinteraksi dengan manusia
Mendirikan suatu bisnis akan mewajibkan kita untuk berinteraksi dengan orang-
orang dari berbagai macam latar belakang. Ini adalah suatu keahlian bisnis yang akan
memungkinkan bisnis semakin berkembang dan semakin sukses. Setiap pengusaha
sukses mempunyai keahlian yang cukup baik dalam hal berinteraksi dengan manusia,

6
dan jika tidak memiliki keahlian tersebut, mereka mempekerjakan orang lain untuk
melakukannya.

Pengertian Bakat Khusus


Bakat (aptitude) mengandung makna kemampuan bawaan yang merupakan potensi
(potential ability) yang masih perlu pengembangan dan latihan lebih lanjut. Karena
sifatnya yang masih potensial, bakat memerlukan ikhtiar pengembangan dan pelatihan
secara serius dan sistematis agar dapat terwujud (Utami Munandar,1992). Bakat berbeda
dengan kemampuan (ability) yang mengandung makna sebagai daya untuk melakukan
sesuatu, sebagai hasil pembawaan dan latihan. Bakat juga berbeda dengan kapasitas yaitu
kemampuan yang dapat dikembangkan di masa yang akan datang apabila latihan
dilakukan secara optimal. (Conny Semiawan,1987).
Bakat adalah suatu kondisi atau serangkaian karakteristik dari kemampuan
seseorang untuk mencapai sesuatu dengan sedikit latihan (khusus) mengenai
pengetahuan, keterampilan, atau serangkaian respon. (Dyke Bingham dalam
Ny.Moesono, 1989). Bakat adalah kondisi dalam diri seseorang yang memungkinkannya
dengan suatu latihan khusus mencapai kecakapan pengetahuan dan keterampilan khusus.
(Sarlito Wirawan Sarwono, 1979).
Bakat adalah tingkat kemampuan yang tinggi yang berhasil dicapai seseorang dalam
keterampilan tertentu. (Tedjasaputra,2003). Menampilkan bakat dibutuhkan motivasi
kuat yang disebut minat, yakni kebebasan seseorang memilih segala sesuatu yang
disukai, disenangi dan ingin dilakukan. (Gardner,1993) mengganti istilah bakat dengan
kecerdasan yang berupa kecerdasan umum maupun kecerdasan khusus. Sedikitnya ada
sembilan kecerdasan atau bakat yang mungkin dimiliki seseorang, yakni logical
mathematical, linguistic/verbal, visual spatial, musical, bodily-kinesthetic, interpersonal,
intrapersonal, natural, dan moral/ spiritual. Teori Gardner ini menjadi pegangan bahwa
setiap orang memiliki bakat unik dan berbeda. Orang tidak dapat dipaksa berprestasi di
luar bakat bakat khusus yang dimilikinya.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Bakat merupakan kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu
dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud.
2. Bakat tidaklah diturunkan semata, tetapi merupakan interaksi dari faktor keturunan
dan faktor lingkungan, artinya dibawa sejak lahir berupa potensi dan berkembang
melalui proses belajar, dan memiliki ciri khusus.
7
3. Orang yang berbakat dalam bidang tertentu diperkirakan akan mampu mencapai
prestasi tinggi dalam bidang itu. Jadi prestasi sebagai perwujudan bakat dan
kemampuan.
4. Bakat mencakup ciri-ciri lain yang dapat memberi kondisi atau suasana
memungkinkan bakat tersebut terealisasi, termasuk inteligensi, interes (minat),
kepribadian, dan keterampilan khusus. Bakat adalah suatu kapasitas untuk belajar
sesuatu. Arti kapasitas adalah potensi kemampuan untuk berkembang.

