Anda di halaman 1dari 23

MODUL BAHASA INDONESIA

S1 TERAPAN TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI

( NAMA )
NIM :
Kelas 1A S1

POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA


TEKNIK KIMIA
SAMARINDA
2017
BAB 3
EJAAN BAHASA INDONESIA

PELAFALAN, PEMAKAIAN HURUF, PENULISAN HURUF, KATA,


PARTIKEL, DAN ANGKA BILANGAN

1. Pelafalan
Tulisan lafal yang benar lafal yang salah
teknik teknik tehnik
tegel tegel tehel
energi energi enerji, enersi
praktik praktik praktek
risiko risiko resiko
Masalah lain yang sering muncul
Tulisan lafal yg benar lafal yg salah
TV /te ve/ /ti vi/
LNG /el en ge/ /el en ji/
MTQ /em te ki/ /emtekyu, emtekui/

Tulisan lafal yang benar lafal yang salah


HCL Ha Se El Ha Ce El
CO2 Se O2 Ce O2
Coca Cola ko ka ko la co ca co la

2. Pemakaian Huruf
Bunyi /f/, /v/, /x/, dan /z/ merupakan huruf serapan yang sekarang sudah
dipakai secara resmi
Contoh:
fakta tidak diganti dengan pakta
valuta tidak diganti dengan paluta
aktif tidak diganti dengan aktip
ziarah tidak diganti dengan jiarah atau siarah

Bunyi /x/ dan /q/ hanya dapat dipakai untuk nama istilah khusus.
Contohnya:
Quran tetap ditulis Quran (nama)
aquarium harus ditulis dengan akuarium
quadrat harus ditulis dengan kuadrat
complex harus ditulis dengan kompleks
bunyi ain // harus diganti menjadi bunyi /k/
contohnya:
tazim harus diganti dengan takzim
dawah harus diganti dengan dakwah

3. Penulisan Huruf Kapital


Huruf kapital digunakan untuk menuliskan nama Tuhan atau kata ganti untuk
nama Tuhan.
Contohnya:
hamba-Nya
hamba-Mu
Engkau beri rahmat
Penulisan huruf kapital digunakan untuk menuliskan gelar, jabatan, pangkat
yang diikuti langsung nama orang, nama daerah, atau negara.
Contohnya:
Presiden Republik Indonesia
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Gubernur Sulawesi Selatan
Haji Agus Salim
Bandingkan dengan penulisan berikut ini.
Tugas presiden tidak ringan.
Siapakah gubernur yang baru dilantik itu?
Brigadir Jenderal Ahmad baru dilantik menjadi mayor jenderal.

Huruf kapital digunakan untuk menuliskan awal kata yang menyangkut nama
bangsa, suku, bahasa, tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Contohnya:
bangsa Indonesia
suku Makassar
bahasa Bugis
tahun Hijriah
bulan Ramadan
hari Natal
Perang Padri
Huruf kapital digunakan untuk menuliskan kata ganti sapaan yang
berhubungan dengan kekerabatan.
Contohnya:
Kapan Bapak berangkat?
Apa kabar, Dik?
Surat Saudara sudah saya terima.
Mereka pergi ke rumah Pak Camat.
Tetapi huruf kapital tidak digunakan untuk menuliskan kata penunjuk
hubungan kekerabatan yang tidak digunakan sebagai kata ganti sapaan.
Contohnya:
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
Semua camat dalam kabupaten itu sudah hadir.

4. Penulisan Huruf Miring


Untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar.
Contohnya:
Negarakertagama karangan Prapanca
Majalah Bahasa dan Kesusatraan
Surat kabar Fajar
Untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata atau kelompok
kata.
Contohnya:
Bab ini tidak membicarakan tentang penulisan huruf kapital.
Buatlah kalimat dengan berlepastangan.
Untuk menuliskan kata ilmiah, atau ungkapan asing, kecuali yang telah
disesuaikan ejaannya.
Contohnya:
Weltanschauung diterjemahkan pandangan dunia.
Buah manggis nama ilmiahnya ialah Garciniamangostana.

5. Penulisan KataTurunan
sebar
disebar
sebarkan
disebarkan
tanggung jawab
bertanggung jawab
tanggung jawabkan
pertanggungjawaban
6. Penulisan Kata Ulang
sayur-sayur
sayur-sayuran
sayur-mayur

bersahut-sahut
sahut-menyahut
bersahut-sahutan

bentuk dasar bentuk pengulangan


mata pelajaran mata-mata pelajaran
rumah sakit rumah-rumah sakit
kereta api kereta-kereta api

7. Gabungan Kata
kata gabungan bentuk kombinasi
duta besar pancasila
mata pelajaran tunawisma
model linear antarkota
persegi panjang nonaktif

Mahatahu -> Maha Mengetahui


Mahakasih -> Maha Pengasih
Mahakuasa -> Maha Penguasa

buku-sejarah baru
buku sejarah-baru
ibu-bapak
belajar-mengajar

8. Kata Depan di, ke, dandari


di kampus --- ke kampus --- dari kampus
di rumah --- ke rumah --- dari rumah
di sana --- ke sana --- dari sana
di samping --- ke samping --- ke samping

di mana jawabannya di kampus


ke mana jawabannya ke rumah
dari mana jawabannya dari sana
diteliti ----- meneliti
dianalisis ----- menganalisis
ditulis ----- menulis

ketua ------ ketuaan


kesatu ------ kesatuan
perhatikan
Penggunaan kata depan di dan ke tidak digunakan di depan kata ganti
orang dan di depan kata keterangan waktu.
Contohnya:
di saya, di teman, ke saya, ke teman; seharusnya menjadi pada
saya, pada teman.
di bulan Puasa, di malam Minggu, di saat itu; seharusnya menjadi pada
bulan Puasa, pada malam Minggu, pada saat itu.

9. Partikellah, kah, tah, dan pun


Bacalah buku itu baik-baik!
Apakah yang tersirat dalam surat itu?
Siapatah gerangan dia?
Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Contohnya:
Apa pun dimakannya, ia tetap kurus.
Jika kakak pergi, adik pun ingin pergi
Kata-kata berikut sudah dianggap padu benar, ditulis serangkai: adapun,
andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun,
maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun.
Partikel per yang berarti mulai, demi, dan tiap ditulis terpisah dari bagian
kalimat yang mendampinginya.
Contohnya:
Undang-undang baru ini berlaku per januari 2013.
Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.
10. Angka Lambangdan Bilangan
salah benar
Perang Dunia ke II Perang Dunia II
Perang Dunia ke-2
Perang Dunia kedua
abad ke XXI abad XXI
abad ke-21
abad kedua satu
Penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran an mengikuti cara berikut
ini.
tahun 50-an atau tahun lima puluhan
uang 5000-an atau uang lima ribuan
lima uang 1000-an atau lima uang seribuan
Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata, ditulis
dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara
beurutan seperti dalam pemerincian atau pemaparan.
Contohnya:
Kami menonton film itu sampai tiga kali.
Ibu membeli lima belas ekor ayam.
Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang memberikan suara setuju, 15
suara tidak setuju, dan 5 suara blangko.
Contoh penulisan angka dalam kalimat:
Lima belas anggota yang tidak hadir.
Bukan: 15 anggota yang tidak hadir.
Kami mengundang 250 orang tamu.
Bukan: 250 orang tamu kami undang. atau
Dua ratus lima puluh orang tamu kami undang.

Angka yang menggunakan bilangan bulat yang besar dapat dieja untuk
sebagian supaya lebih mudah dibaca.
Contohnya:
Perusahaan kami baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
Kecuali dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi, bilangan tidak perlu
ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks.
Contohnya:
Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
Bukan : Kantor kamu mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai.
PENULISAN UNSUR SERAPAN, SINGKATAN, DAN TANDA BACA

Secara ideal, ejaan bahasa Indonesia merupakan ejaan fonemik.


Artinya, setiap satu bunyi dilambangkan oleh satu huruf. Akan tetapi, sistem
fonemik ini belum dapat diterapkan secara sempurna dalam bahasa
Indonesia sebab masih ada beberapa bunyi dalam bahasa Indonesia yang
dilambangkan dengan dua huruf. Bunyi tersebut adalah fonem /ng/, /ny/,
/kh/, dan /sy/. Sebaliknya juga, ada dua bunyi yang hanya dilambangkan
dengan satu huruf. Bunyi tersebut adalah /e/ taling dan /e/ pepet yang hanya
dilambangkan dengan huruf /e/ saja.

