Gambaran klinis intoksikasi paraquat tergantung dari rute paparan.
Tanda dan gejala awal
dari keracunan oleh karena teringesti adalah perasaan terbakar di mulut, tenggorokan, dan dada, dan abdomen bagian atas, dikarenakan efek korosif dari paraquat pada mukosa saluran cerna. Diare, terkadang berdarah juga bisa dijumpai. Nyeri kepala, demam, nyeri otot, letargi, koma dan kelainan susunan saraf pusat juga bisa dijumpai. Hematuria, piuria, dan azotemia merefleksikan kerusakan ginjal. Oliguria dan anuria mengindikasikan nekrosis tubular akut.1.10 Oleh karena ginjal merupakan rute eliminasi paraquat yang utama dari tubuh, maka kegagalan ginjal dalam mengekskresikan paraquat akan menyebabkan meningkatnya kadar paraquat di dalam jaringan secara agresif. Namun sayangnya, keadaan ini muncul pada beberapa jam pertama setelah menelan paraquat, dan terkadang penderita datang lebih lama, sehingga konsentrasi letal dari paraquat di jaringan paru semakin tinggi. 1.10 Batuk, dispnoe, takipnoe, biasanya muncul pada hari ke 2-4 setelah mengkonsumsi paraquat, namun bisa tertunda sampai 14 hari. Sianosis yang progresif dan dispnea menggambarkan gangguan pertukaran gas pad ajaringan paru yang rusak. Pada beberapa hal, batuk berdarah merupakan tanda awal edema paru dan merupakan manifestas kerusakan paru akibat paraquat.1,10 Gangguan pada kulit merupakan gangguan yang awam pada pekerja pertanian dengan keracunan paraquat yang akut. Dalam bentuk konsentrat, paraquat menyebabkan kerusakan jaringan pada jaringan yang terpapar. Keracunan yang fatal oleh karena jaringan kulit, bisa dijumpai ketika kulit abrasi, erosi atau ada penyakit kulit yang lain. Inhalasi (terhirupnya) paraquat tidak menyebabkan toksisitas sistemik, dikarenakan rendahnya kadar paraquat ketika berada di udara. Namun beberapa literatur mengatakan bahwa inhalasi paraquat yang berlama- lama menyebabkan kerusakan/iritasi saluran pernafasan. Kontaminasi pada mata menyebabkan konjungtivitis yang berat dan terkadang menyebabkan kerusakan kornea yang fatal. Kerusakan pada hati oleh karena paraquat bisa menjadi berat dan dapat menyebabkan jaundice, yang menandakan kerusakan hati yang berat. Bagaimanapun hepatotoksisitas jarang menentukan outcome/hasil dari pengobatan.1,10 Beberapa pengalaman klinis memberiakan gambaran mengenai gejala dan prognosa yang mungkin dijumpai pada intoksikasi paraquat dapat dirangkum pada tabel berikut:9.10 Pada beberapa pusat kesehatan, tes colorimetric sederhana dapat digunakan untuk mengidentifikasi paraquat di urin, dan memberikan gambaran indikasi mengenai kisaran dosis paraquat yang diabsorpsi/. Hal ini dilakukan dengan cara 0.5 cc urin segar ditambahkan 1% preparat sodium dithionate (sodium hidrosulfite) yang dilarutkan dalam sodium hidroksida (1,0 N NaOH). Kemudian amati warna yang terbentuk setelah 1 menit. Warna biru mengindikasikan bahwa dijumpai paraquat lebih dari 0.5 mg/liter. Ketika urin dikumpulkan selama 24 jam, tes dithionite bisa mempunyai nilai prognostik: konsentrasi kurang dari 1 miligram/L (tidak berwarna sampai biru terang) bisa menggambarkan daya tahan penderita, dimana konsentrasi lebih dari 1 mg/L/hari (biru laut sampai biru gelap) biasanya outcome lebih buruk dan fatal. Paraquat dan diquat juga dapat diukur didalam darah dan urin dengan menggunakan spektofotometrik, dan gas kromatografik, liquid kromatografik, dan metode radioimunoassay.1
Daftar Pustaka
1. Dinis-Oliveira R. J. Paraquat Poisonings: Mechanisms of Lung Toxicity, Clinical
Features, and Treatment. Critical Reviews in Toxicology, 38:13-71, 2008. Copyright 2008 informa Healthcare USA. Inc 2. Hong Sae-Y et al. Paraquat intoxication in Korea. Archives of Enviromental and Occupational Health; Mar/Apr 2002; 57, 2; ProQuest pg. 162