Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap sel tumbuhan memiliki informasi genetik yang lengkap.


Berdasarkan hal tersebut, diperkirakan bahwa sel tumbuhan dapat tumbuh
menjadi individu baru yang utuh dan lengkap sama seperti induknya.

Melalui kultur jaringan tanaman dapat diperbanyak setiap waktu sesuai


kebutuhan karena faktor perbanyakannya yang tinggi. Bibit dari varietas unggul
yang mampu bersaing di pasaran internasional yang jumlahnya sangat sedikit
dapat segera dikembangkan melalui kultur jaringan. Pada tanaman perbanyakan
melalui kultur jaringan, bila berhasil dapat lebih menguntungkan karena sifatnya
akan sama dengan induknya, seragam, dalam waktu yang singkat bibit dapat
diproduksi dalam jumlah yang banyak dan bebas dari penyakit.

Kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian tanaman


seperti protoplasma, sel, sekelompok sel, jaringan dan organ, serta
menumbuhkannya dalam kondisi aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat
memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman lengkap (Gunawan, 1992).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka


dirumuskan masalah dalam makalah ilmiah ini sebagai berikut:

1. Apakah kultur jaringan itu?


2. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi regenerasi pada kultur
jaringan?
3. Bagaimanakah tahapan-tahapan dalam teknik kultur jaringan pada
tanaman?
4. Apakah manfaat dari kultur jaringan?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kultur Jaringan

Kultur jaringan bila diartikan ke dalam bahasa Jerman disebut Gewebe


kultur, dalam bahasa Inggris disebut tissue culture dan dalam bahasa Belanda
disebut weefsel kweek atau weefsel cultuur. Kultur jaringan atau budidaya in
vitro adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti
protoplasma, sel, jaringan atau organ yang serba steril, ditumbuhkan pada media
buatan yang steril, dalam botol kultur yang steril dan dalam kondisi yang aseptik,
sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi
menjadi tanaman yang lengkap. Kultur jaringan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk membuat bagian tanaman (akar, tunas, jaringan tumbuh tanaman)
tumbuh menjadi tanaman utuh (sempurna) dikondisi invitro (didalam gelas).

Kultur jaringan/Kultur In Vitro/Tissue Culture adalah suatu teknik untuk


mengisolasi, sel, protoplasma, jaringan, dan organ dan menumbuhkan bagian
tersebut pada nutrisi yang mengandung zat pengatur tumbuh tanaman pada
kondisi aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan
beregenerasi menjadi tanaman sempurna kembali.

Jadi, kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman


secara vegetatif. Yaitu teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi
bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian
tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur
tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman
dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Prinsip
utama dari teknik kultur jaringan adalah perbanyakan tanaman dengan
menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang
dilakukan di tempat steril. (Sembiring, 2009 : 235).

2
Teori yang melandasi teknik kultur jaringan ini adalah teori Totipotensi.
Setiap sel tumbuhan memiliki kemampuan untuk tumbuh menjadi individu baru
bila ditempatkan pada lingkungan yang sesuai. Individu-individu yang dihasilkan
akan mempunyai sifat yang sama persis dengan induknya.

Teori totipotensi ini pertama kali dikemukakan oleh seorang ahli Fisiologi
Jerman, yaitu G. Haberlandt pada tahun 1898. Teori itu diuji ulang oleh F.C.
Steward pada tahun 1969 dengan menggunakan satu sel empulur wortel. Dalam
percobaannya, Steward dapat menumbuhkan satu sel empulur itu menjadi satu
individu wortel. Tumbuhnya satu sel menjadi tanaman yang utuh karena sel
maupun jaringan tersebut ditanam pada suatu media yang dilengkapi dengan
berbagai macam makronutrien maupun mikronutrien yang dibutuhkan oleh
tanaman.

