Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. MASALAH UTAMA
Gangguan persepsi sensori : halusinasi
urine.
g. Halusinasi Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
3. Fase Halusinasi
Fase halusinasi ada 4 yaitu (Stuart dan Laraia, 2001):
a. Comforting
Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas sedang, kesepian,
rasa bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang
menyenangkan untuk meredakan ansietas. Di sini klien tersenyum atau
tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan
mata yang cepat, diam dan asyik..
b. Condemning
Pada ansietas berat pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan.
Klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak
dirinya dengan sumber yang dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan
tanda-tanda sistem saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan
tanda-tanda vital (denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah), asyik
dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk
membedakan halusinasi dengan realita.
c. Controling
Pada ansietas berat, klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap
halusinasi dan menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini klien sukar
berhubungan dengan orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu
mematuhi perintah dari orang lain dan berada dalam kondisi yang sangat
menegangkan terutama jika akan berhubungan dengan orang lain.
d. Consquering
Terjadi pada panik Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien
mengikuti perintah halusinasi. Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi,
menarik diri, tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks
dan tidak mampu berespon lebih dari 1 orang. Kondisi klien sangat
membahayakan.
4. Tanda dan Gejala
Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk
terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau berbicara
sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah, melakukan
gerakan seperti sedang menikmati sesuatu. Juga keterangan dari pasien sendiri
tentang halusinasi yang dialaminya (apa yang dilihat, didengar atau dirasakan).
Berikut ini merupakan gejala klinis berdasarkan halusinasi (Budi Anna Keliat,
1999) :
a. Tahap 1: halusinasi bersifat tidak menyenangkan
Gejala klinis:
1) Menyeriangai/tertawa tidak sesuai
2) Menggerakkan bibir tanpa bicara
3) Gerakan mata cepat
4) Bicara lambat
5) Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan
3
5. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
a. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan
respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini
ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut:
1) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak
yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada
daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku
psikotik.
2) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang
berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor dopamine
dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
3) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi
otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral
ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil
(cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung
oleh otopsi (post-mortem).
b. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau
tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
c. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
4
8. Akibat
Adanya gangguang persepsi sensori halusinasi dapat beresiko mencederai
diri sendiri, orang lain dan lingkungan (Keliat, B.A, 2006). Menurut Townsend,
M.C suatu keadaan dimana seseorang melakukan sesuatu tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik pada diri sendiri maupuan orang lain.
Seseorang yang dapat beresiko melakukan tindakan kekerasan pada diri sendiri
dan orang lain dapat menunjukkan perilaku :
Data subjektif :
a. Mengungkapkan mendengar atau melihat objek yang mengancam
b. Mengungkapkan perasaan takut, cemas dan khawatir
Data objektif :
a. Wajah tegang, merah
b. Mondar-mandir
c. Mata melotot rahang mengatup
d. Tangan mengepal
e. Keluar keringat banyak
f. Mata merah
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :
a. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien
akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan
secara individual dan usahakan agar terjadi knntak mata, kalau bisa pasien
di sentuh atau di pegang. Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau
emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati pasien,
bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila akan meninggalkannya
hendaknya pasien di beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang akan di
lakukan. Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat
merangsang perhatian dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan
realitas, misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan
permainan
b. Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan
rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara
persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang di
berikan betul di telannya, serta reaksi obat yang di berikan.
c. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang
ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali
masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta
membantu mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat
melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain yang dekat dengan
pasien.
d. Memberi aktivitas pada pasien
Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya
berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat
6
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang dapat ditarik dari pohon masalah tersebut
adalah :
1. Gangguan persepsi sosial: Halusinasi
2. Isolasi sosial: Menarik Diri
3. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
E. FOKUS INTERVENSI
Menurut Rasmun (2001) tujuan utama, tujuan khusus, dan rencana tindakan dari
diagnosa utama : resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan
dengan halusinasi adalah sebagai berikut :
1. Tujuan umum
Klien tidak mencederai diri sendiri dan orang lain.
2. Tujuan khusus
a) TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
1) Kriteria evaluasi:
Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada
kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau
menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan perawat,
mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
2) Intervensi
Bina hubungan saling percaya dengan :
a) Sapa klien dengan ramah dan baik secara verbal dan non verbal.
b) Perkenalkan diri dengan sopan.
c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
klien.
d) Jelaskan tujuan pertemuan.
e) Jujur dan menepati janji.
f) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
g) Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
Rasional :
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk memperlancar
hubungan interaksi selanjutnya. \
b) TUK II : Klien dapat mengenal halusinasi
1) Kriteria evaluasi :
a) Klien dapat menyebutkan waktu, isi dan frekuensi
timbulnya halusinasi.
b) Klien dapat mengungkapkan perasaan terhadap
halusinasinya.
