Anda di halaman 1dari 26

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Perusahaan

5.1.1 Sejarah Berdiri

Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia

merdeka.Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial

Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal didirikan

oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial

atau VOC, meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912,

perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang

diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal

mengalami kemakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor

seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah

kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi

yang menyebabkan operasi Bursa Efek tidak dapat berjalan sebagaimana

mestinya.

Pemerintahan Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar

modal pada tahun 1997, dan beberapa tahun kemudian pasar modal

mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi

yang dikeluarkan pemerintah. Secara singkat, tonggak perkembangan

pasar modal indonesia dapat dilihat sebagai berikut:

Desember 1912, Bursa efek di Indonesia dibentuk di Batavia oleh

Pemerintahan Hindia Belanda.

1914-1918, Bursa efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I

52
53

1925-1942 Bursa efek di jakarta dibuka kembali bersama

dengan Bursa efek di Semarang dan Surabaya.

Awal tahun 1939 Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa efek di

Semarang dan Surabaya ditutup.

1942-1952 Bursa efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang

Dunia II

1996 Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa

efek semakin tidak aktif.

1956-1977 Perdagangan di Bursa efek vakum.

10 Agustus 1977 Bursa efek diresmikan kembali oleh presiden

Soeharto.BEJ dijalanakan dibawah BAPEPAM

(Badan Pelaksana Pasar Modal).Tanggal 10 agustus

diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan

kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go

public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama

tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara.

1977-1987 Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu, jumlah

emiten hingga 1987 baru mencapai 24.Masyarakat

lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan

instrumen Pasar Modal.

1987 Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987

(PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi

perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan

investor asing menanamkan modal di Indonesia.


54

1988-1990 Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar

Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk

asing.Aktifitas bursa terlihat meningkat.

2 juni 1988 Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroprasi dan

dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek

(PPUE) , sedangkan organisasinya terdiri dari

broker dan dealer.

Desember 1988 Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88

(PAKDES 88) yang memberikan kemudahan

perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan

lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.

16 juni 1989 Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan

dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu,

PT Bursa Efek Surabaya.

13 juli 1992 Swastanisasi BEJ.BAPEPAM merubah menjadi

Badan pengawas Pasar Modal. Tanggal ini

diperingati sebagai HUT BEJ

22 Mei 1995 Sistem otomasi perdaganagn di BEJ dilaksanakan

dengan sistem Komputer JATS (Jakarta Automated

Trading System)

November 1995 Pemerintah mengeluarkan Undang-undang No 8

Tahun 1995 tentang Pasar Modal.Undang-undang

ini mulai diberlakukan mulai januari 1996.


55

1995 Bursa Paraler Indonesia merger dengan bursa Efek

Surabaya.

2000 SistemPerdagangan Tanpa Wakat (scipless

trading)mulai dipublikasikan di pasar modal

Indonesia.

2002 BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan

jarak jauh (remote trading)

2007 Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke

Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama

menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI)

02 Maret 2009 Peluncuran Perdana Sistem Perdagangan Baru PT.

Bursa Efek Indonesia: JATS-NextG)

5.1.2 Struktur organisisai Pasar Modal Indonesia

Gambar 5.1
Struktur Organisasi Pasar Modal Indonesia
56

Menteri keuangan RI

BAPEPAM - LK

BURSA EFEK LPK LPP

Perusahaan Lembaga Profesi Pemodal Emiten


Efek Penunjang Penunjang
-Penjamin Emisi -Biro -Akuntan Domestik Perusahaan
-Perantara Administrasi -Konsultan Publik
Pedagang Efek Hukum Asing
Efek -Kustodian -Penilai Reksa
-Manager -Wali -Notaris Dana
Investasi Amanat
-Pemeringkat
Efek
Sumber:www.idx.co.id

5.1.3 Visi dan Misi

1) Visi

Menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia.

2) Misi

Menciptakan daya saing untuk menarik investor dan emiten,

melalui pemberdayaan Aggota Bursa dan Partisipan, Penciptaan nilai

tambah, efisiensi biaya serta penerapan good governance.

