BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makanan merupakan kebutuhan dasar bagi kelangsungan hidup dan
pertumbuhan manusia.Oleh karena itu makanan yang baik harus aman, sehat,
bergizi, tidak menimbulkan gangguan terhadap kesehatan dan layak
dikonsumsi oleh manusia.Makanan yang aman tersebut melalui proses
pengelolaan dan penanganan yang benar.
Keamanan makanan merupakan tanggung jawab semua pihak, yaitu
tanggung jawab pemerintah selaku pengelola pemerintahan yang meliputi
ketertiban, keamanan dan kesejahteraan masyarakat, tanggung jawab
pengusaha (produsen) selaku ekonomi yang mendorong peningkatan usaha
dan menyediakan kebutuhan masyarakat luas dan konsumen selaku
masyarakat yang menggunakan barang dan jasa dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya terutama makanan.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 tentang
Pangan pada bagian kedua yang menyebutkan Bahan Tambahan Pangan pasal
10 ayat (1) menyatakan bahwa Setiap orang yang memproduksi pangan
untuk diedarkan dilarang menggunakan bahan apapun sebagai bahan
tambahan pangan yang dinyatakan terlarang atau melampaui ambang batas
maksimal yang ditetapkan.
Permenkes RI No. 1168/MENKES/Per/X/1999 tentang Bahan
Tambahan Makanan.Terdapat sepuluh Bahan Tambahan Makanan yang
dilarang digunakan dalam makanan salah satunya adalah formalin
(Formaldehyde).
Formalin adalah salah satu bahan tambahan yang dilarang digunakan
dalam pangan karena dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan.Jika
dikonsumsi dalam jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan hati, ginjal,
limpa, pankreas, otak dan menimbulkan kanker, terutama kanker hidung dan
tenggorokan.(Anonim, 2006).
2
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Apakah mie olahan yang di jual di Jalan Jati, Jalan Pepaya, dan Jalan
Murjani Mengandung bahan berbahaya ?
2. Belum pernah dilakukan penelitian mengenai Uji Identifikasi Formalin
terhadap mie olahan rumah tangga yang dijual di kota Palangka Raya
khususnya di Jalan Jati, Jalan Pepaya, dan Jalan Murjani
3
C. Batasan Masalah
Agar masalah ini tidak meluas maka permasalahan ini harus
dibatasi.Batasan masalah dalam penelitian ini adalah dilakukan pada mie
olahan dari industri rumah tangga yang dijual di Jalan Jati, Jalan Pepaya dan
Jalan Murjani.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dari identifikasi masalah dan batasan
masalah yang telah dikemukakan sebelumnyamaka rumusan masalahnya
adalah apakah Mie Olahan Rumah Tangga yang di produksi di Jalan Jati,
Jalan Pepaya dan Jalan Murjani mengandung formalin ?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya
kandungan formalin pada mie olahan rumah tangga yang diproduksi di Jalan
Jati, Jalan pepaya dan Jalan Murjani tidak mengandung formalin sebagai
bahan berbahaya bagi kesehatan.
F. Manfaat
Manfaat dari penelitian in adalah:
1. Untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai ada tidaknya
kandungan formalin pada mie olahanyang diproduksi di Jalan Jati, Jalan
Pepaya dan Jalan Murjani.
2. Untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat dan produsen mie
olahan rumah tangga tentang bahaya formalin bagi kesehatan.
3. Bagi peneliti dapat menambah pengetahuan tentang formalin dan
caramengidentifikasinya.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
atau campuran bahan yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan
baku pangan, tetapi ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat
atau bentuk bahan pangan. BTP ditambahkan untuk memperbaiki karakter
pangan agar kualitasnya meningkat.
Tujuan penggunaan bahan tambahan pangan adalah untuk
meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan,
membuat bahan pangan lebih mudah dihidangkan, serta mempermudah
prepasi bahan pangan. Pada umumnya bahan tambahan pangan dapat dibagi
menjadi dua golongan besar yaitu :
1. Bahan tambahan pangan yang ditambahkan dengan sengaja ke dalam
makanan, dengan mengetahui komposisi bahan tersebut dengan maksud
untuk mempertahankan kesegaran, cita rasa, dan membantu pengelolaan,
sebagai contoh pengawet, pewarna, dan pengeras.
2. Bahan tambahan pangan yang tidak sengaja ditambahkan, yaitu bahan
yang tidak mempunyai fungsi dalam makanan tersebut, terdapat secara
tidak sengaja, baik dalam jumlah sedikit atau cukup banyak akibat
perlakuan selama proses produksi, pengolahan, dan pengemasan. Contoh
bahan tambahan pangan dalam golongan ini adalah residu pestisida,
antibiotik, dan hidrokarbon aromatik polisiklis (Cahyadi, 2006).
Beberapa bahan tambahan makanan yang diizinkan pemakainnya
sesuai dengan dosis maksimum yang diperkenankan oleh Dirjen POM, di
antaranya :
1. Pengawet : asam benzoat, asam propionate, asam sorbet, natrium
benzoat, dan nisin.
2. Pewarna : tetrazine
3. Pemanis : aspartame, sakarin, dan siklamat.
4. Penyedam rasa dan aroma : monosodium glutamat.
5. Antikempal : aluminium silikat, magnesium karbinat, trikalsium
fosfat.
6. Antioksidan : asam askorbat, alpa tokoferol.
6
Formalin yang diasup secara oral akan diserap oleh saluran gastro
intestinal. Formalin yang diinhalasikan diserap oleh saluran pernafasan
bagian atas tetapi tidak didistribusikan ke seluruh tubuh karena
metabolismenya yang cepat . (Cahyadi)
Hati manusia mampu mengubah 22000 ppm formalin menjadi
CO2/menit.Namun kandungan asam format yang tinggi dapat
meningkatkan keasaman darah .
Metabolisme formalin di dalam tubuh terdiri dari 4 jalur yaitu :
1. Formalindimetabolisme menjadi asam format, kemudian diubah
menjadi CO2 dan dikeluarkan melalui pernapasan.
2. Formalindimetabolisme menjadi asam format, kemudian diubah
menjadi garam (garam natrium dan garam format) atau tetap sebagai
9
misalnya ikan segar, ikan kering, ayam potong, mie basah (olahan), tahu
dan bakso.
Alasan para produsen menggunakan formalin sebagai bahan
pengawet makanan adalah karena formalin merupakan senyawa yang biasa
memperpanjang masa simpan bahan pangan, memperbaiki tekstur
makanan sehingga menghasilkan bentuk yang baik dan menarik
konsumen.
4. Bahaya Formalin bagi Kehidupan Manusia
Formalin merupakan bahan beracun dan berbahaya bagi kesehatan
manusia.Jika kandunganya dalam tubuh tinggi, maka akan bereaksi secara
kimia dengan lampir semua zat di dalam sel sehingga menekan fungsi sel
danmenyebabkan kematian sel yang menyebabkan keracunan pada tubuh.
Jangka pendek (akut), bila tertelan formalin maka mulut,
tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit menelan, mual, muntah dan
diare, dapat terjadi pendarahan, sakit perut hebat, sakit kepala, sakit
kepala, hipotensi (tekanan darah rendah), kejang, tidak sadar hingga koma.
Disamping itu formalin juga menyebabkan kerusakan jantung, hati, otak,
limpa, pankreas, sistem saraf pusat dan ginjal.
Jangka panjang (kronik), mengkonsumsi bahan makanan yang
mengandung formalin, efek sampingnya setelah jangka panjang, Karen
terjadi akumulasi formalin dalam tubuh.Timbul iritasi pada saluran
pernafasan, muntah, sakit kepala, rasa terbakar pada tenggorokan, dan rasa
gatal di dada.Pada hewan percobaan dapat menyebabkan kanker
sedangkan pada manusia diduga bersifat karsinogen (menyebabkan
kanker).(Sukolaras, 2008)
Dampak buruk formalin bagi tubuh manusia adalah
a. Kulit : iritasi, kulit kemerahan, seperti terbakar, alergi
kulit
b. Mata : iritasi, mata merah, berair, dankebutaan.
c. Hidung : mimisan.
d. Saluran pencernaan : iritasi lambung, mual muntah, dan mules.
11
BAB III
METODE PENULISAN
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
Eksperimen atau percobaan (Eksperimen Research) dengan pendekatan
laboratorium yang dilakukan dengan serangkaian percobaan.(Notoatmodjo,
2002)
E. Prosedur Kerja
1. Pembuatan Reagen Asam Kromatropat
Pembuatan dibuat dengan melarutkan asam 1,8
dihidroksinaftalen- 3,6-disulfonat dalam HSO 72%(500 mg/100
ml).(AbdulRohman dan Sumantri, 2007)
2. Pembuatan Larutan Baku induk Formalin
Pembuatan Larutan Formalin (370 ppm)
Ambil larutan formalin 37% 1 ml, kemudian masukkan ke dalam labu
ukur 1000 ml dan di encerkan hingga batas yaitu 1000 ml.
3. Pembuatan Larutan Baku Seri Formalin
a. Formalin 37,0 ppm
Ambil larutan stok 370 ppm sebanyak 10 ml, kemudian masukkan
dalam labu ukur 100 ml dan di encerkan dengan aquadest hingga
mencapai 100 ml.
b. Formalin 18,5 ppm
Ambil larutan formalin dari stok 370 ppm sebanyak 5 ml, kemudian
masukkan dalam labu ukur 100 ml dan di encerkandenganaquadest
hingga mencapai 100 ml.
19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian Identifikasi formalin pada mie olahan rumah tangga, salah
satu uji analisis secara kualitatif adalah dengan cara uji Identifikasi ini di lakukan
dengan pereaksi asam kromatropat. Sebelum dilakukan identifikasi formalin
terlebih dahulu yang dilakukan adalah membuat uji batas (limit test) untuk
menentukan LOD (Limit Of Detection) formalin pada mie. Uji batas dilakukan
dengan cara membuat baku formalin dalam beberapa konsentrasi yaitu 3,7 ppm,
4,4 ppm, 7,4 ppm, 11,1 ppm, 18,5 ppm, dan 37,0ppm.
Uji LOD di lakukan dengan duapersi yaitu menggunakansampel dan tidak
menggunakan sampel, sampel yang dianggap tidak menggandung formalin
direndam selama semalam agar mengetahui pada LOD berapa mie yang
mengandung formalin sudah mulai tidak ada. Mie yang direndam dilakukan
penimbangan sama dengan perlakuan sampel yaitu 100 gram di masukkan
kedalam erlenmeyerlalu direndam dengan ppm yang telah dibuat.
Mie yang telah direndam dikeringkan sebentar lalu di masukkan kedalam
labu destilasi dengan menambahkan aquadestkurang lebih 200 ml dan diasamkan
dengan asam fosfat 1 ml. kemudian di destilasi sampai uap air mengalir, setelah
itu hasil destilat dimasukkan kedalam tabung reaksi. Ambil 1 ml hasil destilasi
lalu di tambahkan pereaksi 5 ml homogenkan dan dimasukkan kepenangas air
selama 15 menit, amati perubahan warna yang terjadi.Dari pengujian uji batas
untuk menentukan LOD formalin pada mie, maka didapatkan hasil sebagai
berikut :
Tabel 1. Hasil Uji Batas Formalin Pada Mie Dan Tidak Menggunakan Mie
No. Konsentrasi (ppm) +Asam Kromatropat
1. 37,0 ppm Ungu
2. 18,5 ppm Ungu
3. 11,1 ppm Ungu
4. 7,4 ppm Ungu memudar
5. 4,4 ppm Ungu tipis
6. 3,7 ppm Kuning jernih
Sumber : Penelitian Devi salimah, 2013
22
Hasil uji batas (limit test) formalin pada mie, pada konsentrasi 4,4ppm
warna ungu sudah mulai pudar hampir tidak terlihat. Hal ini menyatakan LOD
(Limit Of Detection) formalin pada mie berkisar antara 4,4ppm.Sehingga
konsentrasi formalin pada mie dibawah 4,4 ppm, maka tidak akan terdeteksi. Jadi,
batas deteksi formalin dalam mie yang digunakan dalam penelitian ini adalah 4,4
ppm.
Identifikasi formalin pada mie olahan dalam penelitian ini dilakukan pada
mie yang dijual di Jalan Jati, Jalan Pepaya, dan Jalan Murjani.Sampel yang di
ambil di tiga tempat berbeda, masing-masing sampel yang sudah di beli di potong
kecil lalu di lakukan penimbangan sebanyak 100 gram, kemudian dimasukkan ke
labu destilasi, di tambahkan aquadest kurang lebih 200 ml dan 1 ml asam fosfat.
Destilasi merupakan teknik memisahkan dua atau lebih komponen yang
memiliki perbedaan titik didih yang jauh.Suatu campuran dapat dipisahkan
dengan destilasi biasa ini untuk memperoleh senyawa murninya. Senyawa-
senyawa yang terdapat dalam campuran akan menguap pada saat mencapai titik
didih masing-masing.Hasildestilat ditampung didalam beaker glass dan di
pindahkan kedalam tabung reaksi.
Uji Identifikasi formalin terhadap mie olahan di lakukan dengan metode
reaksi warna menggunakan asam kromatropat 0,5 %. Proses identifikasi dengan
reaksi warna di lakukan dengan cara mereaksikan 5 ml asam kromatropat dengan
hasil destilat dan kemudian di panaskan didalam penangas air selama 15 menit.
Selama proses pemanasan tabung reaksi harus dalam keadaan tertutup
menggunakan kapas bebas lemak. Setelah beberapa menit pemanasan amati hasil
perubahan warna yang terjadi, apabila larutan yang di uji berwarna ungu pekat
atau ungu terang berarti sampel tersebut di nyatakan terdeteksi mengandung
formalin.
Pembentukan warna ungu pada asam kromatropat dan formalin adalah
apabila senyawa tersebut dipanaskan dengan asam kromatropatdalam larutan
asam sulfat pekat akan membentuk warna violet. Reaksi ini terjadiberdasarkan
kondensasi formaldehida dengan sistem aromatik dari asamkromatropat,
23
Pengujian identifikasi formalin pada mie olahan yang di jual di tiga tempat
berbeda yaitu Jalan Jati, Jalan Murjani dan Jalan Pepaya di peroleh hasil sebagai
berikut :
Tabel 2. Hasil Identifikasi Formalin Pada Mie Olahan Rumah Tangga
No Sampel + Asam Kromatropat Keterangan Hasil
Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya perubahan warna menjadi warna
ungu setelah ditambahkan pereaksi yaitu asam kromatropat dan hal tersebut
berbeda dengan yang terjadi pada kontrol positif dimana terjadi perubahan warna
menjadi warna ungu. Sehingga tidak melanggar Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia yang mencantum dalam Undang-undang No.7 tahun 1996 tentang
Pangan pada bagian kedua tentang Bahan Tambahan Pangan pasal 10 ayat 1 dan
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1168/Menkes/X/1999 tentang Bahan
Tambahan Makanan.
25
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa mie olahan rumah
tangga yang di jual di Jalan Pepaya, Jalan Murjani, dan Jalan Jati tidak
terdeteksi mengandung formalin sebagai bahan berbahaya bagi Kesehatan.
B. Saran
Identifikasi formalin masih dapat dilakukan pada bahan pangan lainnya
yang kemungkinan mengandung formalin dan menggunakan metode lain
selain metode pereaksi warna.
26
DAFTAR PUSTAKA
Cahyadi, W., 2006, Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan,
Bumi Aksara, Jakarta.
Nurheti, Yuliarti. 2007. Awas Bahaya Dibalik Lezatnya Makanan. Edisi ketiga
Yogyakarta: Penerbit Andi