Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH

MEDIA TANAM

Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Sudiarso, M.S

Disusun Oleh :

Kelompok 3

1. Ririn Setyaningsih 155040200111140


2. Olivia Eka Pengestu 155040201111041
3. Syama Putri Sari 155040201111017
4. Grizhelda Moniteria 155040201111060
5. Rika Firmania K.N 155040201111118
6. Jiyanti Yana Saputri 155040201111124

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanah sebagai salah satu indikator terpenting dalam fungsinya secara epidologi yaitu
tempat tumbuh dan berkembangnya tanaman. Memiliki fungsi yang beragam dalam
menyediakan bahan alam yang dibutuhkan oleh tanaman antara lain yang kita ketahui seperti
air, hara, dan udara. Mineral-mineral yang berada dalam tanah juga berpengaruh terhadap
tersedianya unsur hara bagi tanaman. Media tanam sebagai asumsi awal yang telah kita
pelajari sebelumnya yaitu tanah. Tanah secara harafiah dapat kita ketehaui defenisinya yakni
bahan alam yang terdapat pada lapisan terluar bumi akibat adanya bahan induk penyusunya
serta mineral yang terdekomposisi secara berkala dan berpireode melekat menjadi satu
kesatuan, biasa kita kenal sebagai bahan organik tanah
Sifat tanah sendiri juga berpengaruh terhadap fungsi tanah sebagai media tanam mulai
dari sifat fisika baik tekstur, struktur,konsistensi dan masih banyak lagi sifat fisik yang lain
dapat menentukan tanah tersebut baik atau tidak sebagai media tanam, sifat bilogi dilihat dari
kegiatan fauna tanah yang berukuran makro, mikro dan meso didalam tanah berfungsi
mengolah unsur hara tanah, sifat kimia berhubungan erat dengan Ph atau tingkat keasaman
dan kebasaan tanah dan KTK (kapasitas tukar kation) atau kemampuan tanah dalam
menjerap ion ion (hara) dalam tanah.
Tanah diolah sedemikian rupa juga dimaksudkan untuk memaksimalkan fungsinya untuk
tumbuh dan berkembang tanaman, karena tanah memiliki dua spesifikasi umum yang kita
ketahui yaitu tanah basah dan kering, tanah basah digunakan untuk tanaman seperti padi
(kebutuhan akan air tinggi) dan kering digunakan untuk tanaman seperti jagung dan sejenis
palawija. Untuk pengolahan tanah sendiri yang kita ketahui juga ada dua yaitu secara
tradisional dan modern, tradisional masih menggunakan tenaga kasar manusia dan ternak dan
secara modern kita kenal dengan mesin traktor dan mesin pengolah tanah lainya.
Agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan memiliki kebutuhan yang cukup maka
perlu adanya media untuk perkecambahan secara efektif yaitu dengan media tanam, media
tanam ini terdiri atas media tanam tanah dan bukan tanah. Selain itu media tanam ini
digunakan sebagai sarana untuk tanaman tumbuh karena tanaman mendapatkan makanan
dengan cara menyerap unsur bhara yang terkandung dalam media tanam. Agar tanaman yang
dibudidayakan dapat tumbuh dengan baik, persiapan media tanam merupakan salah satu
langkah yang harus diperhatikan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian serta manfaat media tanam?
2. Apa saja perbedaan antara media tanam tanah dan bukan tanah?
3. Bagaimana sifat dan fungsi masing-masing media tanam?
4. Apa saja Keunggulan dan Kelemahan masing-masing media tanam?
5. Bagaimana cara dan peralatan dalam mempersiapkan media tanam tanah dan bukan
tanah?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan manfaat media tanam
2. Untuk mengetahui perbedaan antara media tanam tanah dan media tanam bukan tanah
3. Untuk mengetahui sifat dan fungsi masing-masing media tanam
4. Untuk mengetahui Keunggulan dan Kelemahan masing-masing media tanam
5. Untuk mengetahui cara dan peralatan dalam mempersiapkan media tanam tanah dan
bukan tanah
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Media tanam

Media tanam yang baik adalah media yang mampu menyediakan air dan unsur hara
dalam jumlah cukup bagi pertumbuhan tanaman. Hal ini dapat ditemukan pada tanah dengan tata
udara yang baik, mempunyai agregat mantap, kemampuan menahan air yang baik dan ruang
untuk perakaran yang cukup.

Berbagai jenis media tanam dapat kita gunakan, tetapi pada prinsipnya kita menggunakan
media tanam yang mampu menyediakan nutrisi, air, dan oksigen bagi tanaman. Penggunaan
media yang tepat akan memberikan pertumbuhan yang optimal bagi tanaman.

2.2 Sifat Fisik Tanah

Sifat fisik tanah merupakan sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di lapang. Sifat
fisik tanah mempunyai banyak kemungkinan untuk dapat digunakan sesuai dengan
kemampuan yang dibebankan kepadanya. Kemampuan untuk menjadi lebih keras dan
menyangga kapasitas drainase, menyimpan air, plastisitas, mudah ditembus akar,
aerasea. (Sutedjo, 2005)

Sifat fisik tanah terdiri atas:

a. Tekstur
b. Struktur
c. Konsistensi
d. Porositas
e. Warna tanah

2.3 Sifat Kimia Tanah

Tanah sebagai bagian dari tubuh alam mempunyai komposisi kimia berbeda-beda. Tanah
terdiri atas berbagai macam unsur kimia. Tanah yang kita lihat adalah suatu campuran dari
material-material batuan yang telah lapuk (sebagai bahan anorganik), material organik, bentuk-
bentuk kehidupan (jasad hidup tanah), udara, dan air. (Sutedjo, 2005)

Beberapa sifat kimia tanah antara lain :

a. Reaksi Tanah (pH Tanah)

b. Kapasitas Tukar Kation (KTK)

c. Kapasitas Pertukaran Anion (KTA)

d. Unsur-unsur Hara Esensial

2.4 Sifat biologi tanah

Tanah sebagai tempat tumbuh tanaman dan tempat hidup organisme di dalamnya
menyediakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman dan organisme lainnya. Di dalam tanah
terjadi proses-proses yang menghasilkan sifat biologi tanah. Misalnya, adanya cacing tanah akan
meningkatkan unsur nitrogen, fosfor, kalium, serta kalsium dalam tanah sehingga dapat
meningkatkan kesuburan tanah. (Sutedjo, 2005)

2.5 Hidroponik

Hidroponik, budidaya tanaman tanpa tanah, telah berkembang sejak pertama kali
dilakukan penelitian-penelitian yang berhubungan dengan penemuan unsur-unsur hara essensial
yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Penelitian tentang unsur-unsur penyusun tanaman
ini telah dimulai pada tahun 1600-an. Akan tetapi budidaya tanaman tanpa tanah ini telah
dipraktekkan lebih awal dari tahun tersebut, terbukti dengan adanya taman gantung (Hanging
Gardens) di Babylon, taman terapung (Floating Gardens) dari suku Aztecs, Mexico dan Cina
(Resh, 1998)

2.6 Aeroponik

Aeroponik berasal dari kata aero yang berarti udara dan ponus berarti daya, dengan
demikian aeroponik berarti memberdayakan udara. Prinsip kerjanya akar terurai di rongga udara
dibawah styrofoam dan terus menerus disemprot dengan larutan hara dalam bentuk kabut.
Sebagai media tanam digunakan sehelai styrofoam dengan panjang 1 meter, lebar 1 meter dan
tebal 3 cm. Styrofoam tersebut diberi lubang tanam berdiameter 1,5 cm dengan jarak antar
lubang 15 x 15 cm dan populasi sekitar 36-44 tanaman/m2, tergantung dari konfigurasi tata letak
lubang (Yos Sutiyoso, 2002).
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Media Tanam