5.1.4 Program Bursa Efek Indonesia.

1) Program Pendidikan

Sejalan dengan semangat memajukan Pasar Modal Indonesia,

khususnya mencetak investor-investor baru yang handal serta keinginan

untuk menyebarluaskan pengetahuan dan informasi yang benar dan


57

tepat tentang investasi saham, PT Bursa Efek Indonesia mengadakan

kegiatan pendidikan berupa pelatihan pasar modal bagi calon investor

sebagai upaya menampung, merangsang dan mengarahkan anime

masyarakat yang berminat menekuni pasar saham sebagai media

investasi yang menguntungkan serta sebagi upaya mengoptimalkan

dana-dana yang dimiliki untuk diinvestasikan di pasar modal.

Program Edukasi ini disajikan sederhana mungkin disesuaikan

dengan latar belakang serta profil masyarakat pada umumnya dengan

tenaga pengajar yang profesional dari PT. Bursa Efek Indonesia (BEI),

PT. Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI), PT. Kustodian Sentral

Efek Indonesia (KSEI), PT. Danareska (Persero), PT. Kresna Graha

Sekurindo, PT. eTrading Securities dan PT. Indo Primier Securities.

Tujuan dan manfaat kegiatan ini adalah merangsang masyarakat untuk

mempelajari investasi saham dengan benar, sehingga menjadi investor

handal, sekaligus menjadi contoh baik untuk menarik investor-investor

baru baik retail maupun institusi, dan target kegiatan ini adalah peserta

pelatihan terdiri dari kaum pengusaha, kaun eksekutif, akademisi,

kelompok ibu-ibu arisan, calon pensiuanan dan masyarakat umum

lainnya, diutamakan yang belum pernah menjadi investor pasar modal.

2) Pojok Bursa Efek Indonesia

Pendirian Pojok BEI dimaksudkan untuk mengendalikan pasar

modal sejak dini dalam dunia akademi. Saat ini pendirian Pojok BEI

berkonsep 3 in 1 (kerjasama antara BEI, Universitas dan Perusahaan

Securitas) sehingga diharapkan civitas akademika tidak hanya


58

mengenal pasar modal dari sisi teori saja akan tetapi dapat langsung

melakukan prakteknya. Sasaran Pojok BEI sebagai langkah untuk

menjangkau kelompok yang berpendidikan agar dapat lebih memahami

dan mengenal pasar modal.Pendirian Pojok BEI ini merupakan salah

satu hasil kerjasama Bursa Efek Indonesia dengan Perguruan Tinggi

untuk membantu kelompok akademisi (mahasiswa & dosen)

mendapatkan dan menyebarkan informasi pasar modal.

Pojok BEI berisi semua publikasi dan bahan cetakan mengenai

pasar modal yang diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia termasuk

peraturan dengan Undang-undang pasar modal. Informasi dan data BEI

dapat digunakan oleh civitas akademika untuk tujuan akademik, bukan

untuk tujuan komersial bagi transaksi jual beli saham, dengan adanya

kerjasama ini diharapkan dapat saling menguntungkan sehingga

penyebaran informasi pasar modal tepat sasaran serta dapat

memberikan manfaat yang optimal baik bagi mahasiswa, praktisi,

investor pengamat pasar modal maupun masyarakat dan pendidikan /

edukasi pasar modal maupun untuk kepentingan ekonomis.

3) Pusat Informasi Pasar Modal

Dalam rangka pengembangan pasar, Bursa Efek Indonesia (BEI)

melakukan pendekatan langsung kepada calon pelaku pasar melalui

beberapa jalur.Salah satunya adalah dengan pendirian Pusat Informasi

Pasar Modal (PIPM) di daerah-daerah yang potensial.Pada awalnya

pendirian PIPM dimaksudkan sebagai perintis/pembuka jalan bagi

Anggota Bursa untuk beroperasi disuatu daerah yang pontesial.PIPM


59

dapat pula didirikan pada kota-kota yang telah terdapat perusahaan

sekuritas, namun dipandang masih memiliki potensial besar untuk lebih

dikembangkan lagi.Kegiatan-kegiatan di PIPM meliputi berbagai usaha

untuk meningkatkan jumlah pemodal lokal dan perusahaan tercatat

dalam daerah dimana PIPM berada dan sekitarnya.

Jangkauan kegiatan sosialisasi dan edukasi PIPM tidak hanya di

kota tempat PIPM berada namun juga di daerah-daerah disekitarmya.

Pendirian PIPM di suatu daerah sifatnya tidak permanen karena jika

perkembangan pasar modal didaerah tersebut sudah baik maka Bursa

Efek Indonesia akan merelokasi PIPM tersebut ke daerah potensial

yang baru. PIPM yang pernah direlokasi adalah PIPM Denpasar, PIPM

Medan, PIPM Semarang, dan PIPM Palembang.Saat ini Bursa Efek

Indonesia memiliki 16 PIPM yaitu di Riau, Padang, Lampung, Batam,

Pontianak, Banjarmasin, Balikpapan, Cirebon, Yogyakarta, Surabaya,

Denpasar, Manado, Makasar, dan Semarang.

4) Pusat Referensi Pasar Modal

Pusat Refrensi Pasar Modal (PRPM) merupakan pusat referensi

resmi mengenai pasar modal di Indonesia yang memliliki peran dalam

menerima, menghimpun dan menyediakan dokumen yang terbuaka

untuk umum. Untuk memenuhi kebutuhan informasi dan data-data

tersebut PRPM juga menyediakan Buku Teori, Ilmu Pengetahuan di

bidang Pasar Modal, Keuangan, Akuntansi, Manajemen, Ekonomi,

Hukum, serta Skripsi, Tesis, Terbitan dan Kajian di Bidang Pasar


60

Moda. PRPM berfungsi sebagai pusat informasi dan data Pasar Modal

karena niaga.

Pasar Modal membutuhkan informasi dan data di bidang Pasar

Modal. Informasi dan data yang tersedia di PRPM dapat dipergunakan

oleh semua pihak baik di lingkungan pasar modal maupun pihak di luar

lingkungan pasar modal seperti : Calon emiten, calon pemodal,

cendikiawanPasar Modal, permerhati Pasar Modal, peminat Pasar

Modal Mahasiswa, dan pelajar yang dapat digunakan sebagai dasar

dalam pengambilan keputusan berinvestasi/tidak berinvestasi maupun

sebagai dasar dalam melakukan penelitian bidang pasar

modal.Perusahaan manufaktur yang go public, dimana sahamnya

tercatat di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan manufaktur adalah

perusahaan yang menjalankan proses pembuatan produk. Sebuah

perusahaan dapat dikatakan perusahaan manufaktur apabila ada tahapan

input-proses-output yang akhirnya menghasilkan suatu produk.

Manufaktur adalah cabang industri yang mengaplikasikan peralatan dan

suatu medium proses untuk transformasi bahan mentah menjadi barang

jadi untuk dijual.

Perusahaan manufaktur (industri pengolahan) di Bursa Efek

Indonesia meliputi sektor industri dasar dan kimia, sektor aneka

industri, dan sektor industri barang konsumsi, yaitu :

1) Sektor Industri Dasar dan Kimia, yang terdiri dari :

Semen, Keramik, Porselen, Kaca, Logam, Kimia, Plastik, dan

Kemasan, Pulp dan Kertas.


61

2) Sektor Aneka Industri, yang terdiri dari:

Mesi dan alat berat, Otomotif dan komponenya, Perakitan, Tekstil

dan Garmen, Sepatu dan alas kaki lain, Kabel dan Barang

Elektronika.

3) Sektor Industri Barang Konsumsi, yang terdiri dari :

Rokok, Farmasi dan Kosmetika.

5.2 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk

menganalisa data dengan mendeskripsikan atau menggambarkan data yang

telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa maksud kesimpulan yang

berlaku untuk umum atau generelisai (Sugiyono, 2012:2006).Statistik

deskriptif digunakan untuk menjelaskan mengenai variabel-variabel yang

diuji meliputi, struktur aktiva, perputaran modal kerja, likuiditas,

pendanaan modal kerja dan kinerja perusahaan.Statistik yang digunakan

dalam penelitian ini adalah rata-rata (mean), terendah (minimum), tertinggi

(maksimum) dan standar deviasi. Pengungkapan rata-rata (mean)

merupakan cara yang paling umum digunakan untuk mengukur nilai

sentral dari suatu distribusi data. Standar devisi merupakan perbedaan nilai

data yang diteliti dengan nilai rata-ratanya.

Hasil ujian statistik deskriptif dapat dilihat pada tabel 5.1 sebagai

berikut:

Tabel 5.1
Hasil Uji Statistik Deskriptif
62

De scriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean St d. Deviation


ROA 99 .00 .64 .1082 .12001
SA 99 .08 .88 .5529 .18014
PER_MD 99 .21 6.08 2.2050 1.09633
LIKUID 99 .16 12.41 2.0626 2.34138
PENDANAAN 99 .12 .96 .7319 .18160
Valid N (lis twis e) 99

Sumber : Lampiran 8, data diolah (2017)

Berdasarkan hasil perhitungan statistik pada Tabel 5.1 dapat

dijelaskan bahwa jumlah data observasi adalah sejumlah 99data observasi.

1) Struktur Aktiva

Dari Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa nilai minimum

Struktur Aktiva sebesar 0,08 dan nilai maksimum sebesar 0,88. Hal

tersebut menunjukkan bahwa besar Struktur Aktiva perusahaan yang

menjadi sampel penelitian ini berkisar antara 0,08 sampai 0,88

dengan rata-rata 0,5529pada standar deviation 0,18014.

2) Perputaran Modal Kerja

Dari Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa nilai minimum

perputaran modal kerja sebesar 0,21 dan nilai maksimum sebesar

6,08. Hal ini menunjukkan bahwa besar perputaran modal kerja

perusahaan yang menjadi sampel penelitian berkisaran antara

0,21sampai 6,08 dengan rata-rata pada 2,2050standar deviation

1,09633.

3) Likuiditas
63

Dari Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa nilai minimum

likuiditassebesar 0,16 dan nilai maksimum sebesar 12,41. Hal ini

menunjukkan bahwa besar likuiditas perusahaan yang menjadi

sampel penelitian berkisaran antara 0,16 sampai 12,41 dengan rata-

rata 2,0626pada standar deviation 2,34138.

4) Pendanaan Modal Kerja

Dari Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa nilai minimum

pendanaan modal kerjasebesar 0,12 dan nilai maksimum sebesar

0,96. Hal ini menunjukkan bahwa besar pendanaan modal kerja

perusahaan yang menjadi sampel penelitian berkisaran antara 0,12

sampai 0,96 dengan rata-rata 0,7319pada standar deviation 0,18160.

5) ROA

Dari Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa nilai minimum ROA

sebesar 0,00 dan nilai maksimum sebesar 0,64. Hal ini menunjukkan

bahwa besar ROAperusahaan yang menjadi sampel penelitian

berkisaran antara 0,00 sampai 0,64 dengan rata-rata 0,1082 pada

standar deviation 0,12001.

5.3 Hasil Analisis Data

5.3.1 Uji Asumsi Klasik

1) Uji Normalitas

Uji data statistik dengan model Kolmogorov-Smirnov dilakukan

untuk mengetahui apakah sebuah model regresi sudah terdistribusi

secara normal atau tidak (Ghozali, 2016:154). Memberikan pedoman

pengambilan keputusan tentang data mendekati atau merupakan


64

distribusi normal berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov yang dapat

dilihat dari nilai sig. atau signifikan < 0,05 maka distribusi data adalah

tidak normal. Nilai signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi

adalah normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 5.2

sebagai berikut:

Tabel 5.2
Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardiz
ed Res idual
N 99
Normal Param eters a,b Mean .0000000
Std. Deviation .11042711
Most Extreme Absolute .200
Di fferences Positive .200
Negati ve -.137
Kolmogorov-Smirnov Z 1.184
As ymp. Sig. (2-tailed) .121
a. Test distribution is Normal .
b. Calcul ated from data.

Sumber : Lampiran 9, data diolah(2017)


Berdasarkan Tabel 5.2 di atas hasil uji dengan

menunjukkan uji test Kolmogorov-Smirnov dengan angka

Unstandardized Residual pada kolom Asmyp. Sig. (2-tailed) adalah


65

0,121 dimana nilai signifikan lebih besar dari 0,05 (5%) yang

berarti data residual dalam penelitian ini telah berdistribusi normal.

2) Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah

terdapat korelasi antar variabel independen dalam model

regresi.Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan

Variance Inflations Faktor (VIF).Apabila nilai VIF kurang dari 10

atau nilai tolerance lebih dari 10% maka tidak terdapat masalah

terhadap multikolinieritas. Hasil uji multikolinieritas dapat dilihat

pada Tabel 5.3 sebagai berikut:

Tabel 5.3
Hasil Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) -.128 .069 -1.861 .066
SA .014 .078 .021 .183 .856 .660 1.515
PER_MD .038 .013 .343 2.981 .004 .679 1.472
LIKUID .015 .006 .288 2.505 .014 .680 1.470
PENDANAAN .157 .073 .237 2.153 .034 .742 1.348
a. Dependent Variable: ROA

Sumber : Lampiran 9, data diolah (2017)

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa tidak ada variabel bebas

yang memiliki nilai tolerance kurang dari 10% yang berarti tidak

ada kolerasi antara variabel bebas.Hasil perhitungan VIF juga

menunjukkan bahwa tidak ada satupun variabel bebas yang


66

memiliki nilai lebih dari 10.Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa tidak ada multikolinearitas antara variabel bebas dalam

model regresi.

3) Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah

dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari suatu

residual pengamatan dengan pengamatan yang lain (Ghozali,

2016:134).Dalam penelitian ini, uji yang digunakan untuk

mendeteksi heteroskedastisitas adalah menggunakan uji glejser.Uji

glejser dilakukan dengan membuat model regresi yang melibatkan

nilai absolute residual, yaitu dengan meregresikan nilai absolute

residual dengan variabel independen. Hal tersebut dapat dilihat

dari nilai siginifikansinya, jika nilai signifikansi lebih besar dari

0,05 maka dikatakan model tersebut tidak terjadi

heteroskedastisitas. Begitu juga sebaliknya jika nilai

signifikansinya lebih dari 0,05 maka terjadi heteroskedastisitas.

Hasil uji heteroskedastisitas dengan metode glejser dapat dilihat

pada Tabel 5.4 berikut ini:

Tabel 5.4
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
67

Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -.049 1.852 -.027 .979
SA 1.995 2.100 .119 .950 .345
PER_MD -.106 .340 -.039 -.312 .756
LIKUID -.145 .159 -.113 -.909 .366
PENDANAAN -.200 1.966 -.012 -.102 .919
a. Dependent Variable: ABRES

Sumber: Lampiran 9, data diolah (2017)

Berdasarkan Tabel 5.4 dapat diketahui bahwa tidak ada satu

pun dari variabel independen yang terdiri dari struktur aktiva (X1),

perputaran modal kerja (X2), likuiditas (X3) pendanaan modal

kerja (X4) dan ROA (X5) yang memiliki nilai siginifikan lebih

kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak satu pun variabel

independen yang berpengaruh siginifikan terhadap nilai absolute

residual, atau dengan kata lain berdasarkan hasil pengujian yang

telah dilakukan menunjukan bahwa dalam penelitian ini tidak

terjadi heterokedastisitas.

4) Uji Autokorelasi

Uji autokolerasi dilakukan dengan tujuan untuk menguji

apakah sebuah periode t dengan kesalahan pada periode t-1 atau

sebelumnya.Jika terjadi kolerasi, maka dinamakan ada masalah

autokolerasi.Model regresi yang baik adalah model regresi yang

bebas dari masalah autokolerasi. Pengujian autokolerasi dilakukan

dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW) dengan DW tabel

yang ditentukan pada taraf signifikansi () = 5%, derajat kebebasan


68

(df), k (jumlah variabel bebas) dan n (jumlah observasi). Penentuan

ada tidaknya autokolerasi adalah sebagai berikut :

a) Bila du <dw< (4-du), maka tidak terjadi autokolerasi.

b) Bila dw< d1, maka terjadi autokolerasi positif.

c) Bila dw> (4-4t), maka terjadi autokolerasi negatif.

d) Bila d1 <dw< du atau (4-du) < dw< (4-dt), maka tidak dapat

ditarik kesimpulan mengenai ada tidaknya autokolerasi.