Teori totipotensi yang menyatakan bahwa setiap sel tanaman dapat


berkembang menjadi individu baru, digunakan sebagai dasar dalam pelaksanaan
kultur jaringan. Dalam kultur jaringan bagian tanaman yang terdiri atas sel-sel dan
jaringan dibuat sedemikian mungkin untuk ditanam di sebuah media yang steril
dan lingkungan yang terkendali. Seperti teori totipotensi tersebut, bagian tanaman
yang ditanam di media tersebut ternyata dapat bertumbuh dan berkembang
menjadi individu baru bila kondisinya sesuai.

Kultur jaringan (tissue culture), sampai saat ini digunakan sebagai suatu
istilah umum yang meliputi pertumbuhan kultur secara aseptik dalam wadah yang
umumnya tembus cahaya. Sering kali kultur aseptik disebut juga kultur in vitro
yang artinya sebenarnya adalah kultur di dalam gelas. Dalam pelaksanaannya
dijumpai beberapa tipe-tipe kultur yaitu:

1. Kultur biji (seed culture), kultur yang bahan tanamnya menggunakan biji
atau seedling.
2. Kultur organ (organ culture), merupakan budidaya yang bahan tanamnya
menggunakan organ, seperti: ujung akar, pucuk aksilar, tangkai daun,

3
helaian daun, bunga, buah muda, inflorescentia, buku batang, akar dan
lain-lain.
3. Kultur kalus (callus culture), merupakan kultur yang menggunakan
jaringan (sekumpulan sel) biasanya berupa jaringan parenkim sebagai
bahan eksplannya.
4. Kultur suspensi sel (suspension culture) adalah kultur yang menggunakan
media cair dengan pengocokan yang terus menerus menggunakan shaker
dan menggunakan sel atau agregat sel sebagai bahan eksplannya, biasanya
eksplan yang digunakan berupa kalus atau jaringan meristem.
5. Kultur protoplasma, eksplan yang digunakan adalah sel yang telah dilepas
bagian dinding selnya menggunakan bantuan enzim. Protoplas diletakkan
pada media padat dibiarkan agar membelah diri dan membentuk dinding
selnya kembali. Kultur protoplas biasanya untuk keperluan hibridisasi
somatik atau fusi sel soma (fusi 2 protoplas baik intraspesifik maupun
interspesifik).
6. Kultur haploid adalah kultur yang berasal dari bagian reproduktif tanaman,
yakni: kepalasari/ anther (kultur anther/kultur mikrospora), tepungsari/
pollen (kutur pollen), ovule (kultur ovule), sehingga dapat dihasilkan
tanaman haploid.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Regenerasi pada Kultur Jaringan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi regenerasi pada kultur jaringan


yang dilakukan pada suatu tanaman, yaitu:

1. Bentuk Regenerasi dalam Kultur In Vitro


Bentuk regenerasi dalam kultur In Vitro pucuk aksilar, pucuk adventif,
embrio somatik, dan pembentukan protocorm like bodies.
2. Eksplan
Eksplan adalah bagian tanaman yang dipergunakan sebagai bahan awal
untuk perbanyakan tanaman. Faktor eksplan yang penting adalah
genotipe/varietas, umur eksplan, letak pada cabang, dan seks

4
(jantan/betina). Bagian tanaman yang dapat digunakan sebagi eksplan
adalah pucuk muda, batang muda, daun muda, kotiledon, hipokotil,
endosperm, ovari muda, anther, dan embrio.
3. Media Tumbuh
Di dalam media tumbuh mengandung komposisi garam anorganik, zat
pengatur tumbuh, dan bentuk fisik media. Terdapat 13 komposisi media
dalam kultur jaringan, antara lain: Murashige dan Skoog (MS), Woody
Plant Medium (WPM), Knop, Knudson-C, dan Anderson. Media yang
sering digunakan secara luas adalah MS.
4. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman
Faktor yang perlu diperhatikan dalam penggunaan ZPT adalah
konsentrasi, urutan penggunaan dan periode masa induksi dalam kultur
tertentu. Jenis yang sering digunakan adalah golongan Auksin seperti
Indole Aceti Acid(IAA), Napthalene Acetic Acid (NAA), 2,4-D, CPA dan
Indole Acetic Acid (IBA). Golongan Sitokinin seperti Kinetin,
Benziladenin (BA), 2I-P, Zeatin, Thidiazuron, dan PBA. Golongan
Gibberelin seperti GA3. Golongan zat penghambat tumbuh seperti
Ancymidol, Paclobutrazol, TIBA, dan CCC.
5. Lingkungan Tumbuh
Lingkungan tumbuh yang dapat mempengruhi regenerasi tanaman
meliputi temperatur, panjang penyinaran, intensitas penyinaran, kualitas
sinar, dan ukuran wadah kultur.

C. Tahapan-Tahapan dalam Teknik Kultur Jaringan pada Tanaman

Pelaksanaan teknik ini memerlukan berbagai prasyarat pendukung


kehidupan jaringan yang dibiakkan. Yang paling esensial adalah wadah dan media
tumbuh yang steril. Media adalah tempat bagi jaringan untuk tumbuh dan
mengambil nutrisi yang mendukung kehidupan jaringan. Media tumbuh
menyediakan berbagai bahan yang diperlukan jaringan untuk hidup dan
memperbanyak dirinya. Ada dua penggolongan media tumbuh: media padat dan

5
media cair. Media padat pada umumnya berupa padatan gel, seperti agar. Nutrisi
dicampurkan pada agar. Media cair adalah nutrisi yang dilarutkan di air. Media
cair dapat bersifat tenang atau dalam kondisi selalu bergerak, tergantung
kebutuhan.

Pekerjaan kultur jaringan meliputi: persiapan media, isolasi bahan tanam


(eksplan), sterilisasi eksplan, inokulasi eksplan, aklimatisasi dan usaha
pemindahan tanaman hasil kultur jaringan ke lapang. Pelaksana harus bekerja
dengan teliti dan serius, karena setiap tahapan pekerjaan tersebut memerlukan
penanganan tersendiri dengan dasar pengetahuan tersendiri.

Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur


jaringan adalah:

1. Pembuatan media
Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur
jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis
tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri
dari garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga
bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh
(hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenis maupun
jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan.
Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol
kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara
memanaskannya dengan autoklaf.
2. Inisiasi
Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan
dikulturkan. Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur
jaringan adalah tunas.
3. Sterilisasi
Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus
dilakukan di tempat yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan

6
alat yang juga steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu
menggunakan etanol yang disemprotkan merata pada peralatan yang
digunakan. Teknisi kultur jaringan juga harus steril.
4. Multiplikasi
Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan
menanam eksplan pada media. Ini dilakukan untuk menghindari adanya
kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan. Tabung
reaksi yang telah ditanami ekplan diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan
di tempat yang steril dengan suhu kamar.
5. Pengakaran
Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya
pertumbuhan akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang
dilakukan mulai berjalan dengan baik. Pengamatan dilakukan setiap hari
untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan akar serta untuk melihat
adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur. Eksplan yang
terkontaminasi akan menunjukkan gejala seperti berwarna putih atau biru
(disebabkan jamur) atau busuk (disebabkan bakteri).
6. Aklimatisasi
Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan
aseptic ke bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap,
yaitu dengan memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi
bibit dari udara luar dan serangan hama penyakit karena bibit hasil kultur
jaringan sangat rentan terhadap serangan hama penyakit dan udara luar.
Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya maka secara
bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit dilakukan dengan
cara yang sama dengan pemeliharaan bibit generatif.

Pada umumnya laboratorium kultur jaringan yang bergerak secara


komersial tidak melakukan penelitian tapi mengadopsi teknologi yang telah
dihasilkan Institusi Penelitian. Disamping itu biakan yang ada dibotol yang telah

7
tanggap terhadap media tumbuh dapat digunakan sebagai sumber bahan tanam
bagi perbanyakan selanjutnya melalui kultur jaringan.

