Resume Auditing
Resume Auditing
TENTANG
GAMBARAN UMUM PROSES AUDIT
Disusun Oleh :
Kelompok 9
Kelas :
Akuntansi C
Dosen Pengampu :
Ainul Fitri
Tujuan menyeluruh dari suatu audit laporan keuangan adalah menyatakan pendapat
apakah laporan keuangan klien telah menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang
material sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP). Proses
diagnostic untuk membuat pertimbangan tentang akun yang mungkin mengandung salah saji
yang material serta memperoleh bukti tentang penyajian yang wajar dalam laporan keuangan
melibatkan sejumlah langkah.
Audit memiliki nilai karena dapat memberikan keyakinan yang memadai bagi para
pengguna laporan keuangan bahwa laporan keuangan tersebut bebas dari salah saji yang
material dan para auditor mendukung kode etik professional dan berada pada posisi
independen terhadap klien.
Terdapat 7 langkah pokok yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan audit
laporan keuangan, yaitu :
1. Memperoleh pemahaman tentang bisnis dan industri
2. Mengidentifikasi asersi laporan keuangan yang relevan
3. Membuat keputusan tentang jumlah yang material bagi para pengguna laporan keuangan
4. Membuat keputusan tentang komponen risiko audit
5. Memperoleh bukti melalui prosedur audit, termasuk prosedur untuk memahami
pengendalian intern, melaksanakan pengujian pengendalian, dan melaksanakan pengujian
substantif
6. Menetapkan bagaimana menggunakan bukti untuk mendukung suatu pendapat audit,
komunikasi kepada klien lain, serta jasa bernilai tambah
7. Mengkomunikasikan Temuan-Temuan
Komunikasi kepada para pengguna laporan keuangan melalui pendapat audit, komunikasi
lain yang diperlukan kepada komite audit, komunikasi temuan yang berkaitan dengan jasa
bernila tambah lain.
A. Asersi Manajemen
Tujuan menyeluruh dari audit laporan keuangan adalah untuk menyatakan
pendapat apakah laporan keuangan klien telah menyatakan secara wajar, dalam semua
hal yang material, sesuai dengan GAAP. Untuk mencapai tujuan tersebut, hal yang lazim
dilakukan dalam audit adalah mengidentifikasi sejumlah tujuan audit yang spesifik bagi
setiap akun yang dilaporankan dalam laporan keuangan. Tujuan yang spesifik ini diambil
dari asersi yang dibuat oleh manajemen dan dimuat dalam laporan keuangan.
Laporan keuangan terdiri dari asersi manajemen yang eksplisit dan implisit. Asersi
ini merupakan hal yang penting karena menjadi pedoman auditor dalam pengumpulan
bukti.
Auditing Standards Board (ASB) dalam SAS 31, Evidential Matter (AU 326.03),
telah mengakui 5 kategori asersi laporan keuangan sebagai berikut :
1. Keberadaan atau Keterjadian (existence or occurrence)
Asersi ini berkaitan dengan apakah aktiva atau kewajiban entitas memang benar-benar
ada pada tanggal tertentu dan apakah transaksi yang dicatat benar-benar telah terjadi
selama periode tersebut. Perhatian auditor tentang kategori asersi ini terutama
berkaitan dengan lebih saji (overstatement) komponen laporan keuangan sebagai
akibat dicantumkannya item-item yang sebenarnya tidak ada atau pengaruh dari
transaksi yang tidak pernah terjadi.
2. Kelengkapan (completeness)
Asersi ini berkaitan dengan apakah semua transaksi dan akun yang harus disajikan
dalam laporan keuangan benar-benar telah dicantumkan. Secara khusus asersi
kelengkapan ini penting dalam menentukan apakah suatu entitas dapat diaudit
(auditable) atau tidak.
B. Materialitas
Pernyataan konsep PASB No.2 mendefinisikan materialisasi (materiality) sebagai,
besarnya pengabaian atau salah saji informasi akuntansi yang dalam kaitannya dengan
kondisi di sekitarnya, akan memungkinkan pertimbangan pihak yang berkepentingan
yang mengandalkan informasi tersebut akan berubah atau terpengaruh oleh pengabaian
atau salah saji tersebut.
Bagaimana konsep materilalitas ini dapat mempengaruhi proses audit?
Pertama, auditor membuat pertimbangan awal mengenai materialitas sementara ia
merencankan perikatan untuk membuat keputusan penting tintang lingkup audit. Kedua,
konsep materialitas ini juga menjadi pedoman auditor ketika mengevaluasi temuan audit.
Apabila digunakan teknik penarikan sampel, auditor harus memproyeksikan salah saji
yang diketahui dalam sampel pada populasi secara keseluruhan. Keputusan materialitas
ini merupakan elemen kunci bagi suatu audit, karena akan menjadi pedoman auditor
pada berbagai keputusan berikutnya tentang apa yang penting tau tidak penting dalam
pembentukan pendapat atas laporan keuangan.
C. Risiko Audit
Laporan audit standar menjelaskan bahwa audit dirancang untuk memperoleh
keyakinan yang memadai bukan absolut bahwa laporan keunagan telah bebas dari
salah saji yang material. Karena audit tidak menjamin bahwa laporan keuangan telah
bebas dari salah saji yang material, maka terdapat beberapa derajat risiko bahwa laporan
keuangan mengandung salah saji yang tidak terdeteksi oleh auditor. SAS 47 (AU 312.02,
Audit Risk and materiality in Conducting the Audit (Risiko Audit dan Materialitas Dalam
Pelaksanaan Audit), mendefinisikan risiko audit sebagai berikut:
Risiko audit (audit risk) adalah risiko auditor tanpa sadar tidak melakukan
modifikasi pendapat sebagaiman mestinya atas laporan keuangan yang mengandung
salah saji material. Dalam praktik, seorang auditor tidak hanya harus mempertimbangkan
risiko audit untuk setiap saldo akun dan golongan transaksi saja, tetapi juga setiap asersi
yang relevan dengan saldo akun dan golongan transaksi yang material. Para auditor
menguraikan risiko audit sebagai suatu fungsi dari komponen. Berikut 3 komponen
risiko audit, yaitu :
1. Risiko Bawaan
Risiko Bawaan adalah (inherent risk) adalah kerentanan suatu asersi terhadap
kemungkinan salah saji yang material, dengan asumsi tidak terdapat pengendalian
internal yang terkait.
2. Risiko Pengendalian
Risiko Pengendalian (control risk) adalah risiko terjadinya salah saji yang material
dalam suatu asersiyang tidak akan dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu
oleh struktur pengendalian intern entitas.
3. Risiko Deteksi
Risko deteksi (detection risk) adalah risiko yang timbul karena auditor tidak dapat
mendeteksi salah sai material yang terdapat dalam satu asersi.