PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Teori yang melandasi teknik kultur jaringan ini adalah teori Totipotensi.
Setiap sel tumbuhan memiliki kemampuan untuk tumbuh menjadi individu baru
bila ditempatkan pada lingkungan yang sesuai. Individu-individu yang dihasilkan
akan mempunyai sifat yang sama persis dengan induknya.
Teori totipotensi ini pertama kali dikemukakan oleh seorang ahli Fisiologi
Jerman, yaitu G. Haberlandt pada tahun 1898. Teori itu diuji ulang oleh F.C.
Steward pada tahun 1969 dengan menggunakan satu sel empulur wortel. Dalam
percobaannya, Steward dapat menumbuhkan satu sel empulur itu menjadi satu
individu wortel. Tumbuhnya satu sel menjadi tanaman yang utuh karena sel
maupun jaringan tersebut ditanam pada suatu media yang dilengkapi dengan
berbagai macam makronutrien maupun mikronutrien yang dibutuhkan oleh
tanaman.
Kultur jaringan (tissue culture), sampai saat ini digunakan sebagai suatu
istilah umum yang meliputi pertumbuhan kultur secara aseptik dalam wadah yang
umumnya tembus cahaya. Sering kali kultur aseptik disebut juga kultur in vitro
yang artinya sebenarnya adalah kultur di dalam gelas. Dalam pelaksanaannya
dijumpai beberapa tipe-tipe kultur yaitu:
1. Kultur biji (seed culture), kultur yang bahan tanamnya menggunakan biji
atau seedling.
2. Kultur organ (organ culture), merupakan budidaya yang bahan tanamnya
menggunakan organ, seperti: ujung akar, pucuk aksilar, tangkai daun,
3
helaian daun, bunga, buah muda, inflorescentia, buku batang, akar dan
lain-lain.
3. Kultur kalus (callus culture), merupakan kultur yang menggunakan
jaringan (sekumpulan sel) biasanya berupa jaringan parenkim sebagai
bahan eksplannya.
4. Kultur suspensi sel (suspension culture) adalah kultur yang menggunakan
media cair dengan pengocokan yang terus menerus menggunakan shaker
dan menggunakan sel atau agregat sel sebagai bahan eksplannya, biasanya
eksplan yang digunakan berupa kalus atau jaringan meristem.
5. Kultur protoplasma, eksplan yang digunakan adalah sel yang telah dilepas
bagian dinding selnya menggunakan bantuan enzim. Protoplas diletakkan
pada media padat dibiarkan agar membelah diri dan membentuk dinding
selnya kembali. Kultur protoplas biasanya untuk keperluan hibridisasi
somatik atau fusi sel soma (fusi 2 protoplas baik intraspesifik maupun
interspesifik).
6. Kultur haploid adalah kultur yang berasal dari bagian reproduktif tanaman,
yakni: kepalasari/ anther (kultur anther/kultur mikrospora), tepungsari/
pollen (kutur pollen), ovule (kultur ovule), sehingga dapat dihasilkan
tanaman haploid.
4
(jantan/betina). Bagian tanaman yang dapat digunakan sebagi eksplan
adalah pucuk muda, batang muda, daun muda, kotiledon, hipokotil,
endosperm, ovari muda, anther, dan embrio.
3. Media Tumbuh
Di dalam media tumbuh mengandung komposisi garam anorganik, zat
pengatur tumbuh, dan bentuk fisik media. Terdapat 13 komposisi media
dalam kultur jaringan, antara lain: Murashige dan Skoog (MS), Woody
Plant Medium (WPM), Knop, Knudson-C, dan Anderson. Media yang
sering digunakan secara luas adalah MS.
4. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman
Faktor yang perlu diperhatikan dalam penggunaan ZPT adalah
konsentrasi, urutan penggunaan dan periode masa induksi dalam kultur
tertentu. Jenis yang sering digunakan adalah golongan Auksin seperti
Indole Aceti Acid(IAA), Napthalene Acetic Acid (NAA), 2,4-D, CPA dan
Indole Acetic Acid (IBA). Golongan Sitokinin seperti Kinetin,
Benziladenin (BA), 2I-P, Zeatin, Thidiazuron, dan PBA. Golongan
Gibberelin seperti GA3. Golongan zat penghambat tumbuh seperti
Ancymidol, Paclobutrazol, TIBA, dan CCC.
5. Lingkungan Tumbuh
Lingkungan tumbuh yang dapat mempengruhi regenerasi tanaman
meliputi temperatur, panjang penyinaran, intensitas penyinaran, kualitas
sinar, dan ukuran wadah kultur.
5
media cair. Media padat pada umumnya berupa padatan gel, seperti agar. Nutrisi
dicampurkan pada agar. Media cair adalah nutrisi yang dilarutkan di air. Media
cair dapat bersifat tenang atau dalam kondisi selalu bergerak, tergantung
kebutuhan.
1. Pembuatan media
Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur
jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis
tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri
dari garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga
bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh
(hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenis maupun
jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan.
Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol
kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara
memanaskannya dengan autoklaf.
2. Inisiasi
Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan
dikulturkan. Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur
jaringan adalah tunas.
3. Sterilisasi
Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus
dilakukan di tempat yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan
6
alat yang juga steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu
menggunakan etanol yang disemprotkan merata pada peralatan yang
digunakan. Teknisi kultur jaringan juga harus steril.
4. Multiplikasi
Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan
menanam eksplan pada media. Ini dilakukan untuk menghindari adanya
kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan. Tabung
reaksi yang telah ditanami ekplan diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan
di tempat yang steril dengan suhu kamar.
5. Pengakaran
Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya
pertumbuhan akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang
dilakukan mulai berjalan dengan baik. Pengamatan dilakukan setiap hari
untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan akar serta untuk melihat
adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur. Eksplan yang
terkontaminasi akan menunjukkan gejala seperti berwarna putih atau biru
(disebabkan jamur) atau busuk (disebabkan bakteri).
6. Aklimatisasi
Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan
aseptic ke bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap,
yaitu dengan memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi
bibit dari udara luar dan serangan hama penyakit karena bibit hasil kultur
jaringan sangat rentan terhadap serangan hama penyakit dan udara luar.
Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya maka secara
bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit dilakukan dengan
cara yang sama dengan pemeliharaan bibit generatif.
7
tanggap terhadap media tumbuh dapat digunakan sebagai sumber bahan tanam
bagi perbanyakan selanjutnya melalui kultur jaringan.
8
Kultur jaringan sudah diakui sebagai metode baru dalam perbanyakan
tanaman. Tanaman yang pertama berhasil diperbanyak secara besar-
besaran melalui kultur jaringan adalah tanaman anggrek, menyusul
berbagai tanaman hias, sayuran, buah-buahan, pangan dan tanaman
hortikultura lainnya. Selain itu juga saat ini telah dikembangkan tanaman
perkebunan dan tanaman kehutanan melalui teknik kultur jaringan.
Terutama untuk tanaman yang secara ekonomi menguntungkan untuk
diperbanyak melalui kultur jaringan, sudah banyak dilakukan secara
industrial. Namun ada beberapa tanaman yang tidak menguntungkan bila
dikembangkan dengan kultur jaringan, misalnya: kecepatan
multiplikasinya terlalu rendah, terlalu banyak langkah untuk mencapai
tanaman sempurna atau terlalu tinggi tingkat penyimpangan genetik.
2. Dalam bidang agronomi
Seleksi tanaman merupakan kegiatan agronomi yang telah ada sejak
manusia mulai membudidayakan tanaman. Pada metode konvensional,
seleksi tanaman memerlukan jumlah tanaman yang banyak sekali pada
lahan yang luas, dengan pemeliharaan yang intensif serta waktu yang
lama. Dengan berkembangnya kultur jaringan, ditemukan hasil yang tidak
terduga. Dalam kultur yang membentuk sel-sel bebas, terjadi variasi
somaklonal dalam hal morfologi, produksi, pola pertumbuhan dan
resistensi terhadap penyakit. Dengan media seleksi, beberapa lini-lini sel
ini dapat dibedakan dari sel-sel lini yang biasa dalam beberapa petri-dish.
3. Dalam bidang pemuliaan tananaman
Teknik kultur jaringan dapat diterapkan dalam bidang pemuliaan tanaman
terutama untuk mempercepat pencapaian tujuan dan membantu jika cara-
cara konvensional menemui rintangan alamiah.
Keuntungan dari kultur jaringan lebih hemat tempat, hemat waktu, dan
tanaman yang diperbanyak dengan kultur jaringan mempunyai sifat sama atau
seragam dengan induknya. Kegunaan utama dari kultur jaringan adalah untuk
mendapatkan tanaman baru dalam jumlah banyak dalam waktu yang relatif
9
singkat, yang mempunyai sifat fisiologi dan morfologi sama persis dengan
induknya.
Ditinjau dari sudut agribisnis, produksi bibit melalui kultur jaringan bibit
yang dihasilkan dapat bebas penyakit dan memberikan beberapa keuntungan
seperti memperlancar masuknya bibit ke negara-negara pengimpor, meningkatkan
hasil dan mencegah penyebaran penyakit ke sentra-sentra produksi baru.
Disamping itu teknik kultur jaringan dapat memberikan jaminan yang lebih tinggi
pada saat permintaan akan bibit meningkat. Perbanyakan tanaman secara klonal
yang telah dicoba diperbanyak melalui kultur jaringan antara lain pada tanaman
jahe (Zingiber officinale), touki (Angelica acutiloba), kapolaga (Eletaria
cardamomum), Mentha sp., Geranium (Pelargonium graveolens dan P.
tomentosum), panili (Vanilla planifolia), abaka (Musa textilis), nilam
(Pogostemon cablin), rami (Boechmeria nivea), lada (Piper nigrum), pyrethrum
(Chrysanthemum cinerarifolium), gerbera (Gerbera jamesonii), seruni
(Chrysanthemum morifolium), pulasari (Alyxia stellata), pule pandak (Rauwolfia
serpentina), temu putri (Curcuma petiolata), purwoceng (Pimpinella pruatjan),
inggu (Ruta angustifolia), daun dewa (Gynura procumbens), beberapa tanaman
pisang (Musa sp.) dan jati (Tectona grandis).
