ASPAL
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
1. 4115110027 ANSELLIA SEPTARINI
2. 411511000 ARIF YAKUS MAHADI
3. 411511000 IRVANDY YERMAN
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME, karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu dan
semaksimal mungkin.
Dalam makalah ini penulis membahas Aspal, suatu bahan bentuk padat atau
setengah padat berwarna hitam sampai coklat gelap, bersifat perekat (cementitious)
yang akan melembek dan meleleh bila dipanasi, tersusun terutama dari sebagian besar
bitumen yang kesemuanya terdapat dalam bentuk padat atau setengah padat dari alam
atau dari hasil pemurnian minyak bumi, atau merupakan campuran dari bahan
bitumen dengan minyak bumi atau derivatnya.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mahasiswa yang
mengikuti mata kuliah Teknologi Bahan serta untuk memperdalam wawasan
mahasiswa mengenai aspal dan penggunaannya dalam bidang teknik sipil.
Makalah ini tidak mungkin dapat kami selesaikan tampa bimbingan dari Ibu
Eva Azhara, selaku dosen mata kuliah Teknologi Bahan. Untuk itu kami
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Eva. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada rekan-rekan 1-JT yang senantiasa memberikan dukungannya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembacanya. Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Manfaat
a. Dapat menambah ilmu pengetahuan dan pemahaman mengenai aspal
b. Mengetahui jenis-jenis aspal dan pemanfaatan sesuai fungsinya
c. Memberikan informasi tentang perkembangan aspal
d. Mengetahui cara-cara pengujian aspal
Aspal minyak adalah aspal yang merupakan residu destilasi minyak bumi.
Setiap minyak bumi dapat menghasilkan residu jenis asphaltic base crude oil yang
banyak mengandung aspal, parafin base crude oil yang banyak mengandung paraffin,
atau mixed base crude oil yang mengandung campuran antara paraffin dan aspal.
Untuk perkerasan jalan umumnya digunakan aspal minyak jenis asphaltic base crude
oil.
Gambar di bawah ini memberikan ilustrasi tentang proses destilasi minyak
bumi. Bensin (gasoline), minyak tanah (kerosene), dan solar (minyak diesel)
merupakan hasil destilasi pada temperatur yang berbeda-beda, sedangkan aspal
merupakan residunya. Residu aspal berbentuk padat, tetapi melalui pengolahan hasil
residu ini dapat pula berbentuk cair atau emulsi pada pada temperatur ruang. Jadi, jika
dilihat bentuknya pada temperatur ruang, maka aspal dibedakan atas aspal padat,
aspal cair, dan aspal amulsi.
Aspal padat adalah aspal yang berbentuk padat atau semi padat pada suhu
ruang dan menjadi cair jika dipanaskan. Aspal padat dikenal juga dengan nama aspal
keras (asphalt cement). Oleh karena aspal keras bentuknya padat atau keras maka
dalam pemakainnya harus dipanaskan terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai
bahan pengikat agregat.
Aspal cair (cut back asphalt) yaitu aspal yang berbentuk cair pada suhu
ruang. Aspal cair merupakan aspal keras yang dicairkan dengan bahan pencair dari
hasil penyulingan minyak bumi seperti minyak tanah, bensin, atau solar. Bahan
pencair membedakan aspal cair menjadi :
a) Rapid curing cut back asphalt (RC), yaitu aspal cair dengan bahan
pencair bensin. RC merupakan aspal cair yang paling cepat menguap.
b) Medium curing cut back asphalt (MC), yaitu aspal cair dengan bahan
pencair minyak tanah (kerosene).
c) Slow curing cut back asphalt (SC), yaitu aspal cair dengan bahan
pencair solar (minyak diesel). SC merupakan aspal cair yang paling
lambat menguap.
