Anda di halaman 1dari 7

1.

Situ Prasejarah Gunung Padang, Jawa Barat

Situs Prasejarah Gunungpadang merupakan situs prasejarah peninggalan kebudayaan megalitikum di


Jawa Barat. Situs yang berada di Dusun Gunungpadang dan Panggulan, Desa Karyamukti,
Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Indonesia ini ditemukan pada tahun 1979
lalu. Situs yang berada pada bulit-bukit curam dan lembah-lembah yang sangat dalam ini
diperkirakan sebagai tempat pemujaan pada masyarakat yang bermukim disana pada sekitar 2000
tahun sebelum masehi.

Setelah dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan uji Radiometrik Karbon atau carbon
dataing atau C14 di labolatorium Beta Miami di Florida, AS menerangkan bahwa uji karbon yang
diambil dari pengeboran sedalam 5 meter hingga 12 meter berusia 14.500 hingga 25.000 tahun.

Hal ini juga menjadikan Situs Gunungpadang, Indonesia terbukti secara ilmiah lebih tua dari
Piramida Giza, Mesir. Hal ini menunjuk pada hasil pengujian carbon dating Labolatorium Batan
(Indonesia) dengan Metode LSC C14 dari material Paleosoil di kedalaman 4 meter berusia
5500+130.000 tahun BP yang lalu. Sedangkan pengujian material pasir dikedalaman 8 hingga 10
meter berusia sekitar 11.000 hingga 150.000 tahun.

Ada beberapa orang percaya bahwa Situs Prasejarah Gunungpadang memiliki keterkaitan dengan
Piramida Mesir. Hal ini dikarenakan bentuknya yang mirip dengan ruang di dalamnya dan karena
umurnya yang jauh lebih tua dibandingkan dengan Piramida Mesir. Saat ini Situs Gunungpadang
masih berada dalam masa pengkajian lebih lanjut.

2. Situs Prasejarah Sangiran, Jawa Tengah


Situs Sangiran merupakan salah satu situs Manusia Purba yang terbesar dan terpenting di dunia.
Situs Sangiran terdapat di Kabupaten Sragen dan Karanganyar. Pada situs Sangiran telah ditemukan
sebanyak sekitar 100 fosil manusia purba (Homo erectus) atau 50% lebih temuan fosil Homo erectus
di dunia, dan lebih dari 60% yang ditemukan di Indonesia. Oleh karena kandungannya yang
mempunyai nilai tinggi pada kesejarahan dan ilmu pengetahuan, maka Situs Sangiran telah
ditetapkan sebagai daerah Cagar Budaya. Selain itu, UNESCO telah menetapkan Sangiran sebagai
Warisan Budaya Dunia (World Culture Heritage).

3. Situs Prasejarah Leang-Leang, Sulawesi Selatan

Selama ini, lukisan stensil tangan dan binatang di dinding-dinding gua yang dianggap paling tua
berada di Eropa, yaitu di gua El Castillo di utara Spanyol, yang diperkirakan berusia 37.300 tahun.

Tetapi menurut penelitian terbaru, lukisan stensil tangan di dinding gua Maros, Desa Leang-Leang,
Sulawesi Selatan, Indonesia ternyata masih lebih tua lagi. Penduduk purbakala diduga melukis
gambar tangan itu sekitar 40.000 tahun lalu. Demikian hasil penelitian yang dilakukan tim ahli dari
Australia dan Indonesia.

Tim ahli yang dipimpin oleh Anthony Dosseto dari University of Wollongong, Australia, meneliti
tujuh gua di Sulawesi dengan 12 lukisan, yaitu stensil tangan yang digambar dengan warna merah
dan gambar binatang babirusa.
Penentuan umur lukisan di gua itu dilakukan dengan metode pengukuran uranium. Penghitungan
dilakukan berdasarkan peluruhan unsur-unsur radioaktif. Dengan metode itu bisa ditentukan umur
minimal lukisan.

"Dengan ini bisa dibuktikan, bahwa manusia sekitar 40.000 tahun lalu menyebar ke berbagai arah",kata
Anthony Dosseto dari University of Wollongong, Australia.. "Eropa tidak bisa lagi mengklaim bahwa
mereka pihak yang pertama yang mampu mengembangkan lukisan abstrak."

Hasil penelitian terbaru ini kembali menegaskan pentingnya peran benua Asia dalam proses evolusi
manusia.

(baca juga: Penemuan lukisan gua berusia 40.000 tahun di Sulawesi)

4. Situs Prasejarah Lukisan Gua Papua

Orang yang dianggap mencatat lukisan prasejarah pertama kali di Papua adalah Johannes Keyts
(Seorang pedagang) dalam perjalanan dari Banda ke pantai Nuw Guinea pada tahun 1678. Ia
melewati sebuah tebing karang di tepi teluk Speelman yang dipenuhi oleh tengkorak, sebuah patung
manusia, dan berbagai lukisan pada dinding gua tersebut dengan warna merah.

Lukisan gua yang ada di kepulauan Papua pada umumnya mirip dengan lukisan-lukisan yang ada di
Kepulauaan Kei, meskipun ada beberapa bentuk yang berbeda atau khusus. Misalnya di daerah
Kokas, Roder menemukan lukisan cap tangan dan kaki dengan latar belakang warna merah.
Demikian juga hasil penelitian W.J. Cator di daerah Namatone telah menemukan pola yang sama.
Bentuk lain yang dijumpai pada kedua situs ini adalah pola manusia, ikan, kadal dan perahu dengan
pola distilir.

Lukisan tangan dan kaki menurut cerita setempat, merupakan bekas jejak nenek moyang mereka
ketika memasuki gua yang gelap, dalam melakukan perjalanan dari arah timur ke barat. Lukisan
yang ada di wilayah Kokas merupakan satu situs kuno yang terkenal di Kokas, lukisan berada di
sebuah tebing bebatuan terjal. Oleh masyarakat setempat, tebing bebatuan terjal ini biasa
disebut Tapurarang.
Di Distrik Kokas kekayaan peninggalan sejak zaman prasejarah ini bisa dijumpai di Andamata, Fior,
Forir, Darembang, dan Goras. Bagi masyarakat setempat, lokasi lukisan tebing ini merupakan
tempat yang disakralkan. Mereka percaya lukisan ini adalah wujud orang-orang yang dikutuk oleh
arwah seorang nenek yang berubah menjadi setan kaborbor atau hantu yang diyakini sebagai
penguasa lautan paling menakutkan. Nenek ini meninggal saat terjadi musibah yang
menenggelamkan perahu yang ia tumpangi.

5. Situs Prasejarah Liang Boa, Flores

Situs Prasejarah Liang Bua adalah salah satu dari banyak gua karst di Pulau Flores, Nusa Tenggara
Timur di Indonesia. Gua ini terletak di Dusun Rampasasa, Desa Liangbua, Kecamatan Ruteng,
Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur. dan merupakan tempat penemuan makhluk
mirip manusia hobbit (hominin) baru yang dinamakan Homo floresiensis pada tahun 2001.
Pada bulan September 2003 ditemukan kerangka unik yang kemudian diidentifikasi sebagai H.
floresiensis. Bersamaan dengan manusia purba itu ditemukan pula perkakas batu yang dikenal telah
digunakan oleh Homo erectus (seperti yang ditemukan di Sangiran) serta sisa-sisa
tulang Stegodon (gajah purba) kerdil, biawak raksasa, serta tikus besar.
(baca juga: penemuan manusia hobbit di Gua Liang Bua, Flores)

6. Situs Prasejarah Gua Harimau, Sumatera


Selatan
Situs Prasejarah Gua Harimau adalah tempat ditemukannya fosil kerangka manusia homo sapiens. Gua
yang terletak di desa Padang Bindu, Semidang Aji, Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan ini
berhasil menemukan 78 kerangka manusia pruba Homo Sapiens dan juga bekas sisa-sisa
pembakaran pada lapisan tanah dan juga penemuan batu kijang yang biasa digunakan sebagai alat
bantu manusia purba.
Penemuan banyaknya kerangka manusia prasejarah yang diperkirakan berasal dari 3.000 tahun
yang lalu ini sangat luar biasa. Hingga saat ini tim peneliti masih melakukan uji DNA. Dengan
mengetahui genetiknya, Para peneliti berharap bisa memetakan pola migrasi nenek moyang
manusia ini.

7. Situs Prasejarah Lukisan Pantai Raja Ampat,


Papua Barat

Alam Raja Ampat begitu memesona, tapi juga menyimpan banyak misteri. Pada salah satu dinding
tebing karst, ada lukisan telapak tangan yang diduga dibuat oleh manusia purba di Raja Ampat.

Lukisan tersebut bisa dilihat di ceruk tebing karst atau biasa disebut Gua Telapak Tangan. Tempat
tersebut bisa dicapai sekitar 15 menit dengan speedboat dari Kampung Harapan Jaya. Lukisan
telapak tangan banyak terdapat di dinding tebing karst yang menyerupai bagian atas gua. Lukisan
itu bisa dilihat dari atas kapal saja, tak perlu turun. Lokasinya memang ada di tepian pulau karst dan
jaraknya hanya sekitar 2 meter dari permukaan air laut yang menggenang di bawahnya.

Tempat wisata purba ini memang tidak dilengkapi dengan informasi memadai. Tapi menurut
penduduk setempat, lukisan itu sudah ada sejak zaman prasejarah dan dibuat oleh manusia purba.
Jika dilihat sekilas pun, lukisan telapak tangannya memang mirip dengan yang ada di situs
purbakala Gua Leang-leang, di Maros, Sulawesi Selatan.

Gambar telapak tangan di Misool ini berwarna merah kecoklatan dan tersebar di berbagai sisi
dinding tebing karst. Selain telapak tangan, ada juga gambar perahu dan hewan laut berupa ikan,
serta bentuk-bentuk lain yang begitu unik.
8. Situs Prasejarah Gua Babi Gunung Batu Buli,
Tabalong, Kalimantan Selatan

Situs Prasejarah Gua Babi di Gunung Batu Buli, Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia
adalah tempat ditemukannya Manusia Prasejarah ras Austrolomelanisia.

Hasil penelitian ini sangat penting bagi pemahaman proses budaya dan kronologi prasejarah
setempat secara khusus dan Kalimantan secara umum, yang pernah terjadi sejak akhir Kala
Plestosen dan awal Kala Holosen, sekitar 10.000 tahun yang silam. Ciri budaya yang berhasil
diidentifikasi adalah pemanfaatan gua untuk pemukiman, dengan berbagai tinggalan yang terutama
mengacu pada tingkatan tekhnologi mesolitik ( tekhnologi batu madya ) dan neolitik ( tekhnologi
batu muda ).

Situs Gua Babi merupakan situs sangat penting bagi pemahaman pemanfaatan gua sebagai sarana
tempat tinggal, yang selama ini belum pernah ditemukan di Kalimantan. Lebih dari itu, situs ini juga
merupakan bahan telaah penting dalam penjelasan aspek migrasi yang terjadi pada periode Pasca-
plestosen di Indonesia bagian tengah, terutama dalam kaitannya dengan gelombang migrasi dari
utara ( Taiwan, Jepang dan Filipina ) dan penghunian gua-gua mesolitik di Silawesi.

9. Situs Prasejarah Wajak, Tulungagung


Fosil Pithecanthropus Erectus yang di temukan di Desa Wajak, Kecamatan Boyolangu,
Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Indonesia ini ditemukan oleh Eugene Dubois pada Tahun
1891 ini berasal dari lapisan Pleistosen lapisan bawah dan tengah. Femur atau tulang pahanya,
bentuk dan ukurannya jelas seperti milik manusia dan menunjukkan bahwa mahluk itu
berjalan diatas kedua kakinya. Volume otaknya mencapai 900cc sedangkan kera hanya 600cc.

10. Situs Prasejarah Gua Perbukitan


Sangkulirang, Kutai Timur

Kabupaten Kutai Timur memiliki situs cagar budaya yang punya arti penting bagi sejarah manusia.
Hasil penelitian oleh peneliti asing maupun dalam negeri, diketahui bahwa Kaltim memiliki situs
dan benda cagar dengan berbagai rupa yang terbilang luar biasa di Sangkulirang.

Di kawasan ini terdapat gua-gua berusia sekitar 10 ribu tahun sebelum Masehi yang pernah dihuni
manusia purba. Kala itu, manusia purba telah mampu membuat alat-alat dari bebatuan dan tulang
serta wadah berbahan tanah liat.

Terdapat pula lukisan dinding pada 37 gua di lokasi itu. Lukisan itu antara lain berupa cap tangan,
berbagai jenis binatang, dan perahu.

Menurut hasil peneltian para ahli purbakala manusia gua di pegunungan karst di Sangkulirang adalah
manusia purba yang melakukan migrasi global ke wilayah selatan, timur, hingga Asia Pasifik.

Pegunungan karst di Sangkulirang diperkirakan merupakan titik awal masuknya manusia ke


Indonesia. Manusia purba di gua ini memiliki kemampuan untuk membuat gerabah, serta tulisan
tangan yang terdapat di gua.

Dengan ditemukannya 10 Situs Prasejarah ini membuktikan bahwa Indonesia telah ada sejak ribuan
tahun yang lalu dan bagaimana mereka bermigrasi.

Anda mungkin juga menyukai