Hasil uji atokolerasi ditunjukkan pada Tabel 5.5 sebagai

berikut:

Tabel 5.5
Hasil Uji Autokolerasi
Model Summaryb

Adjusted Std. Error of Durbin-


Model R R Square R Square the Es timate Watson
1 .392a .153 .117 .11275 2.003
a. Predictors: (Constant), PENDANAAN, PER_MD, LIKUID, SA
b. Dependent Variable: ROA

Sumber : Lampiran 9, data diolah (2017)

Berdasarkan Tabel 5.5 hasil uji Durbin-Watson sebesar

2,003. Nilai dL dan dU dengan = 5 % pada n=99 dan k=4

masing-masing sebesar 1,592 dan 1,758 sehingga 1,758 > 2,003 >
69

(4-1,758) yang menunjukkan bahwa dalam penelitian ini tidak

terjadi autokorelasi.

5.3.2 Uji Analisis Regresi Linier Berganda

Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

regresi linier berganda dengan menggunakan program computer

SPSS 22 for windows.Model regresi linier berganda digunakan

untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel

terikat pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode

2014-2016.Dalam penelitian ini variabel yang digunakan sebagai

variabel bebas adalah Struktur aktiva, Perputaran modal kerja,

Likuiditas, dan Pendanaan modal kerja.Hasil uji hipotesis yang

menggunakan regresi linier berganda dapat dilihat pada Tabel 5.6

sebagai berikut:

Tabel 5.6
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Coefficientsa

Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) -.128 .069 -1.861 .066
SA .014 .078 .021 .183 .856 .660 1.515
PER_MD .038 .013 .343 2.981 .004 .679 1.472
LIKUID .015 .006 .288 2.505 .014 .680 1.470
PENDANAAN .157 .073 .237 2.153 .034 .742 1.348
a. Dependent Variable: ROA
70

Sumber: Lampiran 10, data diolah(2017)

Untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas

terhadap variabel terikat dapat dilihat dari nilai koefisien regresi dari

masing-masing variabel bebas yang dapat menggunakan unstandardized

coefficient maupun standardized coefficient. Dari hasil regresi yang

disajikan pada Tabel 5.6 didapatkan persamaan regresi linier bergabda

sebagai berikut:

Y=-0,128 + 0,014X1 + 0,038X2 + 0,015X3+0,157X4

Dari persamaan regresi linier berganda di atas dapat dijelaskan bahwa :

1) Konstanta

Nilai konstanta sebesar -0,128 berarti bahwa jika tidak ada variabel

independen atau jika Struktur aktiva (X1), Perputaran modal kerja (X2),

Likuiditas (X3), dan Pendanaan modal kerja (X4) sama dengan nol

maka ROA menunjukkan nilai sebesar -0,128.

2) Struktur Aktiva (X1)

Struktur Aktiva mempunyai koefisien regresi sebesar 0,014. Hal ini

menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu satuan struktur aktiva akan

menaikan ROA sebesar 0,014 dengan asumsi variabel lain adalah

konstan atau sama dengan nol.

3) Perputaran Modal Kerja (X2)

Perputaran Modal Kerja mempunyai koefisien regresi sebesar 0,038. Hal

ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu satuan Perputaran Modal


71

Kerjaakan menaikan ROA sebesar 0,038dengan asumsi variabel lain

adalah konstan atau sama dengan nol.

4) Likuiditas (X3)

Likuiditas mempunyai koefisien regresi sebesar 0,015. Hal ini

menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu Likuiditasakan menaikkan

ROA sebesar0,015 dengan asumsi variabel lain adalah konstan atau

sama dengan nol.

5) Pendanaan Modal Kerja (X3)

Pendanaan Modal Kerja mempunyai koefisien regresi sebesar

0,157. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu Pendanaan

Modal Kerjaakan menaikkan ROA sebesar 0,157 dengan asumsi

variabel lain adalah konstan atau sama dengan nol.

Untuk melihat faktor yang paling dominan dari keempat

variabel bebas tersebut adalah dilihat dari standardized coefficient beta,

dari hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa variabel Residual

Income yang paling dominan, karena nilai koefisiennya paling besar

yaitu sebesar 0,343.