Aspal emulsi (emulsified asphalt) adalah suatu campuran aspal dengan air dan
bahan pengemulsi, yang dilakukan di pabrik pencampur. Aspal emulsi ini lebih cair
daripada aspal cair. Di dalam aspal emulsi, butir-butir aspal larut dalam air. Untuk
menghindari butiran aspal saling menarik membentuk butir-butir yang lebih besar,
maka butiran tersebut diberi muatan listrik.
Emulsifer
Agent
Air Aspal
Ilustrasi tentang fungsi aspal untuk setiap butir agregat digambarkan pada
Ilustrasi fungsi aspal pada lapisan perkerasan prahampar dan pasca hampar
Sketsa perbedaan fungsi aspal pada lapisan perkerasan jalan (Silvia Herman)
Aspal Beton (Hotmix) adalah campuran agregat kasar, agregat halus, dan bahan
pengisi ( Filler ) dengan bahan pengikat aspal dalam kondisi suhu tinggi (panas)
dengan komposisi yang diteliti dan diatur oleh spesifikasi teknis.
Campuran aspal panas adalah suatu campuran perkerasan jalan lentur yang terdiri
dari agregat kasar, agregat halus, filler, dan bahan pengikat aspal dengan
perbandingan-perbandingan tertentu dan dicampurkan dalam kondisi panas. Di
Indonesia jenis campuran aspal panas yang lazim digunakan antara lain : Aspal Beton,
Hot RoIIed Sheet (HRS), dan Split Mastic Asphalt (SMA). Banyak dilakukan
percobaan-percobaan dengan menambahkan bahan tambahan untuk meningkatkan
mutu perkerasan. Studi kepustakaan tentang penambahan bahan tambahan
memberikan pengaruh terhadap karakteristik masing-masing jenis campuran aspal
panas.
Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa setiap bahan tambahan memberikan
hasil yang berbeda-beda terhadap nilai stabilitas Marshall, flow, Void In Mix, Void
Filled Bitumen dan Marshall Ouotient. Untuk campuran aspal beton bahan tambahan
polyetilene dan lateks KKK 20 kadar 2% memberikan hasil yang memenuhi
spesifikasi aspal beton (kecuali parameter Marshall Quotient), pada Hot Rolled Sheet
bahan tambahan lateks KKK 20, gilsonite dan bahan yang mengandung bahan dasar
semen memberikan hasil yang memenuhi seluruh syarat spesifikasi HRS B, dan pada
campuran Split Mastic Asphalt aditif Viatop dan Vestoplast memberikan hasil yang
memenuhi syarat spesifikasi Split Mastic Asphalt.
1. Lapisan konstruksi Aspal beton tidak peka terhadap air, (kedap air )
2. Dapat dilalui kendaraan setelah pelaksanaan penghamparan .
3. Mempunyai sifat flexible sehingga mempunyai kenyamanan bagi pengendara.
4. Waktu pekerjaan yang relatif sangat cepat sehingga terciptanya efesiensi
waktu.
5. Stabilitas yang tinggi sehingga dapat menahan beban lalu lintas tanpa
terjadinya deformasi.
6. Tahan lama terhadap gesekan lalu lintas dan cuaca.
7. Pemeliharaan yang relative mudah dan murah.
8. Ekonomis.
2.5 Pengujian
1. Uji Penetrasi
Langkah Kerja Pengujian Penetrasi
1. Tuang bahan uji ke kap penetrasi, diamkan 1 - 2 jam pada suhu ruang
2. Rendam dalam bak air 25 oC, selama 1 - 2 jam
3. Bersihkan jarum penetrasi dan pasang pada alat uji
4. Letakkan pemberat 50 gr pada pemegang jarum
5. Pindahkan contoh ke dalam bak air kecil 25oC.
6. Atur jarum hingga bertemu dengan permukaan benda uji (aspal).
7. Lepaskan jarum selama 5 + 0,1 detik.
8. Tekan penunjuk penetrometer dan baca angka penetrasinya.
9. Angkat jarum perlahan-lahan, lakukan pengujian 3 kali, tiap titik
pemeriksaan dan bagian tepi kap + 1 cm.
2. Uji Daktilitas
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Aspal
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA