Anda di halaman 1dari 9

KAWASAN KONSERVASI DAN KERAGAMAN

HAYATI

OLEH
ZAINI HAFIZ
1504116708
MANAJEEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2016
Tugas 2

1. Apa jenis kegiatan pengembangan yang bisa dilakukan pada zona ini ?

Jawab : Taman Nasional adalah Kawasan Pelestarian Alam yang mempunyai


ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan
penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan
rekreasi.

Kriteria suatu wilayah dapat ditunjuk dan ditetapkan sebagai kawasan taman nasional
meliputi:

1. memiliki sumber daya alam hayati dan ekosistem yang khas dan unik yang
masih utuh dan alami serta gejala alam yang unik;
2. memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh;
3. mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologis
secara alami; dan
4. merupakan wilayah yang dapat dibagi kedalam zona inti, zona pemanfaatan,
zona rimba, dan/atau zona lainnya sesuai dengan keperluan.

Taman nasional dapat dimanfaatkan untuk kegiatan:

1. penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan; misalnya : tempat penelitian,


uji coba, pengamatan fenomena alam, dll
2. pendidikan dan peningkatan kesadartahuan konservasi alam; misalnya :
tempat praktek lapang, perkemahan, out bond, ekowisata, dll
3. penyimpanan dan/atau penyerapan karbon, pemanfaatan air serta energi air,
panas, dan angin serta wisata alam; misalnya : pemanfaatan air untuk industri
air kemasan, obyek wisata alam, pembangkit listrik (mikrohidro/pikohidro),
dll
4. pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar; misalnya : penangkaran rusa, buaya,
anggrek, obat-obatan, dll
5. pemanfaatan sumber plasma nutfah untuk penunjang budidaya; misalnya :
kebun benih, bibit, perbanyakan biji, dll.
6. pemanfaatan tradisional. Pemanfaatan tradisional dapat berupa kegiatan
pemungutan hasil hutan bukan kayu, budidaya tradisional, serta perburuan
tradisional terbatas untuk jenis yang tidak dilindungi.

Mekanisme pemanfaatan bersama pihak ketiga: terlebih dahulu membangun


kesepahaman/kesepakatan/kolaborasi dengan pengelola Taman Nasional dalam
rangka pemanfaatan potensi kawasan (sesuai Permenhut nomor P19/ Menhut/2004).

Terhadap masyarakat di sekitar Taman Nasional dilakukan kegiatan pemberdayaan


masyarakat. Pemberdayaan masyarakat di sekitar Taman Nasional dilakukan melalui:

pengembangan desa konservasi;


pemberian izin untuk memungut hasil hutan bukan kayu di zona atau blok
pemanfaatan, izin pemanfaatan tradisional, serta izin pengusahaan jasa wisata
alam;
fasilitasi kemitraan pemegang izin pemanfaatan hutan dengan masyarakat.

Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam zona inti meliputi:

Perlindungan dan pengamanan;


Inventarisasi dan monitoring sumberdaya alam hayati dengan ekosistemnya;
Penelitian dan pengembangan, ilmu pengetahuan, pendidikan, dan atau
penunjang budidaya;
Dapat dibangun sarana dan prasarana tidak permanen dan terbatas untuk
kegiatan penelitian dan pengelolaan.

2. Apa saja kegiatan penunjang budidaya yang bisa dilakukan pada zona inti ?

Jawab : . Perluasan lahan Budidaya berawawasan lingkungan dan optimalisasi


yang sudah ada dengan memperhatikan kaidah2 aspek cara budidaya ikan yang
baik CBIB dan CPIB
2. Melakukan kajian literatur dan study banding bersama dengan akademisi, peneliti
serta instansi dan stackholder terkait
3. Rendahanya produktifitas perikanan hasil tangkapan di alam (Maximum
Sustaineble Yield yang mendekati titik jenuh) menyebabkan trend produksi beralih
ke budidaya input sumberdaya manusia dan technologi musti selalu di tingkatkan
melalui pelatihan dan penambahan wawasan perikanan berkelanjutan dengan
mempertimbangkan aspek lingkungan.
4. Meningkatkan nilai tambah melalui produk olahan dan penanganan pasca panen
serta rantai distribusi yang efisien dan optimal sehingga mampu meningkatkan
margin pendapatan.
5. Dilakukan monitoring,pengumpulan dan pengolahan data dasar guna
mendukung pengembangan program peningkatan perikanan terintegrasi
6. Peningkatan sumberdaya manusia yang memiliki integritas usaha ditunjang
dengan kemampuan managerial dan skill perikanan berwawasan lingkungan
7. Penyediaan benih berkualitas baik dari induk-induk yang berkualitas baik pula
resisten dan terhadap penyakit serta memiliki tingkat pertumbuhan yang cepat.

3. Apakah kunjungan ( untuk tujuan pendidikan) kedalam zona inti


memerlukan izin kusus?

Jawab : Menurut saya perlu, walaupun kunjungan untuk pendidikan termasuk


kedalam aspek pemanfaatan zona inti tersebut, siapa saja yang akan berkunjung
untuk tuduan pendidikan atau penelitian pada lokasi atau zona inti juga harus
mendapat pengawasan jadi dan memerlukan izin kusus.

4. Untuk zona inti dilaut, apakah nelayan bisa lewat (pass) zona inti, walaupun
tidak mengambil suatu apapun?

Jawab : bisa tapi harus melewati tahap pemeriksaan, Sebagaimana diuraikan pada
kriteria masing-masing zona tersebut diatas, kawasan konservasi perairan memiliki
karakteristik yang merupakan kombinasi dari berbagai kegiatan, seperti kegiatan
perlindungan sumberdaya ikan dan ekosistemnya, kegiatan penangkapan ikan, kegiatan
budidaya perikanan, kegiatan penelitian dan pendidikan, disamping kegiatan lainnya
seperti jasa-jasa lingkungan (pariwisata dan rekreasi). Kawasan konservasi perairan dapat
berupa Taman Nasional Perairan, Suaka Alam Perairan, Taman Wisata Perairan, ataupun
Suaka Perikanan. Dengan banyaknya fungsi/peruntukan kawasan konservasi perairan,
maka pengawasan yang dilakukan terhadap kawasan ini juga memiliki karakteristik
tersendiri.

Sesuai dengan Pasal 66 (1) UU No. 45 Tahun 2009 Tentang Perikanan, pengawasan
perikanan dilakukan oleh pengawas perikanan, dan (2) pengawas perikanan bertugas untuk
mengawasi tertib pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perikanan. Pengawasan tersebut meliputi (3) sepuluh bidang pengawasan, yaitu : kegiatan
penangkapan ikan ; pembudidayaan ikan, perbenihan ; pengolahan, distribusi keluar
masuk ikan ; mutu hasil perikanan; distribusi keluar masuk obat ikan; konservasi ;
pencemaran akibat perbuatan manusia; plasma nutfah; penelitian dan pengembangan
perikanan; dan ikan hasil rekayasa genetik. Pengawas perikanan tersebut merupakan
pegawai negeri sipil yang bekerja di bidang perikanan yang diangkat oleh menteri atau
pejabat yang ditunjuk, sebagaiman disebutkan pada Pasal 66A (1).
Selanjutnya disebutkan dalam Pasal 66B (1) bahwa lokasi pelaksanaan tugas
pengawas perikanan adalah di : WPP-NRI; kapal perikanan ; pelabuhan perikanan
dan/atau pelabuhan lainnya yang ditunjuk ; pelabuhan tangkahan ; sentra kegiatan
perikanan; area pembenihan ikan ; area pembudidayaan ikan ; unit pengolahan ikan;
dan/atau kawasan konservasi perairan. Dalam melaksanakan tugas, pengawas perikanan
berwenang (Pasal 66C ayat 1) untuk :
a. memasuki dan memeriksa tempat kegiatan usaha perikanan ;
b. memeriksa kelengkapan dan keabsahan dokumen usaha perikanan ;
c. memeriksa kegiatan usaha perikanan ;
d. memeriksa sarana dan prasarana yang digunakan untuk kegiatan perikanan ;
e. memverifikasi kelengkapan dan keabsahan SIPI dan SIKPI ;
f. mendokumentasikan hasil pemeriksaan ;
g. mengambil contoh ikan dan/atau bahan yang diperlukan untuk keperluan pengujian
laboratorium ;
h. memeriksa peralatan dan keaktifan sistem pemantauan kapal perikanan ;
i. menghentikan, memeriksa, membawa, menahan, dan menangkap kapal dan/atau
orang yang diduga atau patut diduga melakukan tindak pidana perikanan di WPP-
NRI sampai dengan diserahkannya kapal dan/atau orang tersebut di pelabuhan
tempat perkara tersebut dapat diproses lebih lanjut oleh penyidik ;
j. menyampaikan rekomendasi kepada pemberi ijin untuk memberikan sanksi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan ;
k. melakukan tindakan khusus terhadap kapal perikanan yang berusaha melarikan diri
dan/atau melawan dan/atau membahayakan keselamatan kapal pengawas perikanan
dan/atau awak kapal perikanan ; dan/atau
l. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.

5. Sebagian besar teks menyatakan bahwa eko-wisata ialah perjalanan


bertangung jawab kedalam kawasan yang dilindungi dengan tujuan untuk
mempelajari alam ( pendidikan)
Jawab : Indonesia terkenal berkat panorama alam indah yang menarik minat wisatawan
mancanegara. Namun, pada kenyataannya, di lapangan, ekowisata kurang berkembang
karena tersandung ego sektoral.

Sudah sering kali disebutkan bahwa Indonesia begitu kaya akan keindahan alam sebagai
potensi yang besar untuk objek wisata. Namun, besarnya potensi alam Indonesia sebagai
lahan ekowisata diakui belum optimal.

"Kalau bicara optimal, memang belum. Karena masih tumpang tindih peraturan, masih ego
sektoral," kata Endang Karlina, peneliti ekowisata dari Puslitbang Konservasi dan
Rehabilitasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, saat
ditemui CNNIndonesia.com dalam sebuah seminar Basic Research Taman Nasional di
Bandung, beberapa waktu yang lalu.

Hutan, termasuk taman nasional, dianggap sebagai wilayah yang memiliki potensi wisata
berbasis ekologi, atau ekowisata, yang tinggi. Dengan keberagaman flora dan fauna yang
terkandung dalam hutan hujan tropis Indonesia, seharusnya mendatangkan keuntungan bagi
dunia pariwisata Indonesia.

Secara definisi, ekowisata, menurut pengertian Panduan Ekowisata yang dikeluarkan oleh
UNESCO, merupakan jenis wisata yang bertanggung jawab pada tempat alami serta memberi
kontribusi terhadap kelestarian alam dan peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat.
Sedangkan menurut Kementerian Pariwisata, ekowisata merupakan konsep pengembangan
pariwisata yang berkelanjutan dengan tujuan mendukung pelestarian alam dan budaya serta
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sehingga memberikan manfaat
ekonomi kepada masyarakat lokal.

Banyak wisata alam menakjubkan di Indonesia, berada dalam wilayah konservasi, seperti
kehidupan padang savana di Taman Nasional Alas Purwo, kehidupan badak Jawa di Taman
Nasional Ujung Kulon, dan kehidupan komodo yang mengagumkan dunia di Taman
Nasional Komodo. Namun, faktanya hanya sebagian taman nasional di Indonesia yang sudah
memiliki perhatian yang cukup.

"Dari sekitar 50 taman nasional yang ada di Indonesia, sekitar 20 taman nasional sudah
menjadi model," kata Profesor Bismarck, peneliti senior Puslitbang Konservasi dan
Rehabilitasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dalam acara yang sama.

6. Apakah pariwisata terbatas ke dalam zona inti ini diperbolehkan ?


Jawab : Pariwisata di zona inti diperbolehkan tapi memiliki akses terbatas, dan
harus memiliki izin terlebih dahulu, dikarenan tidak semua orang dapat mengakses
keseluruhan dari zona inti tsb karena zona inti memiliki pengawasan yang ketat.

7. Zona rimba bisa dikatakan sebagai penyangga, buffer zone, antara zona inti
dan zona pemanfaatan. Pertanyaan sejenis juga bisa diajukan untuk aktifitas-
aktifitas pada zona rimba.

Jawab : Kriteria zona rimba:

1. Kawasan yang merupakan habitat atau daerah jelajah untuk melindungi dan
mendukung upaya perkembangbiakan dari jenis satwa liar;
2. Memiliki ekosistem dan atau keanekaragaman jenis yang mampu menyangga
pelestarian zona inti dan zona pemanfaatan;
3. Merupakan tempat kehidupan bagi jenis satwa migran.

Peruntukkan Zona rimba : untuk kegiatan pengawetan dan pemanfaatan sumberdaya


alam dan lingkungan alam bagi kepentingan penelitian, pendidikan konservasi,
wisata terbatas, habitat satwa migran dan menunjang budidaya serta mendukung
zona inti.

Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam zona rimba meliputi:

1. Perlindungan dan pengamanan;


2. Inventarisasi dan monitoring sumberdaya alam hayati dengan ekosistemnya;
3. Pengembangan penelitian, pendidikan, wisata alam terbatas, pemanfaatan jasa
lingkungan dan kegiatan penunjang budidaya;
4. Pembinaan habitat dan populasi dalam rangka meningkatkan keberadaan
populasi hidupan liar;
5. Pembangunan sarana dan prasarana sepanjang untuk kepentingan penelitian,
pendidikan, dan wisata alam terbatas.

8. Apakah penelitian yang bersifat ekstraktif bisa dilakukan pada zona rimba?
Jawab : Bisa, karena zona rimba diperuntukan kegiatan pengawetan dan
pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan alam bagi kepentingan penelitian,
pendidikan konservasi, wisata terbatas, habitat satwa migran dan menunjang
budidaya serta mendukung zona inti.

9. Apa jenis kegiatan penunjang budidaya yang bisa dilakukan pada zona
rimba?
Jawab : Jenis kegiatan seperti pemanfaatan SDA

1. Bidang Pertanian

Kegiatan dalam bentuk ekonomi pada bidang pertanian merupakan kegiatan yang
hingga saat ini masih dilakukan sebagian besar penduduk Indonesia terutama pada
daerah pedesaan. Dengan di dukung keadaan alam dimana memiliki kondisi tanah
yang subur & iklim yang mendukung membuat penduduk Indonesia banyak
yang menggantungkan hidupnya pada potensi pertanian ini. Kegiatan dari ekonomi
pertanian di Indonesia secara garis besar dikelompokkan menjadi dua kelompok
potensi pertanian, yaitu potensi berupa pertanian lahan basah & potensi pertanian
lahan kering. Kegiatan dari ekonomi pertanian lahan basah ini disebut pula bidang
pertanian sawah. Ada beberapa ciri SDA yang bisa dimanfaatkan sebagai kegiatan
bentuk ekonomi daerah persawahan. Daerah yang memiliki kriteria sebagai potensi
daerah untuk kegiatan dalam ekonomi pertanian lahan basah yaitu daerah dataran
rendahdengan ketinggian kurang dari 300 meter.

Daerah dengan kriteria tersebut umumnya memiliki kelebihan untuk dijadikan daerah
pertanian. Hal ini disebabkan karena pada daerah tersebut umumnya memiliki
persediaan air yg cukup dari sungai maupun saluran irigasi yg ada di sekitarnya.
Sedangkan tanaman yg cocok untuk daerah ini adalah tanaman padi.
Sedangkan potensi untuk daerah pertanian lahan kering yaitu daerah yg tidak
digenangi air atau istilahnya tanpa penggenangan lahan. Daerah tanpa penggenangan
lahan ini sangat cocok untuk kegiatan dari ekonomi pertanian lahan kering.
Sedangkan tanaman yg berpotensi tumbuh di daerah ini umumnya tanaman seperti
palawija, padigogo, sayuran, bunga dan buah-buahan.

2. Bidang Perkebunan

Kegiatan dalam ekonomi perkebunan umumnya merupakan kegiatan dari ekonomi


budidaya yg menghasilkan manfaat atau nilai guna. Lahan dengan ukuran cukup luas
merupakan daerah yg digunakan untuk dijadikan daerah perkebunan.

3. Bidang Perikanan

Kegiatan dalam ekonomi perikanan budi daya di Indonesia umumnya berupa udang
& bandeng. Namun demikian, banyak penduduk yang juga mengembangkan jenis
budi daya perikanan lain secara mandiri & skalanya sangat kecil berupa budidaya ikan
air tawar, misalnya ikan lele, patin, nila, mas, dan lain-lain. Di samping itu, potensi
hasil perikanan juga dipasok dari hasil tangkapan laut oleh nelayan. Beberapa sentra
perikanan dan daerah tangkapan ikan antara lain seperti berikut.

Potensi budi daya udang & bandeng, banyak dikembangkan di pantai utara
Jawa, Sumatra, &Sulawesi.
Potensi budi daya ikan darat, banyak dikembangkan di kolam-kolam
penduduk, terutama di Jawa Barat, bendungan/waduk (misalnya keramba
terapung di Waduk Jatiluhur), danau, sawah, & sungai.
Potensi daerah penangkapan ikan laut biasanya tersebar di Sumatra Timur
(Bagan Siapi-api) & Bengkalis (ikan terubuk). Kepulauan Maluku banyak
menghasilkan tongkol, tiram, mutiara. Laut Jawa, Selat Sunda, Pantai
Cilacap, Selat Makassar, Selat Flores, & Kepulauan Maluku banyak
menghasilkan cumi, udang & rumput laut.

Anda mungkin juga menyukai