Jenis-jenis Bakat Khusus


Bakat khusus (talent) adalah kemampuan bawaan berupa potensi khusus dan jika
memperoleh kesempatan berkembang dengan baik, akan muncul sebagai kemampuan
khusus dalam bidang tertentu sesuai potensinya. Klasifikasi jenis-jenis bakat khusus,
yaitu:
1. Bakat akademik khusus.
Bakat akademik khusus misalnya bakat untuk bekerja dalam angka-angka
(numerik), seperti logika bahasa, dan sejenisnya.
2. Bakat kreatif produktif.
Bakat khusus dalam bidang kreatif produktif artinya bakat dalam menciptakan
sesuatu yang baru misalnya menghasilkan rancangan arsitektur baru, menciptakan
teknologi terbaru dan lainnya.
3. Bakat seni.
Bakat khusus dalam bidang seni, misalnya mampu mengaransemen musik dan
sangat dikagumi, menciptakan lagu hanya dalam waktu 30 menit, mampu melukis
dengan sangat indah dalam waktu singkat dan sejenisnya.
4. Bakat kinestetik/ psikomotorik.
Bakat khusus kinestetik/ psikomotorik, misalnya bakat dalam bidang sepakbola,
bulu tangkis, tenis, dan keterampilan teknik.
5. Bakat sosial.
Bakat khusus dalam bidang sosial misalnya sangat mahir melakukan negoisasi,
mahir berkomunikasi, dan sangat mahir dalam kepemimpinan.

8
2.3 Pengertian Intrapreneurship

Intrapreneurship adalah kewirausahaan (entrepreneurship) dalam perusahaan


(enterprenership inside of the organization) atau dapat dikatakan bahwa intrapreneurship
adalah entrepreneuship yang ada di dalam perusahaan. Konsep intrapreneurship pertama
muncul pada tahun 1973 oleh Susbauer dalam tulisannya yang berjudul Intracoporate
Enterpreneurship : Programs in American Industry, dan kemudian dipopulerkan oleh
Pinchott (1985) dan Burgelman (2007) dalam disertasinya.

Princhott (1985) mendefinisikan seorang intrapreneur adalah seorang yang


memfokuskan pada inovasi dan kreativitas dan yang mentransformasi suatu mimpi atau
gagasan menjadi usaha yang menguntungkan yang dioperasikannya dalam lingkup
lingkungan perusahaan. Oleh karena itu, agar sukses intrapreneurship harus
diimplementasikan dalam strategi perusahaan (Dalam Budiharjo, 2011:152).

Asef Karimi, dkk (2011) menyebutkan bahwa Intrapreneurship berakar pada


kewirausahaan (Amo dan Kolvereid, 2005; Antoncic, 2001; Davis, 1999; Honig, 2001),
ada beberapa perbedaan antara intrapreneurship dan kewirausahaan. Pertama semua,
intrapreneur membuat keputusan berisiko menggunakan sumber daya perusahaan. untuk
melakukannya, pengusaha menggunakan sumber daya mereka sendiri (Antoncic dan
Hisrich, 2001; Luchsinger dan Bagby, 1987; Morris et al, 2008). Kedua, intrapreneurship
terjadi di antara karyawan dari dalam organisasi mereka, sedangkan kewirausahaan
cenderung terutama secara eksternal terfokus (Amo dan Kolvereid, 2005; Antoncic,
2001; Antoncic dan Hisrich, 2001; Davis, 1999; Luchsinger dan Bagby, 1987).

Lebih lanjut Asef Karimi, dkk (2011) menyebutkan bahwa sepertiga dari semua,
pengusaha lebih memilih untuk mengembangkan pengetahuan tacit dalam organisasi
baru daripada menggunakan prosedur atau mekanisme dari perusahaan lain. Di sisi lain,
intrapreneur bekerja dalam organisasi yang sudah memiliki politik mereka sendiri,
bahasa, prosedur, dan birokrasi (Antoncic, 2001; Antoncic dan Hisrich, 2001; Davis,
1999; Honig, 2001).

Meskipun kewirausahaan dan intrapreneurship memiliki perbedaan penting, mereka


juga memiliki beberapa koneksi karena intrapreneurship secara konsisten diposisikan
sebagai kewirausahaan dalam organisasi (Antoncic, 2001; Davis, 1999, dalam Asef
Karimi, dkk, 2011).

9
2.4 Iklim Organisasi Pendorong Intrapreneurship

Faktor Pendorong Intrapreneurship

Antonic (2007) yang dikutip Budiharjo (2011) menyebutkan antesenden intrapreneurship


dibagi menjadi dua yaitu lingkungan (environment) dan organisasi (organization).

1. Faktor lingkungan yang positif meliputi dinamisme peluang teknologi, pertumbuhan


industry, dan permintaan untuk produk baru, sedangkan antesenden untuk lingkungan
yang tidak dikehendaki meliputi perubahan yang tidak dikehendaki dan persaingan
yang tinggi.

2. Dari sisi organisasi, karakteristik organisasi yang dapat mendorong intrapreneurship


adalah sistem terbuka, kendali formal pada aktivitas intrapreneurship, pemindahan
intensif pada lingkungan, dukungan organisasional, dan nilai-nilai perusahaan. Dalam
penelitiannya, Antonic (2007) membuktikan bahwa intrapreneurship berkorelasi
secara positif dengan pertumbuhan (company growth), dan dibuktikan pula bahwa
dimensi lingkungan dan karakteristik organanisasi (organization characteristics)
berkorelasi positif dengan intrapreneurship.

Faktor Penghambat Intrapreneurship

Eesley dan Longenecker (2006, dikutip oleh Budiharjo, 2011) mengemukakan 10


hambatan utama dalam intrapreneurship meliputi:

1. Menghukum kesalahan yang disebabkan oleh tindakan risk taking.

2. Gagasan-gasasan tanpa tindak lanjut.

3. Tidak ada dorongan intrapreneurship.

4. Unhealthy politicking dalam organisasi.

5. Komunikasi yang buruk antar karyawan dan juga pada pelanggan.

6. Karyawan tidak didorong berpikir untuk mencari peluang.

7. Misi, sasaran perusahaan tidak jelas.

10
8. Kurang dukungan manajemen.

9. Penghasilan keputusan beresiko yang tidak diberi reward.

10. Keterbatasan waktu dan sumber daya.

2.5 Karakteristik Kepemimpinan Intrapreneurship

Ciri-ciri intrapreneur yaitu:

a. Intrapreneur seolah menjadi general manager dari sebuah bisnis baru yang belum ada
di perusahaan.

b. Biasanya memiliki backgroud teknis atau perusahaan, tetapi tidak memusuhi disiplin
kerja yang lain, pandai beradaptasi dan melakukan penyesuaian.

c. Melakukan hal-hal sesuai kehendak hatinya.

d. Pemikir/ konseptor sekaligus pelaksana.

e. Punya dedikasi penuh dan bersedia mencurahkan waktu habis-habisan agar mimpinya
kenyataan.

f. Menunjukkan kualitas yang baik.

g. Segala sepak terjanggnya hanya berdasar kepentingan usahanya.

h. Orang yang meraih target yang ditetapkannya sendiri.

i. Selalu menetapkan standar kerja yang tinggi.

j. Kegagalannya merupakan proses belajar.

Hubungan Kreatifitas, Inovasi dengan Kewirausahaan

a. Inovasi

Inovasi adalah proses menemukan atau mengimplementasikan sesuatu yang baru ke


dalam situasi yang baru. Konsep kebaruan ini berbeda bagi kebanyakan orang karena
sifat nya relative (apa yang dianggap baru oleh seseorang atau pada suatu konteks
dapat menjadi sesuatu yang meruapakan lama bagi orang lain dalam konteks lain).
Inovasi adalah memikirkan dan melakukan sesuatu yang baru yang menambah atau

11
menciptakan nilai-nilai manfaat(social/ ekonomik) (Gde Raka, 2001). Untuk
menghasilkan perilaku inofatif seseorang arus melihat inovasi secara mendasar
sebagai proses yang dapat dikelola (John Adair, 1996).

b. Kreativitas

Kreativitas merupakan memikirkan sesuatu,kemampuan seseorang untuk


melahirkan sesuatu yang baru baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relative
berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Kreatif adalah menghadirkan sesuatu
benda atau hal yang sebelumnya sama sekali belum ada untuk dipergunakan. Ide yang
kratif dikaitkan dengan ide yang baru paling tidak untuk orang yang bersangkutan Ide
kreatif ini dapat melibatkan sebuah usaha penggabungan du ahal atau lebih ide-ide
secara langsung (John Adair,1996).

Kreativitas dan inovasi. Inovasi dan kreativitas berbeda wilayah domain yang
sama,teapi memiliki batasan yang tegas. Kreatifitas merupakan langkah pertama
menuju inovasi yang terdiri atas berbagai tahap. Kreatifitas berkaitan dengan
produksi kebaruan dan ide yang bermanfaat sedangkan inovasi berkaitan dengan
produksi atau adopsi ide yang bermanfaat dan implementasinya.

c. Wirausaha

Wirausaha adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk melihat dan
menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber daya-sumber daya
yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang tepat dan mengambil keuntungan
dalam rangka meraih sukses. Kewirausahaan pada hakekatnya adalah sifat, ciri dan
watak seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke
dalam dunia nyata secara kreatif. Untuk memenangkan persaingan, maka seorang
wirausahawan harus memiliki daya kreativitas yang tinggi. Daya kreatifitas tersebut
sebaiknya adalah dilandasi oleh cara berpikir yang maju, penuh dengan gagasan-
gagasan baru yang berbeda dengan produk-produk yang telah ada selama ini di pasar.

Gagasan-gagasan yang kreatif umumnya tidak dapat dibatasi oleh ruang, bentuk
ataupun waktu. Justru seringkali ide-ide jenius yang memberikan terobosan-terobosan
baru dalam dunia usaha awalnya adalah dilandasi oleh gagasan-gagasan kreatif yang
kelihatannya mustahil.

12
Namun, gagasan-gagasan yang baikpun, jika tidak diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari, hanya akan menjadi sebuah mimpi. Gagasan-gagasan yang
jenius umumnya membutuhkan daya inovasi yang tinggi dari wirausahawan yang
bersangkutan. Kreativitas yang tinggi tetap membutuhkan sentuhan inovasi agar laku
di pasar.

Inovasi yang dibutuhkan adalah kemampuan wirausahawan dalam menambahkan


nilai guna/ nilai manfaat terhadap suatu produk dan menjaga mutu produk dengan
memperhatikan market oriented atau apa yang sedang laku dipasaran. Dengan
bertambahnya nilai guna atau manfaat pada sebuah produk, maka meningkat pula
daya jual produk tersebut di mata konsumen, karena adanya peningkatan nilai
ekonomis bagi produk tersebut bagi konsumen.

Untuk menjadi wirausaha yang berhasil, persyaratan utama yang harus dimiliki
adalah memiliki jiwa dan watak kewirausahaan. Jiwa dan watak kewirausahaan
tersebut dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan, atau kompetensi. Kompetensi
itu sendiri ditentukan oleh pengetahuan dan pengalaman usaha.

Seseorang wirausaha adalah seseorang yang memiliki jiwa dan kemampuan tertentu
dalam berkreasi dan berinovasi. Ia adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different)
atau kemampuan kreatif dan inovatif. Kemampuan kreatif dan inovatif tersebut
secara riil tercermin dalam kemampuan dan kemauan untuk memulai usaha (start up),
kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang baru (creative), kemauan dan
kemampuan untuk mencari peluang (opportunity), kemampuan dan keberanian untuk
menanggung risiko (risk bearing) dan kemampuan untuk mengembangkan ide dan
meramu sumber daya. Kemauan dan kemampuan-kemampuan tersebut diperlukan
terutama untuk:

1. Melakukan proses/ teknik baru (the new technic).

2. Menghasilkan produk atau jasa baru (the new product or new service).

3. Menghasilkan nilai tambah baru (the new value added).

4. Merintis usaha baru (new businesess), yang mengacu pada pasar.

5. Mengembangkan organisasi baru (the new organitation).

13
BAB III

SIMPULAN & SARAN

3.1 Simpulan

3.1.1 Pengertian Vocational Entrepreneurship: Entrepreneurship adalah kemampuan


dalam berfikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan sebagai dasar,
sumber daya, tenaga penggerak, tujuan siasat, kiat dan proses dalam menghadapi
tantangan hidup.

3.3.2 Berbagai Bidang Keahlian Kejuruan dan Hubungannya dengan Jenis Usaha:
Akuntansi, Administrasi Perkantoran/ Sekretaris, Multimedia, Pemasaran, Usaha
Jasa Perjalanan, dan Produksi Grafika.

3.3.3 Pengertian Intrapreneurship: Intrapreneurship adalah kewirausahaan


(entrepreneurship) dalam perusahaan (enterprenership inside of the organization)
atau dapat dikatakan bahwa intrapreneurship adalah entrepreneuship yang ada di
dalam perusahaan.

