Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah hak-hak asasi manusia merupakan terjemahan dari istilah droits de


Ihomme dalam bahasa perancis yang berarti hak manusia atau dalam bahasa
Belanda disebut menselijke rechten. Di Indonesia umumnya dipergunakan istilah :
hak-hak asasi , yang merupakan terjemahan dari basic rights dalam bahasa
inggris dan grondrecten dalam bahasa Belanda. Sebagian orang menyebutkannya
dengan istilah hak hak fundamental, sebagai terjemahan dari fundamental rights
dalam bahasa Inggris dan fundamental rechten dalam bahasa Belanda. Di amreika
serikat di samping dipergunakan istilah Human rights, dipakai juga istilah civil
rights.

Di Indonesia sendiri sering dipergunakan istilah Hak dasar manusia.


Dalam berbagai peraturan perundang-udangan , misalnya dalam konstitusi
1epublic Indonesia serikat 1949, Undang- Undang Dasar Sementara 1950,
ketetapan MPRS Nomor XIV/MPRS/1966 bahkan dalam ketetapan MPR No.
II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila (Eka
Prasetya Pancakarsa), dipergunakan istilah : hak-hak asasi manusia.

Hak tersebut berarti: hak yang melekat pada martabat manusia yang
melekat padanya sebagai insane ciptaan Allah Yang Maha Esa. Atau hak-hak
dasar yang prinsip sebagai anugerah illahi. Berarti hak- hak asasi manusia
merupakan hak-hak yang dimiliki manusia menurut kodratnya, yang tidak dapat
dipisahkan dari hakekatnya. Karena itu hak- hak asasi manusia bersifat luhur dan
suci.

1
B. Rumusan Masalah

Didalam pelaksanaannya HAM masih banyak terdapat pelanggaran, baik secara


langsung maupun tidak langsung, berikut masalah- masalah yang sering dijumpai:

1. Apa yang dimaksud dengan HAM?


2. Sampai sejauh mana perkembangan HAM di Indonesia ?
3. Undang-undang apa saja yang melindungi HAM ?
4. Apakah WNI yang bekerja di Luar Negeri memperoleh Hak Asasi
Manusia yang sama dengan warga negara asli lainnya?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hak Asasi Manusia

Pengertian hak-hak manusia yang merupakan alih bahasa dari istilah droits
de Ihomme, yang rangkaian lengkapnya berbunyi Declaration des droits de
Ihome et du citoyen atau pernyataan Hak-hak Manusia dan Warganegara
Perancis yang diproklamirkan pada tahun 1978 , sebagai pencerminan
keberhasilan revolusi warga negarannya yang bebas dari kekangan kekuasaan
penguasa tunggal negara tersebut.

Di Indonesia sendiri sering dipergunakan istilah Hak dasar manusia.


Dalam berbagai peraturan perundang-udangan , misalnya dalam konstitusi
3epublic Indonesia serikat 1949, Undang- Undang Dasar Sementara 1950,
ketetapan MPRS Nomor XIV/MPRS/1966 bahkan dalam ketetapan MPR No.
II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila (Eka
Prasetya Pancakarsa), dipergunakan istilah : hak-hak asasi manusia.

Hak tersebut berarti: hak yang melekat pada martabat manusia yang
melekat padanya sebagai insane ciptaan Allah Yang Maha Esa. Atau hak-hak
dasar yang prinsip sebagai anugerah illahi. Berarti hak- hak asasi manusia
merupakan hak-hak yang dimiliki manusia menurut kodratnya, yang tidak dapat
dipisahkan dari hakekatnya. Karena itu hak- hak asasi manusia bersifat luhur dan
suci.

3
B. Perkembangan HAM di Indonesia

Setelah amandemen kedua Undang-Undang Dasar 1945 dan keluarnya


ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor
XVII/MPR/998 tentang HAM dan diundangkannya Undang-Undang Nomor 39
tahun 1999 tentang HAM, perkembangan hak asasi manusia di Indonesia
semakkin pesat. Hal ini ditunjukkan ladi dengan semakin banyaknya instrumen
perserikatan Bangsa-bangsa tentang hak asasi manusia yang diratifikasi dan di
adopsi oleh peraturan perundang-undangan nasional kita.

Dalam upaya pengembangan hak asasi manusia di Indonesia, kita selalu


berpegang pada prinsip sebagai berikut :

a) Ratifikasi berbagai instrumen Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang HAM


hanya dapat dilakukan sepanjang tidak bertentangan dengan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.
b) Hak Asasi Manusia dibatasi oleh hak dan kebebasan orang lain, moral,
keamanan, dan ketertiban uum. (Tap MPR No.XVII/MPR/1998).

Oleh karena itu, sesuai dengan kesepakatan internasional, pelaksanaan


Hak Asasi Manusia adalah merupakan wewenang dan tanggung jawab setiap
pemerintah negara dengan memperhatikan sepenuhnya keanekaragaman tata nilai,
sejarah, kebudayaan, sistem politik, tingkat pertumbuhan sosial ekonomi, serta
faktor-faktor lain yang dimiliki bangsa yang bersangkutan. Dengan demikian , hak
asasi manusia sebagai suatu prinsip memang sifatnya universal, tetapi sebagai
suatu sistem nilai, hak asasi manusia akan berbeda antara negara yang satu dengan
negara lainnya, karena dipengaruhi oleh kondisi dan situasi negara yang
bersangkutan.

Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM merumuskan


pengertian HAM tersebut sebagai berikut :

Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakihat
dan keberadaaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan

4
merupakan anugerah-Nya , yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi
oleh negara, hukum, pemerintah,dan setiap orang demi kehormatan serta per-
lindungan harkat dan martabat manusia (pasal 1 angka 1 UU. Nomor 39 Tahun
1999).

Sedangkan yang dimaksud kewajiban dasar manusia adalah seperangkat


kewajiban yang apabila tidak dilaksanakan, tidak memingkinkan terlaksana dan
tegaknya HAM (pasal 1 angka 2 UU.Nomor 39 Tahun 1999).

Undang undang ini memandang kewajiban dasar manusia merupakan sisi


lain dari hak asasi manusia. Tanpa menjalankan kewajiban dasar manusia, dalah
tidak memungkinkan terlaksana dan tegaknya hak asasi manusia. Oleh karena itu,
pelaksanaan hak asasi seseorang harus dibatasi oleh kewajiban menghormati hak
asasi orang lain.

Dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM, masalah


perlindungan hak hak wanita dan hak hak anak ternyata telah mendapat perhatian
yang lebih besar. Undang-undang ini telah mengadopsi beberapa pasal dari
konvensi tentang hak-hak wanita dan konvensi tentang hak-hak anak ke dalam
pasal-pasalnya, yaitu sebagai berikut.

C. Undang-Undang yang Melindungi Hak Asasi Manusia

Pada dasarnya Indonesia sudah merumuskan undang-undang yang


melindungi HAM sejak lama, yaitu pada UUD 1945. Dalam pasal 27-32 UUD
1945 yang mengatur tentang hak-hak warga Negara Indonesia dalam kehidupan
sehari-hari, namun pasal yang mengatur HAM secara khusus dalam UUD 1945
tercantum dalam pasal 28.

Hak Asasi Manusia yang tercantum dalam UUD 1945 adalah sebagai berikut:

Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupannya


Hak untuk berkeluarga
Hak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi

5
Hak untuk mengembangkan dan memajukan diri demi kesejahteraannya
Hak atas kepastian hokum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan
hokum
Hak untuk bekerja dan mendapat imbalan
Hak untuk memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan
Hak atas status kewarganegaraan
Hak untuk bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya
Hak untuk memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negaranya.
Hak dalam kebebasan berkumpul dan mengeluarkan pendapat
Hak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi
Hak atas perlindungan diri dan harta benda
Hak untuk sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan
Hak untuk mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh
kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan
Hak atas jaminan social
Hak untuk mempunyai hak milik pribadi

Adapun UUD 1945 telah mengatur HAM warga Negara Indonesia secara
umum, namun terdapat undang-undang yang mengatur HAM secara khusus.
Undang-undang yang khusus mengatur HAM berlaku karena adanya asas lex
spesialis derogat legi generali. Undang-undang yang mengatur HAM secara
khusus antara lain sebagai berikut:

a. Undang-Undang HAM (UU No. 39 tahun 1999)


Pada dasarnya materi hak-hak kewarganegaraan dalam Undang-Undang
HAM telah disebutkan dalam UUD 1945, namun dalam Undang-Undang
HAM dijelaskan lebih rinci dan Undang-Undang HAM juga mencantumkan
beberapa bab tambahan yaitu tentang kewajiban-kewajiban.

6
b. Undang-Undang Perlindungan Anak ( UU No. 23 tahun 2002)
Undang-undang perlindungan anak mengatur hak-hak asasi anak yang tertulis
dalam bab III pasal 4-18 UU No.23 tahun 2002. Hak-hak tersebut antara lain
sebagai berikut :
Hak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi
Hak mendapat perlindungan dari kekerasan dari diskriminasi
Hak atas nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan
Hak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir dan berekspresi
Hak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan, dan diasuh oleh orang
tuanya sendiri
Hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial
Hak untuk memperoleh pendidikan
Hak untuk menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari dan
memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya
Hak untuk beristirahat, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, berkreasi,
dan berkreasi.
Hak untuk memperoleh rehabilitasi, bantuan sosial dan pemeliharaan taraf
kesejahteraan sosial bagi anak yang menyandang cacat
Hak untuk mendapatkan perlindungan dari diskriminasi, eksploitasi, baik
ekonomi maupun seksual, penelantaran, kekejaman, kekerasan dan
penganiayaan, ketidakadilan, perlakuan salah lainnya apabila anak dalam
penasuhan orang tua, wali atau pihak yang bertanggung jawab atas
pengasuhan.
Hak untuk mendapatkan perlakuan secara manusiawi
Hak untuk memperoleh bantuan hukum
Hak untuk membela diri dan memperoleh keadilan dalam pengadilan anak
dalam sidang tertutup untuk umum

Di negeri orang banyak warga Indonesia yang menggantungkan nasibnya ,


namun dalam pelaksanaan HAM disana masih terdapat pelanggaran walaupun
sudah ada penyetaraan kehidupan antara warga Negara Indonesia dengan warga

7
asli Negara yang menjadi tujuan masing-masing. Ini terbukti dengan masih
banyaknya pelanggaran yang terjadi.

Sudah menjadi hal yang diketahui umum bahwa banyak WNI yang bekerja
di luar negeri sana mendapat perlakuan yang tidak layak, tidak sedikit pula yang
dikabarkan dianiaya bahkan hingga tewas (kasus Aminah dan Icoh Macitoh). Tapi
hal tersebut tidak menyurutkan jumlah pekerja yang ingin mencoba
menjadi TKI atau kembali menjadi TKI. Ada 2 faktor pemicu berbondong-
bondongnya orang pergi dan bekerja diluar negeri. Pertama, demi memperoleh
penghasilan yang besar. Faktor kedua adalah sulitnya mencari dan memperoleh
pekerjaan di negerinya sendiri. Secara garis besar kesulitan ekonomi adalah latar
belakangnya.

Mengharapkan masyarakat untuk mengurungkan niatnya


menjadi TKI tentu tidak mungkin, desakan ekonomi menjadi pemicunya, tentu
satu-satunya harapan kita adalah peran penting pemerintah dalam usaha
pengawasan dan perlindungan terhadap para pekerja Indonesia di luar negeri.
Sebenarnya pemerintah kita bukannya tidak berbuat apa-apa, terlihat dari landasan
hukum perlindungan sosial terhadap TKI ini sudah sejak lama ada. Setidaknya ada
10 point yang dituliskan dalam Petunjuk Pelaksanaan Perlindungan Sosial Pekerja
Migran-Kemenakertrans tahun 2011, enam point yang pertama yaitu :
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1998 tentang Konvensi Menentang
Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam Tidak
Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia;
2. Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia;
3. Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
4. Undang-Undang Nomor 39 tahun 2004 tentang Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri;
5. Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional;
6. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.

8
Pada point ke-6 tersebut, UU No. 11 Tahun 2009 mengimplementasikan
perlindungan sosial kepada pekerja migran Indonesia dilakukan pada tahap pra
penempatan, masa penempatan dan purna penempatan. Pada saat penempatan di
luar negeri inilah, berbagai resiko terjadi pada kebanyakan pekerja
migran unskilled, seperti penganiayaan oleh majikan, gaji tak terbayar, bekerja
melebihi jam kerja, tidak sesuai dengan kontrak kerja, pembatasan komunikasi
dengan keluarga yang ditinggalkan, pembatasan beribadah, paspor yang ditahan,
pelecehan seksual hingga kasus pembunuhan.

UU No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga


Kerja Indonesia di Luar Negeri pun perlu dikritisi, jelas dalam title undang-
undang ini menyebutkan penempatan dan perlindungan, tetapi pasal-pasal yang
tercantum di dalamnya lebih dominan penempatan ketimbang perlindungan.
Ironisnya lagi kalau kita sadari, sebenarnya dari sisi perlindunganya sendiri secara
nyata diserahkan oleh pemerintah kepada pihak swasta. Secara redaksional
undang-undang tersebut menyebutkan bahwa perlindungan
terhadap TKI dilakukan pemerintah dengan bekerjasama dengan pihak swasta.
Pihak swasta itu terdiri dari Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia
Swasta (PPTKIS), agency dan konsorsium perusahaan asuransi. Kita tahu bahwa
pihak swasta tersebut adalah organisasi bisnis, dimana bisnislah yang menjadi
orientasi visi dan misi perusahaannya. Dari sinilah kemudian ditakutkan bahwa
hal ini berubah menjadi fenomena bisnis manusia. Kekhawatiran ini bukan tanpa
alasan, disinyalir permasalahan yang menimpa TKI bukan saja karena ulah dari
orang yang tidak bertanggungjawab namun juga merupakan buah dari lemahnya
pemerintah Indonesia dan hukum yang mengatur tentang perlindungan TKI.

Menutup tulisan ini saya mengutip konsideran UU No. 39 Tahun 2004


huruf d yang berbunyi negara wajib menjamin dan melindungi hak asasi warga
negaranya yang bekerja baik di dalam maupun di luar negeri berdasarkan
prinsip persamaan hak, demokrasi, keadilan sosial, kesetaraan dan keadilan
gender, anti diskriminasi, dan anti perdagangan manusia kalau memang

9
perlindungan ini merupakan kewajiban, maka anggaplah memang begitu
bukannya sunnah, sehingga pengabaian terhadapnya adalah dosa. Terimakasih.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan
kiprahnya. Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi
satu hal yang perlu kita ingat bahwa Jangan pernah melanggar atau menindas
HAM orang lain.

HAM setiap individu dibatasi oleh HAM orang lain. Dalam Islam, Islam
sudah lebih dulu memperhatikan HAM. Ajaran Islam tentang Islam dapat
dijumpai dalam sumber utama ajaran Islam itu yaitu Al-Quran dan Hadits yang
merupakan sumber ajaran normatif, juga terdapat dalam praktik kehidupan umat
Islam.

Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-


undangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh
seseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili
dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses
pengadilan melalui hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam
Undang-Undang pengadilan HAM.

B. Saran
Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan
memperjuangkan HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa
menghormati dan menjaga HAM orang lain jangan sampai kita melakukan
pelanggaran HAM. Dan Jangan sampai pula HAM kita dilanggar dan dinjak-injak
oleh orang lain.

Jadi dalam menjaga HAM kita harus mampu menyelaraskan dan


mengimbangi antara HAM kita dengan HAM orang lain.

11
DAFTAR PUSTAKA

Laski, J. Harold, 1966, Pengantar Ilmu Politik, Jakarta, P.T. Pembangunan


Sukarna, 1981, Sistim Politik, Bandung, Penerbit Alumni
-----------------, 1981, UUD 1945 Hasil Amandemen UUD 1945 Secara Lengkap,
Jakarta, Sinar Grafika
-----------------, 2001 Undang-Undang Tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia
2000 & Undang-Undang HAM 1999, Bandung, Citra Umbara

-----------------, 2005, Undang-Undang Perlindungan Anak (UU RI No. 23 Th.


2002) Jakarta, Sinar Grafika

12

Anda mungkin juga menyukai