Pada kegiatan budidaya pertanian, media tanam merupakan komponen utama yang perlu
diperhatikan, terutama keberadaan unsur hara yang terdapat pada media tanam tersebut.
Keseimbangan unsur hara sangat berpengaruh pada hasil produksi yang diperoleh. Salah satu
penyebab adanya ketidak seimbangan unsur hara tanah adalah adanya penggunaan secara
intensif tanpa melakukan penambahan unsur hara. Ketidakseimbangan unsur hara dapat
mempengaruhi sifat fisika, kimia dan biologi tanah.
Salah satu strategi untuk mendapatkan media tanam yang cocok dengan tanaman yang
kita tanam yaitu dengan memasukkan bahan organik pada media tanam. Meskipun memiliki
unsur hara yang relatif lebih rendah dibandingkan pupuk anorganik, pupuk organik memiliki
unsur hara lengkap dan kaya akan mikro organisme pengurai yang berfungsi menguraikan unsur
hara menjadi senyawa-senyawa organik yang dibutuhkan oleh semua jenis tanaman.
Media tanam terdiri atas media tanah dan bukan tanah. Media tanaman yang paling
umum digunakan adalah tanah . Media tanam bukan tanah sendiri dibedakan menjadi 2 yakni
media tanam organik dan anorganik.
3.1.1 Media Tanam Tanah
Tanah adalah tempat tumbuh tumbuhan di atas permukaan bumi. Di dalam tanah
terdapat air, udara dan berbagai hara tumbuhan untuk proses pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Air yang berada dalam tanah sangat penting untuk proses
kimia, biologi dan fisika tanah. Sebagian air tanah terdapat dalam bentuk lapisan
tipis yang dinamakan air kapiler. Air kapiler membentuk larutan tanah yang
berfungsi sebagai sumber unsur hara tumbuhan.
Udara dalam tanah berasal dari udara atmosfir yang mengandung sekitar
21% Oksigen, 78% nitrogen, dan 1% CO2 beserta gas lainnya. Semua gas
tersebar dalam pori-pori tanah atau terlarut dalam tanah. Akar dan organisme
tanah memerlukan oksigen untuk proses pernafasan (respirasi). Oksigen dalam
tanah digunakan oleh semua mahluk hidup dalam tanah, baik organisme maupun
mikroorganisme, sehingga konsentrasi oksigen dalam tanah akan lebih rendah
dibandingakan dengan oksigen di atas permukaan tanah (atmosfir).
Di dalam tanah terdapat nitrogen, fosfor, belerang, kalium, kalsium dan
magnesium dalam jumlah yang relatif banyak (unsur hara makro) dan terdapat
sedikit besi, mangan, boron, seng dan tembaga (unsur hara mikro). Beberapa
tumbuhan membutuhkan beberapa unsur lain seperti natrium, molibdenum, klor,
flour, iod, silikon, strontium. Barium dan kobalt.
Hara esensial (penting) sebagian besar terdapat dalam tanah. Nitogen
merupakan unsur hara yang sangat penting bagi tumbuhan. Nitrogen merupakan
bahan baku untuk penyusunan protein dan asam amino tumbuhan. Nitrogen
diserap oleh tumbuhan dalam bentuk nitrat dan amonium. Fosfor dibentuk pada
tanah mineral dan berbagai senyawa organik. Fosfor diserap oleh tanaman dalam
bentuk ion fospat. Belerang ditemukan dalam tanah mineral. Belerang diserap
oleh tumbuhan dalam bentuk sulfat. Kalium, kalsium dan magnesium merupakan
logam. Pada saat ketiga logam tersebut di atas bereksi dengan air maka akan
dibebaskan ion-ion kalium, kalsium dan magnesium.
3.1.2 Media Tanam Bukan Tanah
Berdasarkan jenis bahan penyusunnya, media tanam dibedakan menjadi bahan
organik dan anorganik.

A. Media Tanam Organik


Media tanam yang termasuk dalam kategori bahan organik umumnya
berasal dari komponen organisme hidup, misalnya bagian dari tanaman seperti
daun, batang, bunga, buah, atau kulit kayu. Penggunaan bahan organik
sebagai media tanam jauh lebih unggul dibandingkan dengan bahan
anorganik. Hal itu dikarenakan bahan organik sudah mampu menyediakan
unsur-unsur hara bagi tanaman. Selain itu, bahan organik juga memiliki pori-
pori makro dan mikro yang hampir seimbang sehingga sirkulasi udara yang
dihasilkan cukup baik serta memiliki daya serap air yang tinggi.
Bahan organik akan mengalami proses pelapukan atau dekomposisi yang
dilakukan oleh mikroorganisme. Melalui proses tersebut, akan dihasilkan
karbondioksida (CO2), air(H2O), dan mineral. Mineral yang dihasilkan
merupakan sumber unsur hara yang dapat diserap tanaman sebagai zat
makanan. Namun, proses dekomposisi yang terlalu cepat dapat memicu
kemunculan bibit penyakit. Untuk menghindarinya, media tanam harus sering
diganti. Oleh karena itu, penambahan unsur hara sebaiknya harus tetap
diberikan sebelum bahan media tanam tersebut mengalami dekomposisi.
Beberapa jenis bahan organik yang dapat dijadikan sebagai media tanam
di antaranya arang, cacahan pakis, kompos, moss, sabut kelapa, pupuk
kandang, dan humus.
1. Arang
Arang bisa berasal dari kayu atau batok kelapa. Media tanam ini
sangat coeok digunakan untuk tanaman anggrek di daerah dengan
kelembapan tinggi. Hal itu dikarenakan arang kurang mampu
mengikat air dalam )umlah banyak. Keunikan dari media jenis arang
adalah sifatnya yang bufer (penyangga). Dengan demikian, jika terjadi
kekeliruan dalam pemberian unsur hara yang terkandung di dalam
pupuk bisa segera dinetralisir dan diadaptasikan.
Selain itu, bahan media ini juga tidak mudah lapuk sehingga sulit
ditumbuhi jamur atau eendawan yang dapat merugikan tanaman.
Namun, media arang eenderung miskin akan unsur hara. Oleh
karenanya, ke dalam media tanam ini perlu disuplai unsur hara berupa
aplikasi pemupukan. Sebelum digunakan sebagai media tanam,
idealnya arang dipceah menjadi potongan-potongan keeil terlebih
dahulu sehingga memudahkan dalam penempatan di dalam pot.
Ukuran peeahan arang ini sangat bergantung pada wadah yang
digunakan untuk menanam serta jenis tanaman yang akan ditanam.
Untuk mengisi wadah yang memiliki diameter 15 em atau lebih,
umumnya digunakan peeahan arang yang berukuran panjang 3 em,
lebar 2-3 em, dengan ketebalan 2-3 em. Untuk wadah (pot) yang lebih
keeil, ukuran peeahan arang juga harus lebih kecil.
2. Batang Pakis
Berdasarkan warnanya, batang pakis dibedakan menjadi 2, yaitu
batang pakis hitam dan batang pakis coklat. Dari kedua jenis tersebut,
batang pakis hitam lebih umum digunakan sebagai media tanam.
Batang pakis hitam berasal dari tanaman pakis yang sudah tua
sehingga lebih kering. Selain itu, batang pakis ini pun mudah dibentuk
menjadi potongan kecil dan dikenal sebagai cacahan pakis.
Selain dalam bentuk cacahan, batang pakis juga banyak dijual sebagai
media tanam siap pakai dalam bentuk lempengan persegi empat.
Umumnya, bentuk lempengan pakis digunakan sebagai media tanam
anggrek. Kelemahan dari lempengan batang pakis ini adalah sering
dihuni oleh semut atau binatang-binatang kecillainnya.
Karakteristik yang menjadi keunggulan media batang pakis lebih
dikarenakan sifat-sifatnya yang mudah mengikat air, memiliki aerasi
dan drainase yang baik, serta bertekstur lunak sehingga mudah
ditembus oleh akar tanaman.
3. Kompos
Kompos merupakan media tanam organik yang bahan dasarnya berasal
dari proses fermentasi tanaman atau limbah organik, seperti jerami,
sekam, daun, rumput, dan sampah kota. Kelebihan dari penggunaan
kompos sebagai media tanam adalah sifatnya yang mampu
mengembalikan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat-sifat tanah,
baik fisik, kimiawi, maupun biologis. Selain itu, kompos juga menjadi
fasilitator dalam penyerapan unsur nitrogen (N) yang sangat
dibutuhkan oleh tanaman.
Kandungan bahan organik yang tinggi dalam kompos sangat penting
untuk memperbaiki kondisi tanah. Berdasarkan hal tersebut dikenal 2
peranan kompos yakni soil conditioner dan soil ameliorator. Soil (
ondotioner yaitu peranan kompos dalam memperbaiki struktur tanah,
terutama tanah kering, sedangkan soil ameliorator berfungsi dalam
memperbaiki kemampuan tukar kation pada tanah.
4. Moss
Moss yang dijadikan sebagai media tanam berasal dari akar paku-
pakuan, atau kadaka yang banyak dijumpai di hutan-hutan. Moss
sering digunakan sebagai media tanam untuk masa penyemaian sampai
dengan masa pembungaan. Media ini mempunyai banyak rongga
sehingga memungkinkan akar tanaman tumbuh dan berkembang
dengan leluasa. Menurut sifatnya, media moss mampu mengikat air
dengan baik serta memiliki sistem drainase dan aerasi yang lancar.
Untuk hasil tanaman yang optimal, sebaiknya moss dikombinasikan
dengan media tanam organik lainnya, seperti kulit kayu, tanah gambut,
atau daun-daunan kering. Kompos yang baik untuk digunakan sebagai
media tanam yaitu Ydng telah mengalami pelapukan secara sempurna,
ditandai dengan I IL,rubahan warna dari bahan pembentuknya (hitam
kecokelatan), tidak berbau, memiliki kadar air yang rendah, dan
memiliki suhu ruang.
5. Pupukkandang
Pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan disebut sebagai pupuk
kandang. Kandungan unsur haranya yang lengkap seperti natrium (N),
fosfor (P), dan kalium (K) membuat pupuk kandang cocok untuk
dijadikan sebagai media tanam. Unsur-unsur tersebut penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain itu, pupuk kandang
memiliki kandungan mikroorganisme yang diyakini mampu
merombak bahan organik yang sulit dicerna tanaman menjadi
komponen yang lebih mudah untuk diserap oleh tanaman. Komposisi
kandungan unsur hara pupuk kandang sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain jenis hewan, umur hewan, keadaan hewan,
jenis makanan, bahan hamparan yang dipakai, perlakuan, serta
penyimpanan sebelum diaplikasikan sebagai media tanam. Pupuk
kandang yang akan digunakan sebagai media tanam harus yang sudah
matang dan steril. Hal itu ditandai dengan warna pupuk yang hitam
pekat. Pemilihan pupuk kandang yang sudah matang bertujuan untuk
mencegah munculnya bakteri atau cendawan yang dapat merusak
tanaman.
6. Sabut kelapa atau coco peat
Sabut kelapa atau coco peat merupakan bahan organik alternatif yang
dapat digunakan sebagai media tanam. Sabut kelapa untuk media
tanam. Penggunaan sabut kelapa sebagai media tanam sebaiknya
dilakukan di daerah yang bercurah hujan rendah. Air hujan yang
berlebihan dapat menyebabkan media tanam ini mudah lapuk. Selain
itu, tanaman pun menjadi cepat membusuk sehingga bisa menjadi
sumber penyakit. Untuk mengatasi pembusukan, sabut kelapa perlu
direndam terlebih dahulu di dalam larutan fungisida. Jika
dibandingkan dengan media lain, pemberian fungisida pada media
sabut kelapa harus lebih sering dilakukan karena
sifatya yang cepat lapuk sehingga mudah ditumbuhi jamur.
Kelebihan sabut kelapa sebagai media tanam lebih dikarenakan
karakteristiknya yang mampu mengikat dan menyimpan air dengan
kuat, sesuai untuk daerah panas, dan mengandung unsur-unsur hara
esensial, seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), kalium (K), natrium
(N), dan fosfor (P).
7. Sekam padi
Sekam padi adalah kulit biji padi (Oryza sativa) yang sudah digiling.
Sekam padi yang biasa digunakan bisa berupa sekam bakar atau sekam
mentah (tidak dibakar). Sekam bakar dan sekam mentah memiliki
tingkat porositas yang sama. Sebagai media tanam, keduanya berperan
penting dalam perbaikan struktur tanah sehingga sistem aerasi dan
drainase di media tanam menjadi lebih baik. Penggunaan sekam bakar
untuk media tanam tidak perlu disterilisasi lagi karena mikroba
patogen telah mati selama proses pembakaran. Selain itu, sekam bakar
juga memiliki kandungan karbon (C) yang tinggi sehingga membuat
media tanam ini menjadi gembur, Namun, sekam bakar cenderung
mudah lapuk. Sementara kelebihan sekam mentah sebagai media
tanam yaitu mudah mengikat air, tidak mudah lapuk, merupakan
sumber kalium (K) yang dibutuhkan tanaman, dan tidak mudah
menggumpal atau memadat sehingga akar tanaman dapat tumbuh
dengan sempurna. Namun, sekam padi mentah cenderung miskin akan
unsur hara.
8. Humus
Humus adalah segala macam hasil pelapukan bahan organik oleh Jasad
mikro dan merupakan sumber energi jasad mikro tersebut.
Bahanbahan organik tersebut bisa berupa jaringan asli tubuh tumbuhan
atau binatang mati yang belum lapuk. Biasanya, humus berwarna
gelap dan ciijumpai terutama pada lapisan atas tanah (top soil). Humus
sangat membantu dalam proses penggemburan tanah. dan memiliki
kemampuan daya tukar ion yang tinggi sehingga bisa
menyimpan unsur hara. Oleh karenanya, dapat menunjang kesuburan
tanah, Namun, media tanam ini mudah ditumbuhi jamur, terlebih
ketika tlrjadi perubahan suhu, kelembapan, dan aerasi yang ekstrim.
Humus Juga memiliki tingkat porousitas yang rendah sehingga akar
tanaman tidak mampu menyerap air, Dengan demikian, sebaiknya
penggunaan humus sebagai media tanam perlu ditambahkan media
lain yang memiliki porousitas tinggi, misalnya tanah dan pasir.

