KARYA ILMIAH
Oleh:
SISI OKTAVIA
Lokal I A
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirahim
Alhamdulillah, Puji beserta syukur Saya panjatkan kehadirat Allah Swt
yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga kami
mampu menyelesaikan Makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya.
Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini berisikan tentang penjelasan Kebebasan Hakim Dalam Sistem
Penegakan Hukum (Rule Of Law)
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini .
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir . Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita . Amin .
i
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
ii
iii
ABSTRAK
iii
iv
iv
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam negara modern secara garis besar dikenal tiga pemegang
kekuasaan negara, yaitu kekuasaan eksekutif, kekuasaan legislatif dan
kekuasaan yudikatif. Dalam penerapan ditemukan berbagai variasi dan
bentuk di berbagai negara, ada yang memakai pola pemisahan kekuasaan
(separation of power), ada yang menggunakan pembagian kekuasaan
deviation of power), di beberapa negara ditemukan bahwa kekuasaan negara
ternyata tidak hanya bertumpu pada konsep trias politica saja sebagai state
primery institution (kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif), tetapi ada
kebutuhan untuk menyelenggarakan kekuasaan lainya yaitu kekuasaan
bidang perbantuan (state auxiliary institution) yang bersifat konsultatif,
pertimbangan atau kepenasehatan (consultative power) dan pengawasan
(examinative power). Hal ini dikaenakan bahwa penyelenggaraan negara
tidak ditentukan oleh tiga pilar kekuasaan besar itu, tetapi juga dipengaruhi
oleh budaya dan pilihan politik dari negara yang bersangkutan. Namun satu
hal yang sama dan dijumpai dalam setiap Negara yang menganut trias
politika, baik dalam arti pemisahan kekuasaan maupun pembagian
kekuasaan, khusus untuk cabang kekuasaan yudikatif, dalam tiap negara
hukum badan yudikatif haruslah bebas daricampur tangan badan eksekutif.
Badan yudikatif yang bebas adalah syarat mutlak dalam suatu
Negara hukum. Kebebasan tersebut meliputi kebebasan dari campur tangan
badan eksekutif, legislatif ataupun masyarakat umum, di dalam menjalankan
tugas yudikatifnya. Cara untuk menjamin pelaksanaan asas kebebasan badan
yudikatif yaitu pertama, kita lihat bahwa di beberapa negara jabatan hakim
permanen, seumur hidup atau setidak-tidaknya sampai saat pensiun, selama
berkelakuan baik dan tidak tersangkut kejahatan. Hakim biasanya diangkat
oleh badan eksekutif yang dalam hal Amerika Serikat didasarkan atas
1
6
luhur itulah kehormatan dan keluhuran martabat hakim dapat dijaga dan
ditegakkan.
Kehormatan dan keluhuran martabat berkaitan erat dengan etika
perilaku. Etika adalah kumpulan azas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak
mengenai benar dan salah yang dianut satu golongan atau masyarakat. Apabila
seorang hakim melakukan pelanggaran terhadap kode etik dan pedoman
perilaku hakim, maka hakim itu dapat diberikan sanksi, dalam menentukan
sanksi yang layak dijatuhkan, harus dipertimbangkan faktor-faktor yang
berkaitan dengan pelanggaran, yaitu latar belakang, tingkat keseriusan, dan
akibat dari pelanggaran tersebut terhadap lembaga peradilan ataupun pihak
lain. Kekuasaan kehakiman yang merdeka diharapkan dapat diwujudkan, dan
sekaligus diimbangi oleh prinsip akuntabilitas kekuasaan kehakiman, baik dari
segi hukum maupun segi etika. Berdasarkan uraian di atas, yang perlu dikaji
dalam tulisan ini adalah Implementasi asas kebebasan kekuasaan kehakiman
dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka masalah dalam penelitian ini adalah
1. Bagaimana implementasi kebebasan kekuasaan kehakiman menurut
hukum positif. ?
2. Apa saja pembatasan asas kebebasan hakim dalam penegakan hukum.?
C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana makana kebebasan kekuasaan kehakiman
dalam sistim hukum Indonesia.
2. Untuk mengetahui apakah kebebasan hakim dalam penegakan hukum
tidak tak terbatas.
9
D. Manfaat Penelitian
Dapat mengetahui kebebasan hakim dalam sistem penegakan hukum (Rule Of
Law)
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Hakim
Pengertian Hakim adalah aparat penegak hukum atau pejabat
peradilan negara yang diberi wewenang oleh undang undang untuk mengadili
atau memutuskan suatu perkara. Di dalam Pasal 1 ayat (5) Undang-Undang
Nomor 48 Tahun 2009, tentang Kekuasaan Kehakiman, Hakim adalah hakim
pada Mahkamah Agung dan hakim pada badan peradilan yang berada di
bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,
lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan
hakim pada pengadilan khusus yang berada dalam lingkungan peradilan
tersebut.
Adapun hakim konstitusi adalah hakim pada Mahkamah
Konstitusi. Hakim ad hoc adalah hakim yang bersifat sementara yang
memiliki keahlian dan pengalaman di bidang tertentu untuk memeriksa,
mengadili, dan memutus suatu perkara yang pengangkatannya diatur dalam
undang-undang.
B. Kebebasan Hakim
Untuk terselenggaranya pemerintah yang demokratis dibawah
Rule of Law sebagaimana pemikiran mengenai Negara Hukum modern
yang pernah di cetuskan dalam konferensi oleh International Commission of
Jurists di Bangkok pada tahun 1965.
Dalam pertemuan konferensi tersebut ditekankan pemahaman
tentang apa yang disebut sebagai the dynamic aspects of the Rule of Law in
the modern age (aspek-aspek dinamika Rule of Law dalam abad modern).
Dikatakan bahwa ada 6 (enam) syarat-syarat dasar untuk terselenggaranya
pemerintah yang demokratis dibawah Rule of Law, yaitu :
1. Perlindungan Konstitusjonal
10
11
Independence does not mean that the judge is entitled to act in an arbitrary
manner.
Batasan atau rambu-rambu yang harus diingat dan diperhatikan
dalam implementasi kebebasan itu adalah terutama aturan-aturan hukum itu
sendiri. Ketentuan-ketentuan hukum, baik segi prosedural maupun
substansial/materiil, itu sendiri sudah merupakan batasan bagi Kekuasaan
Kehakiman agar dalam
melakukan independensinya tidak melanggar hukum, dan bertindak
sewenang-wenang. Hakim adalah subordinated pada Hukum dan tidak
dapat bertindak contra legem.
Selanjutnya, harus disadari bahwa kebebasan dan independensi
tersebut diikat pula dengan pertanggungan-jawab atau akuntabilitas, yang
kedua-duanya itu, independensi dan akuntabilitas pada dasarnya merupakan
kedua sisi koin mata uang saling melekat. Tidak ada kebebasan mutlak tanpa
tanggung jawab.
Dengan perkataan lain dapat dipahami bahwa dalam konteks kebebasan
hak Hakim sebagai penegak hukum dijamin dalam menyampaikan dan
mempertahankan argumentasi yuridisnya masing-masing pada waktu
musyawarah putusan.
Dengan demikian kebebasan Hakim yang merupakan personifikasi dari
kemandirian kekuasaan Kehakiman, tidaklah berada dalam ruang hampa
tetapi ia dibatasi oleh rambu-rambu berikut
1. Akuntabilitas
2. Integritas moral dan etik
3. Transparans
4. Pengawasan (kontrol)
Dalam hubungan dengan tugasnya sebagai hakim, maka
independensi Hakim masih harus dilengkapi lagi dengan sikap impartialitas
dan profesionalisme dalam bidangnya. Oleh karenanya kebebasan Hakim
sebagai penegak hukum haruslah dikaitkan dengan :
13
1. Akuntabilta
2. Integritas moral dan etik
3. Transparans
4. Pengawasan (control
5. Profesionalisme dan impartialitas
Tetapi sebaliknya, independensi Kekuasaan Kehakiman itu juga
mengandung makna perlindungan pula bagi Hakim sebagai penegak hukum
untuk bebas dari pengaruh-pengaruh dan direktiva yang dapat berasal dari
antara lain :
1. Lembaga-Iembaga di luar badan-badan peradilan, baik eksekutif maupun
legislatif, dan lain-Iain
2. Lembaga-Iembaga internal didalam jajaran Kekuasaan Kehakiman sendiri
Pengaruh-pengaruh pihak yang berperkara
3. Pengaruh tekanan-tekanan masyarakat, baik nasional maupun
internasional
4. Pengaruh-pengaruh yang bersifat trial by the press
Dalam kaitan dengan peranan dan fungsi pers ini, haruslah kita
pahami bahwa memang dalam penegakan Negara Hukum dibutuhkan
adanya
pilar atau komponen pers yang bebas tetapi yang juga harus berada dalam
rambu-rambu akuntabilitas dan transparansi. Seperti halnya Kekuasaan
Kehakiman yang independen, pers juga harus dilindungi terhadap segala
macam
pengaruh yang dapat mengkerdil-kan fungsi pers itu sendiri, sehingga
menghalangi kebebasan menyatakan pendapat. Peranan dan fungsi pers
sebagai
salah satu lembaga kontrol atau pengawasan merupakan sarana yang
strategis
didalam proses mewujudkan Negara Hukum, sebab melalui kekuatannya
pers
14
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
B. Informan Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah pemberi data yang
valid tentang masalah yang sedang diteliti, adapun informansi dalam
penulisan media internet, buku dan file pdf .
Karena terdapat banyak informan penelitian, maka untuk
mempunyai peluang besar untuk bisa memberi informasi, data serta fakta
Adapun jenis data dalam penilitian ini adalah data primer dan data sekunder:
memerlukannya.
peneliti dari sumber-sumber yang telah ada. Pada penelitian ini data
15
16
1. Observasi
Dalam penelitian ini data yang akan didapat dengan menggunakan teknik
di indonesia
2. Dokumentasi
majalah, prasasti, rapat, dan lain sebagainya. Dalam penelitian data yang
E. Instrumen Penelitian
data yang digunakan dalam satu penelitian. Dalam penilitian ini instrumen
variabel.
dibahas berdasarkan hasil siklus tindakan penelitian dan serta hasil observasi
b. Penyajian data
dan penyempurnaan.
18
khusus.
kuat.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
20
20
5. Dan lain-lain
Apakah memang benar bahwa Kekuasaan Kehakiman itu mandiri atau
independen dalam arti sebebas-bebasnya, Independensi Kekuasaan
Kehakiman atau badan-badan kehakiman / peradilan merupakan salah satu
dasar untuk terselenggaranya pemerintah yang demokratis dibawah Rule of
Law sebagaimana pemikiran mengenai Negara Hukum modern yang pernah
di cetuskan dalam konferensi oleh International Commission of Jurists di
Bangkok pada tahun 1965.
Dalam pertemuan konferensi tersebut ditekankan pemahaman tentang
apa yang disebut sebagai "the dynamic aspects of the Rule of Law in the
modern age" (aspek-aspek dinamika Rule of Law dalam abad modern).
Dikatakan bahwa ada 6 (enam) syarat-syarat dasar untuk terselenggaranya
pemerintah yang demokratis dibawah Rule of Law, yaitu :
1. Perlindungan Konstitusjonal
2. Peradilan atau badan-badan kehakiman yang bebas dan tidak
memihak
3. Pemilihan Umum yang bebas
4. Kebebasan menyatakan pendapat
5. Kebebasan berserikat / berorganisasi dan beroposisi
6. Pendidikan kewarganegaraan
Dari syarat-syarat tersebut jelaslah bahwa independensi
Kekuasaan Kehakiman merupakan salah satu pilar yang pokok, yang apabila
komponen tersebut tidak ada maka kita tidak bisa berbicara lagi tentang
Negara Hukum.
Selain ketentuan konstitusi di negara kita yaitu Pasal 24
Undang- Undang Dasar 1945 dengan segala implementasinya tersebut
diatas, arti pentingnya independensi badan-badan peradilan dan Kekuasan
Kehakiman tersebut secara universal telah diterima dan ditekankan dalam
berbagai instrumen hukum internasional, yaitu antara lain dalam :
22
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
1
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Rifai, 2010, Penemuan Hukum oleh Hakim, Dalam Persfektif Hukum
Progresif ,Jakarta: Sinar Grafika.
Andi Hamzah, 2006.Hukum Acara Pidana Indonesia ,Jakarta: CV. Shapta artha
jaya.Antonius Sujata, 2000. Reformasi dan Penegakan Hukum, Jakarta:
Djambatan.
Al. Wisnubroto, 1997. Hakim dan Peradilan di Indonesia, Yogyakarta: Univ.
Atmajaya.
Bintan R Saragih, 1988.Lembaga perwakilan dan Pemilihan Umum di Indonesia,
Gaya Media Pratama, Jakarta.
Dahlan Thaib, 1993. Implementasi Sistem Ketatanegaraan Menurut UUD 1945,
Liberty, Yogyakarta.
Djokosoetono, 2006 , Hukum Tata Negara, dihimpun oleh Harun Alrasid, Edisi
Revisi, Jakarta: Ind-Hill Co.
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12