1. Penyerapan Secara Alamiah


perlu
ilham
kabar
radio
orator
arloji
imitasi
kitab

2. Penyerapan Seperti Bentuk Asal


shuttlecock
cum laude
de facto
curriculum vitae
offside
status quo

3. Penyerapandengan Terjemahan
kata asing terjemahan bahasa Indonesia
volcano gunung api
feed back umpan balik
medical pengobatan
take off lepas landas
point butir
input masukan
output keluaran
4. Penyerapandengan Perubahan
bentuk asal bentuk serapan
octaaf oktaf
haematite hematit
accent aksen
komfoor kompor
gauverneur gubernur
central sentral
phase fase

5. Penyerapan Asing
logis
ekonomis
dualisme
modernisme
ideal
struktural
logika
dialog
mekanik
direktur
sukarelawan

6. Penulisan Singkatan
Singkatan nama diri, nama resmi lembaga pemerintahan, organisasi,
instansi, lembaga, departemen, serta nama dokumen resmi yang diambil
dari gabungan antarhuruf pertama awal kata ditulis dengan huruf kapital
tanpa diikuti tanda titik. Misalnya:
DPR
PDI
RCTI
KTP
SMU
TPI
Singkatan nama-nama umum yang terdiri atas tiga huruf ditulis dengan huruf
kecil. Misalnya:
dsb.
dst.
dll.
sbb.
dkk.
sda.

Singkatan kata-kata umum yang terdiri atas dua huruf


a.n.
a.l.
d.a.
u.b.
s.d.
Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat ditulis
dengan huruf kapital pada awal singkatan dan diikuti tanda titik.
Misalnya:
R.A. Kartini
Prof.
Muh. Akil B.
Bpk.
Ir.
S.H.
Singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, satuan mata uang, dan
lambang kimia, tidak menggunakan tanda titik.
Misalnya:
kg
Rp
cm
Cu
l (liter)
m (meter)
7. Akronim
Akronim nama diri yang berupa gabungan antara awal kata, dengan deret
kata semuanya ditulis dengan menggunakan huruf kapital dan tidak diikuti
tanda titik. Misalnya:
LAN
SIM
IKIP
NIP
AFI
Akronim nama diri yang berupa gabungan antara suku kata dengan suku
kata atau suku kata dengan kata dari deret kata diawali dengan huruf kapital
dan tidak diikuti tanda titik.
Misalnya:
Golkar
Pertamina
Iwapi
Unhas
Sekjen
Nasdem
Bawaslu
Akronim yang bukan nama diri dan berupa gabungan antara suku kata
dengan suku kata atau suku kata dengan awal kata.
Misalnya:
pemilu
bemor
rudal
patas
rapim
berdikari

8. Penggunaan Tanda Baca


Tanda titik (.) dipakai pada:
1. akhir kalimat pernyataan,
2. singkatan nama orang,
3. singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan,
4. kata atau ungkapan yang sudah sangat umum,
5. di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, dan
6. memisahkan angka pukul, menit, dan detik yang menunjuk waktu atau
menunjukkan jangka waktu.
Tanda titik (.)tidak dipakai:
1. Untuk memisahkan angka ribuan atau jutaan yang tidak menunjukkan
jumlah;
2. Dalam singkatan yang terdiri atas huruf awal kata, suku kata, atau dalam
akronim yang sudah diterima oleh masyarakat;
3. Dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan
mata uang;
4. Pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, tabel, ilustrasi; dan
5. Di belakang alamat pengirim.
Tanda koma (,)dipakai:
1. di antara unsur-unsur dalam pemerian;
2. memisahkan kalimat yang setara;
3. memisahkan anak kalimat dan induk kalimat;
4. di belakang kata penghubung antarkalimat;
5. di belakang kata-kata seruan;
6. memisahkan petikan langsung dari kata bagian lain;
7. memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya;
8. di antara nama orang dan gelar akademik; dan
9. untuk mengapit keterangan tambahan.

Tanda titik koma (;) dipakai:


1. memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara; dan
2. memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Tanda titik dua (:) dipakai:
1. pada akhir suatu penyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian;
2. sesudah ungkapan atau kata yang memerlukan pemerian;
3. dalam teks drama; dan
4. di antara jilid atau nomor dan halaman, di antara bab dan ayat dalam kitab
suci, di antara judul dan anak judul karangan.
Tanda hubung (-) dipakai:
1. untuk menyambung suku-suku kata yang terpisah karena pergantian
baris;dan
2. menyambung awalan se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan
huruf kapital, angka dengan an, dan singkatan huruf kapital dengan
imbuhan.
Tanda pisah ( - ) dipakai:
1. membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi keterangan atau
penjelasan;
2. menegaskan adanya oposisi;dan
3. di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti sampai dengan.
Tanda elipsis () dipakai:
1. menggambarkan kalimat yang terputus-putus;dan
2. menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dihilangkan.
Tanda tanya (?) dipakai:
1. pada akhir kalimat tanya; dan
2. menyatakan kesangsian tentang sesuatu.
Tanda seru (!) dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang
mengandung seruan atau perintah.
Tanda kurung ( )dipakai:
1. mengapit keterangan tambahan;
2. mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok
pembicaraan;
3. Mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat
dihilangkan; dan
4. mengapit angka atau huruf yang merinci satu urutan keterangan.
Tanda kurung siku ([ ]) dipakai:
1. mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan
pada kalimat atau bagian kalimat yang tertulis dalam naskah asli;dan
2. mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung
Tanda garis miring (/) dipakai:
1. pada penomoran surat, alamat, dan tahun; dan
2. sebagai pengganti kata atau tiap.
Tanda petik tunggal ( ) dipakai:
1. mengapit petikan dalam petikan lain; dan
2. mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata asing.
BAB 4
PEMBENTUKAN KALIMAT EFEKTIF

PEMBENTUKAN KALIMAT
Pengertian Kalimat
Satuan bahasa yang lebih besar daripada kata atau frasa yang
berupa rangkaian kata untuk menyatakan pikiran tertentu secara relatif
dapat berdiri sendiri.

Ciri-ciri Kalimat

1. Dalam bahasa lisan diawali dengan kesenyapan dan diakhiri


dengan kesenyapan.Dalam bahasa tulis diawali dengan huruf kapital
dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru.
2. Kalimat aktif sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat.
3. Predikat transitif disertai objek, predikat intransitif dapat disertai
pelengkap.
4. Mengandung pikiran yang utuh.
5. Menggunakan urutan logis pada setiap kata atau kelompok kata yang
mendukungnya.
6. Mengandung satu makna, ide, atau pesan yang jelas.

Bagian-bagian Kalimat
Subjek dan Predikat
1. Setiap kalimat mempunyai subjek dan predikat.
2. Subjek dan predikat merupakan inti pembicaraan.
3. Subjek merupakan hal dijelaskan oleh predikat.
4. Predikat merupakan hal yang menjelaskan subjek.
Contoh
Saya /sebaiknya /beristirahat /sejenak.
Saya = subjek (S)
sebaiknya beristirahat = predikat (P)
sejenak = keterangan (K)
Perusahaannya /makin berkembang /akhir-akhir ini.
Perusahaannya = subjek (S)
makin berkembang = predikat (P)
akhir-akhir ini = keterangan (K)
Objek dan Keterangan
1. Objek dan keterangan adalah dua bagian kalimat yang sering muncul
dalam kalimat untuk melengkapi predikat.
2. Hubungan antara objek dan predikat ternyata lebih erat daripada
hubungan antara keterangan dan predikat.
Contoh
Ia/ membaca/ buku itu /beberapa kali.
Ia = subjek (S)
membaca = predikat (P)
buku itu = objek (O)
beberapa kali = keterangan (K)

Kami /merayakan /hari ulang tahunnya /kemarin.


Kami = subjek (S)
merayakan = predikat (P)
hari ulang tahunnya = objek (O)
kemarin = keterangan (K)

Pelengkap
Pelengkap adalah unsur kalimat yang berfungsi melengkapi informasi,
mengkhususkan objek, dan melengkapi unsur kalimat.

Ciri-ciri Pelengkap
1. Bukan unsur utama, tetapi tanpa pelengkap, kalimat itu tidak jelas dan tidak
lengkap informasinya.
2. Terletak di belakang predikat yang bukan kata kerja transitif.
Misalnya
Negara Republik Indonesia/berdasarkan/Pancasila.
Negara Republik Indonesia = subjek (S)
berdasarkan = predikat (P)
Pancasila = pelengkap (Pel.)

Salah satu ciri untuk membedakan antara objek dan pelengkap


adalah dengan mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif. Jika objek
tidak dapat menduduki fungsi subjek pada kalimat pasif, berarti kalimat
tersebut berpelengkap, bukan berobjek.
Keterangan Kalimat
Keterangan dapat menyertai predikat dengan berbagai variasi. Variasi
tersebut disesuaikan dengan kebutuhan kalimat. Beberapa jenis keterangan
dapat dilihat di bawah ini.
1. Ia berdiri di tempat itu sejak tadi. (keterangan tempat)
2. Ujian berlangsung selama dua jam. (keterangan waktu)
3. Anak itu lulus ujian karena rajin belajar. (keterangan sebab)
4. Orang itu terlalu sibuk bekerja sehingga jatuh sakit. (keterangan akibat)
5. Saya melempar anjing itu dengan batu. (keterangan alat)
6. Pemerintah melaksanakan pembangunan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. (keterangan tujuan)
7. Semua anggota keluarga hadir kecuali dia. (keterangan pembatasan)
8. Orang itu berjalan cukup cepat. (keterangan keadaan)
9. Meskipun hari hujan, anak itu pergi juga ke sekolah. (keterangan
perlawanan)
10. Saya bersedia datang asal diundang. (keterangan syarat)
11. Giginya putih bagai mutiara. (keterangan perbandingan)
12. Mereka tentu datang menemuimu. (keterangan modalitas)*
13. Ibu bersama tamunya menyaksikan peristiwa itu. (keterangan sertaan)
*keterangan modalitas menyatakan sikap atau sarana pembicara/penulis
terhadap hal yang dibicarakan, yang meliputi keadaan, peristiwa, tindakan,
atau sifatnya (mungkin, boleh, barangkali).

Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya menyatakan satu pokok
pembicaraan yang dinyatakan pada subjek (S) kalimat. Penjelasan terhadap
subjek tersebut dinyatakan pada predikat (P). Jika predikat kalimat
menggunakan kata kerja transitif, kalimat tersebut dilengkapi dengan objek
tertentu. Bagian lain yang berfungsi memberikan penjelasan tambahan
terhadap predikat kalimat adalah keterangan. Pola umum kalimat tunggal
bahasa Indonesia seperti berikut ini.
1. Usahanya berhasil. (S-P)
2. Mereka sedang mendiskusikan tugas kelompok. (S-P-O)
3. Kami menjuluki dia sang Penyelamat. (S-P-O-Pel.)
4. Negara Indonesia berdasarkan Pancasila. (S-P-Pel.)
5. Para kepala negera Asean sedang berdiskusi di Bali. (S-P-K)
6. Kami memanfaatkan peluang itu dengan baik. (S-P-O-K)
Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang terbentuk dari
penggabungan beberapa kalimat tunggal yang setara kedudukannya dan
menyatakan peristiwa-peristiwa yang terjadi secara berturut-turut atau
dalam waktu yang bersamaan. Penggabungan kalimat majemuk setara
dihubungkan oleh kata penghubung sifatnya menggabungkan (dan),
mempertentangkan (tetapi, sedangkan, melainkan), memilih (atau), dan
mengurutkan (lalu). Contohnya dapat dilihat di bawah ini.
1. Dosen menerangkan kalimat majemuk dan mahasiswa mendengarkan
dengan cermat.
2. Tingkah lakunya yang buruk itu tidak saja merugikan dirinya, tetapi juga
merugikan keluarganya.
3. Kita menyelesaikan pekerjaan itu dengan segera atau menyerahkan
kepada orang lain.
4. Ia pulang lalu pergi menjenguk anaknya.

Kalimat Majemuk Bertingkat


Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat majemuk yang terbentuk
dari sebuah kalimat tunggal yang salah satu bagiannya mengalami
perluasan atau penggantian dengan kalimat lain.
Hubungan bagian kalimat yang satu dengan bagian kalimat yang lain
dalam suatu struktur kalimat majemuk tidak sama atau bertingkat. Bagian
yang lebih tinggi kedudukannya disebut induk kalimat (klausa utama),
sedangkan bagian yang lebih rendah kedudukannya disebut anak kalimat
(klausa sematan). Hubungan antara anak kalimat dan induk kalimat bersifat
subordinatif.
Contoh perluasan kalimat yang membentuk kalimat majemuk.
1. Ia berhasil mengembangkan usahanya setelah memperoleh pinjaman
modal dari bank.
2. Saya akan bekerja dengan tekun bila berhasil diterima sebagai pegawai di
kantor itu.
3. Seandainya usul-usul yang diajukannya itu diterima oleh pengurus, tentu
program kerja organisasi bisa terlaksana dengan baik.
KALIMAT EFEKTIF

Pengertian
Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu menyampaikan pikiran secara
jelas kepada pembaca sehingga mencapai sasarannya. Kalimat efektiflah
yang menyebabkan proses penyampaian dan penerimaan pikiran dapat
berlangsung dengan baik.

Kepaduan Bagian Kalimat


Kata-kata yang dipakai untuk membentuk kalimat harus ditempatkan pada
posisi yang tepat dalam struktur kalimat agar jelas fungsinya masing-
masing.
Kalimat yang bagian-bagiannya terpadu menjadi sarana pengembangan
pikiran yang efektif dan jelas maknanya.
Contoh kalimat yang tidak padu
Untuk kehidupan modern menuntut cara berpikir dan bertindak yang efisien.

Kelogisan
1. Pemahaman makna kata secara cermat.
2. Penempatan kata secara tepat dalam struktur kalimat.
Contoh kalimat yang tidak logis susunannya
Dirgahayu Proklamasi Kemerdekaan RI yang ke-68.

Pemusatan Perhatian
Penonjolan atau pemusatan perhatian pada bagian-bagian tertentu
dalam suatu kalimat dapat dilakukan dengan berbagai cara tanpa mengubah
makna kalimat secara keseluruhan.
Contoh kalimat yang memusatkan perhatian pada bagian tertentu
1. Kita harus menyelesaikan tugas itu selama seminggu.
2. Selama seminggu kita harus menyelesaikan tugas itu.
3. Tugas itu harus kita selesaikan selama seminggu.
Pengulangan Kata
1 1. Pengulangan kata tertentu dapat memperjelas maksud penulis.
2. Cara ini dapat dilakukan untuk menonjolkan bagian tertentu yang perlu
mendapat perhatian pembaca, tetapi harus dibatasi.
Contohnya:
Tekun membaca buku pelajaran, tekun mengikuti kuliah, dan tekun
mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen, dapat menjamin indeks
prestasi mahasiswa.

Penggunaan Partikel
1 1. Pemusatan perhatian juga dapat diarahkan dengan menggunakan
partikel lah, -kah, dan pun.
2. Ketiga partikel ini sering digunakan dalam kalimat untuk menegaskan.
Contoh kalimat yang menggunakan partikel
1. Sayalah yang seharusnya membantu yang bersangkutan.
2. Dialah biang keladi keributan itu.
3. Siapakah yang datang ke sini?
4. Kami pun menyaksikan peristiwa yang mengerikan itu.

Kehematan Penggunaan Kata


1. Prinsip kehematan penggunaan kata adalah menggunakan kata sehemat
mungkin dengan makna yang padat (lengkap).
2. Penulis harus mampu menggunakan kata secara hemat agar pikiran yang
diungkapkan dalam kalimat cepat dipahami maksudnya.
Contoh penggunaan kata yang tidak hemat
1. Surat kabar harian Tribun Timur kini terbit dengan dengan jumlah
halaman yang lebih banyak.
2. Dalam rangka untuk meningkatkan prestasi akademik mahasiswa,
hendaknya para dosen berusaha dan berikhtiar memperbaiki proses belajar-
mengajar yang menjadi tanggung jawabnya.
BAB 5
PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN PARAGRAF

Pengertian Paragraf
Paragraf adalah satu kesatuan pikiran yang lebih tinggi dan lebih luas
daripada kalimat. Sebuah paragraf terdiri atas beberapa kalimat.Setiap
paragraf hanya boleh mengandung satu ide pokok.
Secara ideal, paragraf sebaiknya teridiri atas lima sampai tujuh
kalimat. Akan tetapi, bukan berarti hal ini sebagai satu keharusan. Paragraf
yang agak pendek atau singkat kalimatnya tentu boleh saja lebih dari tujuh
kalimat. Begitu pula paragrafnya yang kalimatnya agakm panjang kalimat,
tentu boleh saja kurang dari lima kalimat. Meskipun tidak ada aturan baku
mengenai jumlah kalimat dalam satu paragraf, namun perlu diketahui bahwa
paragraf yang terlalu banyak kalimatnya juga kadang-kadang tidak efektif
karena pembaca agak susah menemukan ide pokoknya.

Contoh paragraf
(a) Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia selalu mengalami
perubahan. (b) Perubahan itu antara lain berupa penambahan kata-kata
baru, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing. (c) Penambahan
yang berasal dari bahasa asing, misalnya astronaut, kosmonaut, satelit,
komputer, dan televisi. (d) Penambahan kata-kata baru itu dimaksudkan
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam komunikasi.
Paragraf tersebut terdiri atas empat kalimat, semuanya membicarakan
perkembangan bahasa Indonesia. Ide pokok (pikiran utama) paragraf
tersebut adalah perkembangan bahasa Indonesia yang tertuang dalam
kalimat (a). Kalimat (b), (c) , dan (d) merupakan kalimat penjelas karena
ketiga kalimat itu menjelaskan ide pokok pada kalimat utamanya.

Tujuan pembentukan paragraf


1 1. Memudahkan pengertian dan pemahaman dengan cara menyekat-
nyekat ide pokok yang satu dari ide pokok yang lain berdasarkan keharusan
untuk mengungkap satu ide pokok saja pada setiap paragraf.
2. Memudahkan pembaca mengikuti uraian penulis secara sistematis dari ide
yang satu ke ide yang lain sehingga pemusatan perhatian dapat dilakukan
terhadap setiap ide yang diungkapkan dalam karya tulis tersebut.

Contoh paragraf
(a) Saharuddin Dg. Gassing tidak tahu banyak tentang desa
kelahirannya. (b) Ia tidak tahu-menahu mengapa desanya dinamai
Bontomarannu. (c) Ia tidak tahu mengapa Bontomarannu dan Bontomanai
(desa tetangga) kini mengering. (d) Ia juga tidak tahu mengapa nenek
moyangnya dahulu sampai di desa itu. (e) Meski sudah uzur, Saharuddin
Dg. Gassing masih gesit dan cekatan. (f) Begitu bangun pagi, tanpa harus
minum kopi dahulu, is sudah memikul cangkul menuju sawah garapannya.
(g) Ia terus mengayunkan cangkulnya membongkar tanah liat yang sudah
mengeras oleh musim kemarau panjang.
Contoh paragraf di atas tidak dapat disebut paragraf yang baik sebab
mengandung dua ide pokok, yaitu kalimat (a) dan kalimat (e). Oleh karena
itu, paragraf tersebut dipecahkan menjadi dua paragraf.
(a) Saharuddin Dg. Gassing tidak tahu banyak tentang desa
kelahirannya. (b) Ia tidak tahu-menahu mengapa desanya dinamai
Bontomarannu. (c) Ia tidak tahu mengapa Bontomarannu dan Bontomanai
(desa tetangga) kini mengering. (d) Ia juga tidak tahu mengapa nenek
moyangnya dahulu sampai di desa itu.
(e) Meski sudah uzur, Saharuddin Dg. Gassing masih gesit dan
cekatan. (f) Begitu bangun pagi, tanpa harus minum kopi dahulu, is sudah
memikul cangkul menuju sawah garapannya. (g) Ia terus mengayunkan
cangkulnya membongkar tanah liat yang sudah mengeras oleh musim
kemarau panjang.

Jenis-jenis Paragraf
Berdasarkan fungsinya
1. Paragraf pembuka
2. Paragraf penghubung
3. Paragraf penutup
Berdasarkan posisi kalimat utama
1.Paragraf deduktif (kalimat utama di awal paragraf)
2. Paragraf induktif (kalimat utama di akhir paragraf)
3. Paragraf deduktif-induktif (kalimat utama di awal dan akhir paragraf)
4. Paragraf penuh kalimat utama (semua kalimat sama pentingnya)
Berdasarkan sifat isinya
1. Paragraf narasi (bersifat menuturkan peristiwa atau keadaan dalam
bentuk cerita)
2. Paragraf deskripsi (bersifat melukiskan atau menggambarkan sesuatu
dengan bahasa)
3. Paragraf eksposisi (bersifat memaparkan suatu fakta atau kejadian tertentu)
4. Paragraf argumentasi (bersifat membahas suatu masalah dengan bukti-
bukti atau alasan yang mendukung)
5. Paragraf persuasif (bersifat mempromosikan sesuatu dengan cara
memengaruhi pembaca)

Syarat-syarat Pembentukan Paragraf


1. Kesatuan pikiran
Sebuah paragraf dikatakan memiliki kesatuan apabila selurih kalimat
dalam paragraf hanya membicarakan satu pokok pikiran atau satu masalah.
Semua unsur harus berkaitan dengan pikiran utama.
2. Kepaduan atau koherensi
Sebuah kalimat dikatakan koherensi apabila aliran kalimat yang satu
ke kalimat yang lainnya berjalan mulus dan lancar di samping adanya
hubungan timbal-balik antarkalimatnya. Untuk memadukan kalimat-kalimat
dalam satu paragraf, dapat dilakukan repetisi atau pengulangan. Selain itu,
kepaduan kalimat juga dapat dilakukan dengan menggunakan kata ganti.
Ada tiga jenis kata ganti yang dapat dipakai agar kalimat menjadi padu, yaitu:
(1) kata ganti orang (ia/dia, beliau, mereka, dan nya), (2) kata ganti milik (-
nya, beliau, dan mereka), dan (3) kata ganti penunjuk (ini dan itu).

Dalam menyusun paragraf, dapat dilakukan dengan beberapa


variasi kalimat yang dipadukan oleh beberapa kata atau frasa transisi.
Berikut ini beberapa bentuk kata dan frasa transisi antarkalimat.
1. Hubungan akibat/hasil: akibatnya, karena itu, maka, oleh sebab itu, dengan
demikian, jadi.
2. Hubungan pertambahan: berikutnya, demikian juga, kemudian, selain itu,
selanjutnya, lagi pula, lalu.
3. Hubungan perbandingan: dalam hal yang sama, lain halnya dengan,
sebaliknya, lebih baik dari itu, berbeda dengan itu.
4. Hubungan pertentangan: akan tetapi, bagaimanapun, meskipun begitu,
namun, sebaliknya, walaupun demikian.
5. Hubungan tempat: berdekatan dengan itu, di sini, ke depan sana, tak jauh
dari sana, ke seberang, di sepanjang jalan.
6. Hubungan tujuan: agar, untuk, guna, untuk maksud itu.
7. Hubungan waktu: baru-baru ini, beberapa saat kemudian, segera,
sementara itu, ketika, kemudian, sejak.
8. Hubungan singkatan: singkatnya, ringkasnya, akhirnya, pendek kata,
dengan kata lain, yakni, yaitu, sesungguhnya.
PENGEMBANGAN PARAGRAF
Cara penempatan pikiran utama
1. Pikiran utama di awal paragraf
2. Pikiran utama di akhir paragraf
3. Pikiran utama di awal dan di akhir paragraf
4. Paragraf dengan pikiran utama tersirat

Pengurutan kalimat utama dan kalimat penjelas


1. Urutan logis
2. Urutan kronologis
3. Urutan klimaks dan antiklimaks
Pengembangan paragraf
1. Pengembangan dengan hal-hal khusus
2. Pengembangan dengan teknik klasifikasi
3. Pengembangan dengan alasan-alasan
4. Pengembangan dengan perbandingan
5. Pengembangan dengan contoh-contoh
6. Pengembangan dengan definisi luas
7. Pengembangan dengan campuran

Anda mungkin juga menyukai