B. Media tanam bahan anorganik

Bahan anorganik adalah bahan dengan kandungan unsur mineral tinggi yang
berasal dari proses pelapukan batuan induk di dalam bumi. Proses pelapukan
tersebut diakibatkan o/eh berbagai hal, yaitu pelapukan secara fisik, biologi-
mekanik, dan kimiawi.
Berdasarkan bentuk dan ukurannya, mineral yang berasal dari pelapukan
batuan induk dapat digolongkan menjadi 4 bentuk, yaitu kerikil atau batu-
batuan (berukuran lebih dari 2 mm), pasir (berukuran 50 /-1- 2 mm), debu
(berukuran 2-50u), dan tanah liat (berukuran kurang dari 2ju. Selain itu, bahan
anorganik juga bisa berasal dari bahan-bahan sintetis atau kimia yang dibuat
di pabrik. Beberapa media anorganik yang sering dijadikan sebagai media
tanam yaitu gel, pasir, kerikil, pecahan batu bata, spons, tanah liat, vermikulit,
dan perlit.

1. Gel

Gel atau hidrogel adalah kristal-kristal polimer yang sering digunakan


sebagai media tanam bagi tanaman hidroponik. Penggunaan media jenis
ini sangat praktis dan efisien karena tidak perlu repot-repot untuk
mengganti dengan yang baru, menyiram, atau memupuk. Selain itu, media
tanam ini juga memiliki keanekaragaman warna sehingga pemilihannya
dapat disesuaikan dengan selera dan warna tanaman. Oleh karenanya, hal
tersebut akan menciptakan keindahan dan keasrian tanaman hias yang
diletakkan di ruang tamu atau ruang kerja. Hampir semua jenis tanaman
hias indoor bisa ditanam dalam media ini, misalnya philodendron dan
anthurium. Namun, gel tidak eaeak untuk tanaman hias berakar keras,
seperti adenium atau tanaman hias bonsai. Hal itu bukan dikarenakan
ketidakmampuan gel dalam memasok kebutuhan air, tetapi lebih
dikarenakan pertumbuhan akar tanaman yang mengeras sehingga bisa
membuat vas pecah. Sebagian besar nursery lebih memilih gel sebagai
pengganti tanah untuk pengangkutan tanaman dalam jarak jauh.
Tujuannya agar kelembapan tanaman tetap terjaga.

Keunggulan lain dari gel yaitu tetap cantik meskipun bersanding dengan
media lain. Di Jepang gel digunakan sebagai komponen terarium bersama
dengan pasir. Gel yang berwarna-warni dapat memberi kesan hidup pada
taman miniatur tersebut.

2. Pasir

Pasir sering digunakan sebagai media tanam alternatif untuk


menggantikan fungsi tanah. Sejauh ini, pasir dianggap memadai dan
sesuai jika digunakan sebagai media untuk penyemaian benih,
pertumbuhan bibit tanaman, dan perakaran setek batang tanaman. Sifatnya
yang cepat kering akan memudahkan proses pengangkatan bibit tanaman
yang dianggap sudah cukup umur untuk dipindahkan ke media lain.
Sementara bobot pasir yang cukup berat akan mempermudah tegaknya
setek batang. Selain itu, keunggulan media tanam pasir adalah kemudahan
dalam penggunaan dan dapat meningkatkan sistem aerasi serta drainase
media tanam. Pasir malang dan pasir bangunan merupakan Jenis pasir
yang sering digunakan sebagai media tanam. Oleh karena memiliki pori-
pori berukuran besar (pori-pori makro) maka pasir menjadi mudah basah
dan cepat kering oleh proses penguapan. Kohesi dan konsistensi
(ketahanan terhadap proses :o::misahan) pasir sangat kecil sehingga
mudah terkikis oleh air atau ~lgin. Dengan demikian, media pasir lebih
membutuhkan pengairan dan ::emupukan yang lebih intensif. Hal tersebut
yang menyebabkan pasir jarang digunakan sebagai media tanam secara
tunggal. Penggunaan pasir seoagai media tanam sering dikombinasikan
dengan campuran bahan anorganik lain, seperti kerikil, batu-batuan, atau
bahan organik yang disesuaikan dengan jenis tanaman. Pasir pantai atau
semua pasir yang berasal dari daerah yang
bersersalinitas tinggi merupakan jenis pasir yang harus dihindari untuk
:gunakan sebagai media tanam, kendati pasir tersebut sudah dicuci :erlebih
dahulu. Kadar garam yang tinggi pada media tanam dapat ,enyebabkan
tanaman menjadi merana. Selain itu, organ-organ tanaman, seperti akar
dan daun, juga memperlihatkan gejala terbakar yang selanjutnya
mengakibatkan kematian jaringan (nekrosis).

3. Kerikil

Pada dasarnya, penggunaaan kerikil sebagai media tanam memang


:idakjauh berbeda dengan pasir. Hanya saja, kerikil memiliki pori-pori
makro lebih banyak daripada pasir. Kerikil sering digunakan sebagai
media untuk budi daya tanaman secara hidroponik. Penggunaan media ini
akan membantu peredaran larutan unsur hara dan udara serta pada
prinsipnya tidak menekan pertumbuhan akar. Namun, kerikil memiliki
kemampuan mengikat air yang relatif rendah sehingga mudah basah dan
cepat kering jika penyiraman tidak dilakukan secara rutin. Seiring
kemajuan teknologi, saat ini banyak dijumpai kerikil sintesis. Sifat kerikil
sintesis cenderung menyerupai batu apung, yakni memiliki rongga-rongga
udara sehingga memiliki bobot yang ringan. Kelebihan kerikil sintesis
dibandingkan dengan kerikil biasa adalah kemampuannya yang cukup
baik dalam menyerap air. Selain itu, sistem drainase yang dihasilkan juga
baik sehingga tetap dapat mempertahankan kelembapan dan sirkulasi
udara dalam media tanam.

4. Pecahan batu bata

Pecahan batu bata juga dapat dijadikan alternatif sebagai media tanam.
Seperti halnya bahan anorganik lainnya, media jenis ini juga berfungsi
untuk melekatkan akar. Sebaiknya, ukuran batu-bata yang akan digunakan
sebagai media tanam dibuat keeil, seperti kerikil, dengan ukuran sekitar 2-
3 em. Semakin keeil ukurannya, kemampuan daya serap batu bata
terhadap air maupun unsur hara akan semakin balk. Selain itu, ukuran
yang semakin keeil juga akan membuat sirkulasi udara dan kelembapan di
sekitar akar tanaman berlangsung lebih baik. Hal yang perlu diperhatikan
dalam penggunaan media tanam
ini adalah kondisinya yang miskin hara. Selain itu, kebersihan dan
kesterilan pecahan batu bata yang belum tentu terjamin. Oleh karena itu,
penggunaan media ini perlu ditambahkan dengan pupuk kandang yang
komposisi haranya disesuaikan dengan kebutuhan tanaman. Walaupun
miskin unsur hara, media pecahan batu bata tidak mudah melapuk.
Dengan demikian, pecahan batu bata cocok digunakan sebagai media
tanam di dasar pot karena memiliki kemampuan drainase dan aerasi yang
baik. Tanaman yang sering menggunakan pecahan batu bata sebagai
media dasar pot adalah anggrek.
5. Spons (floralfoam)

Para hobiis yang berkecimpung dalam budi daya tanaman hias sudah
sering memanfaatkan spans sebagai media tanam anorganik. Dilihat dari
sifatnya, spans sangat ringan sehingga mudah dipindah-pindahkan dan
ditempatkan di mana saja. Walaupun ringan, media jenis ini tidak
membutuhkan pemberat karena setelah direndam atau disiram air akan
menjadi berat dengan sendirinya sehingga dapat menegakkan tanaman.

Kelebihan lain dari media tanam spans adalah tingginya daya serap
terhadap air dan unsur hara esensial yang biasanya diberikan dalam bentuk
larutan. Namun, penggunaannya tidak tahan lama karena bahannya mudah
hancur. Oleh karena itu, jika spans sudah terlihat tidak layak pakai (mudah
hancur ketika dipegang), sebaiknya segera diganti dengan yang baru.
Berdasarkan kelebihan dan kekurangannya tersebut, spans sering
digunakan sebagai media tanam untuk tanaman hias bunga potong (cutting
flower) yang penggunaannya eenderung hanya sementara waktu saja.

6. Tanah liat

Tanah liat merupakan jenis tanah yang bertekstur paling halus dan lengket
atau berlumpur. Karakteristik dari tanah liat adalah memiliki poripori
berukuran keeil (pori-pori mikro) yang lebih banyak daripada pori-pori
yang berukuran besar (pori-pori makro) sehingga memiliki kemampuan
mengikat air yang eukup kuat. Pori-pori mikro adalah pori-pori halus yang
berisi air kapiler atau udara. Sementara pori-pori makro adalah pori-pori
kasar yang berisi udara atau air gravitasi yang mudah hilang. Ruang dari
setiap pori-pori mikro berukuran sangat sempit sehingga menyebabkan
sirkulasi air atau udara menjadi lamban. Pada dasarnya, tanah liat bersifat
miskin unsur hara sehingga perlu dikombinasikan dengan bahan-bahan
lain yang kaya akan unsur hara. Penggunaan tanah liat yang
dikombinasikan dengan bahan-bahan lain seperti pasir dan humus sangat
cocok dijadikan sebagai media penyemaian, eangkok, dan bonsai.

7. Vermikulit dan perlit

Vermikulit adalah media anorganik steril yang dihasilkan dari


pemananasan kepingan-kepingan mika serta mengandung potasium dan
H,lum. Berdasarkan sifatnya, vermikulit merupakan media tanam yang
memiliki kemampuan kapasitas tukar kation yang tinggi, terutama dalam
keadaan padat dan pada saat basah. Vermikulit dapat menurunkan berat
jenis, dan meningkatkan daya serap air jika digunakan sebagai campuran
media tanaman. Jika digunakan sebagai campuran media tanam,
vermikulit dapat menurunkan berat jenis dan meningkatkan daya absorpsi
air sehingga bisa dengan mudah diserap oleh akar tanaman. Berbeda
dengan vermikulit, perlit merupakan produk mineral berbobot ringan serta
memiliki kapasitas tukar kation dan daya serap air yang rendah. Sebagai
campuran media tanam, fungsi perlit sama dengan Vermikulit, yakni
menurunkan berat jenis dan meningkatkan daya serap air. Penggunaan
vermikulit dan perlit sebagai media tanam sebaiknya dikombinasikan
dengan bahan organik untuk mengoptimalkan tanaman dalam menyerap
unsur-unsur hara.

8. Gabus (styrofoam)

Styrofoam merupakan bahan anorganik yang terbuat dari kopolimer


styren yang dapat dijadikan sebagai alternatif media tanam. Mulanya,
styrofoam hanya digunakan sebagai media aklimatisasi (penyesuaian diri)
bagi tanaman sebelum ditanam di lahan. Proses aklimatisasi tersebut
hanya bersifat sementara. Styrofoam yang digunakan berbentuk kubus
jengan ukuran (1 x 1 x 1) cm. Sekarang, beberapa nursery menggunakan
styrofoam sebagai campuran media tanam untuk meningkatkan porousitas
media tanam. Jntuk keperluan ini, styrofoam yang digunakan dalam
bentuk yang sudah dihancurkan sehingga menjadi bola-bola kecil,
berukuran sebesar biji kedelai. Penambahan styrofoam ke dalam media
tanam membuatnya
mennjadi riangan. Namun, media tanam sering dijadikan sarang oleh
semut

3.2 Sifat dan masing-masing Media Tanah

3.2.1 Media Tanah

a. Sifat fisik

Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai
tempat tumbuh & berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya
tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara. Sifat fisik tanah terdiri atas
tekstur , struktur , porositas , dan konsistensi.

Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separate)


yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relative antara fraksi
pasir (sand), debu (silt), dan liat (clay).
Merupakan gumpalan tanah yang berasal dari partikel-partikel tanah yang
saling merekat satu sama lain karena adanya perekat misalnya eksudat
akar, hifa jamur, lempung, humus, dll
Kosistensi adalah derajad kohesi dan adhesi antara partikel-partikel tanah
dan ketahanan massa tanah terhadap perubahan bentuk oleh tekanan dan
berbagai kekuatan yang mempengaruhi bentuk tanah
Porositas atau pori-pori tanah adalah bagian yang tidak terisi bahan padat
tanah (terisi oleh air dan udara).
b. Sifat Kimia
Tanah secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau
nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial
seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl).
a. Reaksi Tanah (pH Tanah)
Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang
dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi
ion hydrogen (H+) di dalam tanah. Semakin tinggi kadar ion H+di dalam
tanah, semakin masam tanah tersebut. Hal ini berbanding terbalik dengan ion
OH di dalam tanah. Pada tanah alkalis kandungan OH lebih banyak dari H+.
Bila kandungan ion H+ sama dengan OH maka tanah bereaksi netral yaitu
mempunyai pH=7.
Pentingnya pH tanah adalah untuk :
1. Menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap oleh tanaman
2. Menunjukkan kemungkinan adanya unsure-unsur beracun
3. Mempengaruhi perkembangan mikroorganisme

pH optimum untuk ketersediaan unsur hara tanah adalah sekitar 7,0 karena
pada pH ini semua unsur hara makro tersedia secara maksimum kecuali
Mo, sehingga kemungkinan terjadinya toksisitas unsur mikro tertekan.

b. Kapasitas Tukar Kation (KTK)


Kation adalah ion bermuatan positif seperti Ca2+, Mg+,, K+, Na+, NH4+,
H+, Al3+, dan sebagainya. Di dalam tanah kation-kation tersebut terlarut
di dalam air tanah atau dijerap oleh koloid-koloid tanah. Banyaknya
kation (dalam miliekivalen) yang dapat dijerap oleh tanah per satuan
berat tanah (biasanya per 100 gr) dinamakan Kapasitas Tukar Kation
(KTK). Kapasitas tukar kation dinyatakan dalam satuan kimia yaitu
miliekivalen per 100 gr (me/100 gr). Satu ekivalen adalah suatu jumlah
yang secara kimia setara dengan 1 gr hydrogen.
Kapasitas tukar kation merupakan sifat kimia yang sangat erat
hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi
mampu menjerap dan menyediakan unsur hara lebih baik daripada tanah
dengan KTK rendah. Tanah dengan KTK tinggi bila didominasi oleh
kation basa, Ca, Mg, K, Na (kejenuhan basa tinggi) dapat meningkatkan
kesuburan tanah,. Karena unsure-unsur hara terdapat dalam kompleks
jerapan koloid maka unsure-unsur hara tersebut tidak mudah hilang
tercuci oleh air.
c. Kapasitas Pertukaran Anion (KTA)
Proses pertukaran anion berperan penting dalam kaitannya dengan
ketersediaan 3 anion hara makro yang diserap tanaman, yaitu nitrat,
fosfat, dan sulfat, yang secara alami dihasilkan dari dekomposisi bahan
organic dan pelapukan mineral tanah.
Makin tinggi nilai KTA berarti makin tinggi daya jerap (fiksasi) tanah
terhadap anion, sehingga pemberian pupuk pelepas anion seperti TSP
(H2PO4), ammonium nitrat (NO3), dan ammonium sulfat (SO42-),
makin tidak efisien karena makin tidak tersedian bagi tanaman. Begitu
juga akibatnya pada daya tolak terhadap kation-kation juga makin
tinggi, sehingga pemupukan pelepas kation sperti KCl (K+), kalsit (Ca2+)
dan dolomite (Ca2+ dan Mg2+) juga makin tidak efisien karena mudah
tercuci/hilang dari tanah.
d. Unsur-unsur Hara Esensial
Unsur-unsur hara esensial merupakan unsure hara yang diperlukan oleh
tanaman dan fungsinya dalam tanaman tidak dapat digantikan oleh
unsur lain, sehingga bila tidak terdapat dalam jumlah yang cukup di
dalam tanah, tanaman tidak dapat tumbuh optimal. Unsur-unsur hara ini
dapat berasal dari udara, air, atau tanah. Jumlah unsur hara esensial ada
17 yaitu :
Unsur makro : C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, dan S
Unsur mikro : Fe, Mn, B, Mo, Cu, Zn, Cl, dan Co

Unsur hara makro adalah unsur hara yang diperlukan dalam jumlah
banyak. Unsur hara mikro adalah unsur hara yang diperlukan dalam
jumlah yang sedikit.
c. Sifat Biologi

Tanah secara biologi berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang


berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu
tumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu
menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik
tanaman pangan, tanaman obat-obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan.

a) Fauna Tanah

Dibedakan menjadi makrofauna dan mikrofauna :

1) Makrofauna
Hewan-hewan besar (makrofauna) penghuni tanah dapat
dibedakan menjadi : (a) hewan-hewan besar pelubang tanah,
misalnya tikus, kelinci yang lebih sering merugikan karena
memakan dan menghancurkan tanaman, (b) cacing tanah,
berfungsi mengaduk dan mencampur tanah dan memperbaiki
tata udara tanah sehingga infiltrasi menjadi lebih baik, dan
lebih mudah ditembus akar, (c) arthropoda dan moluska,
membantu memperbaiki tata udara tanah dengan membuat
lubang-lubang kecil pada tanah tersebut.
2) Mikrofauna
Hewan-hewan mikrofauna dalam tanah yang terpenting
adalah protozoa dan nematoda.Protozoa berperan dalam
menghambat daur ulang (recycling) unsure-unsur hara,
ataupun menghambat berbagai proses dalam tanah yang
melibatkan bakteri. Nematoda berdasarkan jenis makanannya
dibedakan menjadi :
a. omnivorous, memakan sisa-sisa bahan organic,
b. predaceous, memakan hewan-hewan tanah,
c. parasitic, merusak akar tanaman.
b) Flora Tanah

Dibedakan menjadi makroflora dan mikroflora :

1. Makroflora
Tanaman-tanaman tinggi merupakan makroflora sebagai produsen
primer bahan organik dan penyimpanan energi surya. Akar-akar
tanaman meningkatkan agregasi tanah, dank arena akar menembus
ke lapisan tanah yang dalam maka bila membusuk menjadi sumber
humus tidak hanya dilapisan atas tetapi juga dilapisan yang lebih
dalam.
2. Mikroflora
Mikroflora dalam tanah sangat beraneka ragam. Bakteri, fungi,
actinomycetes, dan algae dapat ditemukan pada setiap contoh tanah.
Bakteri, fungi, dan actinomycetes membantu pembentukan struktur
tanah yang mantap karena tumbuhan mikro ini dapat mengeluarkan
(sekresi) zat perekat yang tidak mudah larut dalam air. Dalam hal
pembentukan struktur tanah ini, fungi dan actinomycetes jauh lebih
efisien (lebih 17 kali lebih efisien) daripada bakteri, tetapi bakteri
mempunyai fungsi lain yang lebih penting. Bakteri autotroph
bermanfaat bagi manusia mempengaruhi sifat-sifat tanah
sehubungan dengan cara bakteri tersebut untuk mendapatkan energy.
Bakteri autotroph dalam tanah terpenting adalah bakteri nitrifikasi
yang dapat mengoksidasi ammonia nitrit (oleh nitrosomonas) dan
nitrit nitrat (oleh nitrobacter).

d. Teknik Pengolahan Tanah

Yang dimasud dengan pengolahan tanah adalah suatu usaha manusia untuk
merubah sifat-sifat yang dimiliki oleh tanah sesuai dengan kebutuhan yang
dikehendaki oleh manusia. Untuk menciptakan sifat olah yang baik, dan sifat ini
mencerminkan keadaan fisik tanah yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman.
Adapun tujuan pengolahan tanah adalah untuk menciptakan kondisi fisik; khemis
dan biologis tanah yang lebih baik sampai kedalaman tertentu agar sesuai untuk
pertumbuhan tanaman; membunuh gulma dan tanaman yang tidak diinginkan;
menempatkan seresah atau sisa-sisa tanaman pada tempat yang sesuai agar
dekomposisi dapat berjalan dengan baik; menurunkan laju erosi; meratakan tanah
untuk memudahkan pekerjaan di lapangan; mempersatukan pupuk dengan tanah;
serta mempersiapkan tanah untuk mempermudah dalam pengaturan air.

Cara pengolahan tanah sangat mempengaruhi struktur tanah alami yang baik yang
terbentuk karena penetrasi akar atau fauna tauna, apabila pengolahan tanah terlalu
intensif maka struktur tanah akan rusak. Kebiasaan petani yang mengolah tanah
secara berlebihan dimana tanah diolah sampai bersih permukaannya merupakan
salah satu contoh pengolahan yang keliru karena kondisi seperti ini
mengakibatkan surface sealing yaitu butir tanah terdispersi oleh butir hujan ,
menyumbat pori-pori tanah sehingga terbentuk surface crusting. Untuk mengatasi
pengaruh buruk pengolahan tanah, maka dianjurkan beberapa cara pengolahan
tanah konservasi yang dapat memperkecil terjadinya erosi.

3.2.2 Media Bukan Tanah

1. Hidroponik
Hidroponik memiliki sifat yaitu dengan bercocok tanam tanpa menggunakan tanah
sebagai media tumbuhnya, media ini sebagai pengganti media tanah dikarenakan tanah
mungkin sudah tidak subur lagi. Tanaman yang cocok untuk ditanam pada pola
Hidroponik antara lain :
Golongan tanaman hortikultura
Meliputi : tanaman sayur, tanaman buah, tanaman hias, pertamanan, dan tanaman
obat-obatan
Pada hakekatnya berlaku untuk semua jenis tanaman baik tahunan, biennial,
maupun annual
Pada umumnya merupakan tanaman annual (semusim)
Tanaman dapat ditanam di dalam pot atau atau wadah lainnya dengan menggunakan
air seperti kerikil, pecahan genting, pasir, pecahan batu ambang, dan lain sebagainya
sebagai media tanamnya. Untuk memperoleh zat makanan atau unsur-unsur hara
yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman, ke dalam air yang digunakan
dilarutkan campuran pupuk organik. Campuran pupuk ini dapat diperoleh dari hasil
ramuan sendiri garam-garam mineral dengan formulasi yang telah ditentukan atau
menggunakan pupuk buatan yang sudah siap pakai.

Terdapat pula fungsi dari Hidroponik antara lain :

1. tanaman terjamin kebebasannya dari hama dan penyakit sehingga produksi


tanaman lebih tinggi
2. tanaman tumbuh lebih cepat dan pemakaian pupuk lebih efisien.
3. lebih mudah dikerjakan tanpa membutuhkan tenaga kasar.
4. tanaman dapat tumbuh pada tempat yang semestinya tidak cocok.
5. tidak ada resiko sebagai ketergantungan terhadap kondisi alam setempat, dan
6. dapat dilakukan pada tempat-tempat yang luasnya terbatas.
2. Aeroponik
Aeroponik merupakan salah satu media tanam bukan tanah yang memiliki sifat media
yang satu tipe dari hidroponik karena air yang berisi larutan hara disemburkan dalam
bentuk kabut hingga mengenai akar tanaman. Akar tanaman yang ditanam menggantung
akan menyerap larutan hara tersebut. Hingga saat ini jenis sayuran yang banyak
dibudidayakan secara aeroponik antara lain berbagai kultivar selada (lettuce keriting
hijau, cos/romaine, butterhead, batavia, lollo rossa, iceberg, head lettuce), pakchoy hijau
dan putih, caysim, dan kailan serta horenzo yang baru mulai dikembangan. Kangkung
dan bayam juga dapat diusahakan secara aeroponik. Dapat disimpulkan bahwa jenis
tanaman yang sering dibudidayakan secara aeroponik pada umumnya berupa sayuran
daun yang waktu panennya sekitar satu bulan setelah pindah tanam. Harga jual komoditas
tersebut juga dipilih yang dapt memberikan keuntungan maksimal.
Adapun fungsi dari Aeroponik :
1. Untuk kebutuhan lahan, luasan tidak membutuhkan lahan yang luas dan kontur
lahan tidak harus datar
2. Tidak tergantung musim, yang dimaksud di sini adalah kita bisa menanam
sepanjang musim, walaupun tentu di musim hujan produktifitas relatif turun
karena proses fotosintesis tidak berlangsung sempurna seperti di musim panas
3. Untuk sarana prasarana membutuhkan grren house dan suplai listrik yang besar
4. Pengoperasian dilakukan oleh sedikit operator yang dapat mengerti teknologi
5. Hama dan penyakit relative aman karena ditempatkan pada green house
6. Tanaman dapat dipindah-pindah tanpa tanpa mengganggu pertumbuhan; contoh:
pada saat pompa air mati, tanaman dapat dipindah ke unit produksi yang lain.

3.3 Keunggulan dan Kelemahan masing-masing Media Tanam

1) Media Tanam Organik

Media tanam organik adalah Penggunaan bahan organik sebagai media tanam
jauh lebih unggul dibandingkan dengan bahan anorganik. Hal itu dikarenakan bahan
organik sudah mampu menyediakan unsur-unsur hara bagi tanaman. Selain itu, bahan
organik juga memiliki pori-pori makro dan mikro yang hampir seimbang sehingga
sirkulasi udara yang dihasilkan cukup baik serta memiliki daya serap air yang tinggi.
Karena dalam media tanam organik terdapat daun,batang,bunga,buah dan batang kayu
(mangoendidojo,2003).

a. Arang

Arang adalah, sisa abu-abu gelap yang terdiri dari karbon , dan setiap sisa
abu , yang diperoleh dengan menghapus air dan konstituen yang mudah
menguap lainnya dari hewan dan vegetasi zat. Arang ini biasanya dihasilkan
oleh lambat pirolisis , pemanasan kayu atau bahan lainnya tanpa adanya oksigen
(Hari, 2003).
Kelebihan: Tidak mudah lapuk, tidak mudah ditumbuhi jamur dan bakteri,
Kekurangan: Sukar mengikat air dan miskin unsur hara,hanya unk pembesaran,
harga mahal.
b. Batang Pakis

Pakis merupakan salah satu jenis tanaman pohon yang memiliki dua jenis
warna batang pakis yaitu warna hitam dan coklat. Bersifat porous sehingga
mudah menyimpan dan mengikat air, serta dapat mengalirkan kelebihan air
yang tidak dibutuhkan sehingga tidak mudah basah dan tergenang air.
(redaksi,2007)
Kelebihan: Memiliki daya simpan air, aerasi dan draenase yang cukup baik,
tidak mudah lapuk, mengandung unsur hara yang dibutuhkan
anggrek. Bisa dipakai dari bibit sampai dewasa.
Kekurangan: Mahal, dilarang (dilindungi).
c. Kompos

Kompos adalah jenis pupuk alami yang terbuat dari bahan organik yang
merupakan sisa buangan makhluk hidup (tanaman dan hewan). Sebagai pupuk
alami, keberadaan kompos terutama sangat dibutuhkan untuk memperbaiki
kondisi fisik tanah, di samping untuk menyuplai unsur hara. (redaksi,2007)
Keunggulan: Pupuk organik mengandung unsur hara yang lengkap, baik unsur
hara makro maupun unsur hara mikro.
Kekurangan: Kandungan unsur hara jumlahnya kecil, sehingga jumlah pupuk
yang diberikan harus relatif banyak bila dibandingkan dengan
pupuk anorganik.
d. Moss

Moss adalah salah satu jenis tanaman air yang hidup dengan merambat
pada kayu atau batu sebagai substratnya. (redaksi,2007)
Kelebihan: Memiliki daya simpan air, tidak mudah lapuk, mengandung unsur
hara yang dibutuhkan anggrek. Bisa dipakai dari bibit sampai
dewasa.
Kekurangan: Mahal, digunakan hanya untuk tanaman dengan kelembapan tinggi.

e. Pupuk Kandang

Pupuk kandang merupakan pupuk yang berasal dari kotoran hewan yang
digunakan untuk menyediakan unsur hara bagi tanaman. Pupuk kandang
berperan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. (januwati,1992)
Kelebihan: Seperti kemampuannya untuk merangsang aktivitas biologi tanah dan
memperbaiki sifat fisik tanah.
Kekurangan: Adalah bentuknya yang bulky dan tidak steril, bisa mengandung
biji-bijian gulma dan berbagai bibit penyakit atau parasit tanaman.
f. Sabut Kelapa

Kelapa (Cocos nucifera) merupakan salah satu anggota tanaman palma yang
paling dikenal dan banyak tersebar di daerah tropis. Media Sabut kelapa.
(redaksi,2007)
Kelebihan: Sabut kelapa tua kuat, awet, mudah didapat, daya simpan air sangat
baik. Bisa dipakai dari bibit sampai dewasa.
Kekurangan: Harus di olah dahulu, rentan penyakit.
g. Sekam

Merupakan hasil penggilingan atau penumpukan gabah


Kelebihan dari sekam mudah di dapatkan tetapi kekurangannya tidak semua
bahan tanam bias tumbuh di dalamnya. (redaksi,2007).
h. Humus

Humus yang banyak digunakan umumnya adalah humus kaliandra dan


humus daun bambu. Humus kaliandra banyak mengandung nitrogen, sehingga
sangat baik untuk digunakan. Beberapa pekebun menggunakan humus sebagai
pengganti pupuk kandang (redaksi,2007)
Kelebihan: Banyak mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman serta
bersifat banyak mengikat air, sehingga sangat cocok digunakan
untuk tanaman yang memerlukan kelembaban tinggi seperti
Caladium.
Kekurangan: Kaliandra atau bambu adalah sifatnya yang mudah lapuk dan
hancur, membuatnya harus lebih sering digant.

2) Media tanam anorganik

Media tanam anorganik adalah: kandungan unsur mineral tinggi yang berasal dari proses
pelapukan batuan induk di dalam bumi. Proses pelapukan tersebut diakibatkan oleh
berbagai hal, yaitu pelapukan secara fisik, biologi-mekanik, dan kimiawi .

a. Gel

Gel merupakan sediaan semipadat yang jernih, tembus cahaya dan mengandung
zat aktif, merupakan dispersi koloid mempunyai kekuatan yang disebabkan oleh
jaringan yang saling berikatan pada fase terdispersi (Hari, 2013)
Keuntungan: Efek pendinginan pada kulit saat digunakan, penampilan sediaan yang
jernih dan elegan, pada pemakaian di kulit setelah kering
meninggalkan film tembus pandang, elastis, mudah dicuci dengan air,
pelepasan obatnya baik, kemampuan penyebarannya pada kulit baik.

Kekurangan: Harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air sehingga
diperlukan penggunaan peningkat kelarutan seperti surfaktan agar gel
tetap jernih pada berbagai perubahan temperatur, tetapi gel tersebut
sangat mudah dicuci atau hilang ketika berkeringat, kandungan surfaktan
yang tinggi dapat menyebabkan iritasi dan harga lebih mahal.

b. Pasir

Pasir merupakan agregat alami yang berasal dari letusan gunung berapi
sungai, dalam tanah dan pantai oleh karena itu pasir dapat digolongkan dalam tiga
macam yaitu pasir galian, pasir laut dan pasir sungai.
Kelebihan: Memerlukan air dan bahan pengikat dalam jumlah sedikit
Kekurangan: Pasir tidak bias digunakan sebagai media tanam untuk
bahan tanamnya (Hari, 2013).
c. Kerikil

Kerikil pada dasarnya adalah batu besar, tetapi hancur karena reaksi alam atau
biasa yang disebut pelapukan yang terjadi karena perubahan suhu alam yang
mendadak atau lumut-lumutan. Bisa juga hancur diinjak oleh orang-orang yang
berberat badan tidak ideal (obesitas). Atau tertimpa oleh barang-barang yang berberat
besar. Seiring kemajuan teknologi, saat ini banyak dijumpai kerikil sintesis. Sifat
kerikil sintesis cenderung menyerupai batu apung, yakni memiliki rongga-rongga
udara sehingga memiliki bobot yang ringan. Kelebihan kerikil sintesis dibandingkan
dengan kerikil biasa adalah kemampuannya yang cukup baik dalam menyerap air.
Selain itu, sistem drainase yang dihasilkan juga baik sehingga tetap dapat
mempertahankan kelembapan dan sirkulasi udara dalam media tanam. (Hari, 2013).
d. Hancuran batu bata

Batu Bata adalah suatu unsur bangunan yang dipergunakan dalam pembuatan
konstruksi bangunan dan dibuat dari tanah liat ditambah air denganatau tanpa
campuran bahan-bahan lain melalui beberapa tahap pengerjaan. Hal yang perlu
diperhatikan dalam penggunaan media tanam
ini adalah kondisinya yang miskin hara. Selain itu, kebersihan dan kesterilan pecahan
batu bata yang belum tentu terjamin. Oleh karena itu, penggunaan media ini perlu
ditambahkan dengan pupuk kandang yang komposisi haranya disesuaikan dengan
kebutuhan tanaman. (Hari, 2013)
e. Spons

Media tanam spons digunakan karena tingginya daya serap terhadap air dan
unsur hara esensial yang biasanya diberikan dalam bentuk larutan. Namun,
penggunaannya tidak tahan lama karena bahannya mudah hancur. Oleh karena itu,
jika spons sudah terlihat tidak layak pakai (mudah hancur ketika dipegang), sebaiknya
segera diganti dengan yang baru. Berdasarkan kelebihan dan kekurangannya tersebut,
spans sering digunakan sebagai media tanam untuk tanaman hias bunga potong
(cutting flower) yang penggunaannya eenderung hanya sementara waktu saja.
(januwati,1992)
e. Vermikulit dan perlit

Vermikulit adalah bahan anorganik steril yang berasal dari pemanasan


kepingan-kepingan mika. bahan ini mengandung kalium. Vermikulit dapat
menungkatkan daya serap air bila digunakan sebagai bahan campuran media tanam.
Berbeda dengan vermikulit, perlit merupakan produk mineral berbobot ringan serta
memiliki kapasitas tukar kation dan daya serap air yang rendah. Sebagai campuran
media tanam, fungsi perlit sama dengan Vermikulit, yakni menurunkan berat jenis dan
meningkatkan daya serap air. Penggunaan vermikulit dan perlit sebagai media tanam
sebaiknya dikombinasikan dengan bahan organik untuk mengoptimalkan tanaman
dalam menyerap unsur-unsur hara. (Hari, 2013)

3.4 Cara Dan Peralatan Dalam Mempersiapkan Media tanam tanah dan bukan tanah

3.4.1 Media tanam tanah


Secara garis besar alat dan mesin pengolahan tanah juga dibedakan menjadi dua macam:
1. Alat dan mesin pengolahan tanah pertama (primary tillage equipment), yang
digunakan untuk melakukan kegiatan pengolahan tanah pertama. Peralatan
pengolahan tanah ini biasanya berupa bajak (plow), dengan segala jenisnya.
a. Bajak (plow)
Bajak merupakan alat pertanian yang paling tua, telah dipergunakan sejak
6000th SM di Egypt. Pada awal mulanya bajak sepenuhnya ditarik olehtenaga
manusia, dengan bntuk yang sangat sederhana. Kemudian Thomas Jefferson
merancang secara istimewa dengan prinsip perhitungan matematika. Untuk
pertama kalinya alat pengolahan tanah ini dibuat dari kayu kemudian dari besi
tuang sebagai bahan utamanya, selanjutnya dibuat dari baja. Penggunaan
sistem dua mata bajak (bottom) dimulau sejak tahun 1865, kemudian diikuti
dengan pemakaian tiga mata bajak dan seterusnya, tergantung pada besarnya
daya penarik yang digunakan. Banyak dijumpai berbagai bentuk rancangan
bajak, hal ini pada umumnya dimaksudkan untuk dapat memperoleh
penyesuaian antara tujuan pengolahan tanah dan peralatan yang dipergunakan.
Berdasarkan bentuk dan kegunaannya, secara garis besar bajak dibedakan atas
beberapa jenis, yaitu:
b. Bajak singkal (mold board plow)
Bajak singkal termasuk jenis bajak yang paling tua. Di Indonesia jenis bajak
singkal inilah yang paling umum digunakan oleh petani untuk melakukan
pengolahan tanah mereka, dengan menggunakan tenaga ternak hela sapi atau
kerbau, sebagai sumber daya penariknya.
c. Bajak piringan (disk plow)
Adanya kelemahan-kelemahan bajak singkal maka orang menciptakan bajak
piringan. Bajak piringan cocok untuk bekerja pada : tanah yang lengket, tidak
mengikis dan kering dimana bajak singkal tidak dapat masuk; tanah berbatu,
atau banyak sisa-sisa akar; tanah gambut; serta untuk pembajakan tanah yang
berat.
d. Bajak rotari atau bajak putar (rotary plow)
Pengolahan tanah dengan menggunakan bajak, akan diperoleh
bongkahbongkah yang masih cukup besar, biasanya masih diperlukan
tambahan pengerjaan untuk mendapatkan keadaan tanah yang lebih halus lagi.
Dengan menggunakan bajak putar maka pengerjaan tanah dapat dilakukan
sekali tempuh. Bajak putar/bajak rotary dapat digunakan untuk pengolahan
tanah kering ataupun tanah sawah. Kadang-kadang bajak putar ini digunakan
untuk mengerjakan tanah kedua dan juga dapat digunakan untuk melakukan
penyiangan ataupun pendangiran.
e. Bajak pahat (chisel plow)
Dalam pengerjaan tanah, bajak pahat dipergunakan untuk merobek dan
menembus tanah dengan menggunakan alat yang menyerupai pahat atau ujung
skop sempit yang disebut mata pahat atau chisel point. Mata pahat ini terletak
pada ujung dari tangkai atau batang yang biasa disebut bar.
f. Bajak tanah bawah (sub soil plow)
Bajak tanah bawah termasuk di dalam jenis bajak pahat tetapi dengan
konstruksi yang lebih berat. Fungsi bajak ini tidak banyak berbeda dengan
bajak pahat, namun dipergunakan untuk pengerjaan tanah dengan kedalaman
yang lebih dalam, yaitu mencapai kedalaman sekitar (50 90) cm.
2. Alat dan mesin pengolahan tanah kedua (secondary tillage equipment), yang
digunakan untuk melakukan pengolahan tanah kedua. Peralatan pengolahan tanah
ini biasanya berupa garu (harrow) dengan segala jenisnya.
a. Garu (harrow)
Tanah setelah dibajak pada pengolahan tanah pertama, pada umumnya masih
merupakan bongkah-bongkah tanah yang cukup besar, maka untuk lebih
menghancurkan dan meratakan permukaan tanah yang terolah dilakukan
pengolahan tanah kedua.
Alat dan mesin pertanian yang digunakan untuk melakukan pengolahan tanah
kedua adalah alat pengolahan tanah jenis garu (harrow). Penggunaan garu
sebagai pengolah tanah kedua, selain bertujuan untuk lebih meghancurkan dan
meratakan permukaan tanah hingga lebih baik untuk pertumbuhan benih
maupun tanaman, juga bertujuan untuk mengawetkan lengas tanah dan
meningkatkan kandungan unsur hara pada tanah dengan jalan lebih
menghancurkan sisa-sisa tanaman dan mencampurnya dengan tanah.
Macam-macam garu yang digunakan untuk pengolahan tanah kedua adalah :
a) Garu piringan (disk harrow)
Pada prinsipnya peralatan pengolahan tanah ini hampir menyerupai
bajak piringan, khususnya bajak piringan vertikal. Perbedaannya
hanya terletak pada ukuran, kecekungan dan jumlah piringannya.
Garu piringan mempunyai ukuran dan kecekungan piringan yang lebih
kecil dibandingkan dengan bajak, hal ini disebabkan pengolahan tanah
kedua dilakukan lebih dangkal dan tidak diperlukan pembalikan tanah
yang efektif seperti pengolahan tanah pertama. Selanjutnya karena
draft penggaruan lebih kecil dari draft pembajakan, maka dengan besar
daya penarikan yang sama, lebar kerja garu akan lebih besar
dibandingkan dengan lebar kerja bajak, dengan demikian jumlah
piringan garu piringan dengan sendirinya akan lebih banyak
dibandingkan dengan bajak piringan.
b) Garu bergigi paku (spikes tooth harrow)
Garu bergigi paku atau biasa disebut sebagai garu sisir, adalah jenis
garu yang sudah umum digunakan petani di Indonesia. Garu sisir yang
ditarik hewan, umumnya giginya terbuat dari kayu dan biasa
digunakan untuk pengolahan tanah sawah dalam keadaan basah,
sebagai pekerjaan lanjutan setelah tanah diolah dengan bajak singkal.
Garu bergigi paku yang ditarik dengan tenaga traktor gigi-giginya
terbuat dari bahan logam, dipasang pada batang penempatan (tooth
bar) dengan di klem atau di las. Konstruksi garu bergigi paku yang
ditarik dengan tenaga traktor biasanya terdiri dari satu batang
penempatan. Pemasangan gigi pada batang penempatan disusun
berselang-seling antara batang penempatan yang satu dengan lainnya.
Bentuk gigi paku sangat bervariasi ada yang lurus runcing dan ada
yang pipih, ada pula yang berbentuk blimbingan (diamond shape).
Kadangkala batang penempatan posisinya dapat diatur atau diputar
sehingga memungkinkan untuk merubah sudut gigi pakunya, guna
mengatur masuknya gigi di dalam tanah. Batang-batang penempatan
selanjutnya dipasangkan pada kerangka penguat dari garu tersebut.
c) Garu bergigi per (spring tooth harrow)
Garu bergigi per ini secara keseluruhan konstruksinya hampir
menyerupai garu bergigi paku, hanya gigi-giginya terbuat dari per atau
pegas. Juga digunakan untuk meratakan dan menghaluskan tanah
sesudah pembajakan. Alat ini juga lebih sesuai digunakan untuk tanah
yang mudah dihancurkan. Cocok untuk memberantas gulma yang
mempunyai perakaran yang cukup kuat dan dalam. Hal ini
dikarenakan garu bergigi per mempunyai penetrasi kedalaman yang
lebih besar dibandingkan dengan garu bergigi paku. Dari sifatnya yang
lentur dan bentuknya yang lengkung akan dapat mengangkat atau
mencabut akar-akar tanaman sehingga terlempar keluar ke permukaan
tanah.
d) Garu-garu khusus (special harrow)
Jenis garu-garu khusus, biasanya digunakan untuk mengerjakan
pengolahan tanah dengan tujuan yang lebih khusus. Sebagai misal,
pengolahan tanah dengan tujuan khusus untuk memusnahkan tanaman
pengganggu, menghancurkan seresah, atau untuk menggemburkan
tanah secara intensif, atau mungkin bertujuan untuk membuat
bedengan (seed bed) yang lebih layak. Penggunaan garu-garu khusus
biasanya dilakukan setelah pengolahan tanah pertama dan pengolahan
tanah kedua. Macam-macam garu khusus antara lain adalah : pencacah
gulma atau seresah (weeder mulcher); garu potong putar (rotary cross
harrow); penggemburan tanah (soil surgeon).
3. Alat penyiang mekanis (cultivator)
Alat penyiang mekanis sebetulnya bukan termasuk alat penggolah tanah dalam
artian untuk persiapan tanam, tetapi lebih mengarah ke alat pemeliharaan tanaman
karena pada umumnya peralatan ini digunakan setelah kegiatan penanaman
dilakukan. Namun karena arah pemeliharaan tanaman dengan peralatan ini adalah
dengan perlakuan pengolahan tanah, dan dalam arti yang luas penyiangan dapat
dilakukan sebelum dan sesudah tanam. Maka tidak ada salahnya alat penyiang
mekanis ini dibicarakan secara singkat pada pembicaraan alat dan mesin pengolah
tanah.Penggunaan alat penyiang mekanis ini juga tidak banyak berbeda dengan
peralatan pengolah tanah lainnya. Penyiangan dengan peralatan mekanis
bertujuan ; memberantas tanaman pengganggu; memperbaiki aerasi tanah
mempertahankan kadar lengas tanah; memacu kerja mikroorganisme lebih aktif;
mengembangkan penyediaan unsur hara dalam tanah; menggemburkan tanah agar
penetrasi akar tanaman pokok lebih mudah. Ada bermacam-macam alat penyiang
mekanis yang digerakkan di lapangan pertanian mulai yang kecil yang digunakan
dengan tenaga manusia sampai dengan yang besar yang digerakkan dengan
traktor besar dengan kapasitas kerja sampai (30 35) ha/hari. Alat penyiang
mekanis yang berukuran besar biasanya terdiri atas tiga bagian, dua bagian
dipasang di samping, masing-masing sisi satu bagian dan satu bagian lagi
dipasang di belakang traktor.
3.4.2 Media tanam bukan tanah
1. Hidroponik
Berikut cara menanam tanaman hidroponik yang paling sederhana:
Alat yang dibutuhkan :
- Botol plastik air mineral bekas,
- Kain untuk sumbu (kain panel lebih bagus)
- Nutrisi hidroponik.
- Media tanam (rockwool, arang sekam, kerikil, pasir, pecahan bata
merah).
Hidroponik Wick dengan botol bekas :
Langkah-langkah cara membuat tanaman hidroponik :
1. Potong botol menjadi 2 bagian (atas dan bawah)
2. Lubangi bagian atas daerah leher botol (untuk pemasangan sumbu dan
aliran udara)
3. Pasang sumbu pada bagian bawah botol
4. Masukkan bagian atas botol ke bagian bawah botol dengan cara
dibalik.
5. Isi bagian atas botol dengan media tanam, fungsi media ini hanya
untuk pijakan akar agar tidak rebah (bisa rockwool, spon, sekam bakar
atau pecahan bata merah).
6. Tanam bibitnya taburkan 2-3 biji bibit tanaman ke dalam media
tanam.
7. Siram dengan larutan nutrisi hidroponik.
8. Simpan di tempat yang tidak terkena hujan tetapi masih bisa
mendapat sinar matahari.
2. Aeroponik
Berikut cara menanam tanaman aeroponik yang paling sederhana:
Alat yang dibutuhkan :
1. Styrofoam
2. Ganjal busa atau rockwool
3. Sprinkler

Penanaman aeroponik sederhana


Langkah-langkah cara membuat tanaman hidroponik :
1. Styrofoam yang berbentuk lembaran diberi lubang pada bagian
tengahnya dengan jarak 15 cm.
2. Dengan menggunakan ganjal busa atau rockwool, semaian sayuran
ditancapkan pada lubang tanam. Akar tanaman akan menjuntai
bebas ke bawah.
3. Di bawah helaian styrofoam, terdapat sprinkler yang
meyemprotkan kabut sehingga mengenai akar. Sprinkler ini
dijalankan oleh pompa air bertekanan tinggi secara terus-menerus
tanpa henti. Jika pompa berhenti terlalu lama, lebih dari 15 menit,
maka tanaman akan menjadi layu sehingga diperlukan generator
untuk cadangan listrik.
4. Bagian terpenting dalam aeroponik adalah pengikatan oksigen
oleh kabut air sehingga kandungan oksigen untuk respirasi akar
akan meningkat.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam. Media tanam
yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang ingin ditanam. Menentukan
media tanam yang tepat dan standar untuk jenis tanaman yang berbeda habitat asalnya
merupakan hal yang sulit. Hal ini dikarenakan setiap daerah memiliki kelembapan dan kecepatan
angin yang berbeda. Secara umum, media tanam harus dapat menjaga kelembapan daerah sekitar
akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur hara.
Dengan banyak-nya macam macam media tanam kita tidak perlu repot untuk menanam
tanaman hanya dengan tanah saja, namun kita bisa menganti media yang lain, seperti halnya
tanaman hias yaitu anggrek, kita tanam dengan sekam bakar, bahwasanya sekam bakar
mempunyai kandungan unsur unsur kimia dan biologi tanah yang baik dalam menunjang
pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, umi nur. 2009. Pengaruh media tanam dan jenis pupuk terhadap pertumbuhan
dan perkembangan tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) dengan teknik budidaya
hidroponik. Universitas islam maulana malik ibrahim. Malang

Babylon, taman terapung (Floating Gardens) dari suku Aztecs, Mexico dan Cina (Resh,
1998)

Hari. 2013. Definisi perbanyakan tanaman secara vegetative. Jakarta: Erlangga.

Januwati, M., dan H. Muhammad. 1992. Cara Budidaya Pegagan (Centella asiatica
L.(Urban)). Warta Tumbuhan Obat Indonesia. 1(2):42 44

Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius. Yogyakarta.

Masud, hidayati. 2009. Sistem hidroponik dengan nutrisi dan media tanam berbeda
terhadap pertumbuhan dan hasil selada. Program studi budidaya pertanian. Fakultas pertanian.
Universitas tadulako. Palu

Redaksi, PS. 2007. Media Tanam untuk Tanaman Hias. Penebar Swadaya, Jakarta.

Resh, H.M., rodriguez delfin, A. dan O silberstein.1998.Hidroponics for the people of


peru.the growing edges, vol.9, no.3, jan./feb.98:73,75

Sudibyo karsono, sudarmodjo, dan yos sutiyoso. 2002. Hidroponik skala rumah tangga.
Agro media pustaka. Jakarta

Sutedjo, Mul Mulyani dan Kartasapoetra. 2005. Pengantar Ilmu Tanah. PT. RINEKA
CIPTA. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai