Anda di halaman 1dari 7

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI

PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE DEKSTRA


DENGAN MODALITAS ULTRASOUND DAN TERAPI LATIHAN
DI RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO
Merri Yusdiana, Eko Budi Prasetyo (Prodi DIII Fisioterapi FIK-UNIKAL)

ABSTRACT

Osteoarthritis is a common rheumatic disease and causes pain and inability to


perform daily activities. Osteoarthritis is caused by several factors such as: age,
obesity, physical activity, sex, hormonal, and idiopathic causes damage to the
cartilage resulting in reduced mobility, pain and decreased muscle strength. Handlers
in this state first examined pain with VDS scale, examination of muscle strength
(MMT), examination of range of motion and functional activity. The modalities used
in this condition is Ultra Sound (US) and exercise therapy.
From the results obtained, it can be concluded that the use of ultrasound modalities
and therapeutic exercises can help reduce the problems that arise in the case of
osteoarthritis.
Key words: Osteoarthritis with VDS, MMT, LGS, ADL Index, ultrasound and
exercise therapy.

PENDAHULUAN fungsinya didalam keluarga dan


masyarakat.
Fisioterapi merupakan upaya
Osteoarthritis merupakan kelainan
pelayanan kesehatan profesional yang
sendi yang paling sering ditemukan
bertanggung jawab atas kapasitas fisik
dan menimbulkan ketidakmampuan
dan kemampuan fungsional bagi umat
atau yang disebut dengan disabilitas.
manusia yang bertujuan untuk
Ada beberapa faktor yang
meningkatkan derajat kesehatan secara
dapat mempengaruhi perkembangan
optimal dengan cara mengelola
penyakit osteoarthritis minimal ada
interaksi antara potensi alam dan
tiga faktor yang berpengaruh yaitu :
jaringan tubuh serta edukasi, agar
usia, faktor mekanik, faktor metabolik.
dapat menjalankan tugas dan
Peran fisioterapi pada kondisi
kewajibannya sesuai dengan peran dan
Osteoarthritis sangat ditentukan oleh
kondisi yang problemnya diidentifikasi

1
berdasarkan hasilhasil kajian X : Keadaan pasien sebelum
fisioterapi yang meliputi: assessment, diberikan program fisioterapi
diagnosis, planning, intervention dan Y : Keadaan pasien setelah
evaluasi. Intervensi fisioterapi diberikan program fisioterapi
berupaaspek: pronative, preventive, Z : Program Fisioterapi
curative, rehabilitative dan Permasalahan yang timbul
maintenance dengan modalitas dasar sebelum pasien menjalani program
fisioterapi. terapi adalah pasien merasakan nyeri
METODE PENELITIAN gerak, keterbatasan lingkup grak sendi,
1. Pendekatan spasme otot quadriceps dan otot
Rancangan penelitian yang hamstring dan gangguan aktifitas
digunakan adalah studi kasus fungsional, kemudian pasien pergi
2. Desain Penelitian kefisioterapi untuk menjalani program
Penelitian ini dilakukan dengan terapi. Sebelumnya pasien menjalani
cara melakukan interview dan pemeriksaan fisioterapi yang berupa
observasional pada seseorang nyeri dengan VAS, kekuatan otot
pasien dengan kondisi dengan MMT, lingkup gerak sendi
osteoarthritis. dengan Goneometer, dan spasme
Desain penelitian digambarkan dengan dipalpasi. Setelah melakukan
sebagai berikut : pemeriksaan didapatkan permasalahan
kapasitas fisik dan kemampuan
fungsional, oleh fisioterapi pasien
diberikan modalitas terapi dengan
X Y
ultrasound dan terapi latihan. Dengan
pemberian tersebut diharapkan adanya
peningkatan pada kapasitas fisik dan
Z kemampuan fungsional.
Instrument Penelitian
Keterangan : 1. Nyeri diukur dengan VDS

2
VDS (Verbal Discriptive Scale Bertujuan untuk mengetahui
), dengan definisi : (1) tidak nyeri, (2) keadaan fisik pasien.
nyeri sangat ringan, (3) nyeri ringan, Pemeriksaan ini terdiri dari:
(4) nyeri tidak begitu berat, (5) nyeri vital sign, inspeksi, palpasi,
cukup berat, (6) nyeri berat, (7) nyeri pemeriksaan gerakan dasar,
hampir tak tertahankan. kemampuan fungsional dan
2. Lingkup Gerak Sendi (LGS) lingkungan aktifitas.
Yaitu suatu cara yang b. Interview
dilakukan oleh fisioterapi untuk Metode ini digunakan untuk
mengetahui besarnya lingkup gerak mengumpulkan data dengan
sendi yang bisa dilakukan pada suatu jalan Tanya jawab antara
sendi. Disini penulis menggunakan terapis dengan sumber data :
alat yaitu Goneometer untuk mengukur c. Observasi
LGS. Dilakukan untuk mengamati
perkembangan pasien sebelum
3. Spasme otot dengan palpasi terapi, selama terapi dan
Spasme otot dilakukan dengan sesudah diberikan terapi.
cara palpasi yaitu : dengan jalan Obyek yang dibahas
menekan dan memegang organ atau 1. Nyeri
bagian tubuh pasien untuk mengetahui Nyeri adalah pengalaman
kelenturan otot punggung, misal : sensorik dan emosional yang tidak
terasa kaku, tegang atau lunak. Untuk nyaman, yang berkaitan dengan
kriteria penilaian sebagai berikut : kerusakan jaringan atau berpotensi
Nilai 0 : tidak spasme merusak jaringan atau menyatakan
Nilai 1 : spasme ringan kerusakan tersebut.
Nilai 2 : spasme sedang 2. Spasme Otot
Nilai 3 : spasme berat Spasme otot terjadi oleh
Prosedur Pengambilan Data karena proteksi oleh adanya nyeri.
a. Pemeriksaan fisik Reaksi proteksi lain adalah
penderita berusaha menghindari

3
gerakan yang menyebabkan nyeri dalam melakukan aktivitas spesifik
apabila dibiarkan terus menerus dalam hubungan nya dengan
menyebabkan kekakuan sendi, rutinitas kehidupan sehari-hari
pemendekan otot , atrofi otot dan ataupun waktu senggangnya yang
gangguan fungsi pada lutut kanan. terintegrasi dengan lingkungan
Skala penilaiannya adalah aktivitasnya (Mardiman, Sri,
nilai 0 : tidak ada spasme, nilai 1 : 1994).
spasme sedang, nilai 2: spasme HASIL DAN PEMBAHASAN
berat. 1. Nyeri
3. Lingkup Gerak sendi (LGS) Mekanisme terjadinya nyeri
Pemeriksaan lingkup gerak adalah dimulai rangsangan nyeri
sendi gerak sendi adalah suatu cara diterima oleh cociceptors,
pengukuran yang bisa dilakukan diteruskan ketanduk belakang
suatu sendi. Sedangkan tujuan dari medulla spinalis melalui serabut
pada pengukuran LGS adalah 1) afferent sensorik. Oleh serabut
Untuk mengetahui besarnya LGS afferent, rangsangan nyeri
yang ada pada suatu sendi, 2) disampaikan ketanduk belakang
Membantu diagnose dan medulla spinals tepatnya pada
menentukan fungsi sendi penderita, lamina II, III, V, selanjutnya
3) Untuk evaluasi terhadap rangsangan menyebar ke tractus
penderita sebelum dan sesudah anterolateralis dan meneruskan
terapi 4) Untuk meningkatkan venterolateralis dan meneruskan
motivasi dan semangat penderita ventropostero lateralis dan ventro
dalam menjalani program terapi, 5) medialis dari thalamus yang
Untuk dokumentasi dapat akhirnya ke korteck cerebri.
digunakan untuk keperluan riset. Cabang-cabang collateral menuju
4. Fungsional Aktivitas ke forma sioreti cularis sistem
Pemeriksaan fungsional limbic dan hypothalamus
adalah suatu proses untuk (Nugraha, 2001).
mengetahui kemampuan pasien Tabel 1 evaluasi nyeri T!-T6

4
Jenis T1 T2 T3 T4 T5 T6 3. Lingkup Gerak Sendi
nyeri
Diam 1 1 1 1 1 1 Lingkup gerak sendi
Tekan 1 1 1 1 1 1
Gerak 4 4 4 3 3 3 merupakan jarak yan ditempuh
sendi saat bergerak(Kisner, 1996).
2. Spasme Otot Penurunan LGS disebabkan reaksi
Tabel 2 evaluasi nilai spasme otot proteksi, yaitu penderita berusaha
Keluhan T1 T2 T3 T4 T5 T6 menghindari gerakan yang
Spasme 2 2 2 1 1 1
menyebabkan nyeri. Bila diabaikan
Spasme otot muncul akibat terus menerus akan mengakibatkan
adanya efek defend mechanisme penurunan kekuatan sendi lutut dan
daritubuh itu sendiri atau bagian terjadi gangguan fungsional. Untuk
tubuh tertentu dan biasanaya memeriksa lingkup gerak sendi
bersifat local. Reaksi lain adalah menggunakan goneometer, yang
penderita berusaha menghindari pada dasarnya berupa unsur
gerakan yang menyebabkan nyeri. dengan buah tungkai panjang, satu
Apbila dibiarkan terus menerus merupakan tungkai statis dan yang
akan mengakibatkan kekakuan satunya bergerak ( Kisner, 1996).
sendi dan gangguan fungsional, Table 3 evaluasi lingkup gerak
untuk mengetahui spasme otot sendi
dapat dilakukan dengan cara GERAK AKTIF T1 T2 T3 T4 T5 T6

palpasi, yaitu dengan cara meraba, Knee dekstra S = 0 S = 0S = 0S = 0S = 0S = 0


- 0 - - 0 -- 0 -- 0 -- 0 -- 0 -
menekan, memegang organ atau 120 120 120 125 125 125

bagian tubuh pasien, misal : terasa Knee sinistra S = 0S = 0S = 0S = 0S = 0S = 0


- 0 -- 0 -- 0 -- 0 -- 0 -- 0 -
kaku atau lunak. 130 130 130 130 130 130

Dari hasil evaluasi diatas dapat GERAK PASIF T1 T2 T3 T4 T5 T6

dilihat terjadi penurunan derajat Knee dekstra S = 0S = 0 S = S = 0S = 0S = 0


- 0 -- 0 - 0 - 0 - 0 -- 0 -- 0 -
spasme atau kekakuan otot dari 120 120 - 130 130 130
120
penurunan spasme atau kekakuan
Knee sinistra S = 0S = 0S = 0S = 0S = 0S = 0
otot dari nilai 2 menjadi 1. - 0 -- 0 -- 0 -- 0 -- 0 -- 0 -
140 140 140 140 140 140

5
Tabel 4 evaluasi fungsional aktifitas
4. Fungsional Aktivitas Aktifitas T1 T2 T3 T4 T5 T6
Transfer dari lantai kekursi 1 1 1 1 1 1
kemampuan fungsional adalah Transfer dari kursi ke bed 2 2 2 2 2 2
Berjalan dalam ruangan 2 2 2 2 2 2
kemampuan dari pasien untuk Berjalan diluar 2 2 2 2 2 2
Naik tangga atau trap 2 2 2 2 2 2
melakukan aktivitas sehari- Turun tangga atau trap 2 2 2 2 2 2
Berpakaian 1 1 1 1 1 1
Mencuci 1 1 1 1 1 1
harinya. Terganggunya aktifitas Mandi 1 1 1 1 1 1
Menggunakan toilet 2 2 2 2 2 2
fugsional oleh karena adanya rasa Control bowel dan blader 1 1 1 1 1 1
Berhias 1 1 1 1 1 1
nyeri sehingga pasien membatasi Menyikat gigi 1 1 1 1 1 1
Menyiapkanminuman teh 1 1 1 1 1 1
aktivitas yang menimbulkan nyeri. Menggunakan kran 1 1 1 1 1 1
Makan 1 1 1 1 1 1
Untuk mengetahui kemampuan
KESIMPULAN
fungsional dari pasien digunakan
indek ADL. Gangguan pada Dari keterangan diatas dapat
kemampuan fungsional pasien diambil kesimpulan bahwa
yaitu pasien mengalami kesulitan osteoarthritis dapat mengakibatkan
pada saat menekuk lutut secara munculnya berbagai permasalahan-
maksimal. Aktivitas sehari-hari permasalaha fisioterapi yaitu (1)
pasien mengalami kesulitan saat adanya nyeri gerak (2) menurunnya
jongkok, saat BAB dengan toilet kekuatan otot (3) keterbatasan gerak
jongkok, saat sholat tepatnya pada lutut terutamauntuk gerakan feksi (4)
gerakan rukuk. Dari tabel dibawah gangguan aktivitas fungsional,
dapat diketahui bahwa ada modalitas fisioterapi yang digunakan
peningkatan aktivitas fungsional untuk mengatasi permasalah-
yang dilakukan oleh pasien selama permasalahan tersebut adalah
menjalani terapi dengan skala ultrasound dan terapi latihan.Setelah
penilaian dilakukan tindakan fisioterapi
Nilai 1= dapat melakukan tanpa sebanyak 6x terapi dengan
bantuan. menggunakan modalitas. Ultrasound
Nilai 2= dapat melakukan dengan dan terapi latihan terjadi perubahan
bantuan atau dengan hasil :Nyeri gerak mulai
Nilai 3= tidak dapat melakukan.

6
berkurang dari T1=4 menjadi 3 setelah TITAFI XV, Semarang 2-4
6 kali terapi. Oktober 2000.
Adanya peningkatan kekuatan otot
Prasetya H (2002) Rematologi,
quadriceps T1=4 menjadi setelah 6
Akademi Fisioterapi Depkes RI.
kali terapi Peningkatan LGS pada knne
Surakarta
dekstra aktif T1 S = 0 - 0 - 120
Prof.Dr.Soekidjo Noto
menjadi S = 0 - 0 - 125.pada knee
atmojo,S.K.M.M.Com.H
dekstra pasif S = 0 - 0 - 125 menjadi
(2010) Promosi Kesehatan
S = 0 - 0 130.Data-data tersebut
Teori dan Aplikasi Edisi revisi
menunjukan adanya perkembangan
2010.
pasien kearah perbaikan.
Syaifuddin, AMK (2006).Anatomi
DAFTAR PUSTAKA Fisiologi untuk mahasiswa
Kisner,Carolyn dan Colby, Lynn; kepe rawatan.Edisi 3.
Therapeutic Excercise Jakarta.
Foundation And Techniques;
Third Edition;F.A. Davis
Company; Philadelphia, 1996.

Mardiman Sri, Ed; Dokumentasi


Persiapan Praktek Professional
Fisioterapi; Akademi
Fisioterapi Surakarta, Depkes
RI, Surakarta, 1994.

Nugroho Slamet; Terapi Listrik Untuk


Modulasi Nyeri; IFI Cabang
Semarang; Semarang, 2002.

Parjoto, Slamet. Assesment Fisioterapi


pada Osteoartritis Sendi Lutut.
Dalam Pertemuan Rutin

Anda mungkin juga menyukai