Dari penjelasan di atas terbukti bahwa kultur jaringan merupakan


teknologi potensial dalam menunjang agroindustri, antara lain untuk perbanyakan
tanaman yang akan dieksploitasi secara luas. Dengan keseragaman pertumbuhan
tanaman yang tinggi di lapang akan mempermudah kegiatan pengolahan sebagai
industri hilir. Disamping itu, dengan bibit yang dihasilkan dapat bebas penyakit
maka dalam era globalisasi dapat memudahkan pertukaran antar negara.

D. Manfaat Kultur Jaringan

Kultur jaringan merupakan cara yang paling baik mendapatkan bibit


tanaman yang bebas virus. Hal ini berdasarkan teori bahwa bagian tanaman
tumbuh lebih cepat dari virus yang menyerang bagian jaringan disekitarnya.
Dengan kata lain, sel-sel disekitar titik tumbuh sama sekali belum terinfeksi oleh
virus. Dengan demikian menggunakan teknik kultur jaringan akan bisa diperoleh
tanaman baru yang bebas virus.

Kultur jaringan juga mempunyai manfaat yang besar dibidang farmasi,


karena dari usaha ini dapat dihasilkan metabolit skunder upaya untuk pembuatan
obat-obatan, yaitu dengan memisahkan unsur-unsur yang terdapat di dalam kalus
ataupun protokormus, misalnya alkoloid, steroid, dan terponoid. Dengan
ditemukannya cara mendapatkan metabolit skunderdari kalus suatu eksplan yang
di tumbuhkan dalam medium kultur jaringan, maka berarti dapat menghemat
waktu dan tenaga. Dengan cara biasa, untuk mendapatkannya harus menunggu
lama sampai tanaman cukup umur bahkan sampai berproduksi hingga bertahun-
tahun.

Manfaat kultur jaringanpun dapat dirasakan pada berbagai bidang, antara


lain:

1. Dalam bidang Hortikultura

8
Kultur jaringan sudah diakui sebagai metode baru dalam perbanyakan
tanaman. Tanaman yang pertama berhasil diperbanyak secara besar-
besaran melalui kultur jaringan adalah tanaman anggrek, menyusul
berbagai tanaman hias, sayuran, buah-buahan, pangan dan tanaman
hortikultura lainnya. Selain itu juga saat ini telah dikembangkan tanaman
perkebunan dan tanaman kehutanan melalui teknik kultur jaringan.
Terutama untuk tanaman yang secara ekonomi menguntungkan untuk
diperbanyak melalui kultur jaringan, sudah banyak dilakukan secara
industrial. Namun ada beberapa tanaman yang tidak menguntungkan bila
dikembangkan dengan kultur jaringan, misalnya: kecepatan
multiplikasinya terlalu rendah, terlalu banyak langkah untuk mencapai
tanaman sempurna atau terlalu tinggi tingkat penyimpangan genetik.
2. Dalam bidang agronomi
Seleksi tanaman merupakan kegiatan agronomi yang telah ada sejak
manusia mulai membudidayakan tanaman. Pada metode konvensional,
seleksi tanaman memerlukan jumlah tanaman yang banyak sekali pada
lahan yang luas, dengan pemeliharaan yang intensif serta waktu yang
lama. Dengan berkembangnya kultur jaringan, ditemukan hasil yang tidak
terduga. Dalam kultur yang membentuk sel-sel bebas, terjadi variasi
somaklonal dalam hal morfologi, produksi, pola pertumbuhan dan
resistensi terhadap penyakit. Dengan media seleksi, beberapa lini-lini sel
ini dapat dibedakan dari sel-sel lini yang biasa dalam beberapa petri-dish.
3. Dalam bidang pemuliaan tananaman
Teknik kultur jaringan dapat diterapkan dalam bidang pemuliaan tanaman
terutama untuk mempercepat pencapaian tujuan dan membantu jika cara-
cara konvensional menemui rintangan alamiah.

Keuntungan dari kultur jaringan lebih hemat tempat, hemat waktu, dan
tanaman yang diperbanyak dengan kultur jaringan mempunyai sifat sama atau
seragam dengan induknya. Kegunaan utama dari kultur jaringan adalah untuk
mendapatkan tanaman baru dalam jumlah banyak dalam waktu yang relatif

9
singkat, yang mempunyai sifat fisiologi dan morfologi sama persis dengan
induknya.

Ditinjau dari sudut agribisnis, produksi bibit melalui kultur jaringan bibit
yang dihasilkan dapat bebas penyakit dan memberikan beberapa keuntungan
seperti memperlancar masuknya bibit ke negara-negara pengimpor, meningkatkan
hasil dan mencegah penyebaran penyakit ke sentra-sentra produksi baru.
Disamping itu teknik kultur jaringan dapat memberikan jaminan yang lebih tinggi
pada saat permintaan akan bibit meningkat. Perbanyakan tanaman secara klonal
yang telah dicoba diperbanyak melalui kultur jaringan antara lain pada tanaman
jahe (Zingiber officinale), touki (Angelica acutiloba), kapolaga (Eletaria
cardamomum), Mentha sp., Geranium (Pelargonium graveolens dan P.
tomentosum), panili (Vanilla planifolia), abaka (Musa textilis), nilam
(Pogostemon cablin), rami (Boechmeria nivea), lada (Piper nigrum), pyrethrum
(Chrysanthemum cinerarifolium), gerbera (Gerbera jamesonii), seruni
(Chrysanthemum morifolium), pulasari (Alyxia stellata), pule pandak (Rauwolfia
serpentina), temu putri (Curcuma petiolata), purwoceng (Pimpinella pruatjan),
inggu (Ruta angustifolia), daun dewa (Gynura procumbens), beberapa tanaman
pisang (Musa sp.) dan jati (Tectona grandis).

Dasar lain yang jadi pegangan adalah kenyataannya sel-sel meristematik


didaerah sekitar titik tumbuh punya potensi untuk berkembang menjadi tanaman
baru yang lengkap dengan akar, batang dan daun secara normal. Dalam kultur
jaringan, sepotong kecil bagian ujung tanaman jeruk yang ditumbuhkan dalam
media agar yang diperkaya dengan vitamin-vitamin, hormon tumbuh, supaya
dapat berkembang menjadi tanaman baru. Selanjutnya bibit yang telah jadi bisa
ditanam secara wajar di lapangan. Dan bila bibit tanaman ini dibudidayakan
secara normal tetap akan membawa daya tahan yang diturunkan kepada generasi-
generasi berikutnya.

Mula-mula perbanyakan secara kultur jaringan diprakarsai oleh James F.


Shepherd, seorang mahaguu bidang patologi denegara bagian Kansas, USA.

10
Dengan cara ini ia berhasil mendapatkan bibit kentang yang resisten terhadap
phytophtora infestans..Perbanyakan tanaman melalui teknik kultur jaringan
memeiliki beberapa keuntungan, yaitu diperolehnya bibit yang seragam dalam
jumlah besar. Teknik ini sangat bermanfaat untuk tanaman-tanaman yang
diperbanyak secara vegatatif. Adapun tanaman yang telah berhasil diperbanyak
antara lain tanaman misalnya, anggrek dan mawar, tanaman obat misalnya,
purwoceng dan bidara upas, tanaman berkayu misalnya, jati dan cendana, serta
tanaman buah-buahan misalnya, pisang dan manggis.

Teknik kultur jaringan sampai saat ini memang belum biasa dilaksanakan
oleh para petani, baru beberapa kalangan pengusaha swasta saja yang sudah
mencoba melaksanakannya, karena pelaksanaan teknik kultur jaringan tanaman
memerlukan keterampilan khusus dan harus dilatar belakangi dengan ilmu
pengetahuan dasar tentang fisiologi tumbuhan, anatomi tumbuhan, biologi, kimia
dan pertanian. Dengan demikian jelas akan amat sulit untuk diterima oleh
kalangan petani biasa. Di samping itu, pelaksanaan teknik kultur jaringan mutlak
memerlukan laboratorium khusus, walaupun dapat di usahakan secara sederhana
(dalam ruang yang terbatas), namun tetap memerlukan peralatan yang memadai.
Kemungkinan lain petani akan merasa enggan bekerja secara aseptik.

Pekerjaan kultur jaringan meliputi: persiapan media, isolasi bahan tanam


(eksplan), sterilisasi eksplan, inokulasi eksplan, aklimatisasi dan usaha
pemindahan tanaman hasil kultur jaringan ke lapang. Pelaksana harus bekerja
dengan teliti dan serius, karena setiap tahapan pekerjaan tersebut memerlukan
penanganan tersendiri dengan dasar pengetahuan tersendiri. Karena semua
pekerjaan harus dilaksanakan secara hati-hati dan cermat serta memerlukan
kesabaran yang tinggi. Biaya untuk mewujudkan perbanyakan tanaman secara in
vitro ini juga sangat mahal, kecuali kita meramu medium sendiri. Bila kita
terpaksa harus membeli medium yang sudah jadi (dalam kemasan) jelas akan
sangat mahal, sebab medium yang sudah jadi masih harus di impor dari luar
negeri. Apalagi kita harus membeli saran untuk perlakuan isolasi dan fusi

11
protoplas, tentu biayanya akan bertambah besar. Enzim-enzim yang digunakan
dalam kultur jaringan juga masih dibeli dari luar negeri seperti Jepang.

Secara rinci, kekurangan teknik kultur jaringan pada tanaman adalah:

1. Bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap hama penyakit dan udara
luar,
2. Bagi orang tertentu, cara kultur jaringan dinilai mahal dan sulit,
3. Membutuhkan modal investasi awal yang tinggi untuk bangunan
(laboratorium khusus), peralatan dan perlengkapan,
4. Diperlukan persiapan SDM yang handal untuk mengerjakan perbanyakan
kultur jaringan agar dapat memperoleh hasil yg memuaskan,
5. Produk kultur jaringan pada akarnya kurang kokoh.

Lepas semua dari kendala-kendala tersebut diatas, kita harus mengakui


bahwa teknik kultur jaringan sangat bermanfaat bagi dunia ilmu pengetahuan,
terutama untuk pengembangan bioteknologi.

E. Contoh Kultur Jaringan Pada Tanaman Anggrek

Anggrek merupakan salah satu tanaman hias yang sering di budidayakan


untuk dinikmati keindahan dan kecantikan bunganya. Semakin berkembangnya
teknologi, maka semakin banyak pula jenis dan spesies anggrek yang baru sebab
banyak ahli yang berusaha mempersilangkan antara anggrek satu dengan anggrek
yang lainnya sehingga dihasilkan tanaman anggrek spesies jenis baru. Terdapat
berbagai jenis tanaman anggrek dengan karakteristik-karakteristik keunikan yang
dapat memikat indera penglihatan kita. Tak heran jika banyak orang menjadi
penggemar anggrek.

12
Pembudidayaan tanaman anggrek cukup gampang-gampang susah. Teknik
pengembangbiakan anggrek menggunakan teknik kultur jaringan. Kultur jaringan
adalah salah satu contoh perkembangbiakan vegetatif. Kultur jaringan merupakan
salah satu teknik pemanfaatan totipotensi. Totipotensi merupakan kemampuan
suatu sel pada setiap organ untuk berpotensi tumbuh dan berkembang menjadi
individu baru . Kultur jaringan ialah teknik perbanyakan tanaman melalui
pengisolasian sel bagian tanaman (daun, akar, batang, maupun mata tunas) untuk
ditumbuhkan disuatu media buatan yang telah diberi nutrisi dan zat pengatur
tumbuh dalam suatu tempat (botol) tertutup yang tembus cahaya. Jadi, prinsip
utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman dengan
menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang
dilakukan di tempat steril.

13
Kultur jaringan pada anggrek biasanya dengan mengambil bagian daun
atau akar anggrek, yang kemudian di tanam pada botol tertutup yang berisi media
tanam berupa agar yang telah diberi berbagai nitrisi hormon pertumbuhan dan
perkembangan.

Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur


jaringan adalah Pembuatan media, Inisiasi (pengambilan eksplan dari bagian
tanaman yang akan dikulturkan), Sterilisasi, Multiplikasi (kegiatan
memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan pada media),
Pengakaran, dan kemudian mengeluarkan calon tanaman dari tempat sterilisasi
tersebut. Pengeluaran ini harus dilakukan dengan hati-hati dan harus segera di
tempatkan ditempat yang aman sebab individu baru ini (bibit) masih sangat rentan
terhadap hama dan penyakit tanaman. Setelah dirasa bibit baru telah mampu untuk
beradaptasi dengan lingkungannya, maka bibit tersebut sudah dapat dipindahkan
ke tempat luar atau bersinggungan langsung dengan udara luar.

14
15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kultur jaringan adalah suatu teknik untuk mengisolasi, sel, protoplasma,


jaringan, dan organ dan menumbuhkan bagian tersebut pada nutrisi yang
mengandung zat pengatur tumbuh tanaman pada kondisi aseptik, sehingga bagian-
bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman
sempurna kembali.

Faktor-faktor yang mempengaruhi regenerasi pada kultur jaringan adalah


bentuk regenerasi dalam kultur in vitro, eksplan, media tumbuh, zat pengatur
tumbuh tanaman, dan lingkungan tumbuh.

Proses genetik tersebut dapat ditunjukkan baik pada sel tumbuhan maupun
sel hewan melalui kultur in vitro. Kultur in vitro adalah penanaman sel atau
jaringan pada suatu medium buatan. Potongan jaringan atau organ (eksplan)
secara aseptik diinkubasi dalam suatu medium padat atau cair hingga mengalami
proliferasi membentuk kalus sampai dengan tanaman kecil (plantlet). Kemampuan
sel tumbuhan untuk tumbuh menjadi individu baru jika diletakkan pada
lingkungan yang sesuai dinamakan totipotensi.

Tahapan kultur jaringan meliputi persiapan media, isolasi bahan tanam


(eksplan), sterilisasi eksplan, inokulasi eksplan, aklimatisasi dan usaha
pemindahan tanaman hasil kultur jaringan ke lapangan. Pelaksana harus bekerja
dengan teliti dan serius, karena setiap tahapan pekerjaan tersebut memerlukan
penanganan tersendiri dengan dasar pengetahuan tersendiri.

Manfaat dari teknik kultur jaringan tanaman ini diharapkan juga


memperoleh tanaman baru dalam jumlah yang banyak dalam waktu yang relative
singkat, yang bersifat unggul, mempunyai sifat yang sama atau seragam dengan
induknya. Keuntungan lain dari kultur jaringan lebih hemat tempat dan waktu.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/6916239/Makalah_Kultur_Jaringan

http://tugasmateri.blogspot.com/2015/12/kultur-organ.html

http://fitriniceidea.blogspot.co.id/2014/12/makalah-kultur-jaringan-umum.html

http://tirmaputri.blogspot.co.id/2015/03/makalah-kultur-jaringan.html

https://hannyherze.wordpress.com/2014/05/31/bioteknologi-hewan-kultur-
jaringan-kultur-organ-dan-manfaatnya/

17

Anda mungkin juga menyukai