2) Intervensi
a) Adakan sering dan singkat secara bertahap.
Rasional :
Kontak sering dan singkat selain upaya membina
hubungan saling percaya juga dapat memutuskan
9
halusinasinya.
b) Observasi tingkah laku klien terkait dengan
halusinasinya. Bicara dan tertawa tanpa stimulus,
memandang ke kiri dan ke kanan seolah-olah ada teman
bicara. Rasional:
Mengenal perilaku pada saat halusinasi timbul
memudahkan perawat dalam melakukan intervensi.
c) Bantu klien mengenal halusinasinya dengan cara :
i. Jika menemukan klien yang sedang halusinasi
tanyakan apakah ada suara yang di dengar.
ii. Jika klien menjawab ada lanjutkan apa yang
dikatakan.
iii. Katakan bahwa perawat percaya klien
mendengar suara itu,
iv. namun perawat sendiri tidak mendengarnya
(dengan nada sahabat tanpa
menuduh/menghakimi).
v. Katakan pada klien bahwa ada juga klien lain
yang sama seperti dia.
vi. Katakan bahwa perawat akan membantu klien.
Rasional :
Mengenal halusinasi memungkinkan klien untuk
menghindari faktor timbulnya halusinasi.
d) Diskusikan dengan klien tentang :
i. Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan
halusinasi.
ii. Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi,
siang, sore dan malam atau jika sendiri, jengkel,
sedih)
Rasional :
Dengan mengetahui waktu, isi dan frekuensi
munculnya halusinasi mempermudah tindakan
keperawatan yang akan dilakukan perawat.
e) Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika
terjadi halusinasi (marah, takut, sedih, tenang) beri
kesempatan mengungkapkan perasaan.
Rasional :
Untuk mengidentifikasi pengaruh halusinasi pada klien.
c) TUK III : Klien dapat mengontrol halusinasinya.
1) Kriteria evaluasi :
a) Klien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya
dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya.
b) Klien dapat menyebutkan cara baru.
c) Klien dapat memilih cara mengatasi halusinasi
seperti yang telah didiskusikan dengan klien.
d) Klien dapat melakukan cara yang telah dipilih untuk
10
mengendalikan halusinasi.
e) Klien dapat mengetahui aktivitas kelompok.
2) Intervensi
a) Identifikasi bersama klien tindakan yang dilakukan
jikaterjadi halusinasi (tidur, marah, menyibukkan diri
sendiri dan lainlain)
Rasional :
Upaya untuk memutus siklus halusinasi sehingga
halusinasi tidak berlanjut.
b) Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika
bermanfaat beri pujian.
Rasional :
Reinforcement dapat mneingkatkan harga diri klien.
c) Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol
timbulnya halusinasi :
i. Katakan : Saya tidak mau dengar kau pada saat
halusinasi muncul.
ii. Menemui orang lain atau perawat, teman atau
anggota keluarga yang lain untuk bercakap-cakap
atau mengatakan halusinasi yang didengar.
iii. Membuat jadwal sehari-hari agar halusinasi tidak
sempat muncul.
iv. Meminta keluarga/teman/perawat, jika tampak
bicara sendiri.
Rasional:
Memberikan alternatif pilihan untuk mengontrol
halusinasi.
d) Bantu klien memilih cara dan melatih cara untuk
memutus halusinasi secara bertahap, misalnya dengan :
i. Mengambil air wudhu dan sholat atau membaca
al-Quran.
ii. Membersihkan rumah dan alat-alat rumah tangga.
iii. Mengikuti keanggotaan sosial di masyarakat
(pengajian, gotong royong).
iv. Mengikuti kegiatan olah raga di kampung (jika
masih muda).
v. Mencari teman untuk ngobrol.
Rasional :
Memotivasi dapat meningkatkan keinginan klien
untuk mencoba memilih salah satu cara untuk
mengendalikan halusinasi dan dapat
meningkatkan harga diri klien.
e) Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah
dilatih.
Evaluasi : hasilnya dan beri pujian jika berhasil.
Rasional :
11
dengan benar.
c) Klien mendapat informasi tentang efek dan efek samping
obat.
d) Klien dapat memahami akibat berhenti minum obat tanpa
konsutasi.
e) Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar penggunaan
obat.
2) Intervensi
a) Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis
dan frekuensi serta manfaat minum obat.
Rasional :
Dengan menyebutkan dosis, frekuensi dan manfaat obat
diharapkan klien melaksanakan program pengobatan.
b) Anjurkan klien minta sendiri obat pada perawat dan
merasakan manfaatnya.
Rasional :
Menilai kemampuan klien dalam pengobatannya sendiri.
c) Anjurkan klien untuk bicara dengan dokter tentang
mafaat dan efek samping obat yang dirasakan.
Rasional :
Dengan mengetahui efek samping klien akan tahu apa
yang harus dilakukan setelah minum obat.
d) Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi
dengan dokter.
Rasional :
Program pengobatan dapat berjalan dengan lancar.
e) Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
(benar dosis, benar obat, benar waktunya, benar caranya,
benar pasiennya).
Rasional :
Dengan mengetahui prinsip penggunaan obat, maka
kemandirian klien untuk pengobatan dapat ditingkatkan
secara bertahap.
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Boyd, M.A & Nihart, M.A, 1998. Psychiatric Nuersing cotemporary Practice,
Edisi 9 th Philadelphis: Lippincott Raven Publisrs,.
2. Carpenito, L.J, 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan (terjemahan). Edisi 8,
Jakarta: EGC.
3. Keliat, B.A. 1997. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
4. Keliat, B.A. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
5. Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
6. Kusuma, W.1997. Dari A sampai Z Kedaruratan Psiciatric dalam Praktek, Edisi
I. Jakarta: Profesional Books.
7. Maramis, W.f. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. 9 Surabaya:Airlangga
University Press.
8. Rasmun. 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatrik Terintegrasi Dengan
Keluarga, Edisi I. Jakarta: CV. Sagung Seto.
9. Rawlins, R.P & Heacock, PE. 1998. Clinical Manual of Pdyshiatruc Nursing,
Edisi 1. Toronto: the C.V Mosby Company.
10. Stuart, G.W & Sundeen, S.J. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan).
Edisi 3, EGC, Jakarta.
11. Stuart, G.W & Sundeen, S.J. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan).
Jakarta: EGC.
12. Townsend, M.C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan
Psikiatri (terjemahan), Edisi 3. Jakarta: EGC.
14
PENGKAJIAN
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial klien : Tn. L
Jenis kelamin : Pria
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Diagnosa Medik : Skizofrenia
No. RM :
Umur : 30 thn.
Alamat : Passo
Ruangan : Psikosomatik
GENOGRAM
16
V. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda vital.
TD : 120/80 mmhg
N : 80x/mnt
S : 37c
R : 20x/mnt
2. BB/TB : 45 kg/ 153cm
3. Keluhan fisik : klien mengatakan tidak ada keluhan yang di rasakan olehnya.
B. Hubungan sosial.
1 Orang yang paling berarti dalam hidup klien adalah saudara-saudaranya.
2 Selama di ruangn klien mau mengikuti kegiatan tetapi sering diperintah oleh
perawat dan saat mengikuti klien terlihat cepat bosan.
3 Hambatan berhubungan dengan orang lain, klien mengatakan tidak ada hambatan
hanya saja klien mengatakan lebih senang sendiri dari pada berkumpul dengan
banyak orang.
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial.
C. Spiritual.
1. Nilai dan keyakinan
Klien mengtakan dia beragama islam dan percaya terhadap Tuhan yang Maha
Esa
2. Kegiatan ibadah
Klien mengatakan saat di rumah sakit tidak pernah sholat tetapi di rumah
selalu sholat.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
17
B. Pembicaraan.
Saat berbicara nada pasien pelan dan dapat di mengerti, menjawab pertanyaan
sesuai yang di tanyakan klien sangat koperatif.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
C. Aktivitas motorik.
Klien terlihat tidak lesu, atau tegang klien juga tidak mondar-mandir, klien
melakukan kegiatan sesuai kebutuhan klien dan lebih banyak diam.
Masalah keperawatan : Isolasi sosial
D. Alam perasaan.
Klien mengatakan merasa baik-baik saja hanya terkadang merasa sedih dan malu
bila mengingat keluarganya.
Masalah keperawatan : Gangguan HDR
H. Proses pikir.
o Isi pikir klien baik saat berbicara tidak ada tanda-tanda waham
18
J. Kemampuan penilaian.
Klien tidak mengalami gangguan ringan maupun bermakna, klien dapat
melakukan aktivitasnya dengan sendiri tampa di di suruh.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.
K. Daya tilik.
Klien mengatakan dirinya sedang sakit kejiwaan dan sedang berobat biar sembuh,
klien juga tidak menyalahkan siapapun atas sakit klien.
B. BAB/BAK.
Klien dapat melakukannya sendiri dan selalu di kamar mandi.
C. Mandi.
Klien mengatakan mandi selalu di kamar mandi dan selalu menggunakan alat
mandi dan setiap selesai mandi selalu menggunakan handuk.
D. Berpakaian.
Pasien selalu mengganti baju setiap selesai mandi.
Dan selalu menyisir rambut.
E. Istirahat dan tidur.
19
o Tidur siang
Klien mengatakan tidur siang jam 13.00 dan bangun jam 16.00 wit
o Tidur malam : klien mengatakan tidur malam jam 20.00 dan bangun jam
07.00 wit
o Kebiasaan sebelum tidur klien mengatakan tidak lakukan apa-apa kalau
ngantuk langsung tidur.
F. Penggunaan obat.
Resperidon : 2x2mg
Cpz 100mg : 0-0-1mg
Depacore : 2x1mg, setiap mau minum obat selalu di bawa oleh
perawat dan klien langsung meminumnya.
G. Pemeliharaan kesehatan.
Klien masih perlu perawatan lanjut.
Diagnosa medik : Skizofrenia.
2. Data Objektif :
o Klien terlihat diam dan senyum Harga Diri Rendah
20
sendiri.
3. Data Objektif:
o Nada suara klien pelan Isolasi sosial
o Terlihat sedih
Data subjektif
o Klien mengatakan
Keluarganya tidak pernah
datang menjemput klien untuk
pulang
POHON MASALAH.
RESIKO PK Afek
ISOLASI SOSIAL
21
A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
Data subjektif : klien mengatakan:
masih mendengar suara-suara di telinga klien, suara- suara itu seperti suara bising,
suara itu datang biasanya malam hari menjelang tidur saat klien sendiri saat ini suara
itu terdengar setiap malam saat klien sendirian, saat suara itu di dengar klien diam
saja dan klien mengatakan tidak suka dengan suara itu.
2. Diagnosa Keperawatan
Perubahan persepsi sensori halusinasi pendengaran
3. Tujuan keperawatan
Klien dapat membina hubungan saling percaya
Klien dapat mengenal halusinasi
Klien dapat mengendalikan/mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
4. SP 1P
Menghardik halusinasi
5. Tindakan Keperawatan
22
Kontrak
Topik: bagaimana kalau kita bercakap-cakap sebentar mengenai apa yang Tn.
L rasakan?
Tempat: Tn. L mau dimana kita bercakap-cakap? Di tempat tidur saja ya?
Waktu: mau berapa lama kita bercakap-cakap? Bagaimana kalu 15 menit saja
ya?
2. Fase kerja
Apakah Tn. L sering mendengar suara-suara di telinganya?
Seperti apa suara yang di dengar itu?
Kapan suara itu Tn. L dengar?
Berapa kali suara itu di dengar dalam sehari?
Pada saat Tn. L lagi apa suara itu terdengar?
Apa yang Tn. L lakukan bila mendengar suara itu?
Apakah suara itu Tn. S suka atau tidak?
Karena Tn. L masih mendengar suara itu dan mengganggu bagaimana kalau
kita belajar cara mengendalikan suara itu begini caranya ya? Tn. L tutup
kedua telinganya dan ktakan pergi-pergi kamu suara palsu saya tidak dengar
kamu, kamu suara palsu ucapkan terus-menerus sampai suara itu tidak
terdengar lagi..., coba Tn. L lakukan seperti saya iya bagus seperti itu ya
caranya...
3. Terminasi
Evaluasi subjek
Bagaimana perasaan Tn. L setelah kita belajar cara barusan?
Evaluasi objektif
23
Coba ulangi cara yang barusan kita belajar tadi? Iy bagus sekali Tn. L
Rencana tindak lanjut
Waktu kita sudah habis ya, sya harap Tn. L tidak lupa saya dan lakukan yang
tadi barusan kita belajar ya?
Kontrak akan datang
Topik: besok kita akan ketemu lagi dan belajar cara yang ke 2 yaitu
mengendalikan halusinasi dengan bercakap dengan teman ya?
Waktu: Tn. L jam berapa mau kita ketemu? Nanti kita belajar 15 mnt lagi ya,,,
Tempat: dimana Tn. S mau kita bercakap-cakap di tempat tidur aj ya,,
Umur : 30 tahun No RM :
O:
o Klien mau berkenalan dengan
perawat sambil berjabat
tangan
A:
25
P:
o Pertahankan BHSP dengan
perawat.
o SP 1P di pertahankan
lanjutkan SP 2P mengontrol
halusinasi dengan cara
bercakap-cakap.
26
LEMBARAN PENGESAHAN
CI LAHAN CI INSTITUSI
29
LEMBARAN PENGESAHAN
CI LAHAN CI INSTITUSI
30