5.3.3 Uji Kelayakan Model (Goodness of Fit)

1) Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) merupakan suatu ukuran yang

penting dalam model regresi karena dapat menginformasikan baik atau

tidaknya model regresi yang terestimasi (Ghozali, 2016:95). Nilai R2

mencerminkan seberapa besar variabel dependen dapat dijelaskan oleh


72

variabel independen. Hasil pengujian koefisien determinasi dapat

dilihat pada Tabel 5.7 sebagai berikut:

Tabel 5.7
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb

Adjusted Std. Error of Durbin-


Model R R Square R Square the Es timate Watson
1 .392a .153 .117 .11275 2.003
a. Predictors: (Constant), PENDANAAN, PER_MD, LIKUID, SA
b. Dependent Variable: ROA

Sumber: Lampiran 11, data diolah(2017)

Berdasarkan hasil nilai pengujian pada Tabel 5.7 menunjukkan

bahwa nilai koefisien determinasi (Adjusted R Square) yang diperoleh

adalah sebesar 0,117. Hal ini berarti bahwa variabel-variabel Struktur

aktiva, Perputaran modal kerja, Likuiditas, dan Pendanaan modal

kerja hanya memberikan pengaruh sebesar 11,7% terhadap ROA pada

Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2014-2016,

sedangkan sebagaian besar ROA justru dipengaruhi oleh faktor-faktor

lain yang tidak dijelaskan pada model yaitu sebesar 88,3%.

2) Uji F

Untuk mengatahui adanya pengaruh variabel bebas secara

serempak terhadap variabel terikat digunakan uji F (Ghozali,

2016:99).Hasil perhitungan uji F dapat dilihat dari tabel analisis varian

(ANOVA), dengan kriteria pengujian nilai F-hitung dibandingkan

dengan taraf signifikan 5 %. Jika sig > 0,05 maka tidak ada pengaruh

secara serempak variabel bebas pada variabel terikat. Sebaliknya jika

sig < 0,05 maka secara serempak variabel bebas pada variabel terikat.
73

Hasil pengujian statistik uji F dapat dilihat pada Tabel 5.8 sebagai

berikut :

Tabel 5.8
Hasil Uji F

ANOVAb

Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regres sion .216 4 .054 4.255 .003a
Residual 1.195 94 .013
Total 1.411 98
a. Predic tors : (Const ant), PENDANAAN, PER_MD, LIKUID, SA
b. Dependent Variable: ROA

Sumber: Lampiran 11, Data diolah (2017)

Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 5.8 dapat dijelaskan

bahwa nilai F-hitung sebesar 4,255 dengan signifikan sebesar 0,003

lebih kecil dari 0,05.hal tersebut menunjukkan bahwa keempat

variabel independen yaitu struktur aktiva, perputaran modal kerja,

likuiditas, dan pendanaan modal kerja berpengaruh terhadap variabel

dependen yaitu ROA.

3) Uji t

Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh

satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi

variabel dependen (Ghozali, 2016:99). Pengujian dilakukan dengan

menggunakan uji t dengan taraf signifikani 0,05 atau 5% dapat

disimpulkan variabel bebas secara parsial berpengaruh terhadap

variabel terikatnya. Hasil ujian secara statistik dapat dilihat pada Tabel

5.9 sebagai berikut:


74

Tabel 5.9
Hasil Uji t
Coefficientsa
Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) -.128 .069 -1.861 .066
SA .014 .078 .021 .183 .856 .660 1.515
PER_MD .038 .013 .343 2.981 .004 .679 1.472
LIKUID .015 .006 .288 2.505 .014 .680 1.470
PENDANAAN .157 .073 .237 2.153 .034 .742 1.348
a. Dependent Variable: ROA

Sumber : Lampiran 11, data diolah (2017)

Berdasarkan hasil perhitungan statistik pada Tabel 5.9 dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1) Variabel Struktur Aktiva (X1), memiliki nilai thitung sebesar 0,183

koefisien regresi sebesar 0,014 dan signifikansi sebesar 0,856 lebih

besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Struktur

Aktiva tidak berpengaruh terhadap ROA pada Perusahaan

Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2014-2016.

2) Variabel Perputaran Modal Kerja (X2), memiliki nilai thitung sebesar

2,981 koefisien regresi sebesar 0,038 dan signifikansi sebesar 0,004

lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa Perputaran

Modal Kerja berpengaruh positif terhadap ROA pada perusahaan

Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2014-2016.

3) Likuiditas (X3) memiliki nilai thitung sebesar 2,505koefisien regresi

sebesar 0,015 dan signifikansi sebesar 0,014 lebih kecil dari 0,05

sehingga dapat disimpulkan bahwa likuiditas berpengaruh positif

terhadap ROA pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI

periode 2014-2016.
75

4) Pendanaan Modal Kerja (X4) memiliki nilai thitung sebesar

2,153koefisien regresi sebesar 0,157 dan signifikansi sebesar 0,034

lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa Pendanaan

Modal Kerja berpengaruh positif terhadap ROA pada Perusahaan

Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2014-2016.

5.4 Pembahasan Hasil Penelitian

5.4.1 Pengaruh Struktur Aktiva terhadap Kinerja perusahaan

Hipotesis pertama yang menyatakan Struktur Aktiva berpengaruh

positif terhadap ROA.hasil analisis menunjukkan bahwa struktur

aktivatidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Hal ini berarti

hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini ditolak.

HasilPenelitian sesuai Yuliati (2013) dan Mathur (2007) menyatakan

bahwa struktur aktiva berpengaruh positif dengan kinerja perusahaan.

Penelitian Anand (2002)bahwa current assets to total assets

berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan.Berdasarkan hasil uji

hipotesis (uji t) menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,856

lebih besar dari 0,05 dan nilai koefisien regresi sebesar 0,014 yang

artinya bahwa struktur aktivatidak berpengaruh terhadap kinerja

perusahaan, dengan demikian hipotesis pertama ditolak.

5.4.2 Pengaruh Perputaran Modal Kerja terhadap Kinerja

Perusahaan
76

Hipotesis pertama yang menyatakan Perputaran Modal Kerja

berpengaruh Positif signifikan terhadap ROA.hasil analisis

menunjukkan bahwa Perputaran Modal Kerja berpengaruh

positifterhadap Kinerja perusahaan. Hal ini berarti hipotesis pertama

yang diajukan dalam peneitian ini diterima. HasilPenelitian sesuai

Yuliati (2013), Hanun (2008), dan Nugraha (2009 menyatakan bahwa

perputaran modal kerja berpengaruh positif dengan kinerja

perusahaan.Berdasarkan hasil uji hipotesis (uji t) menunjukkan bahwa

nilai signifikansi sebesar 0,038 lebih kecil dari 0,05 dan nilai koefisien

regresi sebesar 0,004 yang artinya bahwa Perputaran Modal Kerja

berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan, dengan demikian

hipotesis pertama diterima.

5.4.3 Pengaruh Likuiditas terhadap Kinerja Perusahaan

Hipotesis pertama yang menyatakan Likuiditas berpengaruh

Positifsignifikan terhadap ROA.hasil analisis menunjukkan bahwa

Likuiditas berpengaruh positifterhadap Kinerja perusahaan. Hal ini

berarti hipotesis pertama yang diajukan dalam peneitian ini diterima.

HasilPenelitian sesuai Wartini (2006), Yuniarta (2015), Gosh dan Maji

(2004) menyatakan bahwa Likuiditas berpengaruh positif terhadap

kinerja perusahaan.Berdasarkan hasil uji hipotesis (uji t) menunjukkan

bahwa nilai signifikansi sebesar 0,014 lebih kecil dari 0,05 dan nilai
77

koefisien regresi sebesar 0,015 yang artinya bahwa Likuiditas

berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan, dengan demikian

hipotesis pertama diterima.

5.4.4 Pendanaan Modal Kerja terhadap Kinerja Perusahaan

Hipotesis pertama yang menyatakan Pendanaan Modal Kerja

berpengaruh Positif signifikan terhadap ROA.hasil analisis

menunjukkan bahwa Pendanaan Modal Kerja berpengaruh

positifterhadap Kinerja perusahaan. Hal ini berarti hipotesis pertama

yang diajukan dalam peneitian ini diterima. HasilPenelitian sesuai

Yuliati (2013), Nugraha (2009), dan Mathuva (2009) menyatakan

bahwa Pendanaan modal kerja berpengaruh positif terhadap kinerja

perusahaan.Berdasarkan hasil uji hipotesis (uji t) menunjukkan bahwa

nilai signifikansi sebesar 0,034 lebih kecil dari 0,05 dan nilai koefisien

regresi sebesar 0,157 yang artinya bahwa Pendanaan Modal

Kerjaberpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan, dengan

demikian hipotesis pertama diterima.

Anda mungkin juga menyukai