10
Dengan cara ini ia berhasil mendapatkan bibit kentang yang resisten terhadap
phytophtora infestans..Perbanyakan tanaman melalui teknik kultur jaringan
memeiliki beberapa keuntungan, yaitu diperolehnya bibit yang seragam dalam
jumlah besar. Teknik ini sangat bermanfaat untuk tanaman-tanaman yang
diperbanyak secara vegatatif. Adapun tanaman yang telah berhasil diperbanyak
antara lain tanaman misalnya, anggrek dan mawar, tanaman obat misalnya,
purwoceng dan bidara upas, tanaman berkayu misalnya, jati dan cendana, serta
tanaman buah-buahan misalnya, pisang dan manggis.
Teknik kultur jaringan sampai saat ini memang belum biasa dilaksanakan
oleh para petani, baru beberapa kalangan pengusaha swasta saja yang sudah
mencoba melaksanakannya, karena pelaksanaan teknik kultur jaringan tanaman
memerlukan keterampilan khusus dan harus dilatar belakangi dengan ilmu
pengetahuan dasar tentang fisiologi tumbuhan, anatomi tumbuhan, biologi, kimia
dan pertanian. Dengan demikian jelas akan amat sulit untuk diterima oleh
kalangan petani biasa. Di samping itu, pelaksanaan teknik kultur jaringan mutlak
memerlukan laboratorium khusus, walaupun dapat di usahakan secara sederhana
(dalam ruang yang terbatas), namun tetap memerlukan peralatan yang memadai.
Kemungkinan lain petani akan merasa enggan bekerja secara aseptik.
11
protoplas, tentu biayanya akan bertambah besar. Enzim-enzim yang digunakan
dalam kultur jaringan juga masih dibeli dari luar negeri seperti Jepang.
1. Bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap hama penyakit dan udara
luar,
2. Bagi orang tertentu, cara kultur jaringan dinilai mahal dan sulit,
3. Membutuhkan modal investasi awal yang tinggi untuk bangunan
(laboratorium khusus), peralatan dan perlengkapan,
4. Diperlukan persiapan SDM yang handal untuk mengerjakan perbanyakan
kultur jaringan agar dapat memperoleh hasil yg memuaskan,
5. Produk kultur jaringan pada akarnya kurang kokoh.
12
Pembudidayaan tanaman anggrek cukup gampang-gampang susah. Teknik
pengembangbiakan anggrek menggunakan teknik kultur jaringan. Kultur jaringan
adalah salah satu contoh perkembangbiakan vegetatif. Kultur jaringan merupakan
salah satu teknik pemanfaatan totipotensi. Totipotensi merupakan kemampuan
suatu sel pada setiap organ untuk berpotensi tumbuh dan berkembang menjadi
individu baru . Kultur jaringan ialah teknik perbanyakan tanaman melalui
pengisolasian sel bagian tanaman (daun, akar, batang, maupun mata tunas) untuk
ditumbuhkan disuatu media buatan yang telah diberi nutrisi dan zat pengatur
tumbuh dalam suatu tempat (botol) tertutup yang tembus cahaya. Jadi, prinsip
utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman dengan
menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang
dilakukan di tempat steril.
13
Kultur jaringan pada anggrek biasanya dengan mengambil bagian daun
atau akar anggrek, yang kemudian di tanam pada botol tertutup yang berisi media
tanam berupa agar yang telah diberi berbagai nitrisi hormon pertumbuhan dan
perkembangan.
14
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Proses genetik tersebut dapat ditunjukkan baik pada sel tumbuhan maupun
sel hewan melalui kultur in vitro. Kultur in vitro adalah penanaman sel atau
jaringan pada suatu medium buatan. Potongan jaringan atau organ (eksplan)
secara aseptik diinkubasi dalam suatu medium padat atau cair hingga mengalami
proliferasi membentuk kalus sampai dengan tanaman kecil (plantlet). Kemampuan
sel tumbuhan untuk tumbuh menjadi individu baru jika diletakkan pada
lingkungan yang sesuai dinamakan totipotensi.
16
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/6916239/Makalah_Kultur_Jaringan
http://tugasmateri.blogspot.com/2015/12/kultur-organ.html
http://fitriniceidea.blogspot.co.id/2014/12/makalah-kultur-jaringan-umum.html
http://tirmaputri.blogspot.co.id/2015/03/makalah-kultur-jaringan.html
https://hannyherze.wordpress.com/2014/05/31/bioteknologi-hewan-kultur-
jaringan-kultur-organ-dan-manfaatnya/
17