Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Darah merupakan komponen yang sangat penting dalam tubuh manusia ditinjau
dari segi fungsi dan keutamaannya dalam tubuh manusia. Darah dipompa dari organ
jantung ke seluruh tubuh hingga kembali menuju jantung melalui pembuluh-pembuluh
darah yang ada. Jantung adalah organ vital dan merupakan pertahanan terakhir untuk
hidup selain otak. Gelombang yang ditimbulkan akibat gerakan memompa darah oleh
jantung dapat dirasakan atau diraba pada pembuluh darah arteri, dimana gelombang
tekanan dari proses pemompaan darah tersebut mendorong dinding arteri seperti berjalan
dan pendorongnya teraba sebagai denyut nadi (Muflichatun, 2006). Denyut yang ada di
jantung ini tidak bisa dikendalikan oleh manusia. Denyut jantung biasanya mengacu pada
jumlah waktu yang dibutuhkan oleh detak jantung per satuan waktu, secara umum
direpresentasikan sebagai bpm (beats per minute).Denyut jantung yang optimal untuk
setiap individu berbeda-beda tergantung pada kapan waktu mengukur detak jantung
tersebut (saat istirahat atau setelah berolahraga). Variasi dalam detak jantung sesuai
dengan jumlah oksigen yang diperlukan oleh tubuh saat itu. Denyut jantung seseorang
juga dipengaruhi oleh usia dan aktivitasnya. Olahraga atau aktivitas fisik dapat
meningkatkan jumlah denyut jantung, namun jika jumlahnya terlalu berlebihan atau di
luar batas sehat dapat menimbulkan bahaya. Selain itu suhu udara disekitar, posisi tubuh
(berbaring atau berdiri), tingkat emosi, ukuran tubuh serta obat yang sedang dikonsumsi
juga mempengaruhi denyut nadi seseorang. Detak jantung atau juga dikenal dengan
denyut nadi adalah tanda penting dalam bidang medis yang bermanfaat untuk
mengevaluasi dengan cepat kesehatan atau mengetahui kebugaran seseorang secara
umum.
Volume darah secara keseluruhan kira-kira 5 liter. Angka ini dinyatakan dalam
nilai hematokrit atau volume darah yang dipadatkan yang berkisar antara 40 sampai 47.
Volume darah dalam tubuh seseorang sangat berkaitan dengan kondisi tubuh dan
kesehatannya. Di waktu sehat volume darah adalah konstan dan sampai batas tertentu
diatur oleh tekanan osmotik dalam pembuluh darah dan dalam jaringan.Tekanan darah
arterial ialah kekuatan tekanan dari aliran darah ke dinding pembuluh darah yang
menampungnya. Tekanan ini berubah-ubah pada setiap tahap siklus jantung. Penentuan
tekanan darah dibuat dengan mengambil dua patokan yaitu tekanan sistole dan tekanan
diastole (Pearce, 2008). Respirasi, atau bernapas, memiliki tiga fungsi utama yaitu untuk
mengambil oksigen, untuk mengeluarkan karbon dioksida, dan untuk meregulasi
komposisi relatif dari darah. Tubuh membutuhkan oksigen untuk metabolisme makanan.
Selama proses metabolisme, oksigen digabungkan dengan atom karbon dalam makanan,
memproduksi karbon dioksida (CO2). Proses pernapasan dimana oksigen dihirup disebut
inspirasi, sedangkan proses dimana menghembuskan karbondioksida disebut ekspirasi.
Dalam keadaan normal, volume udara paru-paru manusia mencapai 4500 cc.
Udara ini dikenal sebagai kapasitas total udara pernapasan manusia. Walaupun demikian,
kapasitas vital udara yang digunakan dalam proses bernapas mencapai 3500 cc, yang
1000 cc merupakan sisa udara yang tidak dapat digunakan tetapi senantiasa mengisi
bagian paru-paru sebagai residu atau udara sisa. Kapasitas vital adalah jumlah udara
maksimum yang dapat dikeluarkan seseorang setelah mengisi paru-parunya secara
maksimum. Dalam keadaaan normal, kegiatan inspirasi dan ekpirasi atau menghirup dan
menghembuskan udara dalam bernapas hanya menggunakan sekitar 500 cc volume udara
pernapasan (kapasitas tidal = 500 cc). Kapasitas tidal adalah jumlah udara yang keluar
masuk pare-paru pada pernapasan normal. Dalam keadaan luar biasa, inspirasi maupun
ekspirasi dalam menggunakan sekitar 1500 cc udara pernapasan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara menentukan denyut nadi dan tekanan darah seseorang pada perlakuan
yang berbeda (normal, berjalan dan berlari) ?
2. Bagaimana perkiraan ada tidaknya penyakit tekanan darah pada seseorang ?
3. Bagaimana cara menentukan udara pernapasan, kecepatan pernapasan dan ventilasi
paru-paru pada perlakuan yang berbeda (normal, berjalan dan berlari) ?
4. Bagaimana cara menentukan udara komplementer, udara cadangan dan kapasitas vital
paru-paru pada perlakuan yang berbeda (normal, berjalan dan berlari) ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara menentukan denyut nadi dan tekanan darah sesorang pada
perlakuan yang berbeda (normal, berjalan dan berlari).
2. Untuk memperkirakan ada tidaknya penyakit tekanan darah pada seseorang.
3. Untuk menentukan udara pernapasaan, kecepatan pernapasan dan ventilasi paru-paru
pada perlakuan yang berbeda (normal, berjalan dan berlari).
4. Untuk menentukan udara komplementer, udara cadangan dan kapasitas vital paru-
paru pada perlakuan yang berbeda (normal, berjalan dan berlari).
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Sistem Sirkulasi Pada Manusia
Di dalam tubuh manusia, darah mengalir keseluruh bagian (organ-organ) tubuh secara
terus-menerus untuk menjamin suplai oksigen dan zat-zat nutrien lainnya agar organ-
organ tubuh tetap dapat berfungsi dengan baik. Aliran darah keseluruh tubuh dapat
berjalan berkat adanya pemompa utama yaitu jantung dan sistem pembuluh darah
sebagai alat pengalir/distribusi. Peredaran darah manusia terbagi menjadi dua bagian,
yaitu sistem peredaran darah besar dan sistem peredaran darah kecil. Sistem peredaran
darah besar adalah siklus darah sejak dipompa keluar oleh jantung, mengalir ke seluruh
tubuh dan kembali ke jantung. Sedangkan sistem peredaran darah kecil adalah siklus
darah mengalir dari jantung menuju paru-paru dan kembali ke jantung (Anggraeni dkk,
2016).
Pembuluh darah dapat diibaratkan sebagai selang yang bersifat elastis, yaitu
diameternya dapat membesar atau mengecil. Sifat elastis ini sangat bermanfaat untuk
mempertahankan tekanan darah yang stabil. Pada keadaan normal, apabila tekanan di
dalam pembuluh darah meningkat, maka diamater pembuluh darah akan melebar sebagai
bentuk adaptasi untuk menurunkan tekanan yang berlebih agar menjadi normal.
Sebaliknya diameter pembuluh darah akan mengecil bila tekanan darah turun. Bila
pembuluh darah mengalami kekakuan maka ia menjadi kurang fleksibel sehingga tidak
dapat melakukan antisipasi terhadap kenaikan atau penurunan tekanan darah
(Pearce,2008).
Elastisitas pembuluh darah tidak tetap, pembuluh darah akan menjadi kaku seiring
bertambahnya usia (misal oleh karena terjadi pengapuran pada dindingnya) oleh karena
itu tekanan darah pada orang lanjut usia cenderung sedikit lebih tinggi dari pada orang
muda. Penyebab lain dari kekakuan pembuluh darah adalah karena adanya tumpukan
kolesterol pada dinding sebelah dalam pembuluh darah, kolesterol juga menyebabkan
penyempitan pembuluh darah. Pembuluh darah yang kaku akan menyebabkan hipertensi
(penyakit darah tinggi), walau sebenarnya tidak semua penyakit darah tinggi disebabkan
karena kekakuan pembuluh darah. Apabila pembuluh darah menjadi kaku dan disertai
penyempitan pada sebagian besar pembuluh darah dalam tubuh seseorang, maka tekanan
darahnya dapat menjadi sangat tinggi (hipertensi berat) (Warianto, 2011).
B. Denyut Nadi
Denyut nadi adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah di pompa
keluar jantung. Denyut ini mudah diraba di suatu tempat dimana ada arteri melintas.
Darah yang didorong ke arah aorta sistol tidak hanya bergerak maju dalam pembuluh
darah, tapi juga menimbulkan gelombang bertekanan yang berjalan sepanjang arteri.
Gelombang yang bertekanan meregang di dinding arteri sepanjang perjalanannya dan
regangan itu dapat diraba sebagai denyut nadi. Denyut yang teraba bukan darah yang
dipompa oleh jantung masuk ke aorta melainkan gelombang tekanan yang dialihkan dari
aorta yang merambat lebih cepat daripada darah itu sendiri (Mustika, 2011).
Pada jantung manusia normal, tiap-tiap denyut berasal dari nodus SA (irama sinus
normal). Semakin besar metabolisme dalam suatu organ, maka makin besar aliran
darahnya. Hal ini menyebabkan kompensasi jantung dengan mempercepat denyutnya dan
memperbesar banyaknya aliran darah yang dipompakan dari jantung ke seluruh tubuh.
Denyut nadi normal dapat dikategorikan sesuai umur yaitu: dewasa 60-80, anak 80-100
dan bayi 100-140. (Kasenda dkk, 2014).
Frekuensi denyut nadi pada umumnya sama dengan frekuensi denyut/detak jantung.
Denyutan dinyatakan sebagai ekspresi dan dorongan balik arteri secara berganti-ganti.
Ada 2 faktor yang bertanggungjawab bagi kelangsungan denyutan yang dapat dirasakan.
Pertama, pemberian darah secara berkala dengan selang waktu pendek dari jantung ke
aorta, yang tekannya berganti-ganti naik turun dalam pembuluh darah. Bila darah
mengalir teta dari jantung ke aorta, tekanan akan tetap sehingga tidak ada denyutan.
Faktor yang kedua, elastisitas dari dinding arteri yang memungkinkannya meneruskan
aliran darah dan aliran balik. Dindingyang tidak elastis akan tetap ada terjadi pergantian
tekanan tinggi rendah dalam sistol dan diastole ventrikel, namun dinding tersebut tidak
dapat melanjutkan alirannya dan mengembalikan aliran sehingga denyut pun tidak dapat
dirasakan oleh kita (Soewolo, 2003).
Guyton, A.C & Hall, J.E (1997) mengungkapkan bahwa denyut nadi akan terus
meningkat bila suhu tubuh meningkat kecuali bila seorang pekerja yang bersangkutan
telah beraklimatisasi terhadap suhu udara yang tinggi. Denyut nadi maksimum untuk
orang dewasa adalah 180-200 denyut per menit dan keadaan ini biasanya hanya dapat
berlangsung dalam waktu beberapa menit saja. Denyut nadi maksimum untuk orang
dewasa adalah 180-200 denyut per menit dan keadaan ini biasanya hanya dapat
berlangsung dalam waktu beberapa menit saja.
Menurut Ganong (1995), pemeriksaan denyut nadi sederhana, biasanya dilakukan
secara palpasi. Palpasi adalah cara pemeriksaan dengan meraba, menyentuh, atau
merasakan struktur dengan ujung-ujung jari; sedangkan pemeriksaan dikatakan
auskultasi, apabila pemeriksaan dilakukan dengan mendengarkan suara-suara alami yang
diproduksi dalam tubuh. Pada umumnya, pengukuran denyut nadi dapat dilakukan pada
sembilan titik yaitu arteri radialis, arteri brakhialis, arteri carotis communis, arteri
femoralis, arteri dorsalis pedis, arteri popolitea, arteri temporalis, arteri apical, arteri
tibialis posterior.
Tempat meraba denyut nadi adalah di pergelangan tangan bagian depan sebelah atas
pangkal ibu jari tangan (Arteri radialis), dileher sebelah kiri/kanan depan otot sterno
cleido mastoidues (Arteri carolis), dada sebelah kiri tepat di apex jantung (Arteri
temparalis) dan di pelipis. Kecepatan denyut nadi seseorang berbeda-beda karena
dipengaruhi oleh faktor tertentu, antara lain usia, berat badan, jenis kelamin, kesehatan,
dan aktivitas seseorang. Denyut nadi yang tepat dicapai pada kerja maksimum sub
maksimum pada wanita lebih tinggi dari pada pria. Pada laki-laki muda dengan kerja
50% maksimal rata-rata nadi kerja mencapai 128 denyut per menit, pada wanita 138
denyut per menit. Pada kerja maksimal pria rata-rata nadi kerja mencapai 154 denyut per
menit dan pada wanita 164 denyut per menit. Jantung kita akan berdetak sebanyak 60
sampai dengan 90 kali setiap menit dalam keadaan normal. Sedangkan pada orang yang
tidak sehat dapat terjadi perubahan irama atau frekuensi jantung secara tidak teratur.
Kondisi seseorang yang baru sembuh dari sakit maka frekuensi jantungnya cenderung
meningkat (Muflichatun, 2006).
Kecepatan denyut nadi akan lebih berkurang dibandingkan pada saat beraktivitas,
sedangkan pada saat beraktivitas frekuensi denyut nadi dan denyut jantung akan lebih
besar dikarenakan saat beraktivitas kebutuhan oksigen dalam tubuh akan meningkat
karena adanya peningkatan aktivitas tubuh. Semakin berat suatu kegiatan yang dilakukan
manusia, maka semakin banyak pula kebutuhan oksigen yang diperlukan oleh tubuh,
untuk itu jantung akan lebih banyak memompa darah yang mengandung banyak oksigen
melalui nadi keseluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang tinggi (Ganong,
1995).
Keterkaitan antara aktifitas fisik dengan frekuensi denyut nadi diungkapkan oleh
Soewolo (2003) bahwa selama aktivitas fisik yang kita lakukan maka akan terjadi
perubahan denyut nadi sebagai respon untuk mengangkut oksigen ke otot yang sedang
beraktivitas. Jantung mempunyai tugas untuk memompakan darah ke seluruh tubuh yang
berfungsi untuk mengangkut oksigen yang dibutuhkan oleh otot beraktivitas. Semakin
besar metabolisme dalam suatu organ, maka makin besar aliran darahnya. Hal ini akan
dikompensasi jantung dengan mempercepat denyutnya dan memperbesar banyaknya
aliran darah yang dipompakan dari jantung ke seluruh tubuh.
Analisa mengenai keterkaitan aktifitas fisik dengan denyut nadi juga diungkapkan
oleh Astuti (2007) bahwa saat seseorang melakukan kerja fisik diperlukan gaya otot, dan
aktivitas otot ini memerlukan energi dimana suplai energi memberi beban kepada sistem
pernafasan dan sistem kardiovaskular. Sistem pernafasan dibebani oleh kerja fisik karena
adanya peningkatan untuk mensuplai kebutuhan oksigen pada otot yang melakukan
pekerjaan. Sedangkan pembebanan pada sistem kardiovaskular dikarenakan jantung
harus memompa lebih cepat untuk memberikan oksigen pada otot yang terlibat melalui
pembuluh darah. Kesimpulannya bahwa saat tubuh melakukan kerja fisik akan terjadi
perubahan pada kecepatan denyut jantung dan konsumsi oksigen. Ketika seseorang mulai
bekerja, denyut jantung dan tingkat konsumsi oksigen meningkat sampai memenuhi
kebutuhan. Peningkatan ini tidak terjadi tiba-tiba, sehingga kebutuhan ini akan dipenuhi
terlebih dahulu oleh energi yang tersimpan di otot. Dengan cara yang sama, ketika
seseorang berhenti bekerja, kecepatan denyut jantung dan konsumsi oksigen akan
menurun secara perlahan-lahan sampai kondisi normal. Untuk melakukan penilaian
beban fisik dalam bekerja dengan metode fisiologi maka pengukuran harus dimulai
sebelum pekerja melakukan pekerjaannya. Pengukuran terus dilakukan selama waktu
bekerja sampai sebelum variable variable fisiologi kembali ke level awal. Selain
mengukur secara langsung dengan mengetahui tingkat konsumsi oksigen, dapat juga
dilakukan pengukuran secara tidak langsung yaitu dengan mengukur kecepatan denyut
jantung seseorang. Kecepatan denyut jantung akan meningkat saat seseorang bekerja,
karena jantung harus memompa lebih cepat untuk memberikan oksigen pada otot yang
terlibat melalui pembuluh darah (Astuti, 2007).
C. Tekanan Darah
Tekanan darah merupakan faktor yang amat penting pada sistem sirkulasi.
Peningkatan atau penurunan tekanan darah akan mempengaruhi homeostatsis di dalam
tubuh. Tekanan darah selalu diperlukan untuk daya dorong mengalirnya darah di dalam
arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena, sehingga terbentuklah suatu aliran darah yang
menetap. Tekanan darah arterial ialah kekuatan tekanan dari aliran darah ke dinding
pembuluh darah yang menampungnya. Tekanan ini berubah-ubah pada setiap tahap
siklus jantung. Peningkatan atau penurunan tekanan darah akan mempengaruhi
homeostatsis di dalam tubuh. Dan jika sirkulasi darah menjadi tidak memadai lagi, maka
terjadilah gangguan pada sistem transport oksigen, karbondioksida, dan hasil-hasil
metabolisme lainnya. Di lain pihak fungsi organ-organ tubuh akan mengalami gangguan
seperti gangguan (Ibnu M, 1996).
Menurut Budiyanto (2002), bahwa tekanan darah sistolik (atas) adalah puncak yang
tercapai ketika jantung berkontraksi dan memompakan darah keluar melalui arteri.
Tekanan darah sistolik dicatat apabila terdengar bunyi pertama pada alat pengukur darah.
Tekanan darah diastolik (angka bawah) diambil ketika tekanan jatuh ketitik terendah saat
jantung rileks dan mengisi darah kembali. Tekanan darah diastolik dicatat apabila bunyi
tidak terdengar lagi.
Banyak alat yang dapat digunakan untuk pengukuran tekanan darah baik tensimeter
digital, tensimeter pegas, maupun tensimeter air raksa. Tekanan darah seseorang dapat
diukur menggunakan alat yang dinamakan tensimeter air raksa (Stigmomanometer air
raksa). Alat tensimeter ini terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu :
Menurut Ibnu (1996) Terdapat beberapa pusat yang mengawasi dan mengatur
perubahan tekanan darah, yaitu :
1. Sistem syaraf yang terdiri dari pusat-pusat yang terdapat di batang otak, misalnya
pusat vasomotor dan diluar susunan syaraf pusat, misalnya baroreseptor dan
kemoreseptor.
2. Sistem humoral atau kimia yang dapat berlangsung lokal atau sistemik, misalnya
rennin-angiotensin, vasopressin, epinefrin, norepinefrin, asetilkolin, serotonin,
adenosine dan kalsium, magnesium, hydrogen, kalium, dan sebagainya.
3. Sistem hemodinamik yang lebih banyak dipengaruhi oleh volume darah, susunan
kapiler, serta perubahan tekanan osmotik dan hidrostatik di bagian dalam dan di
luar sistem vaskuler.
Tekanan darah dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang pertama adalah curah jantung.
Tekanan terhadap dinding arteri lebih besar sehingga volume aliran darah meningkat.
Faktor kedua yang mempengaruhi tekanan darah resistensi perifer, atau resistensi
terhadap aliran darah dalam arteri kecil dari tubuh (arteriol). Resistensi perifer
dipengaruhi oleh visikositas (ketebalan) dari sel-sel darah dan jumlah plasma darah.
Visikositas darah yang sangat tinggi menghasilkan tekanan darah tinggi. Selain itu,
tekanan darah dipengaruhi oleh struktur dinding arteri. Jika dinding telah rusak, jika
tersumbat oleh endapan limbah, atau jika telah kehilangan elastisitas, tekanan darah akan
lebih tinggi. Tekanan darah tinggi, disebut hipertensi, yaitu akibat curah jantung terlalu
tinggi atau resistensi perifer terlalu tinggi (Pearce,2008).
Subekti (2014) menyatakan bahwa hipotensi merupakan kondisi tekanan darah yang
terlalu rendah, yaitu apabila tekanan darah sistolik <90 mmHg dan tekanan darah
diastolik <60 mmHg. Tekanan diastolik adalah tekanan saat pengisian darah di jantung
sebelum dipompakan ke seluruh tubuh. Jika pengisian kurang, aliran darah di pembuluh
jantung akan berkurang dan dapat menyebabkan serangan jantung. Gejala tekanan darah
rendah biasanya ditandai dengan adanya pusing (saat ganti posisi mendadak seperti
bangun setelah posisi dudukljongkok, atau berbaring), mata berkunang-kunang, mual,
berkeringat dingin bahkan pingsan. Penyebab hipotensi adalah (1) kurangnya
pemompaan darah dari jantung ke seluruh organ tubuh, biasanya adanya
kelainanlkerusakan pada jantung, (2) volume darah berkurang, disebabkan adanya
pendarahan hebat, diare, keringat yang berlebihan atau buang air kecil yang berlebihan
dan (3) kapasitas pembuluh darah. Pelebaran pembuluh darah (dilatasi) yang
menyebabkan menurunnya tekanan darah. Hal ini biasanya sebagai dampak dari shock
septic (penurunan tekanan darah akibat infeksi berat), diare dan obat vasodilator yang
melebarkan pembuluh darah (nitrat dan penghambat kalsium).
E. Respirasi Manusia
Respirasi adalah proses mengambil oksigen dari udara dan mengeluarkan
karbondioksida ke udara. Atau respirasi adalah pertukaran gas oksigen dari udara bebas
oleh organism hidup untuk serangkaian proses metabolism (oksidasi) di dalam tubuh,
dengan mengeluarkan karbondioksida sebagai sisa metabolisme. Respirasi (respiration)
berarti suatu proses pembakaran (oksidasi) senyawa organik (bahan makanan) di dalam
sel sehingga diperoleh energi. Energi yang dihasilkan dari respirasi sangat menunjang
sekali untuk melakukan beberapa aktivitas. Misalnya saja, mengatur suhu tubuh,
pergerakan, pertumbuhan dan reproduksi (Waluyo,2006).
Anatomi Sistem Respirasi
Hidung
Merupakan tempat masuknya udara, memiliki 2 (dua) lubang (kavum nasi) dan
dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Rongga hidung mempunyai
permukaan yang dilapisi jaringan epithelium. Epithelium mengandung banyak
kapiler darah dan sel yang mensekresikan lender. Udara yang masuk melalui
hidung mengalami beberapa perlakuan, seperti diatur kelembapan dan suhunya
dan akan mengalami penyaringan oleh rambut atau bulu-bulu getar. Hidung
berfungsi sebagai jalan napas, pengatur udara, pengatur kelembaban udara
(humidifikasi), pengatur suhu, pelindung dan penyaring udara, indra pencium,
dan resonator suara. Fungsi hidung sebagai pelindung dan penyaring dilakukan
oleh vibrissa, lapisan lendir, dan enzim lisozim (Tambayong, 2001).
Faring
Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan
jalan makanan. Faring atau tekak terdapat dibawah dasar tengkorak, dibelakang
rongga hidung dan mulut setelah depan ruas tulang leher. Nasofaring adalah
bagian faring yang terletak di belakang hidung di atas palatum yang lembut.
Orofaring terletak di belakang mulut di bawah palatum lunak, dimana dinding
lateralnya saling berhubungan. Dalam faring terdapat tuba eustachii yang
bermuara pada nasofarings. Tuba ini berfungsi menyeimbangkan tekanan udara
pada kedua sisi membran timpani, dengan cara menelan pada daerah
laringofarings bertemu sistem pernapasan dan pencernaan. Udara melalui bagian
anterior ke dalam larings, dan makanan lewat posterior ke dalam esofagus melalui
epiglotis yang fleksibel (Tambayong, 2001).
Laring
Laring merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara
yang terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan
masuk kedalam trakea dibawahnya. Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh
sebuah empang tenggorok yang disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-tulang
rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan makanan manutupi laring. Laring
terdiri atas dua lempeng atau lamina yang tersambung di garis tengah. Di tepi atas
terdapat lekuk berupa V. Dalam laring terdapat pita suara yang berfungsi dalam
pembentukan suara. Suara dibentuk dari getaran pita suara. Tinggi rendah suara
dipengaruhi panjang dan tebalnya pita suara. Dan hasil akhir suara ditentukan
oleh perubahan posisi bibir, lidah dan platum mole (Tambayong, 2001).
Trakhea
Dindingnya terdiri atas epitel, cincin tulang rawan yang berotot polos dan
jaringan pengikat. Pada tenggorokan ini terdapat bulu getar halus yang berfungsi
sebagai penolak benda asing selain gas. Trakea berjalan dari laring sampai kira-
kira ketinggian vertebra torakalis kelima dan ditempati ini bercabang dua
bronkus. Trakea tersusun atas enam belas sampai dua puluh lingkaran tangan
lengkap berupa cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaring fibrosa dan
yang melengkapi lingkaran di sebelah belakang trakea, selain itu juga memuat
beberapa jaringan otot (Pearce,2008).
Bronkus
Bronkus merupakan cabang batang tenggorokan. Cabang pembuluh napas
sudah tidak terdapat cicin tulang rawan. Gelembung paru-paru, berdinding sangat
elastis, banyak kapiler darah serta merupakan tempat terjadinya pertukaran
oksigen dan karbondioksida. Kedua bronkhus yang terbentuk dari belahan dua
trakhea pada ketinggian kirakira vertebra torakalis kelima, mempunyai struktur
serupa dengan trakhea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkhusitu berjalan
ke bawah dan ke samping ke arah tampuk paru-paru. Bronkhus kanan lebih
pendek dan lebih lebar daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri
pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang yang disebut bronkhus lobus atas,
cabang kedua timbul setelah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut
bronkhus lobus bawah. Bronkhus lobus tengah keluar dari bronkhus lobus bawah.
Bronkhus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan berjalan di
bawah arteri pulmonalis sebelum dibelah menjadi beberapa cabang yang
berjalanke lobus atas dan bawah (Pearce, 2008).
Alveolus
Alveolus merupakan saluran akhir dari alat pernapasan yang berupa
gelembung-gelembung udara. Dindingnya tipis, lembap, dan berlekatan erat
dengan kapiler-kapiler darah. Alveolus terdiri atas satu lapis sel epitelium pipih
dan di sinilah darah hampir langsung bersentuhan dengan udara. Adanya alveolus
memungkinkan terjadinya perluasan daerah permukaan yang berperan penting
dalam pertukaran gas O2 dari udara bebas ke sel-sel darah dan CO2 dari sel-sel
darah ke udara. Membran alveolaris adalah permukaan tempat terjadinya
pertukaran gas. Darah yang kaya karbon dioksida dipompa dari seluruh tubuh ke
dalam pembuluh darah alveolaris, dimana, melalui difusi, ia melepaskan karbon
dioksida dan menyerap oksigen (Tambayong, 2001).
a. Fisiologi Respirasi
Respirasi merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang terjadi pada
paru. Fungsi paru adalah tempat pertukaran gas oksigen dankarbondioksida pada
pernapasan melalui paru/pernapasan eksterna. Oksigen dimasukkan melalui hidung
dan mulut. Saat bernapas, oksigen masuk melalui trakhea dan pipa bronchial ke
alveoli , dan dapat erat berhubungan dengandarah di dalam kapiler pulmonalis
(Tambayong, 2001). Pernapasan dapat berarti pengangkutan oksigen ke sel dan
pengangkutan karbondioksida dari sel kembali ke atmosfer. Proses ini menurut
Guyton dan Hall (1997) dapat dibagi menjadi 4 tahap yaitu:
1) Pertukaran udara paru, yang berarti masuk dan keluarnya udara ke dan dari
alveoli. Alveoli yang sudah mengembang tidak dapat mengempis penuh
karena masih adanya udara yang tersisa didalam alveoli yang tidak dapat
dikeluarkan walaupun dengan ekspirasi kuat. Volume udara yang tersisa ini
disebut volume residu. Volume ini penting karena menyediakan oksigen
dalam alveoli untuk menghasilkan darah.
2) Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan darah. Oksigen akan
berdifusi masuk ke darah dalam kapiler darah yang menyelubungi alveolus.
Kemudian, oksigen akan diikat oleh hemoglobin dimana hemoglobin
merupakan sel-sel darah. Oksigen yang diangkut hemoglobin dalam bentuk
oksihemoglobin dan oksimioglobin. oksigen berdifusi dari alveoli ke dalam
darah kapiler paru karena tekanan parsial oksigen (PO2) dalam alveoli lebih
besar daripada PO2 dalam darah kapiler paru. Dalam jaringan tubuh lainnya,
PO2 yang lebih tinggi dalam darah kapiler daripada dalam jaringan
menyebabkan oksigen berdifusi ke dalam sel-sel di sekitarnya. Karbon
dioksida berdifusi ke aliran darah karena perbedaan tekanan darah dimana
oksigen dimetabolisme dalam sel untuk membentuk karbon dioksida, tekanan
karbon dioksida (PCO2), intrasel meningkat ke nilai yang tinggi, sehingga
menyebabkan karbon dioksida berdifusi ke dalam kapiler jaringan. Setelah
darah mengalir ke paru-paru, karbon dioksida berdifusi keluar dari darah
masuk ke dalam alveoli karena PCO2 dalam darah kapiler paru lebih besar
daripada dalam alveoli. Sehingga, pengangkutan oksigen dan karbon dioksida
oleh darah bergantung pada difusi keduanya dan aliran darah.
3) Pengangkutan Oksigen dan karbondioksida dalam darah dan cairan tubuh
menuju ke dan dari sel-sel. Bila oksigen telah berdifusi dari alveoli ke
dalam darah paru, oksigen diangkut ke kapiler jaringan perifer hampir
seluruhnya dalam bentuk gabungan dengan hemoglobin. Adanya hemoglobin
di dalam sel darah merah memungkinkan darah untuk mengangkut 30 sampai
100 kali jumlah oksigen dapat diangkut dalam bentuk oksigen terlarut
didalam plasma. Dalam sel jaringan tubuh, oksigen bereaksi dengan berbagai
bahan makanan untuk membentuk sejumlah besar karbon dioksida. Karbon
dioksida ini masuk ke dalam kapiler jaringan dan diangkut kembali ke paru.
4) Regulasi pertukaran udara dan aspek-aspek lain pernapasan.
b. Kapasitas Paru-Paru
Kapasitas paru-paru adalah volume udara yang dapat dicapai masuk dan
keluar paru-paru pada penarikan napas paling kuat. Kapasitas total merupakan jumlah
udara yang dapat mengisi paru-paru pada saat inspirasi. Kapasitas vital yakni jumlah
udara yang di keluarkan pada saat ekspirasi maksimal (Pearce, 2008).
Faktor utama yang mempengaruhi kapasitas vital adalah bentuk anatomi
tubuh, posisi selama pengukuran kapasitas vital, kekuatan otot pernafasan dan
pengembangan paru dan rangka dada. Volume udara normal dalam paru bergantung
pada bentuk dan ukuran tubuh. Posisi tubuh juga mempengaruhi volume dan
kapasitas paru, biasanya menurun bila berbaring, dan meningkat bila berdiri.
Perubahan pada posisi ini disebabkan oleh dua faktor, yaitu kecenderungan isi
abdomen menekan ke atas melawan diafragma pada posisi berbaring dan peningkatan
volume darah paru pada posisi berbaring, yang berhubungan dengan pengecilan
ruang yang tersedia untuk udara dalam paru. Selain itu semakin meningkat aktivitas
fisik seseorang maka kapasitas udara vital pada paru-paru juga akan meningkat
(Guyton,1997).
Pearce (2008) juga menyatakan bahwa pada waktu bernapas biasa, udara yang
masuk kedalam paru-paru adalah 2600 cm3 (2,5 liter). Dalam keadaan normal jumlah
pernapasan adalah untuk orang dewasa 16-18 kali/menit, anak-anak 24 kali/menit,
dan bayi kira-kira 30 kali/menit. Intensitas cepat lambatnya pernapasan akan
berubah-ubah disebabkan berbagai kondisi yang berbeda.
f. Volume residual
Volume residual adalah volume udara yang masih tersisa di dalam paru-paru
setelah melakukan ekspirasi kuat, dengan kata lain volume residu adalah kapasitas
paru total dikurangi kapasitas vital udara yang masih tersisa didalam paru sesudah
ekspirasi maksimal, besarnya 1200 ml (Guyton, 1997).
g. Frekuensi respirasi
Frekuensi respirasi ialah intensitas memasukkan atau mengeluarkan udara
pernapasan yang dapat dilakukan per menit. Pada manusia berkisar antara 16-18
kali. Menurut Ganong (2001), adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan
respirasi adalah :
1. Usia
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang
sebelumnya berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan
jalan nafas yang pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-
kanak, diameter dari depan ke belakang berkurang dengan proporsi terhadap
diameter transversal. Pada orang dewasa thorak diasumsikan berbentuk oval.
Pada lanjut usia juga terjadi perubahan pada bentuk thorak dan pola napas.
Sehingga berpengaruh pada volume paru-paru yang berkaitan juga dengan
kecepatan respirasi.
2. Suhu
Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi,
sehingga darah akan mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang
dari permukaan tubuh akan mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga
kebutuhan oksigen juga akan meningkat. Pada lingkungan yang dingin sebaliknya
terjadi kontriksi pembuluh darah perifer, akibatnya meningkatkan tekanan darah
yang akan menurunkan kegiatan-kegiatan jantung sehingga mengurangi
kebutuhan akan oksigen.
3. Gaya Hidup
Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan
denyut jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan
pekerjaan tertentu pada tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi penyakit
paru.
4. Status Kesehatan
Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat
menyediakan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi
penyakit pada sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya
pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh. Selain itu penyakit-penyakit pada sistem
pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya terhadap oksigen darah. Salah satu
contoh kondisi kardiovaskuler yang mempengaruhi oksigen adalah anemia,
karena hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida maka
anemia dapat mempengaruhi transportasi gas-gas tersebut ke dan dari sel.
5. Narkotika
Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan
ketika depresi pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila memberikan obat-
obat narkotik analgetik, perawat harus memantau laju dan kedalaman pernapasan.
6. Jenis kelamin
Respirasi pada seorang laki-laki lebih tinggi dibandingkan pada perempuan
karna berhubungan dengan hormon-hormon pada perempuan yang turut
mempengaruhi proses respirasi.
7. Ketinggian
Ketinggian mempengaruhi pernapasan. Makin tinggi daratan, makin rendah
O2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup belalang. Sebagai akibatnya
belalang pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan yang meningkat, juga
kedalaman pernapasan yang meningkat.
8. Polusi udara
Dengan adanya polusi udara, kecepatan pernapasan kita terganggu. Bernapas
menjadi lebih menyesakkan sehingga kecepatan pernapasan menurun, jumlah
oksigen yang dihisap menurun, kita pun menjadi lemas.
9. Berat Badan
Berat badan seseorang berkaitan dengan kebutuhan suplai oksigen ke seluruh
sel-sel tubuh yang harus dipernuhi. Sehingga semakin besar massa tubuh dan
bentuk tubuh seseorang maka semakin besar pula volume udara yang diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan sel-sel tubuh terhadap oksigen tersebut.
h. Ventilasi Paru-Paru
Merupakan proses pergerakan udara ke dan dari dalam paru-paru, berfungsi
untuk menyediakan atau menyalurkan oksigen dari udaa luar yang dibutuhkan sel
untuk metabolisme dan membuang karbondioksida hasil sisa metabolisme sel ke luar
tubuh. (Guyton,1997). Volume ventilasi paru-paru dapa dihitung dengan rumus :
Keterangan :
MV = VT x RR
MV = Minute Ventilasi
VT = Volume tidal
RR = Respiratory Rate
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Pada praktikum tekanan darah, denyut nadi, dan respirasi ini, jenis penelitian yang
digunakan yaitu jenis penelitian berupa eksperimen atau percobaan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Praktikum tekanan darah, denyut nadi, dan respirasi ini berlangsung pada hari Senin,
30 Oktober 2017 pada pukul 07.00 WIB yang dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi di
Universitas Negeri Surabaya yang berada di daerah Ketintang.
C. Variabel Penelitian
Variabel Manipulasi : pemberian perlakuan kepada orang coba (normal, jalan selama 3
menit, berlari selama 3 menit).
Variabel Kontrol : Orang coba, stetoskop, spirometer griffin, tensimeter.
Variabel Respon : tekanan darah, denyut nadi, ada/tidaknya penyakit tekanan darah
dan anemia, volume udara pernafasan, kecepatan pernafasan,
volume ventilasi paru-paru, volume udara komplemen, volume
udara cadangan, kapasitas vital paru-paru.
Variabel merupakan sesuatu yang menjadi objek pengamatan penlitian, sering juga
disebut sebagai faktor yang berperan dalam penelitian atau gejala yang akan diteliti.
Variabel dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu variabel manipulasi, variabel
kontrol, dan variabel respon. Variabel manipulasi yaitu variabel yang dapat menyebabkan
perubahan pada variabel respon dan kontrol. Pada praktikum kali ini variabel
manipulasinya berupa pemberian perlakuan kepada orang coba. Disini perlakuan di
bedakan menjadi tiga kondisi yaitu pada saat normal, jalan selama 3 menit, dan pada saat
berlari selama 3 menit. Yang kedua yaitu variabel kontrol merupakan variabel yang di buat
konstan akibatnya pengaruh dari kedua variabel tidak dapat di pengaruhi oleh faktor luar.
Disini variabel kontrolnya yaitu berupa orang coba, stetoskop, spirometer griffin,dan
tensimeter. Orang coba merupakan orang yang bersedia digunakan pada saat percobaan,
stetoskop merupakan alat yang digunakan untuk mendengarkan degup jantung, spirometer
griffin merupakan alat yang digunakan untuk menghitung kecepatan respirasi pada
manusia, dan tensimeter digunakan untuk mengukur tekanan darah dari orang coba yang
ada pada 3 kondisi tersebut. Variabel respon merupakan variabel yang terbentuk akibat
variabel manipulasi yaitu berupa tekanan darah, denyut nadi, ada/tidaknya penyakit
tekanan darah dan anemia, volume udara pernafasan, kecepatan pernafasan, volume
ventilasi paru-paru, volume udara komplemen, volume udara cadangan, dan kapasitas vital
paru-paru. Tekanan darah yang dihitung yaitu pada saat 3 kondisi perlakuan yang
diberikan kepada orang coba, begitupun kepada variabel respon yang lainnya.
1. Alat
Tensimeter air raksa (manometer terbuka) 1 buah
Stetoskop 1 buah
Spirometer Griffin 1 buah
Beaker Glass 500 ml 2 buah
2. Bahan
Air secukupnya
Alkohol 70% 100 ml
NaOH
KaOH
F. Langkah Kerja
1. Tekanan Darah
Orang coba diminta untuk duduk dengan tenang.Manset dipasangkan pada lengan
atas kanan orang coba, tidak terlalu menekan. Diperhatikan tanda lingkaran putih
berpalang atau tempat keluarnya selang udara. Manset harus terletak pada permukaan
ventral lengan atas kanan di atas arteri brakhialis, sedang tepi bawah manset sedikit di atas
pelipatan siku. Selanjutnya penutup cadangan air raksa dibuka, sebaliknya sambungan
selang udara dikencangkan dan penutup udara diputar di dekat pompa karet. Kemudian
ditanyakan seberapa tinggi biasanya tekanan darah orang coba kita. Jika belum pernah
diukur, kita pompa sampai permukaan air raksa mencapai angka 150. Pangkal stetoskop
dipasang pada muara lubang telinga kita, sedang ujungnya kita letakkan pada pelipatan
siku diatas brakhialis. Selanjutnya, dipompa agar udara masuk ke dalam manset, maka
permukaan air raksa dalam tabung tensi meter naik.
Jika sudah mendengar bunyi degup jantung, permukaan air raksa boleh dinaikkan lagi
sampai tidak terdengar degup jantung. Kalau tidak, putar penutup udara sedikit agar udara
perlahan keluar, sambil diamati penurunan permukaan air raksa dan berapa kita mulai
mendengar degup jantung yang pertama. Untuk itu penurunan permukaan air raksa ini
dibuat paling cepat satu garis demi satu garis. Angka ketinggian air raksa saat kita
mendengar degup jantung pertama menunjukkan besarnya tekanan sistole. Setelah itu
penutup udara dibuka lebih banyak agar udara cepat keluar, sampai angka sekitar 110,
kemudian kita putar lagi agar udara keluar perlahan. Kita dengarkan apakah masih
terdengar degup jantung, kalau tidak, maka kita masukkan udara lagi untuk meninggikan
permukaan air raksa. Kalau masih terdengar, maka kita amati penurunan permukaan air
raksa sampai bunyi degup jantung terakhir, kemudian penutup udara kita putar banyak
agar udara cepat keluar. Tinggi permukaan air raksa tersebut menunjukkan besarnya
tekanan diastole. Selanjutnya, hasil dari pemeriksaan dicatat. Pemeriksaan dilakukan pada
3 kondisi yaitu kondisi normal, setelah jalan, dan setelah berlari.
2. Denyut Nadi
Orang coba diminta untuk duduk tenang pada keadaan normal. Selanjutnya, orang
coba diminta untuk menempatkan telunjuk dan jari tengah atas bawah pergelangan
tangan secara berlawanan. Selanjutnya, ditekan datar dengan jari sampai orang coba
merasakan denyut nadi. Lalu, hitung banyaknya denyut nadi yang terasa. Hal tersebut
dilakukan juga pada kondisi setelah berjalan, dan setelah berlari.
3. Respirasi
a. Perangkaian Spirometer
Tempatkan pelampung pada posisinya, periksa bahwa jarum tuas telah berada dalam
SLOT logam. Selanjutnya, Memasang batang penyeimbang ke lubang yang berada
di bagian belakang pelampung. Isi ruang dibawah pelampung hampir penuh,
diusahakan jika pelampung dipasang, air tidak tumpah. Atur posisi penyeimbang
sehingga garis skala menunjuk pada 0 liter. Masing-masing pipa karet dihubungkan ke
pipa pendek pada spirometer. Pipa karet di hubungkan ke bentukan T yang berkatup,
sehingga udara pernapasan yang dikeluarkan oleh orang coba masuk ke spirometer
melalui pipa berlabel IN dan udara dari pelampung diserap melalui pipa berlabel
OUT. Agar spirometer siap pakai, udara dikeluarkan dengan cara menepatkan
katup ke tanda ATMOSPHERE. Pelampung ditekan ke bawah agar udara dalam
ruang trersebut benar-benar keluar. Kemudian katup di tempatkan ke arah tanda
SPIROMETER. Bila akan mengganti orang coba ulangi pengeluaran udara tersebut
dan menempatkan kembali katub di SPIROMETER. Keping mulut dimasukkan ke
dalam larutan alkohol 70% sebelum dan sesudah pemakaian untuk mensterilkannya.
Kimograf beserta kertas grafiknya disiapkan. Kemudian memasang pemegang pena
pada spirometer. Pena ditempatkan pada ujungnya. Posisi kimograf diatur sehingga
pena tegak lurus dan dapat menulis dengan baik di atas kertas grafik. Langkah
selanjutnya, mengkalibrasi volume udara pernapasan pada kertas grafik pada kimograf
dengancara menaik turunkan pelampung setinggi skala untuk volume 1 liter.
Menandai penjang garis yang ditimbulkannya pada kertas grafik. Panjang garis diukur
sebagai panjang yang menunjukkan 1 volume udara pernapasan. Dilakukan
pengukuran udara pernapasan dengan prosedur pada langkah 2. Setelah pemakaian,
pelampung dilepaskan dan air dikosongkan dari ruangannya.
b. Pengukuran Udara Paru-Paru
Setelah memasukkan keping mulut, orang coba diminta untuk duduk
membelakangi spirometer dan kimograf agar tidak mempengaruhi hasil.
1) Udara pernapasan [normal tidal volume] adalah volume udara yang keluar
masuk paru-paru saat prnafasan normal. Volume udara ini dibaca dari
amplitudo grafik. Secara umum, 10 mm pergerakan ke atas berarti 500 ml
udara. Pengukuran dengan hasil kalibrasi harus disesuaikan.
2) Kecepatan pernafasan adalah jumlah pernafasan per menit yang bisa
dibaca dari jumlah puncak dalam 1 menit. Dihitung kecepatan udara
pernapasan yang dihasilkan.
3) Ventilasi paru-paru adalah volume udara hasil dari pengalian dari rata-rata
udara pernafasan dengan kecepatan pernafasan. Di hitung ventilasi paru-
paru dari pernapasan tersebut!
c. Udara komplemen, udara cadangan dan kapasitas vital paru-paru
Sesudah bernafas dengan normal, orang coba diminta untuk memasukkan udara
pernapasan sedalam-dalamnya dan mengeluarkan napas sekuat-kuatnya.
1) Udara komplemen [inspirasi reserve] adalah udara yang masih dapat
dimasukkan ke dalam paru-paru setelah pengambilan nafas normal. Pada
gambar volume udara komplemen ditunjukan oleh panjang antara puncak
bawah grafik pernapasan normal sampai puncak terbawah grafik
pernapasan dalam.
2) Udara cadangan [ekspirasi reserve] adalah volume udara yang masih dapat
dihembuskan dari dalam paru-paru setelah melakukan pengeluaran nafas
normal. Pada gambar volume udara cadangan ditunjukkan oleh panjang
antara puncak atas grafik pernafasan normal sampai puncak teratas grafik
pengeluaran nafas kuat.
3) Kapasitas vital Paru-paru adalah jumlah dari udara pernafasan + udara
komplemen + udara cadangan.
Kegiatan ini dilakukan dengan 3 kondisi yaitu normal, setelah berjalan, dan setelah
berlari.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 1. hasil praktikum tekanan darah dan respirasi
Respirasi
Volum Volum
e e Berat Jenis
Tekanan Denyut Kapa
Praktikan Kondisi Volum kompl cadan badan kelamin
darah nadi sitas
e tidal emen gan (kg) (P/L)
vital
(inspir (ekspi
asi) rasi)
1. Megawati 1 100/70 70 500 1000 1150 2650
2 120/85 82 500 250 1150 1900 46 P
3 126/100 95 500 750 750 2000
2. Hanita 1 85/70 98 1000 800 400 2200
2 95/70 113 600 1600 400 2600 49 P
3 100/80 141 800 1200 800 2800
3. Izza 1 110/85 78 1000 1000 1500 3500
2 115/85 120 1000 1000 1500 3500 72 P
3 128/90 154 750 2500 750 4000
4. Rona 1 110/80 80 1500 250 500 2250
2 120/90 70 1500 250 250 2000 61 P
3 120/90 81 250 500 1250 2000
5. Akbar 1 120/90 45 1332 1332 1998 4662 67 L
2 120/100 94 1332 3330 1332 5994
3 123/111 120 666 666 2664 3996
6. Mustamil 1 90/70 74 1750 2000 2000 5750
2 90/80 102 1000 3000 2000 6000 55 L
3 100/70 125 1500 2750 3750 8000
7. Sofia 1 120/80 74 1500 1200 1500 4200
2 130/80 95 1200 1500 1350 4050 48 P
3 130/90 110 1500 900 900 3300
8. Khusnul 1 110/60 69 500 750 750 2000
2 110/70 78 750 1250 250 2250 55 P
3 110/80 86 750 250 1000 2000
Respirasi
Volum Volum
e e
Tekanan Denyut Kapa Berat Jenis
Praktikan Kondisi Volum kompl cadan
darah nadi sitas badan kelamin
e tidal emen gan
vital
(inspir (ekspi
asi) rasi)
9. Ruslan 1 120/70 72 713 656 1140 2509
2 122/70 78 428 855 1140 2423 60 L
3 130/75 104 570 428 1425 2423
10. Lathifah 1 130/50 45 300 1800 2700 4800 60 P
2 130/60 53 600 1200 3000 4800
3 130/80 70 900 900 1500 3300
B. Pembahasan
Berdasarkan tabel data yang telah dihasilkan, dapat diketahui bahwa dalam
pengukuran tekanan darah didapatkan nilai tekanan darah pada orang coba sebesar
110/80 mmHg yang berarti tekanan darah pada orang coba tersebut dalam keadaan
normal ( tidak melakukan aktivitas ), 120/90 mmHg dalam kondisi setelah berjalan
selama 3 menit, dan 120/90 mmHg pada saat kondisi setelah berlari selama 3 menit. Dari
ketiga hasil data yang telah diperoleh, dapat diartikan bahwa orang coba memiliki
tekanan darah normal, karena kisaran tekanan darah normal pada orang dewasa berkisar
120/80 mmHg. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yang pertama adalah curah
jantung. Tekanan terhadap dinding arteri lebih besar sehingga volume aliran darah
meningkat. Faktor kedua yang mempengaruhi yaitu tekanan darah resistensi perifer atau
resistensi terhadap aliran darah dalam arteri kecil dari tubuh (arteriol). Resistensi perifer
tersebut dipengaruhi oleh visikositas (ketebalan) dari sel-sel darah dan jumlah plasma
darah. Jadi, jika visikositas darah sangat tinggi akan menghasilkan tekanan darah yang
tinggi juga, sehingga akan menyebabkan hipertensi (tekanan darah tinggi). Selain kedua
faktor diatas, ada faktor lain yang juga mempengaruhi tekanan darah diantarannya faktor
makanan, faktor stress, faktor aktivitas fisik pada orang coba, faktor kualitas tidur, faktor
usia, faktor jenis kelamin, dan yang terakhir faktor berat badan. Pada faktor usia, tingkat
normal tekanan darah bervariasi sepanjang kehidupan. Tekanan darah bayi berkisar
antara 65-115/42-80, tekanan darah normal anak usia 7 tahun adalah 87-117/48-64. .
Kisaran normal anak yang berusia 19 tahun, 90 persennya adalah 124-136/77-84 untuk
anak laki-laki dan 124-127/63-74 untuk anak perempuan. Tekanan darah dewasa
cenderung meningkat seiring dengan pertambahan usia. Standar normal untuk remaja
yang tinggi dan di usia baya adalah 120/80. Berdasarkan jenis kelamin juga secara
Secara klinis tidak ada perbedaan yang signifikan dari tekanan darah pada laki-laki atau
perempuan. Wanita umumnya memiliki tekanan darah lebih rendah dari pada pria yang
berusia sama, hal ini cenderung akibat variasi hormon.Setelah menopause, wanita
umumnya memiliki tekanan darah lebih tinggi dari sebelumnya.
Pada data tabel yang dihasilkan, diketahui pada kondisi normal denyut nadi orang
coba diperoleh sebanyak 80 kali per menit, pada kondisi setelah berjalan diperoleh
sebanyak 70 kali permenit, dan pada kondisi setelah berlari denyut nadi orang coba
diperoleh sebanyak 81 kali per menit. Pada kondisi tersebut hasil yang diperoleh dari
orang coba tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Ganong (1995), pada saat
beraktivitas frekuensi denyut nadi dan denyut jantung akan lebih besar dikarenakan saat
beraktivitas kebutuhan oksigen dalam tubuh akan meningkat karena adanya peningkatan
aktivitas tubuh. Semakin berat suatu kegiatan yang dilakukan manusia, maka semakin
banyak pula kebutuhan oksigen yang diperlukan oleh tubuh, untuk itu jantung akan lebih
banyak memompa darah yang mengandung banyak oksigen melalui nadi keseluruh
tubuh untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang tinggi. Banyak faktor yang
mempengaruhi perolehan data tersebut, salah satunya yaitu riwayat kesehatan dari orang
coba yang memiliki riwayat penyakit asma. Hal ini dapat dijelaskan melalui pernyataan
Muflichatun (2006) bahwa pada orang yang tidak sehat dapat terjadi perubahan irama
atau frekuensi jantung secara tidak teratur.
Respirasi
Berdasarkan tabel data diatas, diperoleh volume tidal dari orang coba pada
perlakuan normal sebesar 1500 ml, pada perlakuan berjalan sebesar 1500 ml dan pada
perlakuan berlari sebesar 250 ml. Hal ini menunjukkan bahwa volume tidal pada
respirasi orang coba tidak stabil dan tidak sesuai dengan teori yang menyatakan Pada
kondisi tubuh istirahat, volume tidal sebanyak kira-kira 500 mililiter pada rata-rata
orang dewasa muda, dan besarnya akan meningkat bila kegiatan tubuh meningkat
(Guyton,1997).
Hasil pengukuran volume cadangan inspirasi/komplementer orang coba pada
perlakuan normal sebesar 250 ml, pada perlakuan berjalan sebesar 250 ml dan pada
perlakuan berlari sebesar 500 ml. Nilai hasil yang diperoleh tersebut dibawah volume
normal dari udara cadangan inspirasi sesuai dengan yang dinyatakan oleh Guyton
(1997), umumnya volume udara komplementer pada wanita sebesar 1900 ml.
Volume komplementer pada respirasi orang coba juga tidak stabil karna tidak ada
kenaikan dari perlakuan normal ke perlakuan berjalan, karna seharusnya apabila
terjadi peningkatan aktivitas maka akan terjadi peningkatan volume udara cadangan
inspirasi. Namun dari keseluruhan hasil perlakuan tetap sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Guyton (1997) diatas, dapat dilihat dari data bahwa terdapat
peningkatan dari perlakuan berjalan sebesar 250ml menjadi 500 ml pada perlakuan
berlari.
Hasil pengukuran volume cadangan ekspirasi orang coba pada perlakuan
normal sebesar 500 ml, perlakuan berjalan sebesar 250 ml dan pada perlakuan berlari
1250 ml. Nilai hasil yang diperoleh tersebut dibawah volume normal dari udara
cadangan ekspirasi sesuai dengan yang dinyatakan oleh Guyton (1997), Volume
cadangan ekspirasi juga disebut udara suplementer. Pada keadaan normal besarnya
1100 ml , pada laki-laki 1.000 ml, sedangkan perempuan 700 ml. Namun pada saat
perlakuan berlari, volume cadangan ekspirasi melewati batas normal yaitu sebesar
1250 ml. Nilai hasil pengukuran volume cadangan ekspirasi pada keseluruhan
perlakuan tidak stabil, karena setelah perlakuan berjalan volumenya turun dari 500 ml
menjadi 250 ml. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan dari Ganong (2001),
Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan denyut
jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh, jadi seharusnya semakin
meningkat aktivitas fisik maka akan semakin meningkat pula volume udara yang
dapat keluar masuk paru-paru.
Hasil pengukuran kapasitas vital paru-paru pada orang coba pada perlakuan
normal sebesar 2250, pada perlakuan berjalan sebesar 2000 dan pada perlakuan
berlari sebesar 2000 ml. Hal ini menunjukkan hasil yang diperoleh tidak stabil karna
terjadi penurunan volume kapasitas vital paru-paru walaupun aktivitas fisik
meningkat, sehingga tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Guyton (1997)
bahwa semakin meningkat aktivitas fisik seseorang maka kapasitas udara vital pada
paru-paru juga akan meningkat. Selain itu Ganong (2001) juga menyatakan bahwa
Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan denyut
jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh, jadi apabila aktivitas fisik
meningkat maka volume udara yang terdapat pada paru-paru juga semakin besar.
Ketidaksesuaian hasil pengukuran pada orang coba diatas berkaitan dengan
riwayat kesehatan orang coba yang memiliki riwayat sakit asma, sehingga hasil
pengukuran yang diperoleh tidak maksimal dan tidak stabil. Hal ini dapat dikaitakan
dengan pernyataan dari Ganong (2001) bahwa pada seseorang yang memiliki penyakit
pada kardiovaskular maupun system respirasi akan mengalami gangguan pada suplai
atau pengiriman oksigen oleh sel-sel darah, sehingga berkaitan pula dengan
kemampuan inspirasi dan respirasinya.
Apabila dibandingkan dengan hasil pengukuran terendah dikelas, orang coba
pada kelompok kami memiliki rata-rata volume tidal yang lebih tinggi. Sedangkan
untuk volume komplementer, volume cadangan ekspirasi dan kapasitas vital paru-paru
orang coba kelompok kami memiliki rata-rata yang lebih rendah dibandingkan nilai
minimal di kelas. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Ganong
(2011) bahwa Berat badan seseorang berkaitan dengan kebutuhan suplai oksigen ke
seluruh sel-sel tubuh yang harus dipernuhi. Sehingga semakin besar massa tubuh dan
bentuk tubuh seseorang maka semakin besar pula volume udara yang diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan sel-sel tubuh terhadap oksign tersebut.. Jadi seharusnya
rata-rata volume respirasi pada orang coba kelompok kami lebih besar dibandingkan
pada nilai minimal di kelas karna berat badan orang coba kelompok kami lebih besar
dibandingkan berat badan orang coba pada kelompok yang memiliki nilai minimal.
Sekali lagi, hal ini berkaitan dengan riwayat penyakit asma yang dimiliki oleh orang
coba pada kelompok kami.
Sedangkan apabila dibandingkan dengan nilai maksimal di kelas, rata-rata
hasil pengukuran udara respirasi pada orang coba kelompok kami memiliki hasil yang
lebih lebih rendah. Hal ini berkaitan dengan jenis kelamin orang coba, pada kelompok
kami orang coba berjenis kelamin perempuan sedangkan pada kelompok yang
memiliki nilai maksimal orang cobanya berjenis kelamin laki-laki. Hal ini sesuai
dengan teori yang dinyatakan oleh Ganong (2001) bahwa Respirasi pada seorang
laki-laki lebih tinggi dibandingkan pada perempuan.
Denyut nadi, tekanan darah dan respirasi memiliki kaitan yang sangat erat
sesuai dengan fungsinya dalam sistem sirkulasi. Kuhn JK (1992) dalam jurnal
penelitiannya yang berjudul Respiratory assessment of the elderly menyatakan
bahwa organ jantung dan sistem respirasi saling berhubungan erat. Hal ini berkaitan
dengan fungsi fisiologis baik dari jantung itu sendiri maupun dari sistem respirasi.
Sistem respirasi bertanggung jawab untuk pertukaran oksigen dengan karbondioksida.
Sistem pernapasan mengambil yang baik dan melepaskan yang buruk, bertindak
sebagai penghubung regulasi gas dalam tubuh. Sedangkan jantung berfungsi sebagai
pemompa darah yang bertugas membawa/mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh
guna memenuhi kebutuhan sel-sel tubuh terhadap oksigen., pernyataan yang selaras
juga diungkapkan oleh Guyton (1997). Sehingga apabila seseorang melakukan
aktivitas fisik yang berat, maka otot memerlukan oksigen lebih banyak untuk
melakukan kontraksi. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, jantung memompa darah
lebih cepat sehingga denyut nadi pun semakin meaningkat, selain itu tekanan darah
juga semakin meningkat seiring dengan bertambahnya frekuensi denyut nadi. Dengan
semakin banyaknya oksigen dan karbondioksida yang dibawa oleh darah maka
semakin sering pula terjadi proses pertukaran gas tersebut dalam paru-paru sehingga
semakin meningkat pula volume udara respirasi dan kecepatan respirasinya.
C. Pertanyaan
Pertanyaan halaman 35 :
Jawaban
1. Tekanan darah sistole adalah tekanan pada pembuluh arteri ketika jantung
berkontraksi, sedangkan Tekanan darah diastol adalah tekanan ketika jantung
berelaksasi ( Sukarmin,2016 ).
2. Tidak, belum tentu orang yang berusia sama memiliki aktivitas yang sama pula karena
pada saat kita beraktivitas Tekanan darah lebih besar dibandingkan dengan tekanan
darah pada orang yang tidak melakukan aktivitas. Hal tersebut diakibatkan karena
pada saat beraktivitas sel tubuh memerlukan pasokan O2 yang banyak akibat dari
metabolisme sel yang bekerja semakin cepat pula dalam menghasilkan energi.
Sehingga peredaran darah di dalam pembuluh darah akan semakin cepat dan curah
darah yang dibutuhkan akan semakin besar ( Handayani, Go 2016 ).
3. Faktor factor yang mempengaruhi perbedaan besarnya tekanan darah sistole dan
distole adalah usia, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, obat obatan, ras dan
tingkat aktivitas seseorang ( Kozier et al,2009).
4. Meanset harus dipasang dilengan kanan karena hasilnya lebih akurat, lokasinya lebih
jauh dari jantung dibanding dari lengan kiri sehingga suaranya tidak terlalu bising.
Dengan demikian dapat menentukan tekanan darah sistolik dan tekanan darah
diastolic dengan tepat dan mendapat hasil yang akurat. Tidak dapat, karena ketika
menset diletakkan / dipasang pada bagian yang biasanya digukan untuk mengecek
denyut nadi misalnya pada leher atau belakang lutut maka akan sulit dipasang dan
tidak nyaman bagi orang yang sedang diukur tensinya.
5. Tidak ada.
Pertanyaan halaman 39 :
1. Bagaimana kapasitas vital paru paru pada orang yang menderita sakit asma ?
jelaskan.
2. Apakah ada perbedaan vital kapasitas paru paru antara kanak kanak, remaja dan
manula? Jelaskan jawaban anda !
Jawaban
1. Adanya obstruksi jalan nafas pada pasein asma akan mengakibatkan hiperinflasi
pulmoner, yaitu terjebaknya udara akibat saluran nafas yang menyempit, dan
menyebabkan terjadinya peningkatan kapasitas paru total dan volume residu
fungsional sekunder serta penurunan volume cadangan ekspirasi (VCE) dan kapasitas
vital paru (KVP) (Smeltzer & Bare, 2010).
2. Terdapat perbedaan vital kapasitas paru paru anatara kanak kanak, remaja, dan
manula karena disebabkan oleh perbedaan aktivitas yang menunjang perkembangan
otot yang mununjang pernafasan.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pada
percobaan tekanan darah, orang coba memiliki tekanan darah normal. Pada data mengenai
denyut nadi dan volume udara respirasi orang coba yang dihasilkan tidak sesuai dengan
teori, hal ini berkaitan dengan riwayat penyakit asma yang dimiliki oleh orang coba,
sehingga berpengaruh terhadap hasil pengukuran. Berdasarkan hasil analisis data kelas,
dapat disimpulkan bahwa terdapat keterkaitan antara denyut nadi, tekanan darah dan
respirasi.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, dkk. 2016. Simulasi Aliran Darah Dalam Pembuluh Darah Manusia Dengan
Metoda Lagrange Smooth Particle Hydrodynamic (SPH).(Jurnal Online)
ELECTRICIAN-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Vol. 10, No. 2, Mei 2016
Astuti, Rahmaniyah Dwi. 2007. Analisa Pengaruh Aktivitas Kerja Dan Beban Angkat
Terhadap Kelelahan Muskuloskeletal. (Jurnal Online) GEMA TEKNIK-Nomor
2/Tahun X Juli 2007
Budiyanto,K.A.M. 2002. Gizi dan kesehatan. Edisi I. Malang : Universitas Muhammadiyah
Malang Press
Ganong, F.G. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 14. Kedoteran EGC: Jakarta
Ganong,WF. 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 20 alih bahasa dr. H. M. Djauhari
Widjajakusumah. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Guyton, A.C & Hall, J.E. 1997. Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Kedokteran EGC: Jakarta.
Handayani, Go dkk, 2016. Pengaruh Aktivitas Berlari Terhadap Tekanan Darah Dan Suhu
Pada Pria Dewasa Normal, diakses melalui https://media.neliti.com , pada tanggal 3
November 2017
Kasenda, dkk. 2014. Perbandingan Denyut Nadi Antara Penduduk Yang Tinggal Di Dataran
Tinggi dan Dataran Rendah. (Jurnal Online) Jurnal e-Biomedik (eBM), Volume 2,
Nomor 2, Juli 2014
Kozier, B.,et al,. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier Erb, Jakarta: EGC.
Kuhn JK, McGoven M. 1992. Respiratory assessment of the elderly. J Gerontol Nurs
1992;18(5):40-43. National Heart, Lung, and Blood Institute
Muflichatun. 2006. Hubungan Antara Tekanan Panas, Denyut Nadi Dan Produktivitas
Kerja Pada Pekerja Pandai Besi Paguyuban Wesi Aji Donorejo Batang. Jurnal
Online. http://digilib.unnes.ac.id
Mustika, G.L. 2011. Kajian pengetahuan gizi, pola konsumsi, status gizi,denyut nadi dan
tekanan darah siswa SMA Negeri Pandeglang [skripsi]. Bogor: Departemen Gizi
Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia IPB
Tambayong, Jan.2011. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. Jakarta : Rineka Cipta
Warianto, Chaidar. 2011. Sistem Sirkulasi Darah Dalam Tubuh Manusia. skp.unair.ac.id
LAMPIRAN
LAMPIRAN