3.3.4 Iklim Organisasi Pendorong Intrapreneurship: (1) Faktor lingkungan yang positif
meliputi dinamisme peluang teknologi, pertumbuhan industri, dan permintaan
untuk produk baru, sedangkan antesenden untuk lingkungan yang tidak
dikehendaki meliputi perubahan yang tidak dikehendaki dan persaingan yang
tinggi dan (2) Dari sisi organisasi, karakteristik organisasi yang dapat mendorong
intrapreneurship adalah sistem terbuka, kendali formal pada aktivitas
intrapreneurship, pemindahan intensif pada lingkungan, dukungan organisasional,
dan nilai-nilai perusahaan.

3.3.5 Karakteristik Kepemimpinan Intrapreneurship: (1) Intrapreneur seolah menjadi


general manager dari sebuah bisnis baru yang belum ada di perusahaan; (2)
Biasanya memiliki backgroud teknis atau perusahaan, tetapi tidak memusuhi
disiplin kerja yang lain, pandai beradaptasi dan melakukan penyesuaian; (3)
Melakukan hal-hal sesuai kehendak hatinya; (4) Pemikir/ konseptor sekaligus
pelaksana; (5) Punya dedikasi penuh dan bersedia mencurahkan waktu habis-
habisan agar mimpinya kenyataan; (6) Menunjukkan kualitas yang baik; (7) Segala
sepak terjanggnya hanya berdasar kepentingan usahanya; (8) Orang yang meraih

14
target yang ditetapkannya sendiri; (9) Selalu menetapkan standar kerja yang tinggi;
(10) Kegagalannya merupakan proses belajar.

3.2 Saran

Demikian paper yang dapat penulis sajikan, apabila ada kesalahan dalam penulisan
juga kekurangan dalam segi pembahasan mohon dimaklumi. Dengan segala kerendahan
hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca, agar dapat
memperbaiki paper ini selanjutnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://wirausahasomantri.blogspot.com/

http://almachaniago.blogspot.com/2013/02/makalah-bakat-khusus.html

http://vokasi.ub.ac.id

Andreas Budiharjo. 2011. Organisasi : Menuju Pencapaian Kinerja Optimal. Jakarta :


Prasetya Mulya Publishing

Asef Karimi, Iraj Malekmohamadi, Mahmoud Ahmadpour Daryani, Ahmad Rezvanfar,


(2011),A conceptual model of intrapreneurship in the Iranian agricultural extension
organization: Implications for HRD, Journal of European Industrial Training, Vol. 35 Iss: 7
pp. 632 657

Antoncic, B. (2001), Organizational processes in intrapreneurship: a conceptual integration,


Journal of Enterprising Culture, Vol. 9 No. 2, pp. 221-35.

Antoncic, B. and Hisrich, R.D. (2001), Intrapreneurship: construct refinement and cross-
cultural validitation, Journal of Business Venturing, Vol. 16 No. 5, pp. 495-527.

Antoncic, B. and Hisrich, R.D. (2003), Clarifying the intrapreneurship concept, Journal of
Small Business and Enterprise Development, Vol. 10 No. 1, pp. 7-24.

Antoncic, B. and Hisrich, R.D. (2004), Corporate entrepreneurship contingencies and


organizational wealth creation, Journal of Management Development, Vol. 23 No. 6, pp.
518-50.

Narayanan, V., Yang, Y. and Zahra, S. (2009), Corporate venturing and value creation: a
review and proposed framework, Research Policy, Vol. 38 No. 1, pp. 58-76.

Richard P. Nielsen, Michael P. Peters and Robert D. Hisrich. (1985). Intrapreneurship


Strategy for Internal Markets-Corporate, Non-Profit and Government Institution Cases.
Strategic Management Journal, Vol. 6, No. 2 (Apr. Jun., 1985), pp. 181-189

http://teorionline.net/intrapreneurship/

16
http://kataloggeografi.blogspot.com/2014/01/karyawan-entrepreneurintrapreneur.html

http://ayuetikas.blogspot.co.id/2015/04/intrapreneurship-kwu-sap-9.html

http://ayuetikas.blogspot.co.id/2015/04/kewirausahaan-sap-8.html

17

Anda